2013
Dosen Pembimbing : Hasnah S.Kep, Ns, M.Kes
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul atrial septal defeck .
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing maupun
teman-teman guna menjadi masukan buat kami agar pembuatan makalah
berikutnya lebih baik lagi.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal
pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan
jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah
defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara
serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan
pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat
muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya
menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu
kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum
adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat
antar bilik atau pada bantalan endokard.
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan
tersering setelah VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan
kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi
lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah
terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih
dan darah kotor bercampur.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada
septum interatrial (sekatantar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial
Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding(septum) yang
memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan
jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara
serambi kiridan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih
ringan dibanding VSD.
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal
pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan
jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah
defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara
serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan
pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara
vena kavasuperior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup
spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan
pembentukan septum sekundum dan defek septumprimum adalah
kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar
bilik atau pada bantalan endokard.
Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah
sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari
kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah
terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan.
Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan
jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu
1) Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah
septum,mungkin disertai kelainankatup mitral.
2) Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3) Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior
dan Atrium Kanan.
ASD diklasifikasikan menjadi:
B. . Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1) Faktor Prenatal.
a) Ibu menderita infeksi Rubella
b) Ibu alkoholisme
c) Umur ibu lebih dari 40 tahun
d) Ibu menderita IDDM
e) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2) Faktor genetic
a) Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b) Ayah atau ibu menderita PJB
c) Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d) Lahir dengan kelainan bawaan lain
C. Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah
yang mengandung oksigendari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melaluidefek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut.Normalnya setelah bayi lahir
complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikelkiri yang
menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga
berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan
meningkat.
Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang
terus meningkat shunt dari kiri kekanan biasa berkurang. Pada suatu saat
sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus
bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga
sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen
akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
D. Manifestasi Klinik
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala
(asimptomatik) pada masakecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat
menyebabkan kondisi gagal jantung di tahunpertama kehidupan pada
sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4
dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung
(aritmia). Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah
adanya infeksi saluran nafasbagian bawah berulang, yang ditandai dengan
keluhan batuk dan panas hilang timbul (tanpapilek). Selain itu gejala gagal
jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitanmenyusu,
gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik
pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada
dan echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa :
1) Sering mengalami infeksi saluran pernafasan.
2) Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
3) Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
4) Jantung berdebar-debar (palpitasi)
5) Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin
sama sekali
6) Tidak ditemukangejala atau gejalanya baru timbul pada usia
pertengahan Aritmia.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada penderita ASD
adalah:
1) Foto toraks
2) Elektrokardiografi
Menunjukkan pola RBBB pada 95%, yang menunjukkaN beban
volume ventrikel kanan. Deviasi sumbu QRS ke kanan (right axis
deviation) padaASDsekundum membedakannya dari defek primum yang
memperlihatkan deviasi sumbu kiri (left axis deviation). Blok AV I
(pemanjangan interval PR) terdapat pada 10% kasus defek sekundum
3) Ekokardiografi
F. Pengobatan
Pengobatan khusus untuk ASD akan ditentukan oleh dokter anak
berdasarkan:
1) Usia anak Anda, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis
2) Luasnya penyakit
3) Toleransi anak untuk obat tertentu, prosedur, atau terapi
4) Harapan untuk perjalanan penyakit
5) Pendapat atau preferensi
G. Terapi medis
H. Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke
ahli bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang
pembedahan jantung yang didasarkan pada ukuran shunt menempatkan
lebih pada kepercayaan terhadap data dari pada alasan yang diberikan.
Dengan terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt dari kiri ke kanan
pada anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah beralasan.
Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus memungkinkan rasio
QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat adanya shunt
merupakan bukti cukup untuk maju terus. Dalam tahun pertama atau
kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak
akan menutup secara spontan. Sesudah umur 3 tahun, penundaan lebih
lanjut jarang dibenarkan. Indikasi utama penutupan defek sekat atrium
adalah mencegah penyakit vascular pulmonal abstruktif. Pencegahan
masalah irama di kemudian hari dan terjadinya gagal jantung kongesif
nantinya mungkin jadi dipertimbangkan, tetapi sebenarnya defek dapat
ditutup kemudian jika masalah ini terjadi. Sekarang resiko pembedahan
jantung untuk defek sekat atrium varietas sekundum benar-benar nol. Dari
430 penderita yang dioperasi di Rumah Sakit Anak Boston, tidak ada
mortalitas kecuali untuk satu bayi kecil yang amat sakit yang mengalami
pengikatan duktus arteriosus paten. Kemungkinan penutupan tidak
sempurna pada pembedahan jarang. Komplikasi kemudian sesudah
pembedahan jarang dan terutama adalah masalah dengan irama atrium.
Berlawanan dengan pengalaman ini adalah masalah obstruksi vaskular
pulmonal yang sangat menghancurkan pada 510 persen penderita, yang
menderita penyakit ini. Penyakit vaskular pulmonal obstruktif hampir selalu
mematikan dalam beberapa tahun dan dengan sendirinya cukup alasan
untuk mempertimbangkan perbaikan bedah semua defek sekat atrium
Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat
(tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko
minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah). Murphy
JG, et.al melaporkan survival (ketahanan hidup) paska opearsi mencapai
98% dalam follow up 27 tahun setelah tindakan bedah, pada penderita
yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun. Semakin tua usia
saat dioperasi maka survival akan semakin menurun, berkaitan dengan
sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh
darah paru
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe
sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara
perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini
terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek
dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang dapat teregang
menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan
benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga
lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.
I. Pencegahan
J. Komplikasi
1) Gagal Jantung
2) Penyakit pembuluh darah paru
3) Endokarditis
4) Aritmia
PENYIMPANGAN KDM
Ibu mengonsumsi
alkohol
Gangguan perkembangan
janin
ASD
Suplai O2 ke Sirkulasi
perifer sistemik
Resiko tinggi
sianosi
penurunan curah
hipoksia s
Gangguan
Penurunan Penurunan suplai O2 transportasi
fungsi dan nutrisi ke O2
pulmonal jaringan
Kelemahan Kelemahan
imun fisik
Intoleran
Resiko tinggi Resiko
infeksi tinggi
edema
Kurangnya komlikasi
pengetahua
Koping yang
tidak adekuat
stressor
ansiet
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail
terhadap jantung.
a) Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b) Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
Abnormal.
c) Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui
katup pulmonalisTanda-tanda gagal jantung
d) Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan
aliran darah yangmengalir melalui katup trikuspidalis
B. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek
struktur.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport
oksigen
3) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
4) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
5) ansietas berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit
jantung (ASD)
Intervensi
1. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan
yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
Intervensi
3. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan
kemampuan.
Kriteria Hasil :
Intervensi
Intervensi
D. Implementasi
lakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah di
buat dan sesuai dengan respon serta kondisi pasien
E. Evaluasi
Proses : langsung setelah setiap tindakan Hasil; Tujuan yang
diharapkan yaitu :
1) Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan
usia
2) Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
3) Anak bebas dari komplikasi pasca bedah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien dengan defek septum atrium mengalami peningkatan
risiko fibrilasi atrium. Peningkatan gelombang P memprediksi dispersi
pengembangan fibrilasi atrium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan perbedaan antara dispersi P penutupan transkateter dengan
Amplatzer septum occluder dan penutupan bedah di masa kecil.
Sebanyak 68 anak (usia rata-rata adalah 7,2 plus atau minus 3,3 tahun;
mean secundum atrial septum cacat diameter 17,3 plus atau minus 5,4
milimeter) dievaluasi dalam penelitian ini. Penutupan transkateter adalah
berusaha dalam 41 anak-anak dengan cacat septum atrium secundum,
dan cacat dalam 27 pasien ditutup dengan teknik bedah. P maksimum, P
minimal dan P dispersi diukur oleh permukaan 12-lead elektrokardiografi.
P maksimum, minimum dan dispersi P P ditemukan serupa pada pasien
dengan pra-dan pasca-prosedur (98,0 plus atau minus 19,3 dibandingkan
95,1 plus atau minus 23,0 milidetik; 68,0 plus atau minus 20,8
dibandingkan 67,6 plus atau minus 24,3 milidetik, plus atau minus 29,9
11,0 dibandingkan 27,1 plus atau minus 12,1 milidetik, masing-masing).
Ada ada signifikansi statistik dalam perbandingan dispersi P antara kedua
kelompok. Namun dalam kelompok bedah, P-gelombang dispersi adalah
menurun lebih signifikan dibandingkan dengan nilai awal (nilai p sama
dengan 0,03). Kesimpulannya, tidak ada dispersi P antara transkateter
penutupan dengan Amplatzer occluder septum dan bedah penutupan
defek septum atrium secundum.
B. Saran