Anda di halaman 1dari 19

AHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu kedokteran , gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah . Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya
berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-
sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa
menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel membutuhkan
energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan, terutama zat karbohidrat. Yang
termasuk karbohidrat antara lain glukosa (gula tebu), fruktosa (gula buah), maltosa, sukrosa,
laktosa, dan tepung (starch). Karbohidrat diurai menjadi glukosa, sebagian menjadi galaktosa dan
fruktosa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Glukosa Darah ?
2. Bagaimana metabolisme glukosa darah ?
3. Bagaimana absorbsi gula darah ?
4. Apa itu glikolosis ?
5. Penyakit apa yang berhubungan dengan glukosa darah ?
6. Apa saja macam-macam pemeriksaan glukosa darah ?
7. Bagaimana metode pemeriksaan glukosa darah ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi dari glukosa darah
2. Untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme glukosa darah
3. Untuk mengetahui bagaimana absorbs glukosa darah
4. Untuk mengetahui apa itu glikolisis
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang berhubungan dengan glukosa darah
6. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan glukosa darah.
7. Untuk mengetahui bagaimana metode pemeriksaan glukosa darah.

Pemeriksaan Kimia Klinik


Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau
cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara
lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan
dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
anemi.

Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin
direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate
transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (-GT), alkaline phosphatase (ALP)
dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan pemeriksaan
elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum.
Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti
dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.

Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase
yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T.
Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP,
Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena
hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati,
pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir
dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin.
Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar
ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan
dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi
oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika
pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang
dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya
kelainan fungsi ginjal.

Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance
test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai
CCT. Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam
darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat
dengan berat molekul rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak
dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui
ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui
kemunduran fungsi ginjal.

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan
LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan
pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan
pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien
dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak
darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum
yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan
diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan
kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal
pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
jantung koroner.

Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan
kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM).
Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan
hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut
glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu
pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test
toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah
pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila
pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau
sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial. Pasien DM dalam
pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap
menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah
puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat
anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien
terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah
sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM.
Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada
jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1
hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan,
dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi
persyaratan:

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.

2. Tidak boleh minum alkohol.

3. Pasien harus puasa 10 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum
pemeriksaan dilakukan.

4. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang
harus dihabiskan dalam waktu 10 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.

5. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta pulau
Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus.
Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin
pada pasien dengan hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin
eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi C-peptide. C-
peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.

Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah
rerata selama 1 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 6% dan bila
gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan
kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila
kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari sebenarnya bila
didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya
melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai
hasil pemeriksaan HbA1c . Akhir akhir ini uji HbA1c selain untuk monitoring pengobatan,
dipakai untuk diagnosis DM.

Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar
amilase di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan
amilase meningkat setelah 2 12 jam dan mencapai puncak 20 30 jam dan menjadi normal
kembali setelah 2 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut. Kadar amilase ini
dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca bedah lambung.

Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak. Lipase akan
meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan
amilase terjadi pada permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14
hari, sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.

Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi
merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron
(SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui
banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut
besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi
yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi
transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen.
Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia.
Pada anemia tidak selalu terjadi perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab
anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC
akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin
B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.

Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam
tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa
bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler
terbanyak. Delapan puluh sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh
karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion
utama didalam cairan ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa.

Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion
kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan
mengikat Ca di dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di
dalam tubuh. Oleh karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca
total, protein total, albumin dan ion Ca.

Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk
fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat
dengan Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan
dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal,
sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan,
kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang
banyak pada nyeri lambung.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tersebut di atas dilakukan dengan
menggunakan alat pemeriksaan kimia otomatis (chemistry analyzer) dengan menjamin mutu
hasil pemeriksaan dengan pemantapan kualitas yang memadai

http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html

MedTech
Jumat, 13 Maret 2015
Pemeriksaan Gula Darah

1. PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU


a. Pengertian

Pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan kimia yang


bertujuan untuk screening Diabetes Mellitus sebagai upaya deteksi dini terhadap
penyakit ini (Dewi, 2008). Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
strip dengan prinsip enzim glukosa oksidase dan menggunakan teknologi biosensor
yang spesifik untuk pengukuran glukosa. Pada pemeriksaan ini perlu diperhatikan
tahap pra analitik, analitik, dan post analitiknya (Sugiyarti, 2010).

Pemeriksaan ini untuk mengukur kadar glukosa darah yang diambil kapan saja,
tanpa memperhatikan waktu makan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kadar glukosa dalam darah sewaktu (Maulana, 2009).

b. Sampel

Sampel yang digunakan pada pemeriksaan yaitu darah dengan atau tanpa
antikoagulan (EDTA, Heparin, dan NaF).

c. Harga Normal

Kadar normal glukosa darah sewaktu yaitu berkisar antara 70 100 mg/dl.

Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis yaitu kondisi dimana konsentrasi
glukosa darah berada di atas normal dalam jangka waktu lama (kronis).
Penyandang DM harus menjaga konsentrasi glukosa darahnya dengan baik untuk
mencegah timbulnya komplikasi di kemudian hari. Selain dengan pengaturan pola
makan, olahraga dan pengobatan, hal lain yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan
rutin glukosa darah. Ada tiga macam pemeriksaan glukosa darah, diantaranya
glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan (post prandial).

Kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen yaitu humoral faktor seperti insulin, glukagon, kortisol, sistem
reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan.

Pemeriksaan glukosa darah yang baik dan sering dilakukan yaitu


pemeriksaan glukosa darah sewaktu, karena pemeriksaan ini sendiri bertujuan
untuk upaya deteksi dini penyakit DM. Adanya upaya deteksi dini DM dengan
melakukan screening diharapkan dapat menurunkan resiko komplikasi dan
meningkatkan upaya pengendalian sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
dan memperpanjang usia hidup pederita. Pemeriksaan ini cukup efektif dan
tergolong mudah dikarenakan kita dapat mengambil sampelnya sewaktu-waktu.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu alat TMS Analyzer
dengan sampel serum dan alat kecil (Gluco-DR) atau sering disebut cara strip
dengan sampel wholeblood. Pemeriksaan glukosa darah dengan Gluco-DR tergolong
mudah, cepat, dan akurat. Selain tergolong mudah, cepat, akurat, pemeriksaan ini
juga memiliki kekurangan salah satunya akan menghasilkan hasil rendah palsu jika
sampel darah yang digunakan tidak penuh. Hal itu dikarenakan alat tersebut
membaca kadar glukosa darah sesuai sampel yang diberikan menggunakan
biosensornya. Jadi, disini jelas bahwa pemberian sampel wholeblood dalam alat
Gluco-DR harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

2. TTGO

Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) dilakukan
pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau
glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas
sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan riwayat
keluarga diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik, atau
infeksi yang tidak jelas sebabnya.

TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes


gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil. Penting
untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil yang
menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga pada wanita hamil dengan riwayat
keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin pada kehamilan, atau riwayat
melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg. Skrining diabetes hamil sebaiknya
dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32 minggu. Pada mereka dengan risiko
tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining lebih awal.

Prosedur

Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150
gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang
dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison),
kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.

Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau tirah baring dapat mengganggu
toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada penderita yang
sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun dari tempat tidur,
atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.

Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan


darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil
darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada jam dan 1
jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah pengambilan
darah pada waktu jam, 1 jam, 1 jam, dan 2 jam.

Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan


sampel darah dilakukan sebagai berikut :

Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam segelas
air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya dengan limun.

Pada waktu jam, 1 jam, 1 jam, dan 2 jam, penderita diambil darah untuk
pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita mengosongkan
kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya secara terpisah.

Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan permen,
merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat. Minum air putih
yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.

Nilai Rujukan

Puasa : 70 110 mg/dl (3.9 6.1 mmol/L)


jam : 110 170 mg/dl (6.1 9.4 mmol/L)
1 jam : 120 170 mg/dl (6.7 9.4 mmol/L)
1 jam : 100 140 mg/dl (5.6 7.8 mmol/L)
2 jam : 70 120 mg/dl (3.9 6.7 mmol/L)

Interpretasi

Toleransi glukosa normal

Setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah meningkat dan mencapai


puncaknya pada waktu 1 jam, kemudian turun ke kadar 2 jam yang besarnya di
bawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L). Tidak ada glukosuria.
Gambaran yang diberikan di sini adalah untuk darah vena. Jika digunakan
darah kapiler, kadar puasa lebih tinggi 5.4 mg/dl (0.3 mmol/L), kadar puncak lebih
tinggi 19.8 30.6 mg/dl (1.1 1.7 mmol/L), dan kadar 2 jam lebih tinggi 10.8 19.8
mg/dl (0.6 1.1 mmol/L). Untuk plasma vena kadar ini lebih tinggi sekitar 18 mg/dl
(1 mmol/L).

Toleransi glukosa melemah


Pada toleransi glukosa yang melemah, kurva glukosa darah terlihat
meningkat dan memanjang. Pada diabetes mellitus, kadar glukosa darah di atas
126 mg/dl (7.0 mmol/L); jika tak begitu meningkat, diabetes bisa didiagnosis bila
kadar antara dan kadar 2 jam di atas 180 mg/dl (10 mmol/L). Toleransi glukosa
melemah ringan (tak sebanyak diabetes) jika kadar glukosa puasa dibawah 126
mg/dl (7.0 mmol/L), kadar antara di bawah 180 mg/dl (10 mmol/L), dan kadar 2 jam
antara 126-180 mg/dl (7.0-10.0 mmol/L). Terdapat glukosuria, walaupun tak selalu
ada dalam sampel puasa.
Pada diabetes gestasional, glukosa puasa normal, glukosa 1 jam 165 mg/dl
(9.2 mmol/L), dan glukosa 2 jam 145 mg/dl (8.0 mmol/L).

Pada banyak kasus diabetes, tidak ada puncak 1 jam karena kadar glukosa
darah meningkat pada keseluruhan waktu tes. Kurva diabetik dari jenis yang sama
dijumpai pada penyakit Cushing yang berat.

Toleransi glukosa yang lemah didapatkan pada obesitas (kegemukan),


kehamilan lanjut (atau karena kontrasepsi hormonal), infeksi yang berat (terutama
staphylococci, sindrom Cushing, sindrom Conn, akromegali, tirotoksikosis,
kerusakan hepar yang luas, keracunan menahun, penyakit ginjal kronik, pada usia
lanjut, dan pada diabetes mellitus yang ringan atau baru mulai.

Tes toleransi glukosa yang ditambah dengan steroid dapat membantu


mendeteksi diabetes yang baru mulai. Pada pagi dini sebelum TTGO dilaksanakan,
penderita diberikan 100 mg kortison, maka glukosa darah pada 2 jam bisa
meningkat di atas 138.8 mg/dl (7.7 mmol/L) pada orang-orang yang memiliki
potensi menderita diabetes.

Penyimpanan glukosa yang lambat

glukosa darah puasa normal. Terdapat peningkatan glukosa darah yang


curam. Kadar puncak dijumpai pada waktu jam di atas 180 mg/dl (10 mmol/L).
Kemudian kadar menurun tajam dan tingkatan hipoglikemia dicapai sebelum waktu
2 jam. Terdapat kelambatan dalam memulai homeostasis normal, terutama
penyimpanan glukosa sebagai glikogen. Biasanya ditemukan glukosuria transien.
Kurva seperti ini dijumpai pada penyakit hepar tertentu yang berat dan
kadang-kadang para tirotoksikosis, tetapi lebih lazim terlihat karena absorbsi yang
cepat setelah gastrektomi, gastroenterostomi, atau vagotomi. Kadang-kadang dapat
dijumpai pada orang yang normal.

Toleransi glukosa meningkat

Kadar glukosa puasa normal atau rendah, dan pada keseluruhan waktu tes
kadarnya tidak bervariasi lebih dari 180 mg/dl (1.0 mmol/L). Kurva ini bisa terlihat
pada penderita miksedema (yang mengurangi absorbsi karbohidrat) atau yang
menderita antagonis insulin seperti pada penyakit Addison dan hipopituarisme.
Tidak ada glukosuria. Kurva yang rata juga sering dijumpai pada penyakit seliak.
Pada glukosuria renal, kurva toleransi glukosa bisa rata atau ormal tergantung pada
kecepatan hilangnya glukosa melalui urine.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium

Penggunaan obat-obatan tertentu

Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.

Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.


Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi
insulin menurun karena proses penuaan.

3. GULA DARAH PUASA


Tes glukosa darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah seseorang
setelah orang tersebut tidak makan selama 8 sampai 12 jam (biasanya semalam).
Tes ini digunakan untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes. Tes ini juga
digunakan untuk memantau pasien diabetes.

Persiapannya adalah dengan puasa semalaman sekitar 10-12 jam. Pagi sebelum makan
pagi diambil sampel darah guna diperiksa kadar gula darah puasa. Nilai normal =
70 110 mg/d
4. PEMERIKSAAN HbA1C

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita memerlukan energi yang berasal


dari berbagai sumber seperti makanan, yang nantinya akan diserap oleh tubuh
dalam bentuk glukosa dan kemudian akan digunakan oleh sel-sel tubuh yang
memerlukan ataupun disimpan dalam hati dan otot sebagai cadangan energi.

Pemantauan kadar glikosa atau A1c sangat baik dilakukan untuk menilai
penanganan penyakit diabetes karena kontrol glikemik yang buruk dalam jangka
panjang akan menyebabkan komplikasi seperti retinopati, dll.

Diabetes atau penyakit DM (Diabetes Melitus) merupakan suatu penyakit


menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi normal.

Dalam hal ini apabila dibiarkan tidak terkendali maka DM akan menimbulkan
penyulit-penyulit yang dapat berakibat fatal seperti penyakit jantung, ginjal,
kebutaan dan amputasi.

Penderita DM harus dapat menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya senormal


mungkin untuk mencegah timbulnya komplikasi, oleh sebab itu diperlukan
pemeriksaan laboratorium untuk pemantauan konsentrasi glukosa darahnya

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Gula darah puasa / N (Nuchter)


2. Gula darah 2 jam sesudah makan / PP (Post Prandial)
3. Konsentrasi HbA1C

HbA1c dikenal juga sebagai hemoglobin terglikasi, hemoglobin terglikosilasi


atau fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan glukosa. HbA1c digunakan
untuk menggambarkan komponen stabil hemoglobin yang terbentuk dari reaksi non

enzimatik lambat.

Jumlah HbA1c yang terbentuk dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata
konsentrasi glukosa darah. HbA1c yang dibentuk dalam tubuh akan terakumulasi
dalam sel-sel darah merah dan akan terurai perlahan bersamaan dengan
berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah
120 hari
atau sekitar 3 bulan).

Karena ikatan HbA1c dapat bertahan lama, dan jumlah HbA1c yang terbentuk
tergantung pada konsentrasi glukosa darah, maka pemeriksaan HbA1c dapat
menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama 1-3 bulan.

Pemeriksaan HbA1c berbeda dengan pemeriksaan glukosa darah, dimana


pada pemeriksaan glukosa darah hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa
darah pada saat diperiksa saja, sedangkan pada pemeriksaan HbA1c dapat
memberikan gambaran rata-rata glukosa darah selama 1-3 bulan, dan juga pada
pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, olahraga ataupun
obat yang dikonsumsi.

Jadi meskipun pada saat pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa / N


dan 2 jam sesudah makan / PP dalam rentang normal (untuk pasien DM) belum
tentu pengendalian konsentrasi glukosa darahnya baik.

Kriteria Pengendalian DM Berdasarkan Nilai HbA1c


Baik : Kadar HbA1c <6,5 %
Sedang : Kadar HbA1c 6,5 % - 8 %
Buruk : Kadar HbA1c >8 %

Manfaat pemeriksaan HbA1c

1. Mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari yang lalu (sesuai usia
eritrosit).

2. Menilai efek perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya, sehingga tidak dapat


digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek.

3. Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya


komplikasi diabetes.
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Pengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam
asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan
proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).
Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk dibakar agar mendapatkan
kalori atau energy. Sebagian gula yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari usus dan
sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Gula yang ada di usus bisa
berasal dari gula yang kita makan atau bisa juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan
dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti, dan lain-lain (Djojodibroto, 2001).
Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam
makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal
(monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri dari
disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen).
Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L. (James, Baker, & Swain,
2008). Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara 80 mg%-
120 mg%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170 mg%, dan dua jam sesudah
makan akan turun hingga mencapai 140 mg% (Lanywati, 2001).

2. METABOLISME GLUKOSA DARAH


Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup.
Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya,
sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh
yang mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :
a. Metabolisme karbohidrat
Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian besar intake makanan sehari-hari, dan sebagian
besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi dari karbohidrat dalam metabolisme
adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk proses-proses
metabolisme lainnya. ( William F. Ganong, 2009 ). Karbohidrat dalam makanan terutama adalah
polimer-polimer hexosa, dan yang penting adalah glukosa, laktosa, fruktosa dan galaktosa
Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-isomer. Hasil yang utama dari
metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah glukosa. ( William F. Ganong,
2010 ). Glukosa yang dihasilkan begitu masuk dalam sel akan mengalami fosforilasi membentuk
glukosa-6-fosfat, yang dibantu oleh enzim hexokinase, sebagai katalisator. Hati memiliki enzim
yang disebut glukokinase, yang lebih spesifik terhadap glukosa, dan seperti halnya hexokinase,
akan meningkat kadarnya oleh insulin, dan berkurang pada saat kelaparan dan diabetes. Glukosa-
6-fosfat dapat berpolimerisasi membentuk glikogen, sebagai bentuk glukosa yang dapat
disimpan, terdapat dalam hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama dalam hati dan otot
rangka. ( William F. Ganong, 2010 )
b. Metabolisme gula darah
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk ke hati, dan
disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan
untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula
dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang
tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga
glukosa darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal,
maka glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ). ( Depkes RI, 2008 )
Beberapa jaringan di dalam tubuh, misalnya otak dan sel darah merah, bergantung pada
glukosa untuk memperoleh energi. Dalam jangka panjang, sebagian besar jaringan juga
memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya membentuk gugus ribose pada nukleotida atau
bagian karbohidrat pada glikoprotein. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup manusia harus
memiliki mekanisme untuk memelihara kadar gula darah.
a) Sumber glukosa darah
Setelah makan, karbohidrat dalam makanan berfungsi sebagai sumber utama glukosa
darah. Sewaktu kadar glukosa darah kembali ke rentang puasa dalam 2 jam setelah makan,
glikogenolisis dirangsang dan mulai memasok glukosa ke darah. Kemudian, glukosa juga
dihasilkan melalui glukoneogenesis. Selama puasa 12 jam, sumber utama glukosa adalah
glikogenolisis. Namun setelah puasa sekitar 16 jam, glikogenolisis dan glukoneogenesis
memiliki peran yang sama dalam memelihara glukosa darah. Tiga puluh jam setelah makan,
simpanan glikogen di dalam hati habis. Akibatnya, glukoneogenesis adalah satu satunya
sumber glukosa darah. Mekanisme tersebut yang menyebabkan lemak digunakan sebagai bahan
bakar utama dan yang memungkinkan kadar glukosa darah dipertahankan selama masa
kekurangan makanan menyebabkan protein tubuh dapat dipertahankan. Karena itu, manusia
dapat bertahan hidup tanpa mendapat makanan dalam jangka waktu alam, sering melebihi satu
bulan bahkan lebih.
b) Kadar glukosa darah dalam keadaan kenyang
Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah adalah konsentrasi
glukosa darah itu sendiri, dan hormone terutama insulin dan glucagon. Ketika makan terjadi
peningkatan kadar glukosa darah yang kemudian meransang sel B pankreas untuk meningkatkan
sekresi insulin. Asam amino tertentu, terutama arginin dan leusin, juga merangsang pengeluaran
insulin dari pancreas. Kadar glukagon yang diskresikan sel A pankreas, dalam darah mungkin
meningkat atau menurun, bergantung pada isi makanan. Kadar glukagon menurun sebagai
respons terhadap makanan tinggi karbohidrat, tetapi kadar glucagon meningkat sebagai respons
terhadap makan makanan tinggi protein.
Setelah makan makanan campuran khusus yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak,
kadar glucagon relatif tetap sedangkan kadar insulin meningkat.
c) Kadar glukosa darah pada keadaan puasa
Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon
meningkat. Perubahan hormone hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen
(glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar glukosa
darah dapat dipertahankan.
Kadar glukosa darah pada berbagai tahapan puasa
Glukosa (mg/dL)
Glukosa, 700 g/hari iv 100
Puasa 12 jam 80
Kelaparan 3 hari 70
Kelaparan 5-6 minggu 65

d) Kadar glukosa darah selama puasa jangka panjang (kelaparan)


Selama puasa jangka panjang terjadi sejumlah perubahan dalam pemakaian bahan bakar
yang menyebabkan jaringan lebih sedikit menggunakan glukosa dibandingkan dalam keadaan
puasa singkat dan lebih banyak menggunakan bahan bakar yang berasal dari triasilgliserol
adipose (yaitu, asam lemak dan turunannya, badan keton). Oleh karena itu kadar glukosa darah
tidak turun secara drastis. Sebenarnya bahkan setelah kelaparan 5-6 minggu, kadar glukosa darah
tetap dalam rentang 65 mg/dL.
Regulasi glukosa darah dapat berasal dari :
1. Karbohidrat makanan,
2. Lemak dan protein makanan ataupun yang ada dalam darah sendiri
3. Glikogen yang disimpan dalam otot tubuh
Karbohidrat dari makanan (ubi2an, biji2 an, buah2 an) setelah sampai diusus akan dicerna dan
terurai menjadi glukosa dan derivate lainnya. Glukosa yang ada dalam rongga usus oleh jonjot2
mukosa usus akan diserap dan dibawa oleh darah keseluruh bagian tubuh. Kalau tubuh
memerlukan enerji untuk gerak, berpikir dan lainya, maka yang mula2 digunakan sebagai
sumber enerji adalah glukosa darah. Glukosa darah akan diproses oleh insulin yang dihasilkan
pancreas menjadi kalori (untuk enerji), air (H2O) dan CO2. Kalau tubuh tidak memerlukan enerji
maka glukosa darah oleh glucagon akan diubah dan disimpansebagai glikogen otot . Kalau kadar
glukosa darah tidak mencukupi maka glikogen otot oleh glucagon akan diubah menjadi glucose.
Sumber lain untuk mencatu glucose darah adalahlemak tubuh , protein tubuh melalui proses
glukoneogenesis menjadi glucose.
Ada beberapa factor yang mengatur kadar glucose tidak melaui ambang batas:
1. INSULIN yang dihasilkan PANKREAS tubuh. Insulin mengubah glucose darah menjadi enerji
2. GLUKAGON yang dihasilkan PANKREAS; apabila kadar glucose berlebih akan diubah
menjadi glikogen, atau sebaliknya apabial kadar glucose darah rendah akan mengubah glikogen
menjadi glucose
3. Proses glukoneogenesis yang akan mengubah Lemak dan protein tubuh menjadi glucose darah
apabila kadar glucose darah rendah

3. ABSORBSI GLUKOSA DARAH


Tubuh setelah mendapat intake makanan yang mengandung gula akan melakukan proses
pencernaan, dan absorbsi akan berlangsung terutama di dalam duodenum dan jejunum
proksimal, setelah absorbsi akan terjadi peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu
dan akhirnya kembali pada kadar semula baseline. ( Sylvia Anderson Price, 2008 ). Besarnya
kadar gula yang diabsorbsi sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di dalam
usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula yang ada atau kadar dimana gula berada.
Untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat ditentukan
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). ( Sylvia Anderson Price, 2009 )

4. PENGERTIAN GLIKOLISIS
Glikolisis adalah proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam atom karbon,
secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memiliki tiga atom karbon.
Glikolisis dapat terjadi di luar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan dari dalam tubuh, bila
tanpa zat penghambat glikolisis maka komponen yang ada dalam sampel darah seperti eritrosit,
lekosit, dan juga kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kadar glukosa darah menurun.
Glikolisis juga dapat terjadi karena pengaruh suhu dan lama penyimpanan. ( Henry, 2011 )

5. PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GLUKOSA DARAH


1. Hiperglikemia
karena penyakit kelenjar tiroid/gondok. Pada pembesaran kelenjar tiroid/gondok maka akan
terjadi peningkatan kadar glucose darah. Kenaikan kadar glucose darah disebabkan hiper
aktifitas dari hormone yang dikeluarkan kel gondok (tiroksin)
Hiperglikemi karena kelainan kelenjar otak (hipofise, hipotalamus)
Hiperglikemi karena kekurangan, kelemahan aktifitas hormone insulin yang diproduksi dan
dikeluarkan oleh pancreas> Kelainan in disebut Diabetes Mellitus.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada dibawah normal , yang terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan ,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Syndrome hipoglikemia ditandai dengan gejala
klinis antara lain : penderita merasa pusing , lemas , gemetar , pandangan menjadi kabur dan
gelap , berkeringat dingin , detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran
( syok hipoglikemia ).

6. MACAM-MACAM PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH


1. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan
makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.
( Dep kes RI,2008 )
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien
berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah
pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan.
( Depkes RI, 2010 )

7. METODE PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH


a. Metode Kimia atau Reduksi
Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana panas,
sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris. Beberapa
kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang
panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu
reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif.
b.Metode Enzimatik
1. Metode Glukose Oksidase ( GOD-PAP )
Prinsip : enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonalakton
dan hydrogen peroksida.
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan
sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan
reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation
menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen
bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih
rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya
reagen dan hasil yang cukup memadai.
2. Metode Heksokinase
Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan
ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat
dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide
adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)

c. Reagen Kering (Gluco DR)


Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan
untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening
pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler
atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum
darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada
teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai
bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah
kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian akan
mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus electron terukur oleh alat
dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.

Anda mungkin juga menyukai