Anda di halaman 1dari 6

2.

6 LAPARATOMI KOLESISTEKTOMI
A. Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir,
yang terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang
memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung
empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7cm hingga
10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30mL. Kandung empedu menempel
pada hati oleh jaringan ikat longgar , yang mengandung vena dan saluran
limfatik yang menghubungkan kandung empedu dengan hati. Kandung
empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus, korpus,
infundibulum, dan kolum.
Saluran biliaris dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang kemudian
menuju ke duktus biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus
hepatikus kanan dan kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus
komunis di porta hepatis. Ketika duktus sistika dari kandung empedu
bergabung dengan duktus hepatikus komunis, maka terbentuklah duktus
biliaris komunis. Duktus biliaris komunis secara umum memiliki panjang
8 cm dan diameter 0.5-0.9 cm, melewati duodenum menuju pangkal
pankreas, dan kemudian menuju ampula Vateri.
Suplai darah ke kandung empedu biasanya berasal dari arteri sistika
yang berasal dari arteri hepatikus kanan. Asal arteri sistika dapat bervariasi
pada tiap tiap orang, namun 95 % berasal dari arteri hepatik kanan.
Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan
antara vena vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung empedu
langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral dari saluran empedu
bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran limfatik dari kandung
empedu menyerupai aliran venanya. Cairan limfa mengalir dari kandung
empedu ke hati dan menuju duktus sistika dan masuk ke sebuah nodus atau
sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan limfa pada akhinya akan masuk
ke nodus pada vena portal. Kandung empedu diinervasi oleh cabang dari
saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang melewati pleksus seliaka. Saraf
preganglionik simpatetik berasal dari T8 dan T9. Saraf postganglionik
simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan berjalan bersama dengan arteri
hepatik dan vena portal menuju kandung empedu. Saraf parasimpatetik
berasal dari cabang nervus vagus.

1.2 FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU


Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut:
1. Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari hati di
antara dua periode makan.
2. Berkontraksi dan mengalirkan garam empedu yang merupakan turunan kolesterol,
dengan stimulasi oleh kolesistokinin,ke duodenum sehingga membantu proses
pencernaan lemak.
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri
dari air, elektrolit, garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan senyawa
organik terlarut lainnya. Kandung empedu bertugas menyimpan dan
menkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Kira-kira 90 % air dan elektrolit
diresorbsi oleh epitel kandung empedu, yang menyebabkan empedu kaya akan
konstituen organic.
Di antara waktu makan, empedu akan disimpan di kandung empedu dan
dipekatkan. Selama makan, ketika kimus mencapai usus halus, keberadaan
makanan terutama produk lemak akan memicu pengeluaran kolesistokinin (CCK).
Hormon ini merangsang kontraksi dari kandung empedu dan relaksasi sfingter
Oddi, sehingga empedu dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan
penyerapan lemak. Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan
akhirnya disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya ke dalam
duodenum. Setelah berperan serta dalam pencernaan lemak, garam empedu
diresorpsi ke dalam darah dengan mekanisme transport aktif khusus di ileum
terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem porta hepatika lalu ke
hati, yang kembali mensekresikan mereka ke kandung empedu. Proses
pendaurulangan antara usus halus dan hati ini disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik.
Dalam keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan baik,
garam empedu yang telah melalui sirkulasi enterohepatik sebagian besar akan
disimpan di usus halus.

1.3 LAPARATOMI KOLISISTEKTOMI / KOLISISTEKTOMI TERBUKA


1.3.1 DEFINISI
Laparatomi adalah jenis operasi batu empedu yang dilakukan dengan
metode operasi terbuka
Kolisistektomi terbuka adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding
perut.
Kolesistektomi terbuka dilakukan dengan melakukan insisi sekitar 6 cm-
8cm pada bagian abdomen kanan atas menembus lemak dan otot hingga ke
kandung empedu. Duktus-duktus lainnya di klem, kemudian kandung empedu
diangkat.
Kolesistektomi terbuka telah menjadi prosedur yang jarang dilakukam
biasanya dilakukan sebagai konversi dari kolesistektomi laparoskopi.

1.3.2 INDIKASI KOLISISTEKTOMI


- Pasien dengan batu empedu simtomatik
- Kolik biliaris
Nyeri pascaprandial kuadran kanan atas, biasanya diprespitasi oleh makanan
berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam
dan kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik
biliaris. Mual dan muntah seringkali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.
Sekali serangan kolik biliaris dimulai, serangan ini cenderung makin
meningkat frekuensi dan intensitasnya. Pengangkatan bedah dari kandung
empedu bersifat kuratif dan kolik biliaris rekuren merupakan indikasi tersering
untuk kolisistektomi terbuka.
- Kolesistitis akut
Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling
umum dan sering menyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya di antara
wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu
berkaitan dengan obstruksi duktus sistikus, biasanya timbul dari impaksi batu
empedu dalam duktus sistikus atau dalam infundibulum. Respon peradangan
selanjutnya timbul dalam suatu serial perubahan besar di dalam kandung
empedu, mencakup distensi, edeme, hipervaskularitas, dan hipertensi vena.
- Kaledokolitiasis
Batu empedu ada dalam duktus koledokus dalam sekitar 6%-12% dari semua
pasien yang menjalani kolesistektomi. Bila banyak pasien dengan
koledokolitiasis adalah asimtomatik, batu yang timbul didalam duktus biliaris
dapat memberikan komplikasi bermakna yang membahayakan jiwa, yaitu
ikterus, pangkreatitis, dan kolangitis.

1.3.3 KONTRAINDIKASI
Kontra indikasi absolute:
- Koagulopati yang tidak terkontrol
- Penyakit liver stadium akhir
- Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat

1.3.4 PERSIAPAN PRE-OPERASI


- Pemeriksaan laboratorium: DL, RFT, LFT, FH, UL
- Penderita usia diatas 40 tahun: GDP, GD2JPP, EKG
- Foto thoraks
- Informed consent
- Antibiotika profilaksis

1.3.5 KOMPLIKASI OPERASI


- cedera ductus koledokus
- cidera duodenum atau colon transversum
- fistel biliaris
- abses subdiafragma
- batu residual duktus biliaris

1.3.6 PRINSIP LAPARATOMI KOLESISTEKTOMI


Dibutuhkan identifikasi teliti dan isolasi dari duktus kistikus dan
arteri. Struktur-struktur ini dapat diamankan dengan peningkatan
menggunakan benang sutra, tetapi tidak dapat dipisah sampai semua
struktur telah diketahui. Kandung empedu kemudian dikeluarkan dari
bantalan hepatic, dimulai dari fundus. Setelah kandung empedu di diseksi
bebas, dapat dilakukan kolangiogram.
KESIMPULAN
Laparatomi adalah jenis operasi batu empedu yang dilakukan dengan
metode operasi terbuka
Kolisistektomi terbuka adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding
perut.
Indikasi laparotomi kolisistektomi yaitu pasien dengan batu empedu
simtomatik, kolik biliaris, kolesistitis akut, dan kaledokolitiasis.
Kontraindikasi laparotomi kolisistektomi ialah koagulopati yang tidak
terkontrol, penyakit liver stadium akhir, penyakit paru obstruktif berat dan
penyakit jantung kongestif berat.
Komplikasi operasi laparotomi kolisistektomi yaitu cedera ductus
koledokus, cidera duodenum atau colon transversum, fistel biliaris, abses
subdiafragma, dan batu residual duktus biliaris.
Prinsip laparotomi kolisistektomi yaitu dibutuhkan identifikasi teliti dan
isolasi dari duktus kistikus dan arteri. Struktur-struktur ini dapat diamankan
dengan peningkatan menggunakan benang sutra, tetapi tidak dapat dipisah sampai
semua struktur telah diketahui. Kandung empedu kemudian dikeluarkan dari
bantalan hepatic, dimulai dari fundus. Setelah kandung empedu di diseksi bebas,
dapat dilakukan kolangiogram.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey RW, Zucker KA, Flowers JL, et al. Laparoscopic cholecystectomy experience
with 375 patients. Ann Surg. 1991;234:53141
Cushieri A, Dubois F, Mouiel J, et al. The European experience with laparoscopic
cholecystectomy. Am J Surg. 1991;161:3857.
Gaffar, La Ode Jumadi, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.
Guyton and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta.
Hidayat, A.A.A. 2005, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48791/4/Chapter%20II.pdf/
Schwartz. 2000. Prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC
Woods MS, Traverso LW, Kozarek RA, et al. Characteristics of biliary tract
complications during laparoscopic cholecys tectomy: a multi institutional
study. Am J Surg. 1994;167:2733.

Anda mungkin juga menyukai