Bahan
Bahan
Oleh : Haris, SH
A. Pendahuluan
Kejahatan adalah sudah ada sejak dahulu kala di dalam suatu masyarakat, dan
dapat dikatakan sebagai suatu penyakit masyarakat. Menurut pendapat Kartini
Kartono: Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.1
Dan sepanjang sejarah hal tersebut adalah merupakan suatu hal yang ditakuti
oleh masyarakat, tetapi hal tersebut selalu ada di dalam masyarakat karena
merupakan suatu penyakit. Seorang ahli sosiologi berpendapat dari sudut
sosiologis.
Di lain pihak para ahli kriminologi dan sosiologi yang berpendapat lain yakni
mereka berpendapat: Kondisi lingkungan yang tidak waras merupakan tempat
persemayaman bagi kejahatan (Evil Resides in an imperfect environment).4
Dan inipun masih ada lagi pendapat Aristoteles (384. 322 S.M) yang
menyebutkan: Adanya hubungan di antara masyarakat dan kejahatan yaitu
dalam wujud peristiwa kemiskinan menimbulkan pemberontakan dan kejahatan.5
Hal ini akan nampak pula ada ungkapan di bawah: kejahatan yang selalu
akan ada, seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang, seperti halnya
musim yang akan berganti-ganti dari tahun ke tahun.6
Yang menarik dalam perkembangan kejahatan itu ialah akhir-akhir ini tidak
sedikit wanita-wanita yang terlibat dalam tindak kejahatan yang sebelumnya
hanya lazim dilakukan laki-laki, misalnya ikut serta dalam penodongan,
perampasan kendaraan bermotor, pembunuhan atau bahkan otak perampokan.
Maka citra wanita yang seolah-olah lebih bertahan terhadap kejahatan, mulai
pudar. Kenyataan ini menimbulkan keprihatinan di sementara kalangan wanita,
sebab sampai sekarang secara diam-diam wanita dianggap sebagai benteng
terakhir meluasnya kriminalitas.
Memang tidak salah jika para sepuh kita sering berujar, bahwa dunia semakin
rusak. Terbukti kenyataan sebagaimana di atas, oleh sejumlah kalangan dianggap
sudah merupakan kewajaran dalam era kekinian, dimana segala sesuatu lebih
mengedepankan kepentingan bisnis dari pada penghormatan nilai etika.
Sebagaimana dikatakan Rudy Gunawan, bahwa di era informatika dan global ini,
disadari bahwa segala sesuatu memiliki kedekatan dengan segala bentuk erotisme,
manusia semakin berlomba memanfaatkan erotisme sebagai pemenuhan prinsip
ekonomi, karena telah terbukti erotisme adalah bumbu penyedap yang membuat
produk laku keras dan dunia hiburan selalu berusaha memancing sensasi seksual
untuk menarik minat konsumen, alhasil dari padanya dihasilkan banyak uang.9
Dari uraian di atas, menarik untuk dilakukan kajian tentang latar belakang
atau alasan yang menjadi faktor penyebab tindakan prostitusi itu, apalagi hal itu
dilakukan oleh para mahasiswi. Hal mana dilakukan diharapkan untuk menjadi
bahan masukan dalam upaya mencegah dan menanggulangi perbuatan dimaksud
di masa-masa dan oleh generasi-generasi mendatang. Oleh karenanya penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisa Kriminologis
terhadap Prostitusi Yang Dilakukan Mahasiswi di Malang.
Sesuai dengan istilah dalam judul yang dipilih, maka permasalahan yang
hendak dikaji adalah berkaitan dengan tinjauan kriminologis. Artinya
permasalahan yang menjadi topik analisa adalah aspek faktor penyebab serta
upaya penanggulangan. Oleh karena itu dalam tulisan ini mengandung
permasalahan sebagai berikut :
Dengan Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan antara lain
adalah :
(3). Bagi masyarakat luas, diharapkan mampu membukakan mata hati dan telinga
mereka bahwa sesungguhnya di tengah-tengah kehidupan yang nampak aman,
tenteram dan damai masih juga terdapat suatu kenyataan yang cukup
memprihatinkan dan perlu penyadaran bersama yaitu bahwasanya ada sebagian
anggota masyarakat yang memerlukan wahana penyadaran akan perilaku
menyimpang.
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah lokasi Malang Raya,
dengan dasar pertimbangan secara kebetulan di wilayah ini berdasarkan observasi
awal ditemukan adanya praktek-praktek Prostitusi oleh kalangan mahasiswi di
beberapa tempat hiburan malam maupun di beberapa hotel di Malang.
Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data, yang mana
meliputi data primer dan sekunder.
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
maupun studi lapangan secara langsung kepada responden.
Data primer ini diperoleh dengan penelitian lapangan ke beberapa lokasi yang
disinyalir terdapat praktek-praktek prostitusi, sekaligus dengan pelaku-pelaku
yang didapat di lokasi yang bersangkutan.
Penulis dalam hal ini ini melakukan kegiatan membaca berbagai literatur-
literatur khususnya bidang Kriminologi, majalah, koran serta peraturan
perundangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, seperti Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP).
c). Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap suatu gejala yang
nampak di lokasi penelitian yang berguna sebagai bahan kajian untuk dikaji
dan dibahas sesuai dengan rujukan teori dan peraturan perundangan.
Tabel I
2. Waktu-waktu Prostitusi
Tabel II
Tabel III
NO USIA JUMLAH %
1. Tingkat 1 0 0
2. Tingkat 2 1 10%
3. Tingkat 3 2 20%
4. Tingkat 4 2 20%
5. Tingkat atas 5 50%
Jumlah 10 100%
Tabel IV
Umumnya konsumen dalam modus ini adalah para mahasiswa. Dengan hanza
berbekal info dari mulut ke mulut, biasanya konsumen langsung jemput di tempat
kost mahasiswi yang bersangkutan langsung di bawa ke tempat kost konsumen.
Bisa juga ketemunza mereka (antara konsumen dan mahsiswi) di sebuah tempat
hiburan malam, kemudian diajak pulang menuju tempat kost konsumen. Nilai
transaksi paling mahal Rp. 200.000,-
Tabel V
Dari data tabel di atas, menunjukkan bahwa mayoritas dari mahasiswi terjun
ke dunia prostitusi dilandasi motif ekonomi yaitu 5 orang (50%), sedangkan yang
3 orang (30%) karena faktor lingkungan, sedangkan sisanya 2 orang (20%) karena
faktor kesenangan semata.
Secara rinci mengenai keterangan data tabel di atas dapat diperkuat dari hasil
penelitian berupa hasil wawancara dengan sejumlah responden sebagaimana
diuraikan dalam diskripsi berikut ini. Diskripsi sengaja dipaparkan dalam bentuk
hasil olah data dari wawancara dengan pelaku.
1. Faktor Ekonomi
Adalah Agn mahasiswi sebuah PTS di Malang, secara jujur mengakui bahwa
penghasilan dari profesi prostitusi ini cukup untuk membantu orang tua di Jakarta
sekaligus biaya sekolah adik-adiknya yang kecil-kecil. Bahkan dengan hasil yang
diperoleh dari profesi ini, dia bisa mengontrak sebuah rumah di kawasan
perumahan Blimbing kota Malang dengan seorang pembantu, sedangkan sebagian
kamar rumahnya di-kostkan kepada beberapa mahasiswi.12
Lain halnya dengan pengakuan Ich, salah seorang mahasiswi PTS jurusan
ekonomi, tanpa ditutup-tutupi bahwa dia mengaku terjun ke dunia prostitusi ini
karena kiriman dari orang tua di Banyuwangi sangat minim dan itupun sering
terlambat sampai di kota Malang, akibatnya dia sering hutang kepada seorang
pejabat teras di kota Malang yang dikenalnya saat dia menjadi penerima tamu
sebuah acara dinas yang diadakan Pemkot di sebuah rumah makan. Untuk
menutupi hutang tersebut, mereka akhirnya mau melayani hubungan seksual
dengan seorang pejabat tersebut, dan anehnya pejabat itu setelah itu lama tak
kontak, yang tahu-tahu muncul malah menawarkan untuk menekuni profesi ini
dengan mengenalkan pada beberapa pejabat lainnya. Setelah itu maka kebiasaan
tersebut menjadi profesi.13
2. Faktor Lingkungan
Kalau Agn dan Ich lebih disebabkan karena faktor ekonomi, lain halnya
dengan Sisk (keturunan) mahasiswi PTN ternama, yang secara terus terang
menyombongkan diri bahwa uang banyak (bekerja sebagai penyanyi di sebuah
hotel tengah kota Malang, tapi mengapa dia terjun ke dunia prostitusi lebih
disebabkan karena pengaruh teman-teman, yang kebetulan satu kost (perumahan
Griya Santa) 6 orang semuanya senang begituan di hotel-hotel untuk melayani
Om-om. Saya merasa menemukan kebebasan dan kesenangan ketika mampu
memuaskan orang lain.14
3. Faktor Kesenangan
Faktor kesenangan dimaksud dalam faktor penyebab ini adalah motif yang
melatarbelakangi terjun ke dunia prostitusi karena hanya untuk kesenangan
semata, tanpa ada motif lain. Profesi dilakukan dengan dasar untuk memperoleh
kepuasan batin semata.
Lebih aneh lagi apa yang dilakukan Irm mahasiswi Sekolah Tinggi Hukum di
Malang, sejatinya wanita ini adalah sebagai istri simpanan seorang warga
keturunan, walaupun belum dikaruniai anak, tapi kehidupan dengan suaminya
kurang harmonis, dan konon katanya suaminya sudah kawin lagi dengan seorang
artis dangdut. Memang diakui meski tanpa ada sumber penghasilan hidup yang
rutin, tapi dia mengakui bahwa simpanannya di Bank atas deposit dari suaminya
sangat lebih dari cukup untuk hidup di kota besar sekalipun. Oleh karenanya dia
hanya ingin senang-senang semata dengan para laki-laki. Bahkan suatu kepuasan
penuh jika konsumennnya dari kalangan etnis tionghoa.17
(a). Faktor internal, yaitu adalah faktor penyebab dari dalam diri si pelaku, seperti
tingkat emosional, gangguan kejiwaan dll.
(b). Faktor eksternal adalah faktor penyebab dari luar si pelaku, seperti tekanan
ekonomi, lingkungan pergaulan, dll.
Adapun analisa terhadap kedua faktor penyebab terjadinya penyimpangan
perilaku terutama praktek prostitusi, adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal, yaitu berupa kejiwaan pelaku, dalam hal ini dapat berupa tingkat
emosional, intelegnsi atau bentuk kelainan maupun stabilitas kejiwaan.
Dalam uraian kasus di atas ditemukan bahwa ada beberapa orang yang
melakukan praktek-praktek prostitusi disebabkan karena pemenuhan kesenangan
semata. Bagi mereka tindakannya selama ini semata-mata guna pemenuhan
kepuasan atau kesenangan batin saja.
Sedangkan Hiperseks adalah kelainan seksual dalam bentuk nafsu atau libido
seks yang tinggi di luar kebiasaan normal, seperti mudah terangsang sehingga
menimbulkan nafsu untuk segera bersetubuh.21
Dari berbagai teori tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa kasus yang
dialami oleh pelaku karena semata-mata untuk mencari kesenangan bukan tidak
mungkin akibat dari penyimpangan mental atau kejiwaan yang bersangkutan.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor penyebab yang ditimbulkan dari luar diri
individu yang bersangkutan, seperti faktor lingkungan, ekonomi, atau lainnya.
Ciri dari faktor ini adalah adanya faktor di luar individu yang baik disadari
atau tidak, mampu menggerakkan, mendorong atau membentuk perilaku
menyimpang tersebut.
a. Faktor lingkungan
b. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi ini sebagaimana hasil penelitian merupakan faktor
yang dominan yang menjadi penyebab timbulnya tindakan prostitusi.
Bahkan jika dilihat dari data tabel menunjukkan angka lebih dari 50%.
Patroli biasanya dilakukan secara rutin dan berkala, terutama hari-hari yang
potensi dilakukannya prostitusi seperti sabtu malam ataupun minggu malam,
namun dalam hal ini biasanya dilakukan bersamaan dengan operasi narkoba.
Oleh karena itu yang bisa dilakukan oleh pihak kepolisian hanya melakukan
patroli secara sidak, sebagai upaya penanggulangan semata. Dan biasanya pihak
pengelola lebih lihai dalam menyiasati kehadiran petugas.30
1. Perlu ketegasan pihak aparat pemerintah sebagai pembuat ijin usaha, terutama
dalam hal penggunaan saran peruntukan, jika misalnya disalahgunakan seperti
hotel diperuntukkan kegiatan prostitusi, maka pihak pemerintah daerah harus
tegas mencabut ijin usaha tersebut.
2. Perlu diupayakan keterlibatan pihak perguruan tinggi dalam hal penanaman nilai-
nilai moral bagi para mahasiswa terutama perlunya aturan-aturan disiplin baik di
lingkungan kampus maupun di luar kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Ramli Atmasasmita, Prof. Dr. SH, MS, Teori dan Kapita Selekta
Kriminologi, Eresco, Bandung, 1992