Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan bangga penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telas memberikan penerangan dalam menyelesaikan makalah ini.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Daryono Setiadi, Drs., MM. selaku

dosen matakuliah Studi Kelayakan Bisnis, atas ilmu dan bimbingannya.

Makalah ini berjudul budidaya jamur tiram putih diajukan untuk memenuhi tugas

Matakuliah Studi kelayakan Bisnis Fakultas Ekonomi-Manajemen Unwir Smester VIII.

Dalam makalah ini mungkin saja ada kekurangan, tentunya penulis mohon kritik dan

saran dari semua pihak.

Ahir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Indramayu, 18 Juni 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI .. ii

BAB I PENDAHULUAN .. 1

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Analisis Pasar ..................................................... 3

2.2 Proyeksi Pengembangan Usaha ...................... 5

2.3 Lokasi Produksi ................................. 6

2.4 Rencana Manajemen Perusahaan .......................... 7

2.5 Analisis Biaya dan Pendapatan ............................. 8

BAB III PENUTUP..... 11

DAFTAR PUSTAKA ..... 12

BAB I

PENDAHULUAN

Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan

untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap

pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun
proposal pengembangan usaha jamur tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas

beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial,

kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah

tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan

untuk dana operasional usaha.

Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong

baru. Di Indonesia budidaya jamur tiram akan dirintis oleh penulis pada tahun 2013 dengan

langkah awal mengajukan badan hokum usaha berupa CV.

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat

baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga

memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 35 % dari

berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 81,8 %. Selain itu jamur tiram

mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam

mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila

dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0

gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap

sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.

Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :

Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.

Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.

Antitumor, antioksidan, dll.

Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan

salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain

itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram

mutlak diperlukan dalam skala besar.


Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti

jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20

28C, dengan kelembaban 80 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya

matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Pasar

Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :

- Jamur Tiram segar

- Produk turunan Jamur Tiram seperti kripik jamur, jamur goreng tepung, jamur siap masak

dalam kemasan plastik, dll.

Rencana Usaha budidaya jamur tiram memiliki pasar yang jelas. Hampir semua petani

jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur

tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman sayuran

lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Permintaan jamur tiram di daerah Bandung dan sekitarnya mencapai 7 -10 ton

/hari. Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 3 ton /hari. Ini berarti terdapat gap

sebesar 4 7 ton/hari, yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram ini.

2. Pasar jamur tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan

Banten sehingga diperlukan produksi jamur tiram dalam skala besar.

3. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan

kesehatan.

4. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola

makan masyarakat kepada bahan pangan organik.

Target market usaha ini adalah konsumen jamur dari house need sehingga kebutuhan

akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar

tradisional pada umumnya dan beberapa retail pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada

secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan

restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi suppliers jamur tiram masih

minim dan masih sangat dibutuhkan.

Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah

pelayanan akan faktor satisfaction penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis

pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.

Rencananya, pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar

domestik, traditional market, dan house need.

Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :

1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke

berbagai wilayah Indramayu dan sekitarnya maupun luar Indramayu.

2. Pasar Tradisional Indramayu dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar

induk seperti pasar baru atas produk jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk skala

produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar

induk.

3. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan

melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah

memadai..

2.2 Proyeksi Pengembangan Usaha

Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi, namun

usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi
Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

tahap industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan

mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :

A. Tahap Industri Kecil Awal

Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan

kokoh

Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.

Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.

Penambahan tenaga kerja.

Pencarian investor

Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang

kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil awal diperkirakan berkisar antara

25 hingga 100 juta rupiah.

B. Tahap Industri Kecil Lanjut

Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah kebutuhan

dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil

lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini

diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian

produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R & D dan administrasi.

Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri

menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000 baglog

produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi

hingga 9 ton per bulan. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini

diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.


C. Tahap Industri Menengah Nasional

Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari

sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk

melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja.

Investasi yang diperlukan masih dalam analisis.

2.2 Lokasi Produksi

Rencana usaha budidaya jamur tiram ini akan didirikan diatas tanah seluas kurang lebih

100 meter2 milik penulis sendiri, dengan mengandalkan lapangan (lahan) kosong belakang

rumah yang sangat cocok sebagai tempat bududaya jamur ini.

2.3 Kapasitas Produksi

Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 20.000 baglog. Produksi

dilakukan 4 kali dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 6000 baglog produksi.

Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 30 100 juta rupiah. Investasi diperoleh

dari beberapa investor.

Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung dan

kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia sehingga investasi yang ada

akan difokuskan untuk biaya operasional usaha. Adapu peralatan yang digunakan adalah :

1. rak kumbung jamur

2. rak jamur
2.4 Rencana Manajemen Perusahaan

Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri

rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah

sebagai berikut :

* Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas mengelola

perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka

pasar, melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan

sampai ke konsumen tanpa masalah.

* Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi. Direktur

Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara

keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.

* Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis

keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian

modal dan pembagian keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga

berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.

susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan penambahan pengurus baru dan

tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya,

sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari

lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas

produksi berjalan.

2.5 Analisis Biaya dan Pendapatan

A. (Skala Produksi 18000 log)


1. Modal tetap

modal tetap usaha jamur Rp. 5.000.000

2. Biaya Penyusutan

Nilai ekonomis lahan dan peralatan : 2 tahun

Rp. 5.000.000 : 4 = Rp. 1.250.000

3. Modal kerja (Biaya operasional)

a. Bahan baku untuk 18000 log

biaya operasional usaha jamur Rp. 18.395.000

b. Gaji pegawai

Jumlah total per musim = Rp.3.000.000,00

c. Utilitas Rp. 250.000

4. Total Modal = Modal tetap +modal Kerja

= Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000

= Rp. 26.645.000

5. Pendapatan kotor

Asumsi produksi jamur (kegagalan 20%) = 14.400 log x 0,5 kg = 7.200 kg

7.200 kg @ 5000 = Rp. 36.000.000

6. Biaya Produksi = Biaya penyusutan + modal kerja

= Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000

= Rp. 22.895.000

7. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor biaya produksi

= Rp. 36.000.000 Rp. 22.895.000

= Rp. 13.105.000
B. Break Event Point

BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan

= 22.895.000 / 5000

= 4579 kg

Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami

kerugian bila jumlah produksi sebesar 4579 kg

BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi

= 22.895.000 / 7200

= Rp. 3179,86

Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila

harga jual Rp. 3179,86 per kilo

C. Benefit Cost Ratio

BC Ratio = Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000

= 0,5

Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur adalah

0,5 di atas total biaya.

D. Masa Pengembalian Modal

Masa pengembalian modal = Rp. 13.105.000 + Rp. 1.250.000 x 100%

Rp.26.645.000

= 53,88 %

E. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:

: 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)

profit

Pengembangan usaha : 25 % profit

Pengelola : 20 % profit

: 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian


BAB III

PENUTUP

Jenis usaha yang akan didirikan adalah Budidaya jamurtiram putih yang nilai gizinya

sangat baikuntuk masyarakat. Peuang usaha ini dapat dilihat dari kesadaran masyarakat

dalam mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi serta semakin meluasnya pasar

jamur di indonesia.

Dengan analisis sasaran pemasaran yang jelas, proses produksi yang tidak rumit serta

pembuatan badan hukum usaha, maka rencana usaha ini bisa dianggap menembus pasar

produksi bahkan sampai ke pasar internasiona.

Keuntungan ekonomis dan nilai gizi merupakan faktor utama yang dicari baik dari

pihak penulis selaku produsen maupun bagi konsumen secara umum. Namun dengan

perkiraan keuntungan finansial yang penulis dapatkan seperti dijelaskan diatas, maka dapat

ditarik kesimpulan usaha ini dapat memenuhi kebutuhan usaha itu sendiri serta menambah

perhasilan bagi produsen sehingga usaha bududaya jamur tiram putih ini dapat dikatakan

layak untuk dijalankan.

http://adaddanuarta.blogspot.co.id/2012/08/contoh-makalah-studi-kelayakan-
bisnis_15.html

Anda mungkin juga menyukai