6032 19855 1 PB PDF
6032 19855 1 PB PDF
ARINA MERLIANTI
NIM I 31110039
Oleh:
Arina Merlianti*
Yuyun Tafwidhah**
Arina Nurfianti**
Abstrak:
Latar belakang : Lansia mengalami penurunan kondisi dan fungsi tubuh salah satunya penurunan kualitas tidur yaitu
insomnia. Terapi musik adalah salah satu bentuk penyembuhan dengan distraksi secara nonfarmakologi untuk
mengobati atau mengurangi gejala insomnia. Mendengarkan musik sampai saat ini menjadi metode relaksasi yang
sering dilakukan untuk mengatasi kesulitan tidur karena musik merupakan cara yang mudah untuk mengalihkan
perhatian, musik lebih sederhana, mudah dimengerti dan hampir semua orang menyukainya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kualitas Tidur Penderita
Insomnia Pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014
Metodologi Penelitian : Merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian pre-eksperimental
dengan one-group pretest-posttest design tanpa adanya kelompok kontrol. Jumlah responden 16 orang. Analisis yang
dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil : Analisis bivariat menggunakan paired t test menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap kualitas
tidur sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan nilai p= 0,000
Kesimpulan : Ada pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Terapi
musik dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Oleh karena itu disarankan untuk dilakukannya penelitian yang
bersifat aplikasi aspek biokimia pada lansia yang mengalami gangguan tidur.
Pada lanjut usia kondisi dan fungsi Jenis penelitian ini adalah penelitian
tubuh pun semakin menurun sehingga semakin kuantitatif, dengan menggunakan desain
banyak keluhan yang terjadi. Beberapa penelitian pre-eksperimental dengan one-group
masalah yang sering muncul pada lanjut usia pretest-posttest design tanpa adanya kelompok
yaitu immobility (imobilisasi), instability kontrol. Pendekatan one group pretest-posttest
(instabilitas dan jatuh), incontinence design menggunakan satu kelompok subjek,
(inkontinensia), intelectual impairment dimana dilakukan pretest atau pengamatan
(gangguan intelektual), infection (infeksi), awal terlebih dahulu sebelum dilakukan
impairment of vision and hearing (gangguan intervensi, setelah dilakukan intervensi,
penglihatan dan pendengaran), isolation kemudian dilakukan kembali posttest atau
(depresi), inanition (malnutrisi), insomnia pengamatan akhir (Budiman, 2011).
(gangguan tidur), hingga immune deficiency
(menurunnya kekebalan tubuh) (Siburian, Populasi pada penelitian ini adalah
2007). seluruh lansia yang mengalami insomnia yang
berjumlah 16 orang di Panti Jompo Graha
Insomnia tidak bisa dianggap sebagai Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Tehnik
gangguan yang sederhana karena secara umum sampling dalam penelitian ini menggunakan
tidak bisa sembuh spontan. Kondisi ini juga teknik Total Sampling, yaitu suatu teknik
penetapan sampel bila semua anggota populasi kerahasiaan subjek penelitian (Confidentiality),
digunakan sebagai sampel. Kriteria sampel serta memperhitungkan manfaat dan kerugian
yang digunakan adalah lansia yang berusia 60- yang ditimbulkan (Balancing human harms
90 tahun, lansia yang tidak mengalami and benefit).
gangguan panca indera pendengaran atau tuli,
lansia yang sering terbangun pada malam hari HASIL PENELITIAN
sebanyak 3-5 kali, lansia yang mengalami
kesulitan tidur lebih dari 3 hari, dan bersedia Pada penelitian terdapat 16 responden
menjadi subyek penelitian. Sedangkan lansia yang terdiri dari 11 lansia laki-laki dan 5 lansia
dengan tirah baring total, lansia yang tidak bisa perempuan.
berkomunikasi dengan baik, dan lansia yang
mengalami gangguan panca indera Tabel 1 : Frekuensi Distribusi Skor Insomnia
pendengaran atau tuli tidak dimasukan Sebelum dilakukan Terapi Musik di Panti
kedalam sampel penelitian ini. Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu
Raya
Variabel pengaruh (variabel
independen) dalam penelitian ini adalah terapi Variabel Mean Median Std.Deviasi Min. Max.
Skor 23,94 24 1,806 21 27
musik, sedangkan variabel dipengaruhi insomnia
(variabel dependen) dalam penelitian ini adalah sebelum
insomnia. Berdasarkan tabel di atas didapatkan
bahwa rata-rata skor insomnia sebelum
Pada penelitian ini alat-alat yang dilakukan terapi musik di Panti Jompo Graha
digunakan adalah mp3 player dan headset. Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya yaitu 23,94
Sedangkan alat ukur dalam penelitian ini dengan median 24, standar deviation 1,806,
berupa lembar kuesioner seputar kualitas tidur skor minimum 21 dan skor maximum 27. Rata-
lansia yang diambil dari Insomnia Severity rata nilai ini menunjukan ke dalam kategori
Index yang dinilai oleh peneliti dan di isi oleh insomnia berat.
responden dengan pengisiannya dipandu oleh
peneliti. Tabel 2 : Frekuensi Distribusi Skor Insomnia
Sesudah dilakukan Terapi Musik di Panti
Instrumen yang digunakan pada Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu
penelitian ini telah dilakukan uji validitas Raya
dengan menggunakan responden sebanyak 10
orang. Penelitian ini menggunakan nilai Variabel Mean Median Std.Deviasi Min. Max.
signifikan yaitu 0,05. Hasil uji validitas ini Skor 18,75 18 3,256 13 25
insomnia
menunjukan nilai r telah lebih besar dari r sesudah
tabel. Dimana r tabel untuk jumlah responden Berdasarkan tabel di atas didapatkan
10 adalah 0,632. Sehingga karena r hitung > bahwa rata-rata skor insomnia sesudah
dari r tabel dapat di simpulkan semua dilakukan terapi musik di Panti Jompo Graha
pertanyaan telah valid. Sedangkan Uji Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya yaitu 18,75
reliabilitas mendapatkan nilai cronbachs alpha dengan median 18, standar deviation 3,256,
0,809 dimana nilai cronbachs alpha > 0,70 skor minimum 13 dan skor maximum 25. Rata-
sehingga dapat dikatan bahwa instrumen ini rata nilai ini menunjukan ke dalam kategori
telah reliable. insomnia sedang.
Pengaruh terapi musik terhadap Setelah didapatkan data insomnia
kualitas tidur penderita insomnia dianalisa sebelum dan sesudah maka dilakukan analisa
menggunakan Uji statistik uji T-test yaitu uji untuk mengetahui pengaruh terapi musik
beda dua mean dependen (paired sampel T- terhadap kualitas tidur yang mengalami
test). insomnia pada lansia ini diketahui dengan uji
statistik menggunakan uji t berpasangan,
Penelitian ini dilakukan di Panti
namun uji t berpasangan ini dapat digunakan
Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu
apabila distribusi datanya normal dengan
Raya. Proses penelitian ini peneliti
diketahui nilai signifikan dari Shapiro-Wilk >
menekankan masalah etika yaitu
0,05 penggunaan Shapiro-Wilk karena sampel
mempertimbangkan hak-hak responden untuk
kecil (<50). Dalam penelitian ini setelah
mendapatkan informasi yang terbuka serta
dilakukan uji normalitas data dan data hasil
memiliki kebebasan dalam menentukan
dari penelitian ini berdistribusi normal dengan
pilihan serta bebas dari paksaan untuk
diketahui nilai signifikan yaitu p > 0,05
berpartisipasi dalam penelitian ini (Autonomy),
untuk total sebelum dan total sesudah terapi
tidak mencantumkan nama responden
musik.
(Anonimity), menghormati privasi dan
Tabel 3 : Analisis Insomnia Sebelum dan terbangun pada malam hari karena mimpi
Sesudah dilakukan Terapi Musik di Panti buruk, gelisah saat tidur, atau mengantuk
Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu disiang hari karena jam tidur yang kurang.
Raya
Sesudah dilakukan terapi musik,
Variabel Mean Std.Deviation t p responden pada penelitian ini dilakukan
Sebelum 23,94 1,806 8,546 0,000 pengukuran kembali skor insomnia dengan
Sesudah 18,75 3,256 menggunakan instrumen yang sama yaitu
Insomnia Severity Index, maka di dapatkan
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data bahwa rata-rata skor insomnia yaitu 18,75,
bahwa rata-rata skor insomnia sebelum rata-rata nilai ini tergolong ke dalam insomnia
dilakukan terapi musik di Panti Jompo Graha sedang.
Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya yaitu 23,94
dengan standar deviation 1,806, dan pada saat Hasil penelitian ini sesuai dengan
sesudah dilakukan terapi musik rata-rata skor teori menurut Stockslager & Schaeffer (2008),
insomnia di Panti Jompo Graha Kasih Bapa istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi
Kabupaten Kubu Raya yaitu 18,75, standar pemulihan baik secara fisiologis maupun
deviation 3,256 dengan nilai t 8,546 serta psikologis. Secara fisiologis, tidur
didapatkan nilai p = 0,000. Dilihat bahwa hasil mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan
uji statistik dalam penelitian ini menggunakan energi, menjaga irama biologis, dan
uji t berpasangan yang berarti nilai p < 0,05 memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi
dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh neurologis. Secara psikologis, tidur
terapi musik terhadap kualitas tidur sebelum mengurangi ketegangan dan meningkatkan
dan sesudah diberikan intervensi. perasaan sejahtera. Lansia yang waktu tidurnya
terganggu menjadi cepat lupa, disorientasi atau
PEMBAHASAN konfusi. Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
adalah masalah yang sering terjadi pada lansia.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka Penatalaksanaan pada lansia yang mengalami
terlihat bahwa ada pengaruh terapi musik kesulitan tidur bisa berupa mempertahankan
terhadap kualitas tidur penderita insomnia pada jadwal harian, bangun diwaktu yang biasanya,
lanjut usia (lansia) di Panti Jompo Graha Kasih mengikuti aturan jam tidur, melakukan
Bapa Kabupaten Kubu Raya, pengukuran olahraga setiap hari tetapi hindari olahraga
sebelum dengan menggunakan instrumen yang terlalu berat, membatasi jam tidur siang 1
Insomnia Severity Index, maka didapatkan data sampai 2 jam pada waktu yang sama setiap
bahwa rata-rata skor insomnia yaitu 23,94, harinya, mandi menggunakan air hangat,
rata-rata nilai ini tergolong ke dalam insomnia hindari minuman yang mengandung kafein
berat. serta alkohol, melakukan teknik relaksasi
seperti napas dalam, massage, membaca serta
Hal ini sesuai dengan teori Maryam mendengarkan musik.
(2008) mengatakan bahwa permasalahan yang
terjadi pada lanjut usia salah satunya yaitu Teori lainnya menurut Djohan (2006)
insomnia. Kebiasaan atau pola tidur lansia terapi musik merupakan sebuah pekerjaan yang
dapat berubah sehingga lansia merasa kurang menggunakan musik untuk mengatasi
nyaman terhadap diri sendiri. Kebanyakan kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif
lansia mengalami insomnia yaitu susah tidur, dan sosial pada anak-anak serta orang dewasa
tidur yang hanya sebentar-sebentar, sering yang mengalami gangguan atau penyakit
terbangun pada malam hari, serta bangun yang tertentu. Terapi musik ini bersifat humanistik.
terlalu cepat dari tidur. Insomnia bisa timbul Dengan bantuan alat musik klien juga didorong
karena adanya rasa khawatir akan kematian untuk berinteraksi, berimprovisasi,
atau tekanan batin, timbulnya rasa cemas, mendengarkan atau aktif bermain musik.
depresi dan lingkungan yang berisik sehingga
dapat mengganggu pola tidur lansia. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Widyastuti (2013) didapatkan hasil skor
Hasil penelitian menurut Wijayanti
insomnia sesudah diberikan terapi musik tidak
(2012), menjelaskan bahwa sebelum dilakukan
ada yang mengalami skor insomnia berat,
terapi musik, insomnia sedang banyak dialami
sebanyak 15,6% lansia yang mengalami skor
oleh lansia di panti tersebut yaitu sebanyak
insomnia ringan dan 68,8% lansia yang
71% (20 lansia) yang mengalami insomnia
mengalami skor insomnia sedang. Penelitian
sedang dan 29% (8 lansia) yang mengalami
lainnya dari Wijayanti (2012) didapatkan hasil
insomnia ringan. Insomnia merupakan
tingkat insomnia sesudah dilakukan terapi
kesulitan tidur yang muncul berulang kali.
musik dengan persentase sebesar 29% (8
Gejalanya seperti tidak bisa tidur, sering
lansia) yang sudah tidak mengalami insomnia, DAFTAR PUSTAKA
64% (18 lansia) yang mengalami insomnia
ringan, 7% (2 lansia) yang mengalami 1. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan.
insomnia sedang. Bandung: Refika Aditama
Dari hasil penelitian ini maka terlihat 2. Depsos. 2007. Penduduk Lanjut Usia di
bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya.
kualitas tidur yang mengalami insomnia http://www.depsos.go.id diakses pada
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. tanggal 21 November 2013
Hasil uji T berpasangan didapatkan nilai p =
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada 3. Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori dan
pengaruh yang signifikan antara skor insomnia Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress
sebelum dan skor insomnia sesudah dilakukan
terapi musik yang berarti bahwa Ha gagal 4. Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009.
ditolak yaitu ada pengaruh terapi musik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
terhadap kualitas tidur yang mengalami Jakarta: Salemba Medika
insomnia sebelum dan sesudah diberikan
intervensi di Panti Jompo Graha Kasih Bapa 5. Maryam, R.Siti, Ekasari, Mia Fatma,
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014. Rosidawati, Jubaedi, Ahmad, Batubara,
Irwan. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
KESIMPULAN
6. Muwarni, Arita & Priyantari, Wiwin.
Berdasarkan hasil penelitian dan 2011. Gerontik Konsep Dasr dan Asuhan
pembahasan pengaruh terapi musik terhadap Keperawatan Homecare dan Komunitas.
kualitas tidur penderita insomnia pada lanjut Yogyakarta: Fitramaya
usia (lansia) di Panti Jompo Graha Kasih Bapa
Kabupaten Kubu Raya, maka dapat
7. Siburian, Prima. 2007. Empat Belas
disimpulkan bahwa rata-rata skor insomnia
Masalah Kesehatan Utama Pada Lansia.
sebelum dilakukan terapi musik yaitu 23,94,
http://www.waspada.co.id/index.php?vie
nilai ini menunjukan ke dalam kategori
w=article&catid=28%3Akesehatan&id=3
insomnia berat, rata-rata skor insomnia sesudah
812%3Aempat-belas-masalah-kesehatan-
dilakukan terapi musik yaitu 18,75, nilai ini
utama-pada-
menunjukan ke dalam kategori insomnia
lansia&format=pdf&option=com_content
sedang serta ada pengaruh terapi musik
diakses pada tanggal 13 februari 2014
terhadap kualitas tidur sebelum dan sesudah
diberikan intervensi.
8. Stockslager, Jaime L & Schaeffer, Liz.
Berdasarkan hasil penelitian ini 2008. Buku Saku Asuhan Keperawatan
diharapkan bagi institusi pendidikan supaya Geriatik. Jakarta: EGC
terapi musik dapat dijadikan bahan
pembelajaran dibidang keperawatan khususnya 9. Widyastuti, Achjar Henny, Surasta
dalam pemberian terapi komplementer bagi Wayan. 2013. Perbedaan Efektifitas
penderita insomnia. Bagi institusi layanan Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi
praktik keperawatan, dapat diaplikasi dalam Progresif terhadap Peningkatan Kualitas
layanan praktik keperawatan khususnya Tidur Lansia di Banjar Peken Desa
pelayanan keperawatan gerontik dalam Sumerta Kaja.
mengahdapi lansia yang mengalami gangguan http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/arti
tidur. Bagi panti jompo, terapi musik dapat cle/download/6127/4618 diakses pada
dijadikan alternatif cara untuk menangani tanggal 14 Januari 2014.
insomnia sehingga disarankan pada pengelola
untuk memberikan terapi musik bagi lansia 10. Wijayanti, Fina Yuli. 2012. Perbedaan
yang mengalami insomnia. Bagi penelitian Tingkat Insomnia Pada Lansia Sebelum
selanjutnya, disarankan untuk melakukan dan Sesudah Pemberian Terapi Musik
penelitian sejenis dengan menggunakan desain Keroncong Di Pelayanan Sosial Lanjut
yang berbeda atau jumlah sampel yang lebih Usia Tulungagung.
banyak mengenai respon psikologis atau hal http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownlo
lainnya yang terkait pada terapi musik serta ad/keperawatan/fina%20yuli.pdf diakses
dilakukan penelitian yang bersifat aplikasi pada tanggal 21 November 2013
aspek biokimia pada lansia yang mengalami
gangguan tidur.