ABSTRACT
Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) is one of the plants that has been widely known by the
world's population for a long time and was used as a traditional medicine, one of them as
anti-cancer. The purpose of this study is to prove the existence of anti-cancer potential of
methanol and chloroform extracts of Patah Tulang, and continued with the screening of
phytochemical compounds. This study was an experimental study with Post Test Only
Control Group Design. The used method is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Based on the
result, the LC50 of methanol and chloroform extracts of Patah Tulang, Determined by simple
linear regression analysis using Microsoft Office Exel 2010. Results of linear regression
analysis showed LC50 values of methanol extracts of Patah Tulang is 332.2489 mg/mL and
chloroform extracts of Patah Tulang is 240.6432 mg / mL. The results of this study indicate
that the methanol and chloroform extracts of Patah Tulang are toxic, it is marked with LC50
values <1000 mg/mL. The content of phytochemical compounds from the methanol extract of
Patah Tulang are flavonoids, alkaloids and tannins.
Key words : Euphorbia tirucalli Linn, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), LC50,
Phytochemical Compounds
ABSTRAK
Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) merupakan salah satu tanaman yang telah
banyak dikenal oleh penduduk dunia sejak lama dan digunakan sebagai pengobatan
tradisional, salah satunya sebagai anti kanker. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ada
tidaknya potensi anti kanker dari ekstrak metanol dan kloroform tanaman patah tulang, dan
dilanjutkan dengan skrining senyawa fitokimia. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Metode yang digunakan adalah
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Berdasarkan data, LC50 ekstrak metanol dan kloroform
patah tulang, ditentukan dengan analisis regresi linier sederhana menggunakan Microsoft
Office Exel 2010. Hasil dari analisis regresi linier menunjukan nilai LC50 dari ekstrak
metanol tanaman patah tulang adalah 332,2489 g/mL dan ekstrak kloroform tanaman patah
tulang adalah 240,6432 g/mL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan
kloroform tanaman patah tulang bersifat toksik, hal ini ditandai dengan nilai LC50 < 1000
g/mL, dan senyawa fitokimia yang diduga bersifat toksik terhadap Artemia salina L. adalah
alkaloid, flavonoid dan tanin
Kata kunci : Euphorbia tirucalli Linn, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), LC50,
Artemia salina Leach, Senyawa Fitokimia
316
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
317
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
sampel menjadi halus lalu diayak dengan tersebut disaring menggunakan kertas
ayakan mesh 200. saring, sehingga diperoleh ekstrak maserat
Pembuatan Ekstrak Pelarut Polar (Filtrat II). Selanjutnya semua maserat
Ekstraksi sampel menggunakan kloroform digabungkan (Filtrat I + Filtrat
pelarut metanol. Pembuatan ekstrak II) dan diuapkan dengan menggunakan alat
dilakukan dengan metode maserasi, yaitu penguap Rotary evaporator pada
0
sebanyak 100 g serbuk patah tulang yang temperatur 40 C sampai volumenya
diperoleh dimasukkan ke dalam beaker menjadi dari volume awal dan
gelas kemudian ditambahkan pelarut dilanjutkan dengan pengeringan dengan
metanol sebanyak 500 mL, ditutup dengan menggunakan water bath pada suhu 400C
alumunium foil dan dibiarkan terendam sehingga menghasilkan ekstrak kental
selama 3 hari terlindung dari cahaya kloroform.
(setiap hari digojok). Pemilihan telur Artemia salina Leach
Setelah 3 hari, sampel yang Pemilihan telur udang dilakukan
direndam tersebut disaring dengan dengan merendam telur dalam aquades
menggunakan kertas saring sehingga selama satu jam. Telur yang baik akan
didapat maserat (Filtrat I) dan residunya mengendap sedangkan telur yang kurang
diremaserasi dengan metanol sebanyak baik akan mengapung.
200 mL, ditutup dengan alumunium foil
dan dibiarkan selama 2 hari, sampel Penyiapan Larva Artemia salina Leach
tersebut disaring menggunakan kertas Penetasan telur Artemia salina
saring, sehingga diperoleh ekstrak maserat dilakukan dengan cara merendam
(Filtrat II). Selanjutnya semua maserat sebanyak 50 mg telur Artemia salina
metanol digabungkan (Filtrat I + Filtrat II) dalam wadah yang berisi air laut dibawah
dan diuapkan dengan menggunakan alat cahaya lampu 25 watt dan dilengkapi
penguap Rotary evaporator pada dengan aerator. Telur Artemia salina akan
0
temperatur 40 C sampai volumenya menetas dan menjadi larva setelah 24 jam
menjadi dari volume awal dan (Mudjiman, 1988). Larva Artemia salina
dilanjutkan dengan pengeringan dengan yang baik digunakan untuk uji BSLT yaitu
menggunakan water bath pada suhu 400C yang berumur 48 jam sebab jika lebih dari
sehingga menghasilkan ekstrak kental 48 jam dikhawatirkan kematian Artemia
metanol. salina bukan disebabkan toksisitas ekstrak
Pembuatan Ekstrak Pelarut Non Polar melainkan oleh terbatasnya persediaan
Ekstraksi sampel menggunakan makanan (Meyer et al., 1982).
pelarut kloroform. Pembuatan ekstraksi Pembuatan Konsentrasi sampel uji
dilakukan dengan metode maserasi, yaitu Prosedur berdasarkan McLaughlin,
sebanyak 100 g serbuk patah tulang yang et al. (1991). Konsentrasi larutan uji untuk
diperoleh dimasukkan ke dalam beaker BSLT adalah 500 g/mL, 250 g/mL, 100
gelas kemudian ditambahkan pelarut g/mL, 50 g/mL, 10 g/mL dan 0 g/mL
kloroform sebanyak 500 mL, ditutup (sebagai control negatif). Untuk
dengan alumunium foil dan dibiarkan pembuatan larutan stok ekstrak kental
terendam selama 3 hari terlindung dari metanol dan kloroform ditimbang
cahaya (setiap hari digojok). sebanyak 20mg, kemudian dilarutkan
Setelah 3 hari, sampel yang dengan kedalam air laut sebanyak 20 mL,
direndam tersebut disaring dengan hingga diperoleh konsentrasi larutan stok
menggunakan kertas saring sehingga 1000 g/ml. Sampel yang kurang laut
didapat maserat (Filtrat I) dan residunya ditambahkan DMSO 0,5 mL. Dari larutan
diremaserasi dengan kloroform sebanyak stok ini, selanjutnya dibuat lagi
200 mL, ditutup dengan alumunium foil konsentrasi 500 g/mL, 250 g/mL, 100
dan dibiarkan selama 2 hari, sampel g/mL, 50 g/mL 10 g/mL dan 0 g/mL,
318
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
319
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Bahan Aktif Patah Tulang ( Euphorbia tirucalli L.)
Jenis Berat Berat Rendemen
NO
Pelarut Sampel (g) Ekstrak (g) Ekstrak(%)
1 Metanol 100 10,49 10,49
2 Kloroform 100 5,33 5,33
80
70
Persentase Kematian
60
50
40
(%)
30 y = 0.1366x + 4.6148
20
R = 0.9798
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi
Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Persentase Kematian
Artemia salina Leach
320
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
100
Persentase Kematian (%)
80
60
40
20 y = 0.1648x + 10.342
R = 0.9614
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi
Persamaan regresi linear dari grafik yaitu tiga kali. Kemudian dihitung
pada Gambar 10 di atas digunakan untuk persentase kematian larva dari rata-rata
mencari LC50 dengan mensubstitusikan kematian pada tiap konsentrasi. Hasil dari
angka 50 % sebagai , sehingga didapat analisis dengan menggunakan regresi linier
nilai = 0.1648 + 10.342. Dari hasil sederhana menunjukan nilai LC50 dari
tersebut didapatkan nilai dalam ekstrak metanol patah tulang adalah
persamaan ini adalah 240,6432. Hal ini 332,2489 g/mL dan ekstrak kloroform
berarti kematian hewan uji mencapai 50% patah tulang adalah 240,6432 g/mL.
saat konsentrasi ekstrak senyawa mencapai BSLT (Brine Shrimp Lethality
240,6432 g/mL. Test) merupakan salah satu uji praskrining
Jumlah larva Artemia salina Leach atau pendahuluan untuk mendapatkan
diuji dengan tiga kali replikasi yaitu 30 aktivitas biologis yang sederhana untuk
ekor. Jumlah total larva Artemia salina menentukan tingkat toksisitas akut suatu
Leach yang digunakan yaitu 180 ekor senyawa atau ekstrak dengan
larva. Total kematian diperoleh dengan menggunakan Artemia salina sebagai
menjumlahkan larva yang mati pada setiap hewan uji. Artemia salina yang digunakan
konsentrasi, sedangkan rata-rata kematian pada pengujian toksisitas ialah Artemia
larva diperoleh dengan membagi total salina yang berada pada tahap nauplii atau
kematian larva pada tiap konsentrasi tahap larva. Hal ini dikarenakan Artemia
dengan jumlah replikasi yang dilakukan
321
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
salina pada tahap nauplii sangat mirip kedua ekstrak patah tulang (Euphorbia
dengan sel manusia (Meyer, 1982). tirucalli L) tersebut.
Korelasi antara uji toksisitas akut Suatu ekstrak menunjukkan
ini dengan uji aktivitas sitotoksik adalah aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika
jika motalitas terhadap Artemia salina ekstrak dapat menyebabkan kematian 50%
yang ditimbulkan memiliki nilai LC50< hewan uji pada konsentrasi kurang dari
1000 g/mL. LC50 (Lethal Concentration 1000 g/ml (Meyer, 1982 ; Anderson,
50) merupakan konsentrasi zat yang 1991). Berdasarkan dari pernyataan di
menyebabkan terjadinya kematian pada atas, maka ekstrak patah tulang bersifat
50% hewan uji. Parameter yang toksik. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan
ditunjukkan untuk mengetahui adanya data yang berasal dari kedua pelarut baik
aktivitas sitotoksik, menurut McLaughlin metanol maupun kloroform. Ekstrak
(1991) nilai LC50 < 30 g/mL berpotensi metanol memiliki nilai LC50 sebesar
sebagai antikanker (sitotoksik), nilai LC50 332,2489 g/ml dan ekstrak kloroform
dari 30-200 g/mL berpotensi sebagai memiliki LC50 pada sebesar 240,6432
antimikroba dan nilai LC50 200-1000 g/ml, menurut McLaughlin berpotensi
g/mL berpotensi sebagai pestisida. sebagai pestisida.
Dari Tabel 2 dan 3 di atas terlihat
bahwa semakin besar nilai konsentrasi Skrining Fitokimia
ekstrak, mortalitas pada Artemia salina Analisis fitokimia merupakan salah
juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan satu cara untuk mengetahui kandungan
Harborne (1994), yang menyebutkan metabolit sekunder pada suatu tanaman
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak secara kualitatif. Analisis fitokimia Pada
maka sifat toksiknya akan semakin tinggi. penelitian ini dilakukan terhadap tanaman
Kematian Artemia salina dalam tabung patah tulang yang sudah dimaserasi
percobaan karena perlakuan, mengalami menggunakan pelarut metanol dan
disorientasi gerak (gerakannya tidak kloroform. Pengujiannya dilakukan dengan
teratur). Artemia salina dalam tabung ini cara mengambil sedikit sampel dari kedua
tetap aktif bergerak, akan tetapi tetap ekstrak tersebut, lalu ditambahkan reagen
berputar-putar pada satu titik, sedangkan sesuai dengan senyawa yang akan
Artemia salina yang berada dalam tabung diidentifikasi. Senyawa-senyawa yang
percobaan 0ppm (Kontrol) tidak diperiksa keberadaannya adalah alkaloid,
memberikan kematian sama sekali dalam flavonoid, tanin, saponin dan steroid.
waktu 24 jam pengamatan. Hal ini Hasil analisis fitokimia pada
membuktikan bahwa Artemia salina yang ekstrak patah tulang (Euphorbia tirucalli
mati disebabkan oleh sifat toksik dari L.) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Keterangan :
+ : Terdapat dalam sampel
- : Tidak terdapat dalam sampel
322
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
323
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493
324