Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat.
2006).
Menurut Schult & videbeck (2007) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejalanya :
- Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan
orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
- Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah
tampak murung.
Menurut Carpenito, L.J (2005 : 352); Keliat, B.A (2006 : 20)
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Meliputi penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ketidakpercayaan orang tua, kecemasan
dan ketakutan yang berlebih, mudah tersinggung dan kurang percaya diri.
2. Faktor presipitasi
a. Trauma seperti pengniayaan seksual/ psikologis, menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
- Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.

b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR
adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2007).

4. Rentang Respon konsep diri

Adaptif Mal Adaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Identitas Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Kacau

Keterangan :
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negative dari dirinya.
3. Harga diri rendah : individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
4. Identitas kacau : kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek-aspek psikososial
kepribadian pasa masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
5. Psikopatologi
Faktor predisposisi (biologis, Faktor presipitasi (lingkungan, Faktor perilaku
psikologis, sosiokultural) interaksi dengan orang lain)

Ketidak mampuan menyesuaikan


diri terhadap adaptif dan situasi

Koping individu tidak efektif (malu)

Merasa bersalah pada diri sendiri

Merasa tidak berguna/ketidakberdayaan

Mengasingkan diri

Kurang percaya diri

Sukar mengambil keputusan

Gangguan Gangguan identitas Gangguan peran Gangguan pada Gangguan pada


gambaran diri diri diri ideal diri Harga diri

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri
Rendah

6. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Harga diri rendah.
Tujuan umum : Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil : Klien dapat menjawab salam, kilen mau bersalaman, klien
mau menyebutkan nama, kontak mata tidak mudah teralih, klien
kooperatif.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional : Komunikasi teraupetik akan memberikan kenyamanan pada
klien, sehingga klien dapat mengutarakan segala
permasalahannya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria hasil : klien mengungkapkan aspek positif yang dimilikinya dan
melakukan kemampuan yang masih dapat digunakan.
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
Rasional : Pengetahuan klien tentang kemampuan dan aspek positif yang
klien miliki dapat meningkatkan harga diri klien.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Kriteria hasil : adanya kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien
serta adanya kepercayaan klien atas kemampuan tersebut
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
- Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh
klien akan memotivasi klien dalam melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
yang dimilikinya.
Intervensi :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
Rasional : Perencanaan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
klien dengan tujuan untuk membangkitkan harga diri klien
kembali.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil : klien mencoba melakukan kegiatan yang telah
direncanakan, kegiatan dirumah sudah terencanakan.
Intervensi :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien dalam melakukan aktivitas
sesuai kemampuan dan disesuaikan dengan perencanaan yang
telah dibuat.
f. Keluarga : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria hasil : keluarga mampu merawat klien memberikan dukungan
penuh untuk klien.
Intervensi :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional : Memberi informasi kepada pasien tentang sistem pendukung
agar klien dapat memanfaatkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:


EGC.
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Stuart, Sudden, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Rasmun. (2005). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi
Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rawlins, R.P & Heacock, PE. (2005). Clinical Manual of Pdyshiatruc
Nursing, Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company..
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemahan). Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH

SP 1 : Mendikusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,


membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemempuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

1. Kondisi klien
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguang konsep diri : harga diri rendah

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Pasien tidak mengalami harga diri rendah setelah dapat digali kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b. Tujuan khusus
- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
- Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
- Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
4. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
c. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
d. Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
e. Latih kemampuan yang dipilih pasien
f. Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
Selamat pagi ? Perkenalkan nama saya , Saya senangnya dipanggil
. Saya adalah Mahasiswa STIKES NWU yang sedang praktek disini.
Nama Bu.. siapa ya? Senangnya dipanggil apa. Oh, jadi anda
senangnya dipanggil Bu.. saja.
2) Validasi/evaluasi
Bagaimana perasaan Bu.. hari ini..??Saya lihat dari tadi Bu..
melamun, ada yang sedang dipikirkan...?.
3) Kontrak
a) Topik
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah Bu.. lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat Bu.. dilakukan. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
b) Waktu
Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit?
c) Tempat
Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu?
b. Fase Kerja
Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki .
Ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini. O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
ibu. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?
Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus.
Ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus .
Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau
ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan ibu (tidak) melakukan.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur.
b) Objektif
Yah, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat
tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
2) Rencana tindak lanjut
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi
jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00.
3) Kontrak
a) Topik
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring....
b) Tempat
kalu begitu kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi.
c) Waktu
Kira-kira besok Ibu maunya kita ketemu jam berapa? Baik! Jadi
ibu maunya kita ketemu jam 10.00 WIB ya.

Anda mungkin juga menyukai