Anda di halaman 1dari 28
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 15 TAHUN 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA PELABUHAN DI BIDANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Konsesi dan Bentuk Kerjasama Lainnya Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 4, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731); 10. le 12. 13, 14 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3093); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2013; Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah _diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur; Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013; Menetapkan : 15. 16. 17. 18, 19. 20. 21. 22, 23, 24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2011; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun. 2011; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 83 Tahun 2010 tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas, Pelabuhan Utama; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan; Peraturan Menteri Kevangan Nomor 38/PMK.01/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha; Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah; Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Infrastruktur; MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA PELABUHAN DI BIDANG KEPELABUHANAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 2. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. 3. Tatanan Kepelabuhanan Nasional (TKN) adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. 4. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. 5. Penyelenggara Pelabuhan adalah Otoritas Pelabuhan atau Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan. 6. Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga Pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial. 7. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) adalah lembaga Pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, _pengendalian, pengawasan kegiatan kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial. 10, ll. 12. 13. 14, 15. 16. 17. Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) adalah pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan pelabuhan. Rencana Induk Pelabuhan (RIP) adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja _perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. ‘Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Syahbandar adalah pejabat Pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Badan Usaha Pelabuhan (BUP) adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya. Badan Usaha adalah badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milile Daerah (BUMD), dan Koperasi. 18. 19. 20, 21. 22, 23. 24. 25. 26. Konsesi adalah pemberian hak oleh Penyelenggara Pelabuhan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau_pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan kompensasi tertentu. Pendapatan Konsesi adalah pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Pelabuhan akibat pemberian hak yang diberikan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Bentuk kerjasama lainnya adalah kerjasama antara Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan dalam kegiatan pengusahaan di pelabuhan selain berupa konsesi antara lain berupa Kerjasama Pemanfaatan, Persewaan, Kontrale Manajemen, dan Kerjasama Operasi. Kerjasama adalah kerjasama antara Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan, badan usaha lainnya atau orang perorangan warga negara Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Kerjasama Pemanfaatan adalah pengoperasian Barang Mili Negara berupa fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan oleh Badan Usaha Pelabuhan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Perjanjian Konsesi adalah perjanjian tertulis antara Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan dalam kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang dikonsesikan. Perjanjian Persewaan adalah perjanjian tertulis antara Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan/Badan Usaha/Perorangan Warga Negara Indonesia. dalam —penggunaan _perairan/tanah/ bangunan/peralatan yang dipersewakan untuk kegiatan pengusahaan di pelabuhan. Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan adalah perjanjian tertulis antara Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan/Badan Usaha dalam kegiatan pengusahaan di pelabuhan dengan skema kerjasama. Dukungan Pemerintah adalah dukungan yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri Keuangan sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial proyek kerjasama. 27. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/ waliketa, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 28. Menteri adalah Menteri Perhubungan. 29. Direktur Jenderal adalah ~—Direktur —_Jenderal Perhubungan Laut. BAB II KEGIATAN PENGUSAHAAN DI PELABUHAN YANG DILAKUKAN OLEH BADAN USAHA PELABUHAN Pasal 2 Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas: a. penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang; dan b, jasa terkait dengan kepelabuhanan. Pasal 3 (1) Kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 huruf a terdiri atas: a, penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat; b. penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih; cc. penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan; d. penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas; e. penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan; f. penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan ro-ro; g. penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang; h. penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; dan/atau i. penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, merupakan kegiatan jasa kapal tunda (tug boat). (3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP) sesuai dengan jenis izin usaha yang dimilikinya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 4 Kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan berdasarkan kerjasama Pemerintah dalam hal ini Otoritas Pelabuhan atau Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan dengan Badan Usaha Pelabuhan dalam bentuk konsesi atau bentuk kerjasama lainnya, yang dituangkan dalam perjanjian. BAB IIL TUJUAN, JENIS DAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA PELABUHAN DI BIDANG KEPELABUHANAN Bagian Kesatu ‘Tujuan Kerjasama Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan Pasal 5 Kegiatan kerjasama penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang antara Pemerintah dengan Badan Usaha Pelabuhan dilakukan dengan tujuan: a. mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan dan/atau —_pelayanan —_jasa Kepelabuhanan melalui investasi Badan Usaha Pelabuhan; b. meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan jasa Kepelabuhanan melalui persaingan sehat; c. meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan dan/atau pelayanan —jasa Kepelabuhanan; dan d. mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal-hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna. Bagian Kedua Jenis Kegiatan Yang Dapat Dikerjasamakan Antara Pemerintah dengan Badan Usaha di Bidang Kepelabuhanan Pasal 6 Jenis kegiatan yang dapat dikerjasamakan antara Pemerintah dengan Badan Usaha di Bidang Kepelabuhanan, adalah kegiatan pengusahaan dalam rangka penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang meliputi: a. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang telah dibangun/ dikembangkan dan/atau dioperasiican (cksisting); b. pembangunan pelabuhan baru; c. pengembangan terminal baru; d. TUKS melayani kegiatan untuk kepentingan umum; ‘TUKS berubah status menjadi terminal umum; terminal Ihusus yang berubah menjadi pelabuhan; pengelolaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan; dan kegiatan di area alih muat kapal di perairan. Prine Pasal 7 Pengelolaan —fasilitas pelabuhan yang _telah dibangun/dikembangkan dan/atau dioperasikan (eksisting) sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a meliputi sebagai berilcut: a. pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan oleh Pemerintah dan telah ditetapkan sebagai Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN kepelabuhanan; b. pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan oleh Pemerintah dan belum ditetapkan sebagai Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN kepelabuhanan; c. pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan oleh BUP BUMN kepelabuhanan; d. pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan oleh BUP non BUMN kepelabuhanan; dan c. pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan dengan menggunakan dana campuran APBN, APBD, dan BUP. Pasal 8 (1) Pengelolaan fasilitas yang dibangun/dikembangkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, terdiri atas: a. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh Pemerintah pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial; b. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh Pemerintah pada pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial. (2) Pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh Pemerintah scbagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibedakan menjadi: a. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh Pemerintah yang merupakan satu kesatuan dengan fasilitas yang telah ada (eksisting); b. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang tidak merupakan satu kesatuan dengan fasilitas yang telah ada (eksisting). Pasal 9 Pengelolaan fasilitas _pelabuhan yang _—_dibangun/ dikembangkan oleh BUP BUMN kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, terdiri atas: a. pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh BUP BUMN Kepelabuhanan yang merupakan satu kesatuan dengan fasilitas yang telah ada (eksisting); b. -10- pengelolaan fasilitas pelabuhan yang dibangun/ dikembangkan oleh BUP BUMN Kepelabuhanan yang tidak merupakan satu kesatuan dengan fasilitas yang telah ada (eksisting). Pasal 10 Pengelolaan fasilitas pelabuhan yang telah dibangun/ dikembangkan oleh BUP non BUMN kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d, terdiri atas: a (2) pengelolaan fasilitas pelabuhan yang telah dibangun/ dikembangkan oleh BUP non BUMN Kepelabuhanan yang berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan; pengelolaan fasilitas pelabuhan yang_telah dibangun/dikembangkan oleh BUP ‘non BUMN kepelabuhanan yang berada di Iuar daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan. Pasal 11 Pembangunan pelabuhan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b hanya dapat dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan. Dalam hal pembangunan pelabuhan baru yang sudah tercantum dalam RIPN namun belum mempunyai Rencana Induk Pelabuhan, kerjasama pembangunan pelabuhan baru dapat dilaksanakan dengan menggunakan skema pemrakarsa (unsolicited) oleh Badan Usaha Pelabuhan sesuai ketentuan perundang- undangan. Pasal 12 Pengembangan terminal baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, pada pelabuhan yang sudah memiliki Rencana Induk Pelabuhan terdiri atas: a. b. a (2) pengembangan terminal yang merupakan satu kesatuan dengan terminal yang sudah ada (cksisting); pengembangan terminal yang tidak merupakan satu kesatuan dengan terminal yang sudah ada (eksisting). Pasal 13 Dalam bal kondisi tertentu, Penyelenggara Pelabuhan dapat menunjuk pengelola Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) melayani kegiatan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d setelah bekerjasama dengan Penyelenggara Pelabuhan. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai