Anda di halaman 1dari 2

Iklan Rokok di Media Ruang

Jauh sebelum Pemerintah DKI Jakarta melarang iklan rokok media ruang, Pemerintah
Kota Padang Panjang telah menerapkan aturan serupa. Seperti dilansir http://www
.greenlifestyle.or.id/, papan-papan besar bertuliskan "Kawasan Tanpa Asap Rokok"
dan "Kawasan Tertib Rokok" terpampang di beberapa sudut Kota Padang Panjang, sa
lah satu wilayah di Provinsi Sumatera Barat.
Bahkan, jika dicermati jengkal demi jengkal kota kecil tersebut, maka tidak akan
didapati satu pun iklan, promosi dan sponsor rokok di wilayah itu. Pemerintah K
ota Padang Panjang menetapkan kawasan tanpa asap rokok dengan melarang kegiatan
merokok di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat ib
adah, tempat kegiatan anak-anak dan angkutan umum.
Ketentuan demikian itu termaktub di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 te
ntang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Selain itu, pemerintah
kota juga menetapkapkan kawasan tertib rokok dengan hanya memperbolehkan merokok
pada tempat khusus yang disediakan. Peraturan ini berlaku di kawasan wisata, ho
tel, restoran, rumah makan, pasar, terminal, kantor pemerintah, kantor swasta, p
abrik dan industri lainnya.
Alhasil, upaya Walikota Padang Panjang untuk membuat kawasan tanpa asap rokok da
n kawasan tertib rokok di daerahnya membuat Pemerintah Provinsi Sumatera Barat t
ergerak menargetkan seluruh kabupaten/kota memiliki peraturan daerah serupa.
Perda Kawasan Tanpa Rokok
Lalu, bagaimana dengan Kota Medan? Pemerintah Kota Medan telah mengeluarkan Pera
turan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok jo Peraturan Walikot
a (Perwal) Nomor: 35/2015 tentang Petunjuk Teknis Perda Tentang Kawasan Tanpa Ro
kok. Kedua norma hukum yang mengatur kawasan tanpa rokok itu pantas disambut bai
k dan merupakan keputusan cerdas yang mempunyai nilai edukasi tinggi.
Eksistensi peraturan itu akan sangat banyak memengaruhi para perokok. Selama ini
pelarangan pemasangan iklan rokok pada media luar, pelbagai ancaman tentang bah
aya merokok, dari bahaya kanker dan bisa merusak janin serta dapat membunuh pun
tidak berdampak pada perokok.
Usaha pemerintah menjadikan warganya hidup sehat tanpa rokok, perlu diberikan ap
resiasi. Apalagi norma kawasan tanpa rokok disertai dengan regulasi berkenaan de
ngan iklan rokok di media ruang. Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 201
2 jo pasal 15 Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (K
TR) mengatur tentang peletakan dan ketentuan iklan rokok di media ruang.
Kedua aturan itu menetapkan iklan produk tembakau di media ruang harus memenuhi
ketentuan: Tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok; Tidak diletakkan di jalan ut
ama atau protokol; Harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh me
motong jalan atau melintang; dan Tidak boleh melebihi ukuran 72 m2.
Di dalam kedua norma itu, iklan rokok dilarang dipasang melintang di jalan raya,
dekat tempat ibadah, lembaga pendidikan, juga di dalam kegiatan olahraga dan ke
agamaan.
Masalahnya di kawasan yang telah ditetapkan sebagai KTR, eksistensi kedua peratu
ran tersebut belum terlihat menyentuh sisi iklan media luar. Secara kasat mata i
klan rokok media luar masih banyak yang melanggar aturan. Penetapan KTR pada pel
bagai lokasi yang telah ditetapkan bakal sia-sia belaka jika iklan rokok media l
uar bebas melanggar aturan.
Oleh karena itu, sesuai landasan hukum yang ada, peraturan mengenai larangan ikl
an rokok di media luar harus ditegakkan. Pemerintah Kota Medan harus berani mene
rtibkan semua iklan-iklan yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapk
an.
Masih banyak iklan rokok yang diletakkan di kawasan tanpa rokok, di jalan utama
atau protokol, diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan masih banyak yang memoto
ng jalan atau melintang.
Banyak pula iklan rokok dipasang dekat tempat ibadah, lembaga pendidikan, juga d
i dalam kegiatan olahraga dan keagamaan. Terkesan aturan dikalahkan kekuatan mod
al para pengiklan. Petugas pemerintah seakan tutup mata dengan pelbagai pelangga
ran hukum secara vulgar. Tanpa ada usaha untuk menertibkan iklan rokok, wibawa p
emerintah daerah dipertaruhkan. Edukasi dan sosialisasi Perda Kota Medan Nomor 3
Tahun 2014 mesti terus didorong agar dapat efektif.
Ekses Iklan Rokok
Keberadaan iklan rokok baik yang ada dalam iklan televisi, media cetak, internet
, bahkan iklan luar ruangan yang sering ditemui dalam bentuk baliho, papan rekla
me, atau tempelan poster di warung-warung ternyata menjadi pemicu anak di bawah
umur untuk merokok.
Anak-anak yang semula pernah mencicipi rokok, dengan adanya iklan-iklan tersebut
ternyata memiliki keinginan untuk merokok kembali. Bahkan mereka yang belum per
nah merokok sekalipun juga ikut tergiur mencoba merokok (www.sorotbantul.com)
Karenanya, keberhasilan Kota Padang Panjang dan DKI Jakarta menjadi wilayah yang
memiliki kawasan tanpa asap rokok, kawasan tertib rokok, serta melarang segala
bentuk iklan, promosi dan sponsor rokok diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi
pemerintah daerah lainnya.
Menurut Awang Darumurti, peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
bekerja sama dengan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UMY, iklan rokok
, promosi dan sponsorship yang dilakukan industri rokok sangat signifikan pengar
uhnya terhadap anak-anak di bawah umur dan perempuan.
Awang menyebutkan, jika iklan rokok yang ditayangkan itu sebenarnya lebih banyak
memiliki tujuan jangka panjang. Sebab, jika iklan rokok tersebut dilihat oleh a
nak-anak, khususnya anak-anak di bawah umur, maka mereka akan memiliki pengetahu
an tentang rokok itu dan kemudian akan mencoba rokok tersebut di kemudian hari.
Beliau menambahkan, Kalau iklan rokok ini ditujukan pada anak-anak, ini sebenarn
ya ada investasi besar yang diharapkan. Industri rokok mencoba mengenalkan produ
knya sebisa mungkin agar masuk dalam tekanan otak anak-anak. Kalau sudah masuk k
e otak, anak-anak itu akan menjadi konsumen potensial mereka. Melalui iklan anak
-anak sudah mengenal tentang rokok. (Dr Farid Wajdi SH MHum)

Anda mungkin juga menyukai