Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana yang dimaksudkan
dalam pancasila dan UUD 45.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa Puskesmas sebagai
bagian dari sistem Kesehatan Nasional, sub sistem, dari kesehatan yang berada di
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional. Sebagai sistem yang harus berjalan, Puskesmas
dilengkapi dengan organisasi, memiliki Sumber Daya dan Program kegiatan pelayanan
kesehatan.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib
dilaksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan
diantaranya program pengobatan, promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan
penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.
program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang
berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ada (5) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesling
1) Penyehatan sumber air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi sanitasi SAB,
pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.
2) Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran pembuangan air
limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
3) Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam
renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut, dilakukan upaya
pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan dan
perkantoran
4) Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan
pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan
penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan
5) Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk)
Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin menjadi
perindukan nyamuk.
6) Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan
lainnya.
1.2 Tujuan
Umum : Meningkatkan kemampuan manajemen Program Kesling
Puskesmas dalam mengelola kegiatannya dalam upaya
Peningkatan pencapaian program Kesling.
Khusus :
1. Dapat disusunnya rencana usulan kegiatan program Kesling
2. Dapat disusunnya rencana pelaksanaan kegiatan progaram Kesling
BAB II
VISI DAN MISI PUSKESMAS
2.1 VISI
Masyarakat Sawahlunto yang mandiri untuk hidup sehat menuju kota wisata tambang
yang berbudaya dan sejahtera
2.2 MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas maka ditetapkan misi pembangunan kesehatan
kota Sawahlunto sebagai berikut :
1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
2. Meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan.
BAB III
TUGAS POKOK PROGRAM KESLING
BAB IV
PENCAPAIAN PROGRAM KESLING TAHUN 2010 &
PERENCANAAN PROGRAM KESLING TAHUN 2011
Perilaku / kebiasaan
Perilaku / kebiasaan masyarakat
masyarakat
yang BAB di sungai dan
sembarangan tempat
Faktor ekonomi
Masyarakat mengganggap bahwa
membuat jamban itu mahal
Kurangnya dukungan / sokongan
Dukungan LS (Lintas
dari lintas sektoral untuk
Sektor)
mengajak masyarakat untuk
membuat jamban sederhana
Sarana dan prasarana Masih rendahnya pencapaian
yang tidak mendukung SPAL yang memenuhi syarat
2 Masih rendahnya Masih adanya kesehatan
cakupan SPAL yang masyarakat yang
memenuhi syarat dari mengalirkan air
target 100 %, tercapai pembuangannya
baru 26.8 % langsung kesungai
Masih kurangnya
system drainase kota
Rendahnya status
ekonomi keluarga
Kepemilikan rumah
yang masih berstatus
sewa/kontrak
Menjelaskan tentang
Sosialisasi CLTS ke bahaya BABS (Buang Air
Sekolah Besar Sembarangan)
Mengusulkan OH petugas
Memberikan OH
petugas
1 Penyuluhan
Tidak semua masyarakat datang Melalui undangan
diundang atau tidak berada dirumah Kunjungan rumah oleh
petugas dan kader kesling
Menggunakan puskel
2 Membuat Adanya jadwal yang bentrok dengan Konfirmasi ulang sebelum
jadwal kegiatan lain jadwal kunjungan
kunjungan
3 Menerangkan / Dana tidak ada Mengusulkan permintaan dana
menjelaskan ke Lintas Sektor
tentang
pembuatan
jamban sehat
4 Bekerjasama Masyarakat yang tidak sulit untuk Melakukan pendekatan dan
dengan lintas berubah kerjasama dengan tokoh
sector untuk masyarakat
menjadikan
salah satu desa
ODF
5 Memotivasi Masyarakat yang tidak sulit untuk Melakukan pendekatan dan
masyarakat berubah kerjasama dengan tokoh
untuk mau masyarakat
berperilaku
hidup bersih
dan sehat
melalui
penyuluhan
keliling
6 Mengusulkan Dana tidak di anggarkan Di usulkan dalam anggaran
leaflet ke DKK
7 Melakukan Kurangnya keaktifan dari natural Bekerjasama dengan petugas
pelatihan leader dalam melakukan pemicuan kesehatan
natural leader
dan pemicuan
CLTS
8 Melakukan Kurang mengerti murid SD tentang Bekerjasama dengan guru
pemicuan CLTS bahaya dari BABS dalam memberikan motivasi
pada murid SD kepada murid untuk melakukan
perubahan
9 Mengusulkan Tidak ada dana untuk OH petugas Di usulkan dalam PTP ini
OH petugas
pada PTP ini
BAB V
PENUTUP
Diharapkan pada semua pihak yang terkait dapat melaksanakan program kesling
dengan baik dan profesional sehingga mendapat hasil yang lebih baik.
Akhirnya kami mengharapkan dukungan dari semua pihak maupun lintas sektoral
terkait buntuk dapat berperan serta dalam program kesehatan yang kami rencanakan.
Makalah Sanitasi Tempat-Tempat Umum
BAB I
PENDAHULUAN
3.1.SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum
optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU, belum optimalnya
pemeriksaan rumah tangga sehat, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan
sanitasi TPM.
2. Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesling PKM Muara Fajar adalah
belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
3. Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya jumlah
petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas
lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana
khusus untuk kugiatan.
5. Upaya pemecahan masalah yang telah terlaksana adalah pemberian surat rekomendasi
yang berisi pemberdayaan petugas, penyediaan alat pengukuran kualitas lingkungan,
dan pengalokasian dana khusus untuk kegiatan.
3.2.SARAN
1. Sebaiknya Kepala Puskesmas memberdayaan petugas lain untuk membantu petugas
Kesling dalam pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU.
3. Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang ada
secara optimal untuk menunjang kegiatan ini.
A. Pengertian
Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
Secara umum, Sanitasi diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan terbebas dari ancaman penyakit. Sedangkan tempat-tempat
umum diartikan sebagai suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan
kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak,
atau
usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering
digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman
B. Tujuan
Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain:
2. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan
C. Ruang lingkup
Secara spesifik ada beberapa ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:
2. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes disposal meliputi sawage,
1. Hotel,
2. Kolam renang,
3. Pasar,
4. Salon,
5. Panti Pijat,
6. Tempat wisata,
7. Terminal,
E. Syarat
F. Aspek
sanitasi).
b. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasan hidup, adat istiadat,
c. Aspek administrasi dan manegement, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara
pengelolaan STTU yang meliputi: Man, Money, Method, Material, dan Machine.
G. Undang-undang
pemandian umum.
H. Manfaat
umum, yaitu:
1. Pengusaha
a. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturan perundang-undangan
yang menyangkut usaha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehatan masyarakat.
b. Belum mengetahui/kesadaran mengenai pentingnya unsaha STTU untuk menghindari
pengawasan.
tempat umum yang ada kemudian disalin kembali atau digambarkan dalam bentuk peta
mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab dengan mewawancarai dan melihat
langsung kondisi tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika perlu apabila dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari analisa Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) meliputi sanitasi tempat-tempat
umum berupa; sekolah, tempat peribadatan,terminal, dan rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah di wilayah Batu Kota sebesar 75%
berpotensi sehat, sedangkan 25% sekolah tidak berpotensi sehat.
2. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan sebesar 56% di wilayah
Kota Batu berpotensi sehat, sedangkan 44% tempat peribadatan tidak berpotensi sehat.
3. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal sebesar 100% berpotensi sehat.
4. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit tidak ditemukan hasil karena
belum dilakukan pemeriksaan.
2.SARAN
1. Upaya yang harus dilakukan untuk mengintervensi tatanan sekolah yang tidak
berpotensi sehat dilakukan pelatihan dokter kecil, karena faktor inilah yang harus segera
ditindaklanjuti sebagai kegiatan mandiri pelayanan kesehatan siswa sekolah dasar oleh dokter
kecil yang telah dibina.
2. Peningkatan Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan yang perlu
diperhatikan adalah mengenai kebersihan lingkungan yang meliputi;kebersihan lantai,
kebersihan tempat wudlu, dan kebersihan langit-langit.
3. Usaha mempertahankan kondisi terminal yang sehat memerlukan kerjasama dan
koordinasi yang baik antara lembaga terkait dengan masyarakat.Masyarakat perlu
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan sehingga akan tercipta
suasana terminal yang menyenangkan dan bersih.
4. Analisis Indeks Potensi Tatanan Sehat Rumah Sakit perlu dilakukan untukmelihat
kondisi rumah sakit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestic).
Pembuangan akhir limbah tinjaumumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungaiatau danau, dibuang ke tanah ,
dan ada juga yang dibuang kekolam atau pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia,
masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinandengan sanitasi
yang sangat minim.
Permasalahan sanitasi di Indonesia dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan yang
sangat kompleks dan urgent. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia bahkan di daerah
ibukota sendiri yang mengalami permasalahan sanitasi. Padahal sanitasi juga dapat menjadi
tolok ukur dan faktor pendukung sebuah kesejahteraan bagi masyarakat.
Masih sering dijumpaisebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai
karenatidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuanganair limbah rumah
tangga maupun air buangan dari kamarmandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat
yangmembuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang
disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.Hal ini terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi,
faktorkebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yangrelative rendah dari
masyarakat pun memang sangatberpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.
Dalam penerapannya dimasyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah,
pengolaan sampah, control vector, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi
makanan, serta pencemaran udara.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan
lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek
pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang
terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk
preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan.
Menurut beberapa literatur yang disebut tempat umum adalah suatu tempat dimana
orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara
sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun
tidak membayar.
Dari latar belakang yang telah penulis jabarkan diatas maka penulis mengambil judul
dalam makalah iniadah Pengelolaan Sanitasi Di Tempat-Tempat Umum (STTU)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kalah ini adalah :
1. Apa pengertian sanitasi?
2. Bagimana pengelolaaan sanitasi Tempat-tempat umum (STTU)?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahu dan memahami pengertian dari Sanitasi
2. Memahami pengelolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU).
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi peihak bagi semua pihak
yang terlibat didalamnya, dengan tujuan agar adanya pemahaman dan peningkatan mengenai
pelaksanaan penglolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU).
E. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis mengambil sumber materi dari buku dan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
Lingkungan hidup biasa juga disebut dengan lingkungan hidup manusia (human
environment) atau dalam sehari-hari juga cukup disebut dengan "lingkungan" saja. Unsur-
unsur lingkungan hidup itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia, hewan, tumbuhan.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain,
lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Istilah lingkungan hidup, dalam
bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan Millieu,
sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan I'environment. Pengetian Sanitasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi
lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan
pengendalian lingkungan.
Menurut Mukono, (2000). Mengemukakn bahawa :
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan
yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut dapat dicegah (Adriyani, 2005). STTU merupakan problem kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat-tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala macam penyakit terutama penyakit-penyakit yang medianya makanan,
minuman, udara dan air. Dengan demikian STTU harus memenuhi syarat-syarat kesehatan
dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat
.
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang
berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau
menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat
dicegah (Fahmi, 2009). Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan
problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan
tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh
masyarakat
Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Terkait
makanan, sanitasi didefinisikan sebagai penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu
mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi) makanan atau terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Ruang
lingkup sanitasi Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengansanitasi adalah suatu
upaya pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia, yang mencakup diantaranya : pengelolaan air besih,
pengelolaan sampah dan limbah, Pengolahan makanan dan minuman.
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan
yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut dapat dicegah. Hambatan yang sangat sering dijumpai dalam pelaksanaan
sanitasi di tempat-tempat umum meliputi: Belum adanya pengertian, Belum
mengetahui/kesadaran, adanya sikap keberatan dari pengusaha atau pihak-pihak tertentu,
belum adanya adanya sikap apatis dari masyarakat, Belum semua peralatan dimiliki oleh
tenaga pengawas pada standar yang tepat, masih terbatasnya pengetahan petugas, masih
minimnya dan Belum semua wilayah memiliki saran transportasi untuk kegiatan pengawasan.
B. Saran
Sanitasi Tempat-tempat umum merpakan hal yang sangat penting oleh karena
pengelolaan pengawasan pemeliharan dan pengembangan Sanitasi tempat-tempat umum
hendaknya dulakuakn secara intensif dan didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun
yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan
kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World Bank,
2007).
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga
menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air
tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap
tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare
nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pad a semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun
32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku
mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah
tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian
diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan
Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal
ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development
Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.
Pengertian STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah
suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan
untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan
makanan/minuman bayi.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit.
Sanitasi dasar adalah hdala sarana sanitasi rumah tanggayang meliputi sarana Luang air
besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
Pemerintah Desa:
Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya berasal dari kader-kader desa, Para
Guru, dsb untuk memfasilitasi gerakan masyarakat. Tim ini mengembangkan rencana
desa, mengawasi pekerjaan mereka dan menghubungkan dengan perangkat desa
Memonitor kerja kader pemicu STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan
Mengambil alih pengoperasian dan pemeliharaan (O & M) yang sedang berjalan dan
tanggungjawab ke atas
Pemerintah Kecamatan:
Memelihara database status kesehatan yang efektif dan tetap ter-update secara berkala
Kabupaten Pemerintah:
Pemerintah Provinsi:
Mengintegerasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM
Pemerintah Pusat:
Mengintegerasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM
Strategi STBM
A. Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif
1. Prinsip
Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
meningkatkan perilaku higienis dan saniter.
2. Pokok Kegiatan
B. Peningkatan Kebutuhan
1. Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukungterciptanya
sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
C. Peningkatan Penyediaan
1. Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhanmasyarakat.
2. Pokok kegiatan
1. Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
E. Pembiayaan
1. Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
2. Pokok kegiatan
1. Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
2. Pokok kegiatan
A. Rencana Kerja
B. Indikator
Output :
Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasidasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang
tempat (ODF).
Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang
aman di rumah tangga.
Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas(seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci
tangan (air,sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan
benar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan
sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi
makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya
terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air
untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung
Eschericia coli.
Sebagai tindak lanjut, dilakukan replikasi CLTS di berbagai lokasi oleh berbagai
lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menghasilkan perubahan perilaku
buang air besar di sembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak 160 desa telah
ODF dan tahun 2007 mencapai 500 desa. (Depkes, 2007).
Kayu Kalek merupakan salah satu lokasi replikasi Pamsimas tahun 2011 yang berada
di kenagarian Koto Anau kecamatan Lembang Jaya.
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini merupakan acuan dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi yang terkait dengan
sanitasi total berbasis masyarakat.
BAB II
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan.
Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika
setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT
adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang
digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi,
persiapan makanan/minuman bayi.
Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas: Tidak buang air besar (BAB)
sembarangan. Mencuci tangan pakai sabun. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
Mengelola sampah dengan benar. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit.
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana Buang air
besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya
dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto (studi World
Bank, 2007).
1. Prinsip
2. Pokok Kegiatan
B. Peningkatan Kebutuhan
1. Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya
sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
C. Peningkatan Penyediaan
1. Prinsip
2. Pokok kegiatan
1. Prinsip
2. Pokok kegiatan
E. Pembiayaan
1. Prinslp
2. Pokok kegiatan
1. Prinsip
2. Pokok kegiatan
A. Rencana Kerja
Setiap pelaku pembangunan STBM mengembangkan rencana aksi serta
pembiayaannya untuk pencapaian sanitasi total yang disampaikan kepada pemerintah daerah.
B. Indikator
Output:
Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman
di rumah tangga.
Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air,sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
Outcome:
Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
BAB III
HASIL KEGIATAN
Jorong Kayu Kalek Nagari Koto Anau merupakan salah satu lokasi replikasi
PAMSIMAS Kab. Solok tahun 2011. Berdasarkan hasil pemantauan awal, pada tanggal 6
April 2011, jorong ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 563 Jiwa, dan 145 KK. Dari 106
Rumah terdapat 5 rumah yang memiliki sarana Jamban Keluarga, 3 diantaranya Memenuhi
Persyaratan Kesehatan (Leher angsa & tangki septik). Dan terdapat 2 buah sarana jamban
yang terletak di SD dan POSKESRI.
Untuk Air minum, penduduk menggunakan air yang berasal dari 3 sumber mata air
dan 1 buah sumur gali dan sebahagian kecil menggunakan air hujan. Sedangkan untuk air
bersih, penduduk masih menggunakan air banda (Sungai). Sebagian besar penduduk masih
menggunakan air sungai sebagai tempat MCK.
3.2.1 PEMICUAN
Pemicuan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2011 di masjid Kayu Kalek. Dengan
jumlah peserta sebanyak 28 peserta dan tim fasilitator (3 orang Tim Kesehatan Puskesmas,
dan 4 orang Tim Pamsimas).
1. Perkenalan
2. Mapping
4. Alur Kontaminasi
5. Simulasi Air
6. Puncak Pemicuan
7. Penutup
Perkenalan
Pada awal pemicuan, fasilitator memperkenalkan diri dan mencairkan suasana dengan
menanyakan suasana dan kondisi lingkungan yang berasal dari perkataan masyarakat, Ini
bertujuan agar masyarakat tidak merasa kaku dan nyaman ketika berada pada saat pemicuan.
Sehingga masyarakat secara terbuka memberikan informasi keadaan sekitar dan masyarakat
pun secara tidak langsung turut berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan.
Mapping
Mapping (pemetaan) bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta wilayah BAB
masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering setelah ada mobilisasi
masyarakat).
Semua peserta berpartisipasi aktif pada saat pemetaan. Fasilitator mengajak semua
peserta kedalam peta. Masing-masing peserta menunjukkan rumah dan lokasi BAB. Setelah
itu, fasilitator meminta masyarakat untuk mengamati keadaan desa mereka yang telah di
kepung oleh BAB dengan menanyakan kepada peserta Bagaimana perasaan jika melihat
keadaan kampong yang seperti ini?. Kemudian, fasilitator mengajukan pertanyaan Apakah
merasa bangga dan nyaman dengan keadaan yang telah dikepung oleh BAB?.
Alur Kontaminasi
Simulasi Air
Fasilitator meminta dan menunjukkan satu gelas air minum. Kemudian menawarkan
segelas air itu, kepada siapa yang mau meminumnya. Air yang ditawarkan tersebut diminum
oleh warga yang dilihat oleh semua peserta.
Fasilitator menunjukkan kembali segelas air minum yang baru, kemudian meminta
salah seorang warga menarik sehelai rambutnya. Rambut tersebut dianggap seolah-olah kaki
lalat disentuhkan ke tepung yang seolah-olah berupa kotoran, kemudian rambut yang terkena
tepung dicelupkan ke dalam segelas air tersebut. Fasilitator menanyakan kepada peserta siapa
yang bersedia minum air dalam gelas tersebut. Namun tak seorang pun peserta yang bersedia
meminumnya. Kemudian fasilitator menanyakan alasan mengapa tidak bersedia
meminumnya. Peristiwa ini sudah menimbulkan perasaan jijik peserta terhadap kotoran.
Puncak Pemicuan
Pada saat ini, masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara menghentikan Buang air
besar sembarangan, hal ini terlihat dari beragam jawaban yang dilontarkan peserta. Fasilitator
menanyakan apa yang harus kita lakukan dengan kotoran ini, dengan apa sebaiknya
dihilangkan, adakah cara yang sederhana untuk menghilangkannya. Apa langkah awal yang
harus dilakukan.
Dengan pertanyaan tersebut, para peserta mengatakan ingin segera menghilangkan
kotoran yaitu dengan membangun jamban. Mulai dari jamban sederhana hingga yang mahal
pun terpikirkan. Meskipun bertahap, mereka pun sepakat dan berjanji untuk segera membuat
jamban yang dimulai dengan perjanjian membuat lubang septic sebagai langkah awal
pembuatan jamban.
Alur kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan Pemicuan I. Namun, setelah tahap
perkenalan, dilakukan Transect-walk. Fasilitator mengajak peserta untuk berjalan-jalan
mengikuti aliran sungai dan tempat-tempat pembuangan tinja hingga tampak ada kotoran
yang tersangkut. Kemudian fasilitator menanyakan apakah yang tersangkut itu. Fasilitator
dengan sengaja mengajukan beragam pertanyaan dengan jangka waktu yang cukup lama
hingga peserta menutup hidung akibat bau yang ditimbulkan. Kemudian fasilitator
menanyakan kenapa menutup hidung. Apakah ada yang salah berdiri ditempat ini. Setelah
melakukan transect-walk, maka alur kegiatan pun dilanjutkan seperti pada pemicuan I.
Pada pemicuan ke II, fasilitator tidak hanya melakukan simulasi air. Karena simulasi
tersebut pernah ditunjukkan sebelumnya, fasilitator melakukan simulasi pada makanan, air,
dan tangan sebagai salah satu petunjuk alur kontaminasi. Pada tahap ini tidak jauh berbeda
dengan simulasi air. Namun, fasilitator mengganti media air dengan 2 bungkus roti, sabun, air
bersih, dan sapu tangan.
Bungkusan roti pertama ditawarkan kepada peserta yang bersedia untuk memakan roti
tersebut. Dengan ini, semua peserta menyaksikan komentar dari peserta bahwa roti ini aman
dimakan. Setelah itu, fasilitator membandingkan dengan bungkusan roti ke-dua. Fasilitator
memperagakan tangan menyentuh tepung yang dianggap seolah-olah tangan tersebut tidak
dicuci dengan sabun setelah BAB. Dengan tangan tersebut, fasilitator memberikan roti yang
ke-dua kepada salah satu peserta. Namun, tak satupun peserta yang mau memakan roti
tersebut. Karena hal tersebut, maka fasilitator bertanya mengapa tidak mau memakan roti,
padahal roti ke-dua sama dengan roti pertama. Apakah ada yang salah. Dimana letak
kesalahannya. Dengan berbagai pertanyaan maka peserta menjawab makanan tersebut sudah
tercemar oleh kotoran.
Dengan demikian, fasilitator menanyakan apa yang harus dilakukan agar makanan ini
aman dimakan. Dan peserta menjawab sebelum makan hendaknya cuci tangan pakai sabun.
Kemudian fasilitator menanyakan kembali mengapa tangan harus dicuci pakai sabun, dan
peserta menjawab karena tangan telah tercemar oleh kotoran. Fasilitator menanyakan
kembali, jika seperti itu apa yang harus kita lakukan dengan kotoran hingga akhirnya peserta
yakin untuk menyegerakan menyelesaikan pembuatan jamban.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan, petugas sanitasi dan bidan jorong
bersama tim Pamsimas mengadakan penyuluhan PHBS dan Kesling yang di adakan pada
tanggal 6 Januari 2012 yang diadakan di SDN 24 Koto Anau. Acara ini dihadiri sebanyak 35
peserta dengan Gender pria, wanita, dan anak-anak.
Dalam kegiatan ini, petugas sanitasi sebagai narasumber, tim pamsimas dan bidan
desa sebagai pengatur dan pengawasan kegiatan. Jumlah masyarakat yang hadir telah
menggambarkan keterwakilan dusun, laki-laki, perempuan, kaya dan miskin.
Setelah dilakukan pemicuan I, telah ditemukan secara alami peserta yang memiliki
keinginan merubah perilaku dan bersedia sebagai pemantau perilaku kebiasaan Buang air
besar masyarakat (Natural Leader). Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan Natural Leader
sebagai tindak lanjut dari pemantauan perilaku masyarakat.
Dalam kegiatan ini, petugas sanitasi tidak bisa hadir sebagai narasumber. Namun,
petugas sanitasi memberikan kepercayaan kepada bidan desa dan tim pamsimas untuk
melaksanakan kegiatan tersebut yaitu dengan memberikan Pedoman Pelatihan Natural Leader
Dalam rangka Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang ditulis oleh petugas sanitasi
pada tahun 2010. Sehingga, kegiatan ini pun dapat dilaksanakan dengan baik pada bulan
Desember 2011.
Agar pelaksanaan sanitasi dilakukan secara total, maka Pelaksanaan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat juga perlu dilakukan di lingkungan pendidikan. Anak didik dilatih sejak
dini untuk merubah perilaku menjadi pribadi yang berperilaku hidup bersih dan sehat.
Adapun sekolah yang akan dilatih adalah SDN 24 Koto Anau.
Sebelum kegiatan dimulai, petugas sanitasi dan bidan desa melakukan identifikasi
faktor risiko kesehatan lingkungan sekolah yang dilaksanakan pada tanggal 6 April 2011.
adapun hasil identifikasi sebagai berikut:
Jumlah peserta didik tahun ajaran 2010/2011 adalah 101 orang dengan 54
siswa dan 47 siswi. Jumlah Guru sebanyak 9 orang dengan 7 orang guru perempuan dan 2
orang guru laki-laki. SD ini memiliki 6 buah ruangan kelas, 1 buah ruangan perpustakaan
( yang sekarang masih ditempati sebagai kantor guru dan kepala sekolah ) dan 1 buah
ruangan olah raga .
Sekolah ini memiliki 2 buah WC dan 3 buah bak air, namun tidak memiliki
Sarana Air Bersih. Sehingga untuk penggunaan air, masih menggunakan air sungai (banda).
Sumber air minum adalah air isi ulang yang tersedia diruangan kantor guru dan kepala
sekolah. Saluran Pembuangan Air Limbah tampak kering.
Sekolah ini memiliki tempat sampah yang memadai disetiap ruangan kelas.
Namun tampak pada halaman sekolah terdapat tempat pembuangan sampah.
Adapun keadaan faktor risiko kesehatan lingkungan yang ada disetiap ruangan
adalah sebagai berikut:
a. Ruangan Guru dan Kepala Sekolah
Lantai, atap dan langit-langit, cahaya, ventilasi telah memenuhi syarat. Namun
pada dinding tampak sedikit retak. Ruangan ini memiliki tempat sampah yang memadai.
Namun, ruangan ini masih tampak adanya penumpukan buku-buku dilantai. Hal ini dapat
menimbulkan risiko sebagai tempat peristirahatan vektor seperti kecoak,dsb.
Keadaan ruangan ini telah memenuhi syarat kesehatan, namun tidak memiliki
langit-langit. Ruangan ini tidak tampak adanya tempat sampah. Hal ini disebabkan karena
tempat sampah masing-masing ruangan masih berada diruangan guru.
Keadaan ruangan ini telah memenuhi syarat kesehatan, namun pencahayaan pada
ruangan ini masih kurang, kecuali pada ruangan kelas V. Pada masing-masing ruangan ini
tidak memiliki tempat sampah, kecuali di ruangan kelas I dan II.
Berdasarkan pengamatan visual yang telah dilaksanakan oleh petugas sanitasi, jika
dibandingkan dengan standar, maka tingkat faktor risiko kesehatan lingkungan di SDN 24
Koto Anau adalah cukup berpotensi menimbulkan gangguan dengan kondisi kesehatan
lingkungan yang cukup.
Sedangkan penyuluhan ke-dua dan Demo CTPS dan Gosok gigi dilaksanakan pada
bulan Desember 2011 oleh Bidan Desa dan tim Pamsimas. Petugas Sanitasi tidak bisa hadir
pada kegiatan tersebut.
Agar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat terlaksana dengan baik maka
diperlukan pemeriksaan kualitas air bersih terhadap sumber air bersih yang akan
dipergunakan oleh masyarakat Jorong Kayu Kalek yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus
2011. Sumber Air Bersih ini berupa Mata Air yang belum terlindungi yang terletak dipinggir
aliran sungai Anduring (Perbatasan antara Jorong Kayu Kalek dan Jorong Kandang Jambu).
Pada kegiatan ini, petugas sanitasi yang ditemani oleh seorang tim pamsimas dan
seorang warga. Petugas sanitasi mengambil sampel air secara bakteriologis dan kimiawi
dimana sampel yang telah diambil tersebut langsung diantarkan ke Laboratorium Kesehatan
Kota Solok.
Pada tanggal 7 September 2011, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sumber air
tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan Baku Mutu menurut Permenkes No.416 tahun
1990 untuk Air Bersih dan Baku Mutu menurut Permenkes No.492 tahun 2010 untuk Air
Minum. Khusus untuk kandungan Cadmium, sesuai dengan Baku Mutu Air Bersih
Permenkes No. 416 tahun 1990 nilai ambang batas kandungan Cadmium dalam air bersih
adalah 0,005 mg/L, sementara hasil yang diperoleh adalah < 0,01 mg/L. Meskipun demikian,
menurut Baku Mutu Air Minum yang dikeluarkan oleh WHO (1971), kadar Cadmium yang
ada dalam air minum batas maksimumnya adalah 0,01 mg/L. Maka, air yang telah diperiksa
tersebut aman untuk dipergunakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Selama kegiatan ini Tim Kesehatan, Tim Pamsimas dan masyarakat setempat telah
bekerja sama dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kebersamaan yang dilakukan selama
pelaksanaan kegiatan.
4.2 SARAN
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan agar semua masyarakat dapat merubah perilaku
BABS menjadi Stop BABS
Diharapkan pada jorong ini agar segera dapat menjadi jorong ODF (Open Defecation
Free)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan
untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan
lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam
hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk
diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-
tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan
melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah
berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik
tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima
pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering
dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara,
seperti sholat berjamaah dan ceramah agama.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau
perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat
umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas
lainnya.
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
c) Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat Umum
d) Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
e) Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
f) Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor
lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan
oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal
(Depkes RI, 2002).
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor
lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya
merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi,
pembuangan limbah.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat
umum.
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan
rasa takut bagi pengunjung.
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang
mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi :
1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene
2. Alat-alat kebersihan
3. Tempat kegiatan
2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat,
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll
3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara
pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine
PENGUSAHA
1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-undangn
yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat
4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan
3. Follow Up
4. Evaluasi
* Hotel
* Restourant
* Kolam renang
* Pasar
* Bioskop
* tempat-tempat rekreasi
* tempat-tempat ibadah
* pertokoan
* Pemangkas rambut
* salon
a. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu tertentu
digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
a) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota
Ampenan
b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
e) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata.
f) Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air
kedap air.
g) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
h) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta
berwarna terang.
k) Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic,
bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih
yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
2) Fasilitas Sanitasi :
a) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi persyaratan air
bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran khusus.
b) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran
pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang
tertutup dan kedap air.
c) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah
diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang
memenuhi syarat.
Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi
perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi
tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan
infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan
untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaan, regulasi (peraturan) dan
norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah
(coach terminal).
Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
- Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan
menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan
pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum. Terminal penumpang dapat
dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :
a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung,
semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Fasilitas-faslitas
tersebut antara lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
4. Menara pengawas.
6. Kamar kecil/toilet.
Secara garis besar persyaratan sanitasi terminal dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu
bagian luar terdiri dari tempat parkir, pembuangan sampah, dan penerangan; dan bagian
dalam terdiri dari gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, tempat cuci tangan,
pembuangan air hujan dan air kotor, pemadam kebakaran, dan kotak P3K yang
dikelompokkan menjadi kelompok kecil, antara lain (Chandra, 2007):
Tempat Parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian yang bersifat
tidak sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir
adalah memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat Perhubungan Darat, 1998).
Pembuangan Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
Pembagian Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007):
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat,
khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk.
Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar,
dan sebagainya.
1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu, karet, daun
kering, dan sebagainya.
2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca, kaleng, dan
sebagainya.
d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat
kecelakaan atau secara alami.
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang
berasal dari perumahan.
j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik.
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat
radioaktif.
Pengelolaan Sampah
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap
pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007).
Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan sebagainya)
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk
memudahkan pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi
persyaratan berikut ini:
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang
tampak pada 4 aspek (Mukono, 2005):
a. Aspek kesehatan.
1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti: serangga, tikus,
cacing, dan jamur.
2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain:
d) Taenia.
b. Aspek lingkungan.
1) Estetika lingkungan.
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial
masyarakat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk
berkunjung.
Ruang Tunggu
Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang
tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah
didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya
tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan
nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu
terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah dengan menampilkan
sebuah ruang tunggu yang meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang
tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh. Penciptaan ini
bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang
memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior
ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah (
1. Ruangan bersih.
4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.
5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
(Padmanaba dkk ,2010).
Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini
memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai
macam penyakit saluran pencernaan (Suparmin, 2002).
Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka diperlukan teknik
pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah kenyamanan ataupun
kesehatan bagi manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum
optimalnya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, belum optimalnya
pemeriksaan terminal, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-
tempat umum.
2. Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesehatan lingkungan adalah belum
optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
3. Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya jumlah
petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas
lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana
khusus untuk kugiatan.
4. Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.
SARAN
2. Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang ada
secara optimal untuk menunjang kegiatan ini.