Anda di halaman 1dari 15

REFORMASI ILMU SOSIAL DAN UNIVERSITAS MELALUI ACTION RESEARCH

(PENELITIAN TINDAKAN)

Ketika para praktisi yang tidak puas dan mencari penjelasan mengapa
perkembangan antar disiplin ilmu yang penting dan inovatif seperti feminisme,
penelitian budaya, penelitian ilmu sosial, dan penelitian tindakan (action
research) memiliki kesulitan dalam memperoleh pijakan dan bertahan di
universitas, analisis yang berfokus pada struktur organisasi yang dibuat oleh
disiplin-disiplin ilmu dan kesatuannya ke dalam perguruan tinggi sentrifugal
(Messer-Davidow, 2002). Sebagaian besar kritikus bertanggung jawab atas
perilaku konservatif yang mana mereka tidak setuju dengan mengacu pada
politik akademik, untuk pemeliharaan kartel (gabungan perusahaan yang
memonopoli) dan monopoli disiplin ilmu yang mengendalikan publikasi, promosi,
pendanaan penelitian, dan proses yang serupa. Penyebab yang jelas ialah
kekuatan politik dari pemilik kubu berbagai disiplin ilmu di kampus.

Nampak se-politik apapun perilaku ini terlihat, semakin jelas bahwa


hubungan antara apa yang dilakukan di universitas terutama dalam ilmu sosial
dan apa yang masyarakat inginkan ialah tidak ditangani oleh banyak
keterampilan politik. Menurut kami, hubungan universitas dengan konstituen
eksternal penting (seperti: pembayar pajak, yang membiayai pemerintah dan
negara, yayasan swasta) mewujudkan perilaku merugikan diri sendiri secara
politik (dan ekonomi).

Banyak ilmuan sosial universitas yang menulis mengenai satu sama lain,
dengan sengaja sedikit mungkin terlibat dalam debat umum dan dalam isu-isu
penting secara sosial. Sering kali penelitian mereka ditulis dalam bahasa dan
konsep yang tidak mudah dipahami oleh orang-orang yang menjadi subjek
penelitian ataupun orang luar universitas yang ingin mungkin ingin
menggunakan penemuannya. Ketika para filsuf dan matematikawan melakukan
ini cocok dengan citra mereka sebagai humanis yang melestarikan dan
meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan, terlepas dari penerapan langsungnya.
Para ilmuan sosial melakukan hal ini pun lebih problematik.

Observasi ini mengangkat beberapa pertanyaan: Bagaimana bisa para


ilmuan sosial pada satu ketika sangat politis di kampus dan sangan sangat
tidak politis berkaitan dengan masyarakat luas? Mengapa pengetahuan yang
dibuat oleh penelitian ilmu sosial jarang mengarah pada solusi permasalahan
sosial utama? Mengapa pelepasan sosial lebih khas untuk para ilmuan sosial?
Bab ini akan membahas isu-isu tersebut.

Mengapa Ada Disconnection/ Pemisahan antara Ilmu Sosial dan


Masyarakat Luas
Tidak ada satu cara yang tepat untuk mengkonseptualisasikan dan
memahami hubungan antara kerja/ karya ilmu sosial di universitas dan
masyarakat luas, dan perspektif yang berbeda megarah pada wawasan yang
berbeda. Kita menawarkan pandangan kita berdasarkan pada tiga elemen:
Marxism, Sosiologi Profesionalisme, dan Perspektif Sejarah.

Pandangan Marxist atau Neo-Marxist

Kerangka analitis ini menekankan pada dampak ekonomi politik lebih


luas di institusi dan ideologi, termasuk akademi (Silva & Slaughter, 1984). Dari
perspektif ini, fungsi utama universitas ialah reproduksi perbedaan kelas sosial
melalui mengajar, penellitian, dan penetapan generasi baru dengan akses pada
posisi kunci kekuasaan dalam sistem kelas. Dari perspektif Marxist, universitas
terdiri dari perpaduan elemen-elemen kompleks yang terlibat baik dalam
mempromosikan dan menurunkan derajat klaim aspiran untuk mobilitas sosial.
Universitas menghormati masa lalu dan skema nilai strukturnya dan
secara bersamaan terlibat dalam peneliltian yang dirancang untuk mengubah
kondisi sosial. Sebagai organisasi kerja, universitas dicirikan dengan struktur
hirarki yang kuat dan beberapa jaringan ditumpangkan/ berlapis. Mereka dibagi
ke dalam perguruan tinggi, dengan pembagian lebih lanjut jurusan disiplin ilmu,
ke dalam sub-disiplin ilmu dengan keterkaitan hubungan jaringan secara
nasional dan internasional dengan penelitian individu satu sama lain. Mengajar
dikendalikan oleh birokrasi secara kuat, tapi organisasi penelitian lebih
kewirausahaan dan lebih ditentukan oleh peneliti sendiri.
Secara ideologi, universitas mengklaim melayani publik dengan
mendidik generasi muda untuk mendapat pekerjaan yang baik dan melakukan
penelitian untuk kepentingan masyarakat atau secara langsung memberi nilai
pada masyarakat. Ideologi managemen internal menekankan efektivitas biaya,
peningkatan aktivitas wirausaha dalam operasi universitas, daya saing dalam
penerimaan siswa dan layanan pendukung, dan wirausaha dalam menarik uang
penelitian dan hadiah alumni.
Ideologi Tayloristic dan Ekonomistik dalam efektifitas biaya dan tes
pasar, secara meningkat digunakan oleh pengelola universitas dan dewan
pengawas untuk mendisiplinkan aktivitas kampus, harus berurusan dengan
ketidak nyamanan yang melumpuhkan. Akibatnya, kesan dan kepercayaan
administratif sering menggantikan tes pasar, dan membingkainya dalam bahasa
pasar berfungsi untuk mengaburkan pergeseran konstan kekuasaan dalam
sistem, termasuk pergeseran struktur hubungan antar penyokong-klien,
perubahan dalam sikap pilih kasih, dan konsolidasi berjalan dalam kekuasaan
administratif. Situasi ini secara mendasar sama di kebanyakan masyarakat
industri sebagaimana terjadi di banyak negara Eropa.

Sosiologi Pandangan Profesi


Sosiologi profesi fokus pada beberapa penataan kekuasaan profesional.
Penataan ini mencakup mengembangkan mekanisme pemeliharaan batas yang
berfungsi untuk memasukkan, mengeluarkan, memperkuat dan melemahkan
praktisi dan kelompok praktisi. Sumber ini juga menekankan pengembangan
struktur kekuasaan profesional internal yang mengatur agenda kerja, yang
mendefisinikan disiplin dalam profesi adalah pembentukan, dan membangun
silsilah beberapa sub-kelompok praktisi yang paling kuat dan mengubahnya
menjadi sejarah profesi (Madoo & Niebrugge, 1998).
Pada pendekatan ini, kepentingan diri sendiri pada praktisi akademik
yang mapan itu penting. Hal yang penting untuk profesionalisme adalah adanya
batas yang kuat antara apa yang ada di dalam dan di luar profesi. Hal ini menjadi
kunci untuk pengembangan struktur profesional akademik dan juga secara
langsung menuntut kelompok-kelompok kolega profesional terlibat dalam banyak
transaksi dengan sistem kekuasaan yang lebih tinggi supaya disertifikasi oleh
mereka. Agar berfungsi, profesi akademik harus diterima dan diakreditasi oleh
orang-orang yang berkuasa di universitas, namun anggota profesi berhutang
kesetiaan prinsip pada rekan-rekan profesi mereka bukan pada universitas.
Dalam struktur universitas, ketua departemen suatu disiplin ilmu
-sepenting apa pun disiplin ilmu tersebut- merupakan bawahan dari dekan,
pembantu rektor, dan rektor. Jadi, seorang ketua departemen yang mungkin
memiliki peran penting di asosiasi disiplin ilmu national atau internasional di
bidangnya, di kampus memiliki tingkat fungsional yang relatif rendah. Situasi ini
sering mengarah pada strategi ganda. Ambisius ketua departemen bekerja pada
peringkat departemen mereka di bagan-bagan nasional agar memperoleh dan
mengendalikan sumber daya universitas. Dekan, wakil rektor, dan rektor harus
memperhatikan peringkat ini karena penurunan peringkat unit di bawah
tanggung jawab mereka menjadi bagian tes pasar semu dari kemampuan
pengurus akademik.
Strategi-strategi tersebut memiliki beberapa manfaat bagi pengurus
akademik senior atau pegawai pendidikan tinggi publik karena mereka
mendorong fakultas dan departemen to berkompetisi satu sama lain. Dalam hal
ini, kedisiplinan yang mendisiplinkan satu sama lain dan membuat pengurus
yang lebih tinggi bertindak seperti wasit dalam sebuah pertandingan. Nampak
jelas, organisasi yang diatur dengan cara seperti ini secara umum pasif dalam
kaitan kekuasaan pusat dan relatif mudah dikendalikan. Kendali kampus ini
bersandar pada bagan peringkat nasional yang mendorong kompetisi lebih lanjut
dan oleh bagan pembiayaan nasional atau negara yang mengatur masa
kompetisi dalam kelompok dan yang memberi keistimewaan dan menghukum
kelompok profesional berdasarkan kriteria extra disiplin ilmu.

Perspektif Sejarah/ Perkembangan Perspektif


Sumber tentang sejarah ilmu sosial di Amerika Serikat dimulai dari
didirikannya Asosiasi Ilmu Sosial Amerika pada 1865. Ini merupakan sebuah
asosiasi akademisi senior yang mempelajari dan memperdebatkan isu-isu
penting tentang kebijakan publik dan memberi saran yang seimbang seperti
yang diharapkan kepada pemerintah dan pimpinan perusahaan. Pada tahun
1880an, pendekatan ini menjani menurun dan beberapa asosiasi disiplin ilmu
sosial muncul, dimulai dengan ilmu ekonomi. Kaitan antara berdirinya asosiasi-
asosiasi ini dan munculnya departemen disiplin ilmu di institusi yang
mengabulkan PhD (Program Doktor) menjadi perubahan besar di bidan ilmu
sosial dan menghasilkan banyak struktur yang ada saat ini.

Karya-karya Mary Furner (1975), Patricia Madoo dan Jill Niebrugge (1998)
memperkuat gambaran ini dengan menunjukkan bagaimana pelembagaan
disiplin ilmu dan asosiasi profesional mereka terwujud/ tercapai melalui
penyeragaman agenda intelektual dan politik dari masing-masing bidang,
mengeluarkan pembaharu, dan membuat regulasi sendiri dan struktur disiplin
sendiri yang sangat berkekuatan di universitas saat ini.

Sejarah-sejarah ini juga menunjukkan bahwa hasilnya adalah produk


manusia, yang bergantung dengan konteks dan bertahan berdekade-dekade.
Satu pelajaran yang jelas dari sejarah ini adalah prospek pembangunan kembali
agenda reformasi yang secara sosial terkait atau kurang terkait dalam ilmu sosial
konventional bukan hanya menghadapi keanehan negatif tapi juga secara
langsung bertentangan dengan jalannya sejarah disiplin ilmu.
Bagaimana proses disiplinarisasi dan domestikasi yang berlaku pada ilmu-
ilmu sosial yang lebih baru (seperti kajian politik, manajemen) tidak jelas, karena
ada terdapat sedikit kritik karya sejarah. Hal ini terlihat seperti ilmu-ilmu sosial
baru ini mulai mengulang proces yang dilakukan dalam ilmu sosial konvensional,
proses hasil dari disiplinarisasi dan pembagian terbaru dari keterlibatan dalam
praktek sosial sehari-hari.

Ekonomi Politik dalam Institusi Pendidikan Tinggi


Hal yang bisa disimpulkan dari penjelasan sebelumnya adalah harus
menjadi jelas bahwa apa yang terjadi di kampus-kampus universitas tidak
terpisah dari apa yang terjadi di masyarakat luas. Universitas ada di masyarakat
dan bagian dari masyarakat. Penting untuk dipahami bahwa dorongan eksternal
ini tidak berlaku di dalam permukaan akademik internal yang harus dan
terdiferensiasi. Universitas menunjukkan tingkat perbedaan internal yang tinggi,
dan perbedaan ini sangat penting untuk topik reformasi universitas.
Ekonomi politik internal universitas itu heterogen. Di Amerika Serikat dan
di masyarakat industri lain, salah satu ciri kuat yang muncul dari kehidupan
universitas adalah perilaku kewirausahaan yang tinggi dalam ilmu-ilmu dan
teknik. Didorong oleh pasar sektor pemerintah dan swasta dan oleh design
politik pendidikan tinggi yang eksplisit, bidang-bidang ini menjadi ahli dalam
mengorganisasi secara struktural untuk menangkap, mengatur, dan menangkat
kembali pendanaan sektor pemerintah dan swasta yang membuat penelitian
mereka tetap berjalan.
Secara umum, dalam ilmu politik, antropologi, dan cabang kualititatif dari
sosiologi dan psikologi, sumber pendanaan yang dibawa untuk penelitian
eksternal merupakan tidak masuk akal. Akibatnya, dari pandangan seorang
pegawai keuanagan pusat di suatu universitas, porsi besar pada anggaran
belanja untuk ilmu sosial dan kemanusiaan di konteks Amerika Serikat
merupakan panggilan dari sumber-sumber universitas yang tidak cocok dengan
sumber pendapatan eksternal. Sebagai penggantinya, ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan fokus pada isu-isu kritik sosial, penelitian interdisiplin ilmu, gender,
yang memberikan kehormatan pada universitas.
Karena pembenaran diri dalam pendapatan keuangan yang lebih dari
biaya itu tidak mungkin, ilmu-ilmu sosial pada umumnya sangat fokus pada
peringkat nasional bersama departemen-departemen kompetitornya di
universitas lain. Yakni, mereka mengganti satu jenis tes pasar dengan yang lain.
Peringkat nasional semacam ini menghasilkan berbagai skema reputasi dan
akuntansi dan yang menjadi subjek kritik keras dan subjek perhatian terus
menerus di AS. Bisa dikatakan bahwa departemen-departemen disiplin ilmu
perlu melakukanya dengan baik dalam hal peringkat nasional agar membawa
pengaruh pada kampus, untuk memperkuat fakustas yang cemerlang, dan
menarik mahasiswa S1 atau S2. Banyak energi yang diberikan untuk menilai,
mengatur, dan memperdebatkan peringkat-peringkat ini.
Apapun ini artinya, Bisa disimpulkan bahwa ekonomi suatu universitas
merupakan organisasi yang kompleks, dimana berbagai prinsip ekonomi bekerja
dan dimana hubungan antara ilmu, teknik, ilmu sosial, dan kemanusiaan
bernegosiasi melalui adminstrasi pusat. Sabaliknya, tidak ada model
managemen secara umum yang mengkonsepkan kondisi-kondisi ini secara
eksplisit dan memperi arahan tentang bagaimana mengelolanya secara efektif
untuk pertumbuhan organisasi saat ini.

Apa yang Dianggap sebagai Pengetahuan dalam Universitas


Kontemporer
Satu misi penting universitas adalah produksi dan penyebaran
pengetahuan, kemudian apa yang dianggap sebagai pengetabuan itu penting
untuk didefinisikan dan untuk mereformasi universitas. Ada beberapa pandangan
konvensional tentang pengetahuan dalam ilmu dan teknik yang menjaga
perusahaan mereka tetap didanai, tapi pandangan pengetahuan ini tidak banyak
membantu ketika kita mencoba mendefinisikan ilmu-ilmu sosial.
Pemahaman konvensional tentang pengetahuan cenderung didasarkan
pada bentuk eksplisitnya: apa yang bisa direkam dalam kata, angka, dan gambar
dan jadi secara eksplisit mudah diakses oleh manusia. Berdasarkan pemahaman
ini, pengetahuan cenderung diperlakukan seperti suatu penomena individualistik,
kognitif yang dibentuk oleh keterampilan untuk memperoleh wawasan (Fuller,
2002). Konsepsi pengetahuan ini sangat sedikit diguanakan dalam ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan, dan meragukan pandangan ini menjadi argumen
penting kami.

Pengetahuan Ilmu Sosial


Jika kita berusaha untuk mengkonseptualisasikan pengetahuan ilmu sosial,
sesuai dengan asalnya, ketika pengetahuan itu penting untuk menjembatani
antara penelitian sosial dan kebutuhan pengetahuan masyarakat luas, kemudian
disconnection/ pemisahan/ ketidakterkaitan antara apa yang dianggap sebagai
pengetahuan ilmu sosial saat ini dan apa yang melayani kebutuhan masyarakat
itu hampir selesai. Selanjutnya, kita bermaksud membuat gambaran yang
berbeda dengan memperluas pemahaman apa yang dianggap sebagai
pengetahuan termasuk menjembatani intelegensi praktis kongkrit dan
pemantulan berdasarkan nilai dan refleksi.

Mengetahui/ Knowing
Perdebatan saat ini tentang apa yang merupakan pengetahuan dapat
berisi tiga dimensi penting pada pandangan akal sehat, dimensi yang memiliki
potensi untuk pergeseran cara universitas menghasilkan dan menerapkan
pengetahuan.

Tacit Knowing (tahu yang tidak diucapkan)


Kebanyakan pengetahuan kita tidak diucapkan; tapi diungkapkan melalui
tindakan kita. Kita fokus pada kata kerja mengetahui (knowing) bukan pada kata
bendanya pengetahuan (knowledge), karena mengetahui menekankan bahwa
pengetahuan dikaitkan dengan tindakan orang-orang. Dalam pandangan Polanyi,
tacit knowing berarti pemahaman tersembunyi yang memandu tindakan kita
tanpa kemampuan untuk mengkomunikasikan secara eksplisit apa pengetahuan
itu.

Knowing How (tahu bagaimana)


Meski teori Polany lebih terkini, tapi Ryle membuat konsep yang lebih
bermanfaat yaitu dengan mengenalkan pandangan knowing how/ tahu
bagaimana. Konsep ini berdasarkan pengetahuan atas tindakan dan, karena
inilah persisnya bagaimana kita dapat mengidentifikasi tacit knowing, knowing
how terlihat lebih mudah untuk digunakan.

Collective Knowing (mengetahui secara kolektif)


Pengetahuan juga kolektif yang melekat. Karya oleh Berger dan Luckman
(1967) tentang konstruksi sosial realita sosial membuka pemahaman lebih
mendalam tentang mengetahui sebagai penomena yang dibangun dan
didistribusikan secara sosial. Orang-orang bekerja sama membangun dan
membagi pengetahuan sebagai upaya kolektif dan produk kolektif.
Ben Flyvbjerg (2001) mengacu pada teori Aristotle dalam membuat
taxonomi berdasarkan pada episteme (pengetahuan teoritis), techne
(rasionalitas praktis yang bergantung pada konteks dan pragmatik/ makna), dan
phronesis (pertimbangan nilai yang bergantung pada konteks dan praktik). Dia
mencari solusi untuk dilematis ilmu-ilmu sosial saat ini dengan menganjukan
hubungan lebih dekat dengan phronesis. Argumennya adalah bahwa techne dan
phronesis merupakan know-how penting untuk perubahan organisasi,
reformasi sosial, dan pengembangan ekonomi regional. Baik kita maupun
Flyvbjerg tidak menetapkan prioritas khusus pada episteme, bentuk
konvensional dan yang disukai dari pengetahuan eksplisit dan teoritis dan
bentuk yang mendominasi ilmu-ilmu sosial akademik saat ini.

Mengapa Pengetahuan Penting untuk Universitas


Universitas memandang diri mereka sebagai generasi pengetahuan dan
organisasi manajemen pengetahuan, dan mereka berusaha untuk mendapat
keuntungan dari upaya generasi pengetahuan dan memperoleh atau
mempertahankan kontrol atas produk pengetahuan yang memiliki nilai di pasar
(Fuller, 2002). Dalam hal ini, pengetahuan alam dan teknik telah mengarah pada
cara, membuat penemuan dan proses yang dipatenkan, setidaknya di AS,
membuat kontribusi penting untuk kesejahteraan keuangan riset universitas. Ada
tekanan untuk perluasan produk komoditas pengetahuan ini kepada ruang
lingkup yang lebih luas, tekanan yang bersamaan dengan penekanan yang
meningkat pada model biaya-manfaat dalam pembuatan keputusan oleh
manajer pendidikan tinggi.
Bagaimana perjuangan atas generasi, manajemen universitas, dan
penjualan pengetahuan ini akan berubah tidak jelas. Pada satu sisi, penelitian
universitas berperan untuk mengkomoditas produk pengetahuan untuk
menciptakan aliran pendapatan rutin. Dalam ilmu pengetahuan, ini telah
mengarah pada rentetan penelitian terapan dan kurang menekankan pada
penelitian dasar. Dalam ilmu-ilmu sosial, sebagian besar uang penelitian yang
ada untuk ilmu sosial universitas ialah untuk penelitian positivistik pada isu-isu
ekonomi, tren dempgrafi, dan perilaku publik. Apapun yang dilakukan, rejim
akademik saat ini tidak mendukung pandangan pengetahuan ilmu sosial yang
berpusat pada episteme. Akan tetapi, merupakan hal yang jelas bahwa beberapa
universitas mendukung teori know how, karena teori tersebut memfokuskan
pada kebutuhan fundamental atas reformasi sosial dan ekonomi.

Masalah Humpty Dumpty


Kesulitan lain bagaimana universitas, khususnya dalam ilmu sosial,
mengorganisir aktivitas produksi pengetahuan disebut masalah Humpty
Dumpty oleh Waddock dan Spangler. Masalah Humpty Dumpty sangatlah
relevan karena dunia tidak mengeluarkan masalah dalam paket disiplin ilmu
yang rapi. Masalah muncul secara kompleks, multidimensi, dan sering kali
menjadi tumpukan isu yang membingungkan. Untuk menghadapi hal ini,
dimensi yang banyak ini harus dipahami, juga apa yang menyatukan mereka
menjadi masalah. Hanya organisasi universitas yang dapat bergerak dengan
mudah antar batas dari berbagai bentuk keahlian dan antara pengetahuan
dalam dan luar yang bisa menghadapi masalah ini.
Penelitian Tindakan (Action Research) sebagai Ilmu
Istilah penelitian murni dan terapan, yang sudah banyak digunakan di
kehidupan universitas saat ini, menyiratkan bahwa pembagian kerja antara
penelitian murni dan terapan ada. Tapi pembagian ini tidak memungkinkan
untuk digunakan dalam penelitian sosial. Jadi, kami membagi ke dalam action
research (penelitian tindakan) dan penelitian sosial konvensional.
Karena dominasi kerangka positivisme dan episteme dalam organisasi
ilmu sosial konvensional, pandangan kami secara otomatis terdengar mundur
dari metode ilmiah menajdi aktivisme. Merupakan hal yang tidak mungkin
untuk berkomitmen pada setiap tindakan pada dasar jenis penelitian sosial
manapun, karena semua pengetahuan itu tergantung dan posisional bentuk
pokok pelambanan pembenaran diri. Asumsi dalam ilmu sosial konvensional
adalah relevansi dan keterlibatan yang lebih besar secara otomatis membuat
hilangnya validitas ilmiah atau hilangnya keberanian dalam menghadapi
subjektifitas yang tiada akhirnya.

Pragmatisme

Dasar yang berbeda dalam penelitian sosial bisa ditemukan dalam filosofi
pragmatik. Pragmatisme mengaitkan teori dan praktek. Proses refleksi inti
dikaitkan dengan hasil tindakan yang memanipulasi faktor materil dan sosial
dalam suatu konteks. Pengalaman muncul dalam interaksi terus menerus antara
orang-orang dan lingkungan mereka: proses ini merupakan subjek dan objek
penelitian. Tindakan yang diambil dengan maksud tertentu dan bertujuan untuk
membuat hasil yang diinginkan. Oleh karena itu proses pembuatan pengetahuan
itu berdasarkan norma, nilai, dan minat peneliti.

Praktek Penelitian Tindakan Suatu Ilmu

Orang-orang seharusnya sudah tahu bahwa penelitian sosial berbeda dengan


penelitian atom atau molekul. Penekanan yang masih digunakan oleh para
ilmuan sosial konvensional ialah untuk menjadi ilmiah menuntut peneliti untuk
memisahkan semua hubungan dengan yang diobservasi. Pandangan ini masih
dominan di dunia publikasi ilmu sosial: ekonomi, sosiologi, dll. Paham positivistik
ini jelas keliru, dan ini menjauhkan dari informasi yang dapat dipercaya,
interpretasi dan tindakan sosial yang bermakna dalam penelitian sosial. Kita
percaya bahwa intervensi yang kuat dalam organisasi universitas dan profesi
akademik diperlukan untuk membasmi itu. Lebih sederhananya, ide epistemologi
yang mendasari penelitian tindakan bukanlah ide baru, mereka telah
disingkirkan sebagai peneliti sosial konvensional yang menolak keterlibatan
universitas dalam reformasi sosial.

Penyelidikan Kogeneratif

Penelitian tindakan bertujuan untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan


konteks diberikan melalui penyelidikan demokratis dimana peneliti profesional
berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lokal untuk mencari dan
menetapkan solusi untuk masalah-masalah penting dan besar bagi para
pemangku kepentingan. Kita menganggap ini sebagai penyelidikan kogeneratif
karena ini dibangun atas kolaborasi peneliti profesional dan para pemangku
kepentingan dan bertujuan untuk menyelesaikan masalah kehidupan nyata
dalam satu konteks. Proses penyelidikan kogeneratif melibatkan peneliti
profesional yang terlatih dan pemangku kepentingan lokal yang berpengetahuan
luas yang bekerja sama untuk mendefinisikan masalah yang akan dibenahi,
mengumpulkan dan mengorganisir pengetahuan dan data yang relevan,
menganalisis informasi yang dihasilkan, dan merancang intervensi perubahan
sosial.

Pengetahuan Lokal dan Pengetahuan Profesional

Agar penyelidikan kogeneratif muncul, kolaborasi harus berdasarkan interaksi


antara pengetahuan lokal dan pengetahuan profesional. Sebaliknya, ketika
penelitian sosial konvensional dan pengetahuan profesional diatas pengetahuan
lokal, penelitian tindakan tidak akan berhasil. Dengan diberikan kompleksitas
masalah yang akan dibenahi, hanya para pemangku kepentingan lokal, dengan
bertahun-tahun pengalaman mereka dalam situasi tertentu, yang memiliki
informasi dan pengetahuan yang cukup tentang situasi untuk merancang proses
perubahan sosial yang efektif. Kita tidak mereka-reka pengetahuan lokal dan
memburukkan pengetahuan profesional. Kedua bentuk pengetahuan ini penting
untuk penyelidikan kogeneratif.

Validitas, Kredibilitas, dan Relibilitas (dapat dipercaya)


Validitas, kredibilitas, dan relibilitas dalam penelitian tindakan diukur dengan
kerelaan para pemangku kepentingan lokal untuk bertindak atas hasil penelitian
tindakan, dengan demikian mempertaruhkan kesejahteraan mereka pada
validitas ide mereka dan tingkat hasil yang mereka harapkan. Jadi,
pengetahuan kontekstual kogenerasi dipandang valid jika ia menghasilkan
jaminan untuk tindakan. Pernyataan validitas utama berpusat pada kemungkinan
dilaksanakannya aktifitas perubahan sosial dan tesnya apakah solusi pada
masalah yang muncul mampu menyelesaikan masalah.

Berurusan dengan Pengetahuan Berdasarkan pada Konteks

Mengkomunikasikan pengetahuan berdasarkan pada konteks secara efektif


kepada akademisi dan pengguna lain yang potensial merupakan proses yang
kompleks. Proses penyelidikan penelitian tindakan dikaitkan erat dengan
tindakan dalam konteks. Hal ini menjadi tantangan yang besar dalam
mengkomunikasikan dan meringkas hasil dengan cara yang orang lain tidak
berpartisipasi dalam projek tertentu, termasuk kelompok pemangku kepentingan
yang menghadapi situasi yang berbeda akan memahami. Persisnya, karena
pengetahuan itu kogenerasi, termasuk pengetahuan dan analisis lokal, dan
dibangun ke dalam konteks lokal secara mendalam, perbedaan hasil antar kasus
dan pembuatan generalisasi menjadi tantangan.

Rekonstruksi Hubungan antara Universitas dan Pemangku


Kepentingan Sosial
Kita percaya bahwa respon yang tepat untuk isu-isu epistemologis,
metodologis, politik ekonomi, dan etik yang telah kita angkat ialah dengan
merekonstruksi hubungan antara universitas para pemangku kepentingan di
masyarakat. Kita percaya bahwa bagian penting dari jawabannya ialah membuat
action research (penelitian tindakan) menjadi strategi utama dalam penelitian
sosial dan pengembangan organisasi. Hal ini karena action research (penelitian
tindakan) meliputi upaya-upaya penelitian dimana pengguna (seperti
pemerintah, agensi pelayanan sosial, perusahaan besar dan kecil, komunitas,
organisasi non-permerintah) memiliki saham yang pasti dalam masalah-masalah
yang diteliti dan dimana proses penelitian mengintegrasikan belajar/ mengajar
kolaboratif antara banyak disiplin ilmu dengan kelompok patner non-universitas.
Kita tahu bahwa jenis penelitian tindakan yang berbasis universitas ini mungkin
karena ada beberapa contoh berhasilnya. Berikut adalah salah satu contohnya.
Ilmu Sosial Hubungan Penellitian Teknik dan Perusahaan Industri
Universitas: Offshore Yard
Proyek ini dimulai ketika Dewan Penelitian Norwegia menyerahkan
penelitian besar dan kontrak pengembangan ke SINTEF, sebuah organisasi
penelitian yang berkaitan erat dengan Universitas Ilmu dan Teknologi Norwegia.
Kontrak ini fokus pada modeling perusahaan, sistem informasi terpusat pada
teknik untuk mengembangkan model model proses organisasi kompleks, untuk
meningkatkan efisiensi dan merestrukturisasi perilagu organisasi. SINTEF
menerima kontrak ini sebagai pekerjaan sebagai bagian dari inisiatif besar
nasional untuk mendukung perkembangan penelitian terapan dan organisasi
dalam industri manufaktur.
Persyaratan penting Dewan Penelitian Nasional untuk program ini ialah
penelitian teknik pada modeling perusahaan harus dihubungkan dengan
penelitian ilmu sosial pada organisasi dan kepemimpinan. Hal ini menuntut
kolaborasi para insinyur dan ilmuan sosial di SINTEF yang lebih intensif dibanding
biasanya. Dewan Penelitian Nasional berpendapat bahwa modeling perusahaan
tidak dapat dikurangi untuk upaya teknis dan modeling perusahaan ini sendiri
harus berurusan dengan isu-isu organisasi, karena pengembangannya akan
bergantung pada keterampilan pegawai dalam menggunakan modelnya sebagai
alat dalam pekerjaan sehari-hari.
Fokus penelitian aktivitas ini tidak jelas di awal. Tujuan instrumental untuk
organisasi penelitian nasional ialah untuk membuat model perusahaan yang
bermanfaat. Fokus penellitian muncul dalam bentuk fokus teknik pada model
perusahaan sebagai kesempatan belajar bagi semua pegawai dan fokus ilmu
sosialnya ialah pada proses perubahan partisipatif. The Offhore Yard setuju
menjadi patner dalam upaya ini, dan proyeknya diluncurkan pada awal 1996.
The Yard mempekerjakan 1000 pegawai dan memiliki sejarah panjang dengan
spesialisasi design dan konstruksi instalasi lepas pantai besar dan kompleks di
eksplorasi minyak Pantai Utara.
Proyek ini dikelola bersama oleh kelompok gabungan insinyur dan ilmuan
sosial di SINTEF. Prosesnya tidak sederhana. Pada pase awal proyek, satu-
satunya kerjasama yang terlihat berari hanya anggota-anggota tim hadir di
tempat perusahaan di waktu yang sama. Karena 2 insinyur dari tim memiliki
sejarah panjang dengan perusahaan, mereka memimpin di awal aktivitas proyek:
mereka menjalankan proyek, dan ilmuan sosial terlihat seperti pasif. Ketika
berjalan, para ilmuan sosial mencurahkan perhatiannya pada survei umum
perusahaan dan membuat upaya etnograpi untuk mempelajari realitas
organisasi dan sosial perusahaan.
Pembukaan pertama untuk pengetahuan ilmu sosial muncul ketika peneliti
sosial mengatur sebuah konferensi pencarian untuk mengatasi masalah
organisasi kerja pada level dasar. Konferensi ini menghasilkan perhatian dari
serikat pekerja lokal dan manajemen dan memperjelas bahwa peneliti sosial
memiliki keterampilan yang menawarkan kesempatan penting untuk
pembelajaran dan perencanaan kolaboratif di dalam perusahaan. Akibat dari
pengalaman ini, kerjasama antara universitas dan Offshore Yard mulai
mendalam. Pada saat itu, perusahaan mengembangkan program pelatihan
kepemimpinan. Melalui ilmuan sosial, pengurus perusahaan mempelajari
pengalaman lain dalam menjalankan program seperti itu, dan ini membantu
mereka merencanakan secara lokal.
Program ini sangat sukses, memberi bukti bagaimana kolaborasi yang
dekat antara perusahaan dan universitas bisa saling menguntungkan. Orang-
orang universitas bisa mencoba secara profesional dan pedagogik dalam konteks
kehidupan nyata, sedangkan perusahaan mendapat akses pengetahuan
mutakhir dari universitas dan perusahaan lain.

Pelembagaan Penelitian Tindakan (Action Research) dalam


Lingkungan Akademik
Salah satu tantangan besar menghadapi universitas modern yang didanai
oleh uang publik atau swasta terletak pada kontribusi nyata mereka pada
tantangan teknologi dan sosial di masyarakat luas. Hal ini tidak bisa dilakukan
jika penelitian dan pengajaran tidak secara jelas selaras dengan kebutuhan
ekstra universitas.
Meskipun argumen ini sering terdengar di perdebatan tentang kewajiban
sosial universitas saat ini, sedikit kemajuan telah tercipta dalam memediasi
hubungan universitas-masyarakat dikarenakan perbedaan besar antara apa yang
dianggap penelitian dan pengajaran yang tepat oleh akademik dan apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh publik. Beberapa proses telah dilakukan untuk
membuat pemahaman bersama tentang fokus kolabolasri yang diinginkan
seharusnya seperti apa. Para pihak beroperasi dalam dua cara yang berbeda,
dengan komunikasi dan pembelajaran lintas batas yang sangat terbatas, dan
mereka beroperasi dengan ketidaknyamanan bahwa publik memiliki kekuasaan
untuk membuat keputusan yang mempengaruhi anggaran universitas
mendatang.
Action research (penelitian tindakan) memenuhi kebutuhan komunikasi
dan tindakan mediasi sejenis ini. Ia berurusan dengan masalah-masalah
kehidupan nyata dalam konteks, dan ia dibangun atas partisipasi pemilik
masalah non-universitas. Ia menciptakan kesempatan belajar mutual untuk
peneliti dan partisipan, jika mendapatkan hasil yang nyata. Oleh karena itu,
action research (penelitian tindakan) jika dikelola dengan cekatan, bisa
merespon intervensi publik yang menantang dan meningkat juga lingkungan
sektor swasta dengan cara yang baik.
Kemudian, bagaimana kita memandang universitas beroperasi dalam
kerangka acuan action research? Merupakan hal yang jelas bahwa definisi
masalah harus dibangun secara koperatif dengan seseorang yang mengalami
situasi masalah terkini. Jadi, penelitian akan dilakukan dalam seting yang alami
tanpa ada upaya untuk membuat situasi eksperimental pengganti yang berpusat
pada universitas.
Satu cara untuk menciptakan potensi ini ialah dengan melatih peneliti
yang mampu merangkum perspektif lebih dari satu teritori disiplin ilmu
profesional yang dipaksakan. Kemungkinan lain ialah dengan membuat tim yang
berisi berbagai keahlian yang relevan dengan masalah yang ada sehingga
kapasitas internal untuk menggerakan bentuk-bentuk pengetahuan yang
diperlukan ada. Jadi penelitian berbasis tim dan membongkar batas-batas antar
posisi profesional yang berbeda ialah ciri-ciri inti dari penyebaran penelitian
tindakan di universitas.
Pengajaran juga harus berubah dengan cara yang sama. Merupakan hal
yang memungkinkan untuk memandang proses pengajaran yang berkaca pada
proses penelitian tindakan. Permulaan yang jelas yaitu dengan menggunakan
situasi masalah kongkret yang ada di kelas, mungkin dengan membangun kasus
nyata. Dalam hal ini, situasi mengajar juga paralel dengan projek penelitian
tindakan. Perbedaanya, ada 3 jenis pemeran penting di kelas: pemilik masalah,
siswa, dan guru. Seperti dalam penelitian tindakan, mereka akan dihubungkan
dalam proses pembelajaran mutual. Meskipun siswa memandang mereka
sebagai partisipan, tanpa banyak keterampilan dan wawasan yang penting,
mereka akan menemukannya ketika mereka membawa pengalaman dan
pandangan yang berbeda ke dalam pembelajaran kolaboratif dan mereka bisa
membuat kontribusi penting ketika mereka mendapatkan kepercayaan diri pada
kemampuan mereka sendiri. Selain itu, fokus pada masalah kehidupan nyata
akan menuntut beberapa disiplin ilmu berbeda bekerja sama karena
pengetahuan yang relevan harus dicari dari semua sumber. Tidak ada satu
disiplin ilmu dapat mendominasi penelitian tindakan karena masalah pada dunia
nyata tidak disesuaikan dengan struktur disiplin ilmu yang cocok dan standar
popularitas akademik.

Apakah ini mungkin?


Pertanyaannya bukan apakah penelitian tindakan bisa diakomodir di
universitas kontemporer tapi bagaimana membuat situasi eksperimental terjadi.
Rintangan terbesarnya yaitu bagaimana mengintegrasikan jenis proses
pendidikan alternatif ini dalam struktur universitas saat ini. Segala sesuatu yang
dikatakan diatas merupakan tantangan untuk divisi tenaga kerja, struktur disiplin
ilmu dan administrasi universitas saat ini. Mengejar ini akan melemahkan
kekuasaan tertinggi dari struktur disiplin ilmu dan profesional yang terpisah,
akan memaksa aktivitas profesional untuk memenuhi kebutuhan sosial, dan akan
membatasi profesionalisme pelayanan akademik.
Meskipun begitu sulit, ada alasan untuk dipertimbangkan bahwa kemajuan
bisa dibuat bersama dengan ini. Tekanan publik dan pajak yang meningkat pada
universitas membuat mereka menyesuaikan diri mereka dan aktivitas mereka
yang beresiko tapi meningkatkan situasi dimana percobaan dengan penelitian
tindakan mungkin menjadi satu-satunya solusi untuk universitas yang berusaha
bertahan untuk generasi selanjutnya.
Satu strategi yang telah digunakan oleh beberapa universitas ialah ketika
dukungan dana publik untuk universitas menurun, mereka menganggap diri
mereka kurang akuntabel untuk publik. Cara lain yaitu dengan mencoba
bernegosiasi kembali hubungan ini dan membalikan tren negatif. Kami percaya
bahwa menggunakan penelitian tindakan merupakan upaya untuk memperbaiki
hubungan yang mendalam antara universitas dengan publik dan pemerintah
mereka.

Anda mungkin juga menyukai