Anda di halaman 1dari 134

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan Trimester III

1) Kehamilan menurut Rukiyah (2009; h. 2) mulai dari ovulasi

sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari

300 hari (43 minggu), dan kehamilan trimester III adalah

kehamilan mulai dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (29-42 minggu).

2) Kehamilan trimester III menurut Manuaba (2009; h. 72) yaitu

kehamilan mulai umur 20-40 minggu.

b. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan Trimester III

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1

jari dibawah prosessus xifoideus. Pada kehamilan tua karena

kontraksi otot-otot, bagian atas uterus segmen bawah rahim

menjadi lebih lebar dan tipis (Wiknjosastro,2006; h.91).

b) Serviks

Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung

jaringan ikat. Jaringan ikat pada serviks ini banyak

mengandung kolagen (Winkjosastro,2006;h. 94).

24
25

c) Ovarium

Ovarium berhenti namun masih terdapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan

mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone

(Sulistyawati, 2009; hal 61).

d) Vagina dan vulva

Vagina dan servik akibat hormone estrogen mengalami

perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan

vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide)

disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran

pembuluh darah dengan pH 3,5-6 merupakan akibat

meningkatnya produksi asam laktat karena kerja lactobaci

Acidophilus, keputihan, selaput lendir vagina mengalami

edematous, hypertrophy, lebih sensitive meningkat seksual

terutama triwulan III (Rukiyah, 2009; h. 41).

e) Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-

alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh

melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat.

MSH adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh

lobus anterior hiposis. Kadang-kadang terdapat deposit

pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagau

kloasma gravidarum (Winkjosastro,2006;h.97).


26

f) Payudara

Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat

keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrum.

Kolostrum ini berasal dari asinus yang mulai berskresi. Selama

trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan kelenjar mammae

membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Kadar

hormon luteal dan plasenta pada masa hamil meningkatkan

proliferasi ductus laktiferus dan jaringan lobules-alveolar

sehingga pada palpasi payudara teraba penyebaran nodul kasar

(Kusmiyati & Wahyuningsih, 2015; hal 67).

g) Perubahan Metabolik

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi,

sistem endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas

kelenjar gondoknya (glandula tiroidea). BMR meningkat

hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan

terakhir. Kalori yang dibutuhkan berasal dari pembakaran

hidrat arang khususnya sesuadah kehamilan 20 minggu ke

atas. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara

6,5 16,5 kg rata-rata 12,5 kg (Wiknjosastro, 2006;h.98).

Perkiraan penambahan berat badan yang dianjurkan menurut

Sulistyawati (2009; h. 69) adalah 0,5 kg/minggu pada

kehamilan trimester II sampai III dengan total pertambahan

berat badan sekitar 15-16 kg.


27

h) System kardiovaskuler

Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung

setiap menitnya atau biasa disebut seagai curah jantung

meningkat sampai 30-50%. Setelah mencapai kehamilan 30

minggu, curah jantung akan menurun karena pembesaran

Rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke

jantung. Peningkatan curah jantung selama kehamilan

kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran

darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan

darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia

kehamilan, rahim menerima 1/5 dari seluruh darah ibu

(Sulistyawati, 2009; h. 61-62).

i) System Respirasi

Pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus

tertekan oleh uterus yang membesar kea rah diafragma,

sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk

memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%

seorang wanita hamil selalu bernapas lebih dalam dan

bagian bawah toraksnya juga melebar ke sisi

(Wiknjosastro,2006;h.96).
28

j) Traktus Urinarius

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai

berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus.

Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik ke atas dan

keluar dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra

memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser

kearah atas. Kongesti pada masa hamil ditunjukkan oleh

hyperemia kandung kemih dan uretra (Kusmiyati &

Wahyuningsih, 2015; hal 68).

k) Sistem Endokrin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi

untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhsn normal

janin dan pemulihan pascapartum (nifas). Tes HCG positif

dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap

48 jam sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan-perubahan

hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi

estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormon-

hormon yang dikeluarkan oleh janin. Pada kehamilan

trimester II dan III ada peningkatan hormon estrogen dan

progesteron serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH

(Kusmiyati & Wahyuningsih, 2015; hal 58 dan 69).


29

l) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat

wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita

berubah secara menyolok. Peningkatan distensi abdomen

yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus

otot perut dan peningkatan beban berat badan pada akhir

kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment)

kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.

Kurva lumbo sakrum normal harus semakin melengkung

dan didaerah servikodorsal harus terbentuk kurvatura

(fleksi anterior kepala berlebihan) untuk mempertahankan

keseimbangan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang

bungkuk saat berdiri akan semakin membuat kurva

punggung dan lumbal menonjol, pergerakan menjadi lebih

sulit. Struktur ligament dan otot tulang belakang bagian

tengah dan bawah mendapat tekanan berat (Kusmiyati &

Wahyuningsih, 2015; hal 70-71).

Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi

perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi wanita yang

tua dapat mengalami gangguan punggung atau nyeri

punggung yang cukup berat selama dan segera setelah

kehamilan (Kusmiyati & Wahyuningsih, 2015; hal 70-71).


30

c. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran

bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar

menanti kelahiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi

dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia

memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

(Rukiyah, 2009; h. 70).

d. Kebijakan Program

Menurut Rukiyah (2009; hal 6) kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :

1) Satu kali pada triwulan pertama

2) Satu kali pada triwulan kedua

3) Dua kali pada triwulan ketiga

Sedangkan Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7T ;

1) (Timbang) berat badan

2) Ukur(Tekanan)darah

3) Ukur(Tinggi) fundus uteri

4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.

6) Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan


31

e. Standar Pelayanan Antenatal

Menurut Mufdlilah (2009; h. 4-7) terdapat 6 standar dalam standar

pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:

1) Identifikasi ibu hamil.

Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV,

memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.
32

3) Palpasi Abdominal.

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah

janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Pengelolaan anemia pada kehamilan.

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

5) Pengelolaan Dini

Hipertensi pada Kehamilan. Bidan menemukan secara dini setiap

kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda

tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan

yang tepat dan merujuknya.

6) Persiapan Persalinan.

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan

kunjungan rumah untuk hal ini.


33

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng

teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plesenta,

ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan

sendiri (Sumarah, 2009, h. 1).

b. Tahapan Dalam Proses Persalinan

Persalinan terbagi menjadi 4 tahap yaitu kala I, kala II, kala III dan

kala IV (Sumarah dkk, 2009; hal 4-8).

1) Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada

permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Secara klinis persalinan

dimulai dengan adanya his dan lendir darah. Kala I berlangsung

18-24 jam yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase laten (8 jam) yang dimulai dari pembukaan 0 cm

sampai pembukaan 3 cm.

b) Fase aktif (7 jam) yang dimulai dari pembukaan 3 cm

sampai pembukaan 10 cm. Fase aktif terbagi menjadi 3,

yaitu :
34

(1) Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan

3 cm menjadi 4 cm.

(2) Fase dilatasi maksimal, dimana dalam waktu 2 jam

permbukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan

4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselarasi, dimana pembukaan menjadi lambat

kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi

pembukaan 10 cm.

Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase

aktif. Pada multigravida fase laten dan fase aktif waktunya

menjadi lebih pendek. Berdasarkan kurve Fridman,

diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm per jam dan

pembukaan pada multigravida 2 cm per jam.

2) Kala II

Kala dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

lahir. Proses ini berlangsung kurang lebih 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida. Pada kala II his menjadi lebih kuat

dan cepat, kurang lebih 2 sampai 3 menit sekali.

3) Kala III

Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya

placenta, yang berlangsung kurang lebih 30 menit

4) Kala IV

Kala IV dimulai sejak placenta lahir sampai 2 jam postpartum.


35

c. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Sumarah (2009, h.2-4), bagaimana terjadinya persalinan

belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori

yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.

Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu :

b. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot rahim dan

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

c. Progesteron

Berfungsi menurunkan sensivitas otot rahim, menyulitkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan

prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot

rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan

yang seimbang, sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan

keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang

dikeluarkan oleh hipofise parst posteriordapat menimbulkan kontraksi

dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan

yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua

kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga

bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat

mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih


36

sewaktu partus atau persalinan. Disamping faktor gizi ibu hamil dan

keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk

mulainya kontraksi rahim.

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang

memungkinkan terjadinya proses persalinan :

1) Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus

membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot

uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu

sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.

Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah

keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

2) Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh

darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales

mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron

mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

3) Teori oksitosin internal


37

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron

akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi

ototrahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap

dapat memicu terjadinya persalinan.

5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus

sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973).

Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya

kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid

yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan.

Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan

antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan.

Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

6) Teori berkurangnya nutrisi


38

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates

untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka

hasil konsepsiakan segera dikeluarkan.

7) Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser

yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan,

maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan. Bagaimana

terjadinya persalinan masih tetap belum dapat dipastikan, besar

kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor.

d. Perubahan Psikologi pada Persalinan

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat

jika ibu tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang

disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan

mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai , perilaku dan

penampilan wanita serta pasangannya merupakan petujuk berharga

tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu

wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan,

memenuhi harapan wanita akan hasil akhir mengendalikan rasa

nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi

kecenasan pasien. Dukungan psikologi dari orang-orang terdekat

akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang

berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan


39

menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin,

memberi sentuhan, member penenangan nyari non farmakologi,

member analgesia jika diperlukan dan yang paling penting berada

disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan

kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan

lebih mudah (Sumarah, 2009, h. 45).

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Normal

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya adalah

panggul, janin dan kekuatan ibu (Sumarah dkk, 2009; h 23-45).

1) Passage (panggul)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

2) Passenger (janin)

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena placenta

juga harus melewati jalan lahir maka placenta dianggap pula

sebagai bagian dari pasengger yang menyertai janin.


40

3) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan

janin dan placenta dari uterus.

f. Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan

Kebijakan pelayanan asuhan persalinan meliputi semua

persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih,

rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk

menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24

jam, obat obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia

bagi petugas terlatih (Saifuddin, 2009; h.101).

3. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerpurium

(nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu

yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang

normal (Ambarwati dan Wulandari, 2009, hal 1), sedangkan menurut

Suherni Dkk (2010, hal 1) masa nifas disebut juga masa post partum

atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan

plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yanf berkaitan dengan


41

kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya berkaitan saat melahirkan.

b. Perubahan pada masa nifas

1) Perubahan pada sistem reproduksi

a) Uterus

(1) Proses Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses kembalinya uterus keadaan sebelum hamil.

Proses involusi merupakan salah satu peristiwa

penting dalam masa nifas, disamping proses laktasi.

Uterus ibu yang baru melahirkan masih membesar,

jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari

di bawah pusat, sedangkan beratnya lebih kurang 1

kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah

dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh-

pembuluh darah yang membesar. Sampai hari kedua,

uterus masih membesar dan setelah itu berangsur-

angsur menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus uteri

waktu nifas (sesudah buang air kecil). Pada hari ke

tiga, kira-kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari

kelima, pada pertengahan antara pusat dan simphysis.

Hari ketujuh, kira-kira 2 atau 3 jari diatas simphysis,

dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut

dari luar tidak teraba lagi. Semuanya disebabkan


42

karena pemberian darah didalam dinding rahim jauh

berkurang, sehingga otot-otot menjadi kecil

(Maryunani, 2009; hal 6-7).

Tabel 2.1 Perubahan-Perubahan yang Normal

didalam Uterus Selama Masa Nifas

Bobot Diameter Palpasi

Uterus Uterus Serviks


akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/luna

k
akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit
Sumber : Maryunani, 2009

(2) Kontraksi

Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna

setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai

respon terhadap penurunan volume intra uteri yang

sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah

bayi keluar, ini menyebabkan iskemia pada lokasi

perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi

nekrosis dan lepas (Maryunani, 2009; hal 9).

Hemostatis setelah persalinan dicapai terutama akibat

kompresi pembuluh darah intrametrium, bukan karena

agregasi trombosit dan pembentukan bekuan kelenjar

hipofisis ikut serta mengeluarkan hormone oksigen


43

yang memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengompresi pembuluh darah, dan membantu

hemostatis yang dapat mengurangi perdarahan. Upaya

untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa

awal nifas ini penting sekali, maka biasanya suntikan

oksitosin secara intravena atau intramuscular diberikan

segera setelah plasenta lahir (Maryunani, 2009; hal 9).

(3) Afterpains

Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin

ibu mengalami kram/mulas pada abdomen yang

berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram waktu

periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpains,

yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada

waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang

terkumpul didalam uterus (Maryunani, 2009; hal 10).

(4) Tempat Plasenta

Dengan involusi uteri, maka lapisan luar dari decidua

yang mengelilingi tempat atau situs plasenta akan

menjadi nekrotik (layu atau mati). Desidua yang mati

akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran

antara darah yang dinamakan lokia yang menyebabkan

pelepasan jaringan nekrotik adalah karena pertumbuhan

endometrium (Maryunani, 2009; hal 10-11).


44

Endometrium mengadakan regenerasi capat dimana

dalam waktu 2-3 hari sisa lapisan desidua telah

beregenerasi (lapisan sisi dinding uterus menjadi

jaringan endometrium baru, sementara itu lapisan sisi

kovum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai

lokia). Regenerasi endometrium lengkap kembali

sampai pada sekitar minggu ketiga masa pascapartum,

kecuali pada bekas tempat plasenta, karena terjadi

thrombus sehingga regenerasi agak lebih lama,

sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan

(Maryunani, 2009; hal 11).

(5) Lokia

Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina

selama masa nifas. Lokia mempunyai reaksi basa atau

alkalis yang dapat membuat organisme berkembang

lebih cepat daripada vagina normal. (Maryunani,

2009; hal 11-12). Tiga jenis lokia sesuai dengan

warnanya adalah sebagai berikut :

(a) Lokia rubra atau kruenta (merah)

Merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa

penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa

penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau

amis. Lokia rubra berwarna kemerah-merahan

dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4.

(b) Lokia serosa


45

Lokia ini mengandung cairan darah dengan

jumlah darah yang lebih sedikit dan lebih banyak

mengandung serum dan lekosit. Serta robekan

atau laserasi plasenta. Lokia serosa berwarna

kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar

dari hari ke-5 sampai ke-9 berikutnya.

(c) Lokia Alba (putih)

Lokia alba terdiri dari lekosit, lendir leher rahim

(serviks), dan jaringan-jaringan mati yang lepas

dalam proses penyembuhan. Lokia alba berwarna

lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan keluar

selama 2-3 minggu.

b) Serviks Uteri

Involusi serviks dan segmen bawah uterus atau eksterna

setelah persalinan berbeda dan tidak kembali pada

keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksterna atau

katalis servikalis tidak akan berbentuk lingkaran seperti

sebelum melahirkan (pada multipara), tetapi terlihat

memanjang seperti celah atau garis horizontal agak lebar,

sering disebut mulut ikan atau porous serviks (Maryunani,

2009; hal 13-14).

Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan,

dalam waktu sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks

memendek dengan konsistensi lebih padat dan kembali ke


46

bentuk semula dalam masa involusi (Maryunani, 2009; hal

14).

c) Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul

rudae kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan

kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil

pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. Rugae

akan terlihat kembali pada minggu ke-3 atau ke-4.

Estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam

penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali

(Maryunani, 2009; hal 14).

d) Perineum

Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya

setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak atau

edema atau memar dan mungkin ada luka jahitan bekas

robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas

pengeluaran bayi. Proses penyembuhan luka episiotomy

sama seperti luka operasi lain. Penyembuhan luka

biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan

(Maryunani, 2009; hal 14-15).

2) Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler akan kembali normal (pada nilai

sebelum kehamilan) dalam waktu 2 minggu pasca persalinan.


47

Pada 24 jam pertama terjadi hypervolemic state akibat

adanya pergeseran cairan ekstravaskular kedalam ruang

intravascular. Volume darah dan plasma normal kembali pada

minggu kedua, sampai pada 10 hari pertama pasca persalinan,

peningkatan faktor pembekuan dalam kehamilan akan menetap

dan diimbangi dengan kenaikan aktivitas fibrinolysis

(Hutahaean, 2009; hal 110).

3) Perubahan dalam Sistem Kemih dan Saluran Kemih

Wanita yang pasca persalinan mengalami suatu peningkatan

kapasitas kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan

sekitar uretra yang terjadi selama proses melahirkan. Dinding

kemih dapat mengalami hyperemesis dan edema yang disertai

dengan hemoraghi pada daerah-daerah kecil. Uretra dan

meatus urinarius juga bisa mengalami edema (Maryunani,

2009; hal 17-18).

Peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir,

trauma akibat kelahiran, dan efek konduksi anestesi yang

menghambat fungsi neural pada kandung kemih menyebabkan

keinginan berkemih menurun dan lebih rentan untuk

menimbulkan distensi kandung kemih, kesulitan buang air

kecil dan terjadinya infeksi kandung kemih. Distensi kandung

kemih yang timbul segera setalh ibu melahirkan dapat

menyebabkan perdarahan berlebihan karena keadaan ini bisa

menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Statis urinaria


48

juga meningkatkan terjadinya infeksi pada saluran kemih.

Kandung kemih yang penuh bisa juga meningkatkan

kecenderungan ke arah relaksasi uterus dengan memindahkan

atau mempengaruhi letak uterus dan mengganggu

kontraktilitas, yang semua itu bisa menimbulkan perdarahan

(Maryunani, 2009; hal 18).

4) Perubahan dalam Sistem Endokrin

Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama

kala IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta. Menurut

Maryunani (2009; hal 19-20) Selama periode postpartum,

terjadi perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan,

payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan

progesteron) kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum

produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu pertama

postpartum. Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan

adanya penambahan sistem vaskuler dan limpatik sekitar

mammae. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk

kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh

apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama

setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3

sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum hamil.

5) Perubahan dalam Sistem Gastrointestinal

Penggunaan tenaga pada kala pertama persalinan, menurunkan

tonus otot-otot abdomen yang juga merupakan faktor

predisposisi terjadinya konstipasi pada ibu pasca melahirkan.


49

Fungsi besar akan kembali normal pada akhir minggu pertama

dimana nafsu makan mulai bertambah dan rasa tidak nyaman

pada perineum sudah menurun (Maryunani, 2009; hal 20).

6) Perubahan Dinding Abdomen atau Perut

Abdomen tampak menonjol keluar pada hari pertama sesudah

melahirkan, 2 minggu pertama melahirkan dinding abdomen

mengalami relaksasi dan kurang lebih 6 minggu setelah

melahirkan, keadaan abdomen seperti sebelum hamil.

Kembalinya tonus otot ini tergantung pada tonus otot

sebelumnya (senam dan jumlah jaringan lemak) (Maryunani,

2009; hal 22).

7) Perubahan Sistem Integumen

Peningkatan aktivitas melanin pada kehamilan yang

menyebabkan hiperpigmentasi pada putting susu, areola, dan

linea nigra secara berangsur-angsur menurun setelah

melahirkan. Meskipun perubahan warna menjadi lebih gelap

pada area-area ini menurun, namun warna tidak bisa kembali

total seperti sebelum hamil. Kloasma gravidarum yang timbul

pada masa hamil biasanya tidak akan terlihat pada kehamilan,

namun hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin

belum menghilang sempurna sesudah melahirkan. Rambut

halus yang tumbuh lebat pada waktu hamil pada sebagian ibu

biasanya akan menghilang setelah ibu melahirkan, naum


50

rambut kasar yang timbul selama hamil akan menetap

(Maryunani, 2009; hal 23-24).

8) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali

seperti sedia kala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur,

sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang

alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-

latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis

kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009; hal 59).

9) Perubahan Sistem Neurologis

Setelah melahirkan, terdapat perubahan neurologis yang

merupakan kebalikan dari perubahan neurologis yang terjadi

selama hamil. Rasa tidak nyaman neurologis yang disebabkan

karena kompresi atau tekanan syaraf menghilang setelah

tekanan mekanik dari uterus yang membesar dan tekanan dari

retensi cairan menghilang. Rasa baal pada paha yang

disebabkan karena kompresi persyarafan terdapat dinding-

dinding panggul atau ligament inguinalis selama hamil

menghilang. Rasa baal dan kesemutan (tingling) secara

periodic pada jari yang dialami 5% ibu hamil sebagai akibat

dari traksi pleksus trakhialis biasanya juga menghilang setelah

bayi lahir. Eliminasi edema fisiologis dan perubahan-


51

perubahan fisiologis yang kebalikan selama masa hamil pada

fascia, tenden dan jaringan penyambung mengurangi tekanan

pada syaraf median dan menghilangkan sindroma carpal tunnel

(Nyeri, baal dan kesemutan pada tangan dan jari-jari)

(Maryunani, 2009; hal 25).

10) Perubahan Psikologis dalam Masa Nifas

Menurut Suherni (2009; hal 85-90), proses adaptasi psikologi

pada seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan

mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga

memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis,

lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang

merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi

berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus

dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi

yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga

lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami

fase-fase sebagai berikut :

a) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama

pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan


52

proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan

fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules,

nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat

ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan

psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah

tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat

melewati fase ini dengan baik.

b) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10

harisetelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi.Ibu mempunyai perasaan

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang

marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan

ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk

menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan

kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai

penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu

nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi,


53

cara menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan,

senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang

dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan

lain-lain.

c) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab

akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa

bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih

percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan

kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan

sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh

ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,

mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak

telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,

sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk

dapat merawat bayinya.

c. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


54

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Suherni, 2009; hal 3)

memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada

masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas.

Tujuan kebijakan tersebut adalah : (1) untuk menilai kesehatan ibu

dan kesehatan bayi baru lahir, (2) pencegahan terhadap kemungkinan-

kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, (3)

mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas, (4) menangani

berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun

bayinya pada masa nifas.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut

adalah sebagai berikut: (a) kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah

persalinan. Tujuan : mencegahan perdarahan masa nifas karena

persalinan atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyabab lain

perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang

membant melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama. (b) kunjungan

kedua, waktu: enam hari setelah persalinan. Tujuan: memastikan

involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda


55

demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup

makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar

dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling

pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. (c)

kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan. Tujuan :

sama dengan kunjungan kedua. (d) Kunjungan keempat, waktu: enam

minggu setelah persalinan. Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit

yang ada, memberikan konseling untuk KB secara dini (Suherni,

2009; hal 3-4).

4. Keluarga Berencana

a. Definisi

Menurut Hartanto (2004; hal 26-27) Keluarga Berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang memang diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga.

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana meraka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka


56

tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

(Ambarwati,2010; h.114).

b. Kontrasepsi Pascapersalinan

Pada umumnya klien pascapersalinan ingin menunda kehamilan

berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak

lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi

sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca

persalinan. Klien pascapersalinan dianjurkan tidak menghentikan ASI

untuk mulai suatu metode kontrasepsi. Selain itu metode kontrasepsi

pada klien menyusui dipilih agar tidak memprngaruhi ASI atau

kesehatan bayi. Pada klien pascapersalinan yang tidak menyusui,

masa infertilitas rata-rata berlangsung sekitar 6 minggu. Sedangkan

pada klien pascapersalinan yang menyusui, masa infertilitasnya lebih

lama, namun kembalinya kesuburan tidak dapat diperkirakan

(Saifuddin,2010; h.U-51).

c. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

Macam metode kontrasepsi yang ada dalam program KB di

Indonesia menurut Handayani (2010; hal 35-36) yaitu :

1) Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi

dengan alat.

Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain :


57

a) Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)

b) Coitus Interuptus

c) Metode Kalender

d) Metode Lendir Serviks (MOB)

e) Metode Suhu Basal Badan

f) Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan

lendir serviks.

Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu :

a) Kondom

b) Diafragma

c) Cup Serviks

d) Spermisida

2) Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2

yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan

estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntikan atau injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang

berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.

3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)
58

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2

yaitu AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron)

dan yang tidak mengandung hormon.

4) Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode

Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).

MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode

ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba atau tuba

falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan

sperma, sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi

yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga

cairan sperma tidak diejakulasikan.

5) Metode Kontrasepsi Darurat

Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2

macam yaitu pil dan AKDR.

5. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke


59

kehidupan ekstrauterine Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir

dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir

2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Dewi, 2010; hal 1).

b. Ciri-Ciri bayi baru lahir

Ciri-ciri bayi normal menurut Dewi (2010; hal 2) sebagai berikut

1) Lahir aterm antara 37 42 minggu

2) Berat badan 2500 4000 gram

3) Panjang badan 48 52 cm

4) Lingkar dada 30 38 cm

5) Lingkar kepala 33 - 35 cm

6) Lingkar lengan 11 12 cm

7) Frekuensi denyut jantung 120 160 x / menit

8) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

9) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

10) Kuku agak panjang dan lemas

11) Nilai Apgar > 7

12) Gerak aktif

13) Bayi lahir langsung menangis kuat

14) Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

15) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
60

16) Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik

17) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik

18) Genetalia

a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang

berada pada skrotum dan penis yang berlubang

b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

19) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan

c. Perubahan-Perubahan Pada Bayi Baru Lahir

1) Adapatasi sistem pernafasan

Selama kehidupan intrauterine, janin tidak membutuhkan paru-

paru untuk mendapatkan oksigen, karena oksigen didapat dari

ibu dengan cara sirkulasi plasenta. Pada saat lahir oksigen dari

plasenta terputus terbentuk karbondioksida dalam darah. Bayi

secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang mengejutkan,

sebagai respon bayi berusaha untuk bernafas pertama kali, paru-

paru dengan udara dan dibantu dengan menangis pada saat

ekspirasi pertama. Selama seminggu pertama kecepatan

pernafasan mungkin tidak teratur karena imaturitas pusat

pernafasan dalam otak. Kecepatannya harus tidak jauh sampai di


61

bawah 30 atau meningkat di atas 60. Pernafasan abdomen

adalah normal (Maryunani, 2010; hal 200)

2) Adaptasi sistem kardiovaskuler

Perubahan yang menyolok terjadi pada sistem kardiovaskuler

pada bayi baru lahir (Maryunani, 2010; hal 201). Pada sistem

kardiovaskuler bayi yang baru lahir terjadi hal-hal berikut ini :

a) Menutupnya foramen ovale

Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir dimana terdapat

oksigen pada paru bayi baru lahir menyebabkan paru-paru

berkembang dan menimbulkan resistensi vaskuler di paru

menurun, sehingga daparah paru mengalir. Hal ini

menyebabkan tekanan arteri paru menurun. Rangkaian

peristiwa tersebut merupakan peristiwa besar yang

menyebabkan tekanan pada jantung kanan (atrium kanan)

menurun. Aliran darah paru kembali meningkat ke jantung

dan masuk ke jantung kiri, sehingga tekanan pada jantung kiri

(atrium kiri) meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan

foramen ovale tertutup. Penutupan foramen ovale bisa terjadi

dalam beberapa jam sampai beberapa bulan.

b) Menutupnya duktus arteriosus

Terjadi peningkatan tekanan PaO2 dalam arteri yang

biasanya mencapai sekitar 50 mmHg (setelah pernafasan


62

pertama) menyebabkan terjadinya konstriksi duktus

arteriosus, dimana PO 2 janin sekitar 27 mmHg. Hal ini

yang kemudian menyebabkan duktus arteriosus menutup

dan menjadi sebuah ligamentum. Kondisi ini bisa terjadi

dalam waktu 15 jam sampai 3 minggu

c) Menutupnya duktus venosus

Tindakan memotong dan mengklem tali pusat membuat arteri

umbilikalis, dan duktus venosus segera menutup dan berubah

menjadi ligament. Kondisi ini terjadi sekitar 1 minggu.

3) Adaptasi termoregulasi

Termoregulasi intrauterine janin berjalan pasif, tidak memakai

kalori dan oksigen janin. Sementara itu penyimpanan brown

fat/lemak coklat bayi dimulai pada trimester tiga. Pada saat

lahir suhu tubuh bayi kira-kira sama dengan suhu tubuh ibunya.

Namun demikian sedikit insulasi lemak. Faktor yang

meningkatkan kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain

(Maryunani, 2010; hal 201-202):

a) Rasio permukaan tubuh dengan berat badan lebih besar

b) Kehilangan cairan transdermal

c) Insulasi buruk akibat kulit tipis dan pembuluh darah permukaan

d) Keterbatasan merubah posisi tubuh.

4) Adaptasi sistem pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme

bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi


63

tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan

karbohidrat sederhana (monosakarida dan disakarida) tetapi

untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.

a) Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidagnya harus

rata dan simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau

menjulur di antara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke

sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus

tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak).

Kadang-kadang terdapat tonjolan putih licin seperti langit-

langit keras, yang disebut Epsteins Pearls, tempat

menyatunya kedua bagian tengah langit-langit keras.

Tonjolan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Beberapa

kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, tetapi kebanyakan

belum mensekresi saliva sampai dengan umur 2-3 bulan

(Maryunani, 2010; hal 203).

b) Lambung

Pada saat lahir, kapasitas lambung bayi adalah sekitar 30

sampai 60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada

hari ke-3 atau ke-4, kapasitasnya mencapai 90 ml

(Maryunani, 2010; hal 203)

c) Usus

Usus pada bayi jika dibandingkan dengan panjang tubuh

bayi telihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah


64

hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang

kental/lengket yang disebut meconium yang biasanya

keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung

sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran

pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan

tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar

selama 2-3 hari (Maryunani, 2010; hal 203)

5) Adaptasi sistem ginjal dan keseimbangan cairan

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke-4, sementara

itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30%-

50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk

memekatkan urine. Artinya, pada semua bayi semua struktur

ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan serta

fluktuasi elektrolit belum maksimal. Bayi biasanya berkemih

dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran

cairan total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir

minggu pertama adalah sekitar 200-300 ml, dengan frekuensi 2-

6 kali hingga 20 kali/hari (Maryunani, 2010; 204).

6) Adaptasi imunilogi

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi.

Lini pertama dalam petahanan adalah kulit dan membrane


65

mukosa yang melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini

kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang

menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang pathogen

seperti neufil, monosit, eosinophil. Lini ketiga adalah susunan

spesifik dari antibody ke antigen, proses ini membutuhkan

pemaparan dari agen asing sehingga antibody dapat dihasilkan.

Bayi umumnya tidak dapat menghasilkan immunoglobulin

sendiri sampai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang

berasal dari sikulasi plasenta dan ASI (Maryunani, 2010; hal

204-205).

7) Adaptasi kulit

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi

masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan

baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis

dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa ini

berbentuk seperti keju, yang disekresi oleh kelenjar sebasea dan

sel-sel epitel.pada saat lahir beberapa bayi dilapisi oleh verniks

caseosa yang tebal, sementara lainnya hanya tipis saja pada

tubuhnya (Maryunani, 2010; hal 205)

Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu dan

punggung, yang biasanya cenderung menghilang selama minggu

pertama kehidupan. Pelepasan kulit (deskuamasi) secara normal

terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Pada kulit dan

sclera mata bayi mungkin ditemukan warna kekuningan yang


66

disebut ikterik. Ikterik disebabkan karena bilirubin bebas yang

berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibat pada sekitar

hari ke dua dan ketiga, terjadi hampir 60%. Hari ke tujuh

biasanya menghilang (Maryunani, 2010; hal 205-206).

8) Adaptasi sistem persyarafan

Sistem persyarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan

hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan

otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat

diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak

(Maryunani, 2010; hal 206).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Kehamilan

Tanggal :
67

Jam : .

a. Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis

adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien

melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Sulistyawati, 2009; h 166).

b. Identitas Pasien

1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari

agar tidak keliru dalam memberikan penanganan

(Ambarwati,2010; h.131).

2) Umur

Umur dicatat dalam hitungan tahun (Estiwidani, 2008; hal 140).

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat alat reproduksi belum matang, mental

dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas

(Ambarwati, 2010;h.131). Usia dibawah 16 tahun meningkatkan

insiden preeklampsia. Usia di atas 35 tahun meningkatkan insiden

diabetes, hipertensi kronis, persalinan lama, dan kematian janin

(Varney,2008;h.691).

3) Agama
68

Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien berdoa (Ambarwati,2010

h.132). Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien (Estiwidani, 2008;

hal 141).

4) Pendidikan

Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan

dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya

(Ambarwati,2010; h.132).

5) Pekerjaan

Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social

ekonominya, karena ini berpengaruh terhadap gizi pasien tersebut.

(Ambarwati, 2010; h 132).

6) Suku Bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari

(Ambarwati,2010;h.132).

7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati,2010; h.132).

c. Data Subyektif

1) Alasan Datang
69

Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan

dengan kata-katanya sendiri.

2) Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang

ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009; hal 167).

Ketidaknyaman ibu hamil TM III antara lain sering buang air

kecil, hemoroid, keputihan, keringat bertambah, sembelit, nafas

sesak, nyeri ligamentum rotundum, panas perut/heartburn, perut

kembung, pusing/sinkop, sakit punggung atas dan bawah, varices

pada kaki (Sulistyawati, 2009 ; h. 123).

3) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu bidan

mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi

kehamilan atau bayi baru lahir (Rukiyah, 2009; hal 146).

Riwayat kesehatan meliputi:

a) Riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu

(1) Penyakit kardiovaskuler

(a) Penyakit jantung

Perubahan fisiologis normal pada masa hamil

meningkatkan curah jantung wanita hingga

mencapai 40 persen melebihi curah jantungnya

ketika tidak hamil saat ia berada pada keadaan

istirahat. Peningkatan ini terjadi pada awal


70

kehamilan dan mencapai puncaknya pada usia

kehamilan 20 hingga 24 minggu. Peningkatan curah

jantung selama kehamilan, persalinan, dan pelahiran

akan meningkatkan resiko dekompensasi jantung

pada wanita yang mempunyai riwayat penyakit

jantung (Varney,2007;h.628).

(b) Hipertensi

Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi

yang terjadi pada umumnya, tetapi mempunyai

kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian

yang tinggi baik pada janin maupun ibu. Komplikasi

yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio

plasenta, disseminated intravascular coagulation,

perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal. Janin

mempunyai resiko IUGR, premature dan kematian

(Varney,2007;h.645).

(2) Anemia

Definisi anemia yang diterima secara umum adalah

kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12

gram/desiliter) untuk wanita tidak hamil dan kurang dari

10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/desiliter) untuk

wanita hamil (Varney,2007; h.623).

(3) Penyakit sistem pernafasan


71

(a) Tuber kulosis paru

Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberkulosis. Begitu diduga

terinfeksi TB, wanita hamil harus segera menjalani

terapi yang adekuat (Varney,2007; h.610-613).

(b) Asma bronkieale

Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum

hamil tebukti akan terus mengalaminya dan menjadi

semakin buruk selama masa hamil. Asma

dihubungkan dengan peningkatan angka kematian

perinatal, hiperemesis gravidarum, pelahiran

preterm, hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat

lahir rendah, dan perdarahan pervaginam

(Varney,2007;h.629-630). Pada asma berat hipoksia

janin dapat terjadi sebelum sebelum hipoksia pada

ibu terjadi. Gawat janin terjadi akibat penurunan

sirkulasi uteroplasenter dan venous return maternal

(Saifuddin, 2009; hal 811).

(4) Penyakit endokrin

(a) Diabetes mellitus


72

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan

dengan diabetes sangat bervariasi. Pada ibu akan

meningkatkan risiko terjadinya preeclampsia, seksio

sesarea, terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian

hari, sedangkan pada janin meningkatkan risiko

terjadinya makrosomia, trauma persalinan,

hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia,

polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, sidroma

distress respirasi (RDS), serta meningkatnya mortalitas

atau kematian janin (Saifuddin, 2009; hal 851).

(b) Hipertiroid

Beberapa gejala yang sering ditemukan adalah

takikardi pada kehamilan normal, nadi rata-rata

waktu tidur meningkat, tiromegali, eksoftalmus, dan

berat badan tidak bertambah walaupun cukup

makan (Saifuddin, 2009; hal 847).

(c) Hipotiroid

Keadaan hipotoroid dihubungkan dengan

meningkatnya kejadian inertilitas (kemandulan) atau

keguguran, dan tidak umum ditemukan keadaan

hipotiroid yang berat dalam kehamilan (Saifuddin,

2009; hal 849).

(5) Penyakit sistem reproduksi

(a) Mioma Uteri


73

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan,

misalnya menyebabkan infertilitas, resiko terjadinya

abortus bertambah karena distorsi rongga uterus,

khususnya pada miomasubmukosum (Wiknjosastro,

2007; hal 343).

(b) Kista Vagina

Kista ovarium dalam kehamilan dapat menyebabkan

nyeri perut oleh karena putaran tangkai, pecah, atau

perdarahan (Saifuddin, 2009; hal 269).

(6) Penyakit ginjal

Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomic dan

fungsional ginjal dan saluran kemih, yang sering

menimbulkan gejala, kelainan fisik, dan perubahan hasil

pemeriksaan laboratorium. Dapat terjadi hyperplasia dan

hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan

berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena

pengaruh kehamilan (Saifuddin, 2009; hal 830).

(7) Infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih, khususnya bakteriuria dan sistitis

tanpa gejala (asimtomatik), adalah komplikasi yang sering

muncul menyertai kehamilan. Identifikasi dan terapi infeksi

saluran kemih sangat diperlukan selama kehamilan karena

kedua hal ini berhubungan dengan persalinan preterm, bayi


74

berat lahir rendah, hipertensi, preeklampsia, dan anemia

pada ibu (Varney,2007; h.621).

(8) Penyakit sistem saraf

Risiko terkait kehamilan yang paling penting bagi wanita

pengidap epilepsy adalah meningkatnya aktifitas kejang.

Kejang selama hamil dapat menyebabkan penurunan

sementara aliran darah uterus dan oksigenasi janin.

Cedera pada ibu selama kejang juga meningkatkan risiko

janin. Anak dari wanita epileptic memperlihatkan

peningkatan resiko malformasi structural. Walaupun

sebagian risiko ini berkaitan dengan epilepsy itu sendiri,

sebagian besar malformasi terkait dengan obat

antiepilepsi (Cunningham,2006;h.232).

(9) Penyakit menular

(a) Hepatitis

Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus

hepatitis, akan tetapi jika terjadi infeksi akut pada

kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya heepatitis

fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi

pada ibu dan bayi (Saifuddin,2009; hal 906 ).

(b) Malaria
75

Morbiditas dan mortalitas ibu hamil yang menderita

malaria tinggi, terutama pada primigravida, akan

menimbulkan anemia dan mortalitas perinatal yang

tinggi. Infeksi akan lebih berat jika disebabkan P.

Falsiparum dan P. Vivaks (Saifuddin, 2009; hal

912).

b) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati, 2010 ; h. 133).

4) Riwayat Obstetri

Perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan sebelumnya, apakah

itu berakhir dengan keguguran, ataukah berakhir dengan

persalinan. Apakah persalinannya normal, diselesaikan dengan

tindakan atau dengan operasi (SC) dan bagaimana nasib anaknya.

Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi sumber infeksi panggul

menahun dan kemandulan (Wiknjosastro, 2007; hal 133).

a) Riwayat Haid

Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan

masa nifas, namun dari data yang diperoleh akan mempunyai

gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya

(Sulistyawati, 2009; hal 167).


76

Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya

membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran yang sering

disebut taksiran partus. Informasi tambahan tentang siklus

menstruasi yang harus diperoleh mencakup frekuensi haid dan

lama perdarahan. Jika menstruasi lebih pendek atau lebih

panjang daripada normal, kemungkinan wanita tersebut telah

hamil saat terjadi perdarahan. Dan tentang haid meliputi :

menarche, haid teratur atau tidak dan siklus, lamanya haid,

banyaknya darah, sifatnya darah (cair atau berbeku-beku,

warnanya, baunya), serta haid nyeri atau tidak dan kapan

terakhir haid

b) Riwayat Kehamilan Sekarang

(1) Gravida/para

Gravida adalah pada jumlah kehamilan yang pernah

dialami wanita tersebut. Hal terpenting yang perlu

diperhatikan adalah berapa kali wanita tersebut hamil.

Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan

kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu

bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada

usia kehamilan 20 minggu, yang merupakan batasan

pada definisi aborsi (Varney,2007; h.523)

(2) Tanggal menstruasi terakhir


77

Untuk menghitung tanggal perkiraan kelahiran.

Perhitungan dilakukan dengan menambah 9 bulan dan 7

hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan

mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambah 7 hari

dan 1 tahun. Rumus yang digunakana dalah rumus

Neagele (h+7 b-3 + x + 1 mg) untuk siklus 28 + x hari

(Marmi, 2014; hal 157).

(3) Gerakan Janin

Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi

dalam 10 jam (Varney, 2007; hal 577). Patokan yang

sederhana adalah dalam 1 jam biasanya ibu hamil akan

merasakan 10 x gerakan janin (Marmi, 2014; hal 188).

(4) Tetanus Toxoid

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu tidak pernah

diberikan imunisasi TT, harus mendapatkan paling

sedikit 2x injeksi selama kehamilan (pertama pada saat

kunjungan antenal pertama dan untuk kedua kalinya

pada minggu ke-4 kemudian) (Mufdlilah, 2009 ; h.38).

Imunisasi TT harus diberikan pada wanita hamil untuk

mencegah kemnungkinan tetanus neonatorum (Rukiyah,

2009; hal 113);

(5) Obat
78

Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama

kehamilan merupakan hal yang kompleks dan bidan

perlu meninjau setiap obat dan menyeimbangkan alasan

penggunaan obatdengan resiko yang dapat timbul bila

obat digunakan selama masa hamil (Varney,2007;h.

526).

c) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang

aterm, persalinan yang premature, keguguran atau kegagalan

kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forceps atau

dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan

atau nifas sebelumnya, hipertensi disebabkan kehamilan

sebelumnya, berat bayi sebelumnya < 2500 atau 4000 gram.

Masalah-masalah lain yang dialami, riwayat kebidanan yang

lalu membantu bidan mengelola asuhan kehamilan ini

(Rukiyah, 2009; hal 146).

5) Riwayat Perkawinan

Sulistyawati (2009; hal 169) mengemukakan bahwa riwayat

pernikahan perlu dikaji untuk mengetahui status perkawinan, jika

menikah, apakah ini pernikahannya yang pertama, apakah

pernikahannya bahagia, jika belum menikah apakah terdapat

hubungan yang sifatnya mendukung

6) Riwayat KB
79

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal

dapat mempengaruhi EDD, dank arena penggunaan metode lain

dapat membantu menanggali kehamilan. Ketika seorang wanita

menghabiskan pil berisi hormone dalam tablet kontrasepsi oral,

periode selanjutnya akan mengalami disebut withdrawal bleed.

Dan adakalanya kehamilan terjadi ketika IUD masih terpasang

7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Makan

Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya

selama hamil. Bidan dapat menggali dari pasien tentang

makanan yang disukai dan yang tidak disukai, seberapa

banyak dan sering ia mengkonsumsinya, sehingga jika bidan

peroleh data yang tidak sesuai dengan standar pemenuhan,

maka bidan dapat memberikan klrifikasi dalam pemberian

pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil (Sulistyawati,

2009; hal 169). Beberapa hal yang perlu bidan tanyakan pada

pasien berkaitan dengan pola makan adalah sebagai berikut :

(1) Menu

Ini berkaitan dengan pola diet seimbang bagi ibu hamil.

Jika pengaturan menu makan yang dilakukan oleh pasien

kurang seimbang sehingga ada kemungkinan beberapa

komponen gizi tidak akan terpenuhi, maka bidan dapat


80

memberikan pendidikan kesehatan mengenai

penyusunan menu seimbang bagi ibu. Dapat ditanyakan

pada pasien tentang apa saja yang ibu makan dalam

sehari (nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan, dan

lain-lain) (Sulistyawati, 2009; hal 169)

(2) Frekuensi

Data ini akan memberi petunjuk tentang seberapa

banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu

(Sulistyawati, 2009; hal 169)

(3) Jumlah per hari

Data ini memberikan volume atau seberapa banyak

makanan yang ibu makan dalam waktu 1 kali makan.

Untuk mendapatkan gambaran total makanan yang ibu

makan (Sulistyawati, 2009; hal 169)

(4) Pantangan

Penting untuk dikaji karena ada kemungkinan untuk

pasien berpantang makanan justru pada makanan yang

sangat mendukung pemulihan fisiknya. Contoh : daging,

ikan, atau telur (Sulistyawati, 2009; hal 170)

b) Pola minum

Asupa cairan dalam masa hamil sangat dibutuhkan. Hal-hal

yang perlu ditanyakan kepada pasien tentang pola minum

adalah sebagai berikut :

(1) Frekuensi
81

Dapat ditanyakan pada pasien berapa kali minum dalam

sehari, dan dalam sekali minum menghabiskan berapa

gelas (Sulistyawati, 2009; hal 170).

(2) Jumlah per hari

Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak ibu minum

dalam sekali waktu minum akan didapatkan jumlah

asupan cairan dalam sehari (Sulistyawati, 2009; hal 170).

(3) Jenis minuman

Kadang pasien mengkonsumsi minuman yang

sebenarnya kurang baik untuk kesehatan (Sulistyawati,

2009; hal 170).

c) Pola Istirahat

Tanyakan tentang pola, lama dan gangguan tidur baik pada

waktu siang maupun malam (Mufdlilah,2009;h.13).

Istirahat pada malam hari yang normal adalah antara 6-8 jam.

Selama hamil ibu melakukan tidur siang selama kurang lebih 1

jam karena tidur siang sangat penting untuk menjaga

kesehatan selama hamil (Sulistyawati, 2009 ; h.170).

d) Aktivitas seksual

Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis

dapat mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual

sehingga mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual

sehingga meningkatkan hubungan intercourse sebaiknya

ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan


82

mengakibatkan menurunnya pola seksualitas, anjuran yang

diberikan yaitu jangan melakukan hubungan intercourse

sesudah buang air kecil (Rukiyah, 2009; hal 106).

Dapat ditanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual

dalam seminggu. Dapat ditanyakan gangguan yang dialami

pasien ketika melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri

saat berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami,

kurangnnya keinginan untuk melakukan hubungan, dan lain

sebagainya (Sulistyawati, 2009; hal 172).

e) Pola eliminasi

Berkaitan dengan adaptasi gastrointestinal sehingga

menurunkan tonus dan motility lambung dan usus terjadi

reabsorbsi zat makanan peristaltic usus lebih lambat sehingga

menyebabkan obstipasi. Penekanan kandung kemih karena

pengaruh hormon oestrogen dan progesteron sehingga

menyebabkan sering buang air kecil dan terjadi pengeluaran

keringat (Rukiyah, 2009; hal 105-106).

Ditanyakan pada klien perubahan yang terjadi baik BAB

maupun BAK selama hamil (Mufdlilah, 2009; hal 13)

f) Personal hygiene

Data ini perlu dikaji karena akan mempengaruhi kesehatan

pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai kebiasaan kurang

baik dalam hal perawatan kebersihan diri, maka harus

diberikan bimbingan mengenai cara perawatan kebersihan diri


83

dan bayinya sedini mungkin. Beberapa kebiasan yang

dilakukan dalam perawatan kebersihan diri diantaranya adalah

sebagai berikut (Sulistyawati, 2009; hal 172) :

(1) Mandi

Dapat ditanyakan pada pasien berapa kali mandi dalams

ehari atau kapan waktunya (jam berapa mandi pagi dan

sore) (Sulistyawati, 2009; hal 172)

(2) Keramas

Pada beberapa wanita akan kurang peduli dengan

kebersihan rambutnya karena mereka beranggapan

keramas tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan.

Keramas harus selalu dilakukan ketika rambut kotor karena

bagian kepala yang kotor merupakan tempat mudah

menjadi sumber infeksi (Sulistyawati, 2009; hal 172).

(3) Ganti baju dan celana dalam

Ganti baju minimal 1 kali dalam sehari, sedangkan

celana dalam minimal 2 kali dalam sehari (Sulistyawati,

2009; hal 172).

(4) Kebersihan kuku

Kuku ibu harus selalu dalam keadaan pendek dan bersih.

Dapat ditanyakan pada pasien setiap berapa hari sekali

memotong kuku (Sulistyawati, 2009; hal 172).

g) Pola Hidup Sehat


84

(1) Merokok

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya

dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun

yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer lewat

plasenta kedalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan

merokok berat, kita harus waspada akan resiko

keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian

janin (Sulistyawati, 2009 ; h.101)

(2) Alkohol

Bidan harus mengkaji asupan alkohol pada klien baik

yang hamil dan tidak hamil serta mendidik mereka

tentang efek penyalahgunaan alkohol jangka pendek dan

panjang. Wanita hamil sebaiknya diberi informasi

tentang sindrom alkohol janin dan menginginkan bahwa

tidak ada ketetapan kadar alkohol yang aman selama

kehamilan (Varney, 2007 ; h.113).

(3) Minum jamu

Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang

berisiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu

dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecatatan, abortus, BBLR, partus

prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia

neonatorum, kematian janin dalam kandungan dan


85

malformasi organ janin (Kusmiyati dan Wahyuningsih,

2015; hal 89).

8) Data Psikososial Dan Spiritual

Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara

lain : jumlah anggota keluarga, dukungan moril dan materiil dari

keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap

kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan

merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak

baru lahir (Estiwidani dkk, 2008 ; h.143).

9) Data Pengetahuan

Data ini mengenai apa yang dapat diperoleh dari beberapa

pertanyaan yang diajukan kepada pasien mengenai apa yang ia

ketahui tentang proses persalinan. Pengalaman atau riwayat

persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana pasien

mengetahui tentang perawatan kehamilan dan perawatan bayi

kelak (Sulistyawati, 2009; h. 173).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum :

a) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, dapat

dilakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan

composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma

(pasien tidak dalam keadaan sadar (Sulistyawati, 2009; hal 175)


86

b) Berat Badan Sebelum/Saat ini

Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat

rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan

untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat (Marmi,

2014; hal 163). Kenaikan berat badan ibu hamil dianjurkan

sekitar 1 2,5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-

rata 0,5 kg setiap minggu (Rukiyah, 2009; hal 59). Terjadi

kenaikan berat badan sekitr 5,5 kg, penambahan BB dari mulai

awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg

(Kusmiyati dan Wahyuningsih, 2015; hal 70).

c) Tinggi badan

Tubuh yang pendek dapat menjadi indicator gangguan genetic.

Karena tinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan tinggi

badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan

harus diukur pada saat kunjungan awal (Marmi, 2014; hal

163). Mengetahui tinggi badan sangat penting untuk

mengetahui ukuran panggul ibu. Mengetahui ukuran panggul

penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat dilakukan

secara normal atau tidak (Hutahaean, 2009; hal 43).

d) Indeks Massa tubuh (IMT)


87

Pada ibu hamil, terdapat 4 kategori IMT, yaitu berat badan

kurang, berat badan normal, berat badan lebih dan obesitas

(Rukiyah, 2009; hal 58).

Tabel 2.2 Kisaran Pertambahan Berat Total yang Dianjurkan

untuk Wanita Hamil dengan Janin Tunggal

Pertambahan total yang dianjurkan


BMI prahamil
Pon Kilogram
Rendah (BMI<19,8) 28 40 12,5 18
Normal (BMI 19,826) 25 35 11,5 16
Tinggi (BMI >2629) 15 25 7 11,5
Kegemukan (BMI >29) < 15 <7
(Cunningham, 2006 ; h.252)

e) Ukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)

Standar minimal untuk ukuran LILA pada wanita dewasa atau

usia reproduksi adalah 23,5 cm. jika ukuran LILA < 23,5 cm

maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronik (KEK)

(Kusmiyati dan Wahyuningsih, 2015; hal 89)

f) Tanda Vital

(1) Tekanan Darah

Tekanan darah, biasanya normal kecuali bila ada

kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg

atau lebih, menunjukkan ibu menderita pre eklampsia

(Mufdlilah, 2009; hal 15)

Penentuan tekanan darah sangat penting pada masa hamil

karena peningkatan tekanan darah dapat membahayakan

kehidupan ibu dan bayi (Marmi, 2014; hal 206).


88

(2) Suhu

Untuk mengetahui suhu tubuh normal (36,5 0C-37,50C)

atau tidak (Marmi, 2014; hal 206).

(3) Nadi

Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama masa

hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut per menit

(dpm). Curigai hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari

100 dpm (Marmi, 2014; hal 206).

(4) Pernafasan

Kecepatan/frekuensi pernafasan normal untuk

orangdewasa adalah 16-20 kali/menit. Peningkatan kadar

estrogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga

berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.

Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensi

napasnya sedikit meningkat (Kusmiyati dan

Wahyuningsih, 2015; hal 65).

2) Status Present

Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi

sekaligus dengan rabaan, pemeriksaan diawali dari :

a) Kepala

Mesochepal, rambut hitam, kulit rambut

b) Muka

Adanya chloasma gravidarum, adanya oedema pada muka

(Marmi, 2014; hal 166).


89

c) Mata

Keadaan selaput mata pucat atau merah (Marmi, 2014; hal

166).

d) Leher

Apakah vena terbendung di leher, apakah kelenjar gondok

membesar atau kelenjar limfa membengkak (Marmi, 2014; hal

166).

e) Payudara

Bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, dan gelang-

gelanggang susu, keadaan putting susu, adanya kolostrum

(Marmi, 2014; hal 166).

f) Mulut

Perhatikan pucat pada bibir, pecah-pecah, stomatitis,

gingivitis, gigi tanggal, gigi berlubang, caries gigi dan bau

mulut (Mufdlilah, 2009; hal 17).

g) Gigi

Hygiene gigi yang buruk selama masa hamil atau pada setiap

waktu dan gingivitis dapat menimbulkan karies gigi yang

dapat menyebabkan gigi hilang (Bobak, 2005 ; h.120).

h) Telinga
90

Ketajaman pendengaran secara umum, luka dan pengeluaran

dari saluran telinga

i) Dada

Retraksi dinding dada (Marmi, 2014; hal 17).

j) Perut

Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat,

pigmentasi di lenea alba, nampakkah gerakan anak atau striae

gravidarum atau bekas luka (Marmi, 2014; hal 167).

k) Punggung

Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan

yang dikepalkan, bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat

gangguan ginjal dan salurannya (Mufdillah, 2009;h.18).

l) Vulva

Keadaan perenium, carilah varices, tanda chadwick,

condyloma, flour (Marmi, 2014; hal 167).

m) Ekstremitas

Periksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan pretibial

dan mata kaki, dengan cara menekan jari beberapa detik.

Apabila terjadi cekungan yang tidak lekas pulih kembali,

berarti edema positif. Edema positif pada tungkai menandakan

adanya preeklamsia (Mufdlilah, 2009; hal 21).

n) Reflek Patella
91

Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu

tandapreeklamsiberat (Varney,2007 ; h.693).

3) Status Obstetrik

Pemeriksaan obstetrik digunakan untuk mengetahui kondisi

pasien berkaitan dengan kehamilan/persalinan. Pemeriksaan

meliputi :

a) Mammae

Pigmentasi putting susu, dan gelang-gelanggang susu, keadaan

putting susu, adanya kolostrum (Marmi, 2014; hal 166).

b) Abdomen

Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat,

pigmentasi di lenea alba, nampakkah gerakan anak atau striae

gravidarum atau bekas luka (Marmi, 2014; hal 167)

c) Vulva

Keadaan perenium, carilah varices, tanda chadwick,

condyloma, flour (Marmi, 2014; hal 167).

4) Palpasi

a) Leopold I

Kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha. Pemeriksa

berdiri sebelah kanan penderita dan melihat kearah muka


92

penderita. Rahim dibawa ke tengah. Tingginya fundus uteri

ditentukan. Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat

dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting.

Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting.

Pada letak lintang fundus uteri kosong. Pemeriksaan tuanya

kehamilan dari tinggi fundus uterinya (Marmi, 2014; hal 167).

b) Leopold II

Kedua tangan pindah ke samping. Tentukan dimana letak

punggung anak. Punggung anak terletak di pihak yang

memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-bagian

kecil yang biasanya terletak bertentangan dengan pihak yang

memberi rintangan terbesar. Kadang-kadang di samping

terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang (Marmi,

2014; hal 167-168).

c) Leopold III

Dipergunakan 1 tangan saja. Bagian bawah ditentukan oleh

ibu jari dan jari lainnya. Leopold III menentukan apa yang

terdapat di bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang

oleh pintu atas panggul (Marmi, 2014; hal 168).

d) Leopold IV

Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian

bawah dan beberapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga

panggul (Marmi, 2014; hal 168).


93

e) TFU (Tinggi Fundus Uteri)

Pemeriksaan abdomen meliputi pengkajian subjektif ukuran

uterus pada trimester pertama kehamilan, menghubungkan

fundus uterus dengan umbilicus pada trimester kedua dan

menggunakan tinggi fundus pada trimester terakhir dengan

menggunakan meteran (Marmi, 2014; hal 169).

Tabel 2.3 Pemeriksaan tuanya kehamilan berdasarkan tinggi

(letak) fundus uteri

Usia Kehamilan Tinggi (letak) fundus uteri


20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34-36 cm
(Mufdlilah, 2009; hal 18)

f) Taksiran Berat Janin

Untuk menetapkan berat janin dalam uterus dapat

dipergunakan rumus Lohnson yaitu :

Berat janin = (TFU-12) x 155 gram

Jika kepala janin telah masuk PAP, pengurangan/rumusnya

menjadi : Berat janin = (TFU-11) x 155 gram

g) Auskultasi

Dilakukan dengan stetoskop monoaural tetapi dapat juga

dipergunakan stetoskop kepala atau dengan deptone. Dengan

stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi berasal dari

gerakana anak (bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan


94

anak), dari ibu (bising rahim, bunyi aorta, bising usus) , dan

bunyi jantung anak yang baru dapat didengar pada bulan ke-5,

dengan frekuensi lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa

antara 120-140 / menit (Marmi, 2014; hal 169).

5) Pemeriksaan Penunjang :

a) Pemeriksaan Hb

Kadar hemoglobin menggunakan satuan gr/dl. Yang artinya

banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai

normal kadar hemoglobin untuk perempuan dewasa adalah 12-

16 gr/dl (Marmi, 2013; hak 177-178).

Tujuan dilakukan pemeriksaan hemoglobin adalah untuk

mendeteksi anemia (Rukiyah, 2009; hal 160)

b) Pemeriksaan urine

Pemeriksaan protein urine bertujuan untuk mengetahui

komplikasi adanya preeclampsia pada ibu hamil yang sering kali

menyebabkan masalah pada kehamilan (Rukiyah, 2009 ; h.161)

Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk melihat adanya

glukosa dalam urin. Urine normal biasanya tidak mengandung

glukosa (Rukiyah,2009;h.162).

c) Pemeriksaan USG

Pada trimester III pemeriksaan USG dilakukan pada usia

kehamilan 31-40 minggu dengan tujuan untuk menentukan

letak plasenta, perdarahan antepartum, kehamilan dengan


95

hipertensi tingkat moderat atau berat, penyakit ibu menyertai

kehamilan (diabetes mellitus, gangguan atau penyakit ginjal

berat, kelainan letak janin setelah usia kehamilan 36 minggu)

b. Assesment

1) Diagnosa Kebidanan :

Diagnosis yang muncul ialah paritas, usia kehamilan, keadaan

janin, normal dan tidaknya kehamilan( Sulistyawati, 2009;h.177-

179).

Ny X umur .......... tahun GPA hamil ......... minggu, keadaan

janin, letak janin, posisi janin kehamilan fisiologis.

2) Diagnosa Masalah

Kemungkinan masalah yang muncul adalah cemas, perawatan

kehamilan, masalah pada payudara, masalah berkaitan dengan ASI

Eksklusif, masalah KB, masalah gizi (Sulistyawati, 2009;h.178-

180).

3) Diagnosa Potensial

Diagnosa ynag mungkin muncul pada ibu hamil adalah gangguan

perkembangan janin dalam uterus (IUGR), eklampsi, atonia uteri

(Sulistyawati, 2009;h.181).

c. P (Pelaksanaan)

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi

masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila
96

tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien (Rukiyah,

2009; hal 194-195). Pelaksanaan pada asuhan kebidanan ibu hamil

trimester III antara lain adalah sebagai berikut :

1) Memberikan zat besi, tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg

(zatbesi 60 mg) dan Asam Folat 500 mikrogram, minimal masing-

masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama

teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin,

2009 ; h. 91).

Hasil : Ibu selalu meminum habis setiap tablet besi yang

diberi bidan dengan teratur. Ibu mengatakan sudah

meminum 90 tablet selama kehamilan ini.

2) Menjelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang umumnya

terjadi pada kehamilan Trimester III, antara lain :

a) Peningkatan frekuensi berkemih

Menurut Varney (2007;h. 538) peningkatan frekuensi

berkemih sebagai ketidaknyamanan nonpatologis pada

kehamilan sering terjadi pada dua kesempatan yang berbeda

selama periode antepartum. Frekuensi berkemih pada

trimester ketiga paling sering dialami oleh wanita

primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening

adalah bagian presentasi akan menurun masuk ke dalam

panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung


97

kemih. Tekanan ini menyebabkan wanita merasa perlu

berkemih.

b) Nyeri Ulu Hati

Menurut Varney (2007;h.538) penyebab nyeri ulu hati adalah

sebagai berikut relaksasi sfingter jantung pada lambung

akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah

progesterone, penurunan motilitas gastrointestinal yang

terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan

disebabkan peningkatan jumlah progesterone dan tekanan

uterus serta tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat

perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar.

c) Insomnia

Insomnia pada wanita hamil dapat disebabkan karena

ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,

ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan

janin, terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2009; hal

541).

d) Kram kaki

Kram pada kaki dapat dikurangi / dicegah dengan kurangi

konsumsi susu (fosfor tinggi), panaskan otot kaki, ibu hamil

dianjurkan jangan terlalu banyak berdiri atau duduk terlalu

lama (Rukiyah, 2009; hal 138).

e) Varises
98

Varises umumnya terjadi karena adanya predisposisi

kongenital, dan diperparah oleh berdiri lama, kehamilan dan

usia lanjut (Chunningham, 2006; hal 265)

f) Nyeri punggung

Menurut Cunningham (2006 ; h.265) nyeri yang ringan

timbul akibat peregangan berlebihan atau kelelahan serta

membungkuk, mengangkat, atau berjalan berlebihan. Nyeri

punggung dapat dikurangi dengan menasihati wanita yang

bersangkutan untuk berjongkok dan bukan membungkuk saat

mengambil sesuatu di bawah, meletakkan bantal sebagai

sandaran punggung saat duduk, dan menghindari pemakaian

sepatu hak tinggi.

g) Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu,

penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid

(Varney, 2007 ; h.539).

h) Konstipasi

Konstipasi terjadi diduga akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan oleh relaksasi otot polos pada usus besar ketika

terjadi peningkatan jumlah progesterone (Varney, 2007; hal

539).

i) Edema Dependen
99

Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi

vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian

bawah (Varney, 2007; hal 540).

j) Hiperventilasi dan sesak nafas

Menurut Varney (2007;h.543) Sesak nafas merupakan

ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada trimester ketiga.

Selama periode ini, uterus telah mengalami pembesaran

hingga terjadi penekanan diafragma. Cara penanganannya

yaitu dengan berdiri dan meregangkan lengannya diatas

kepalanya secara berkala dan mengambil nafas dalam,

mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan

bahu, melakukan pernafasan interkosta dan melakukan

peregangan yang sama di tempat tidur seperti saat sedang

berdiri.

Hasil : Ibu mampu untuk menyebutkan kembali 6

ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III beserta

cara penanganannya dengan mandiri.

3) Mengajarkan ibu mengenal tanda-tanda bahaya, pastikan ibu

untuk memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda

bahaya.

Tanda-tanda bahaya kehamilan yang diajarka pada ibu adalah

mengenal tentang perdarahan pervaginam, hyperemesis

gravidarum, nyeri perut bagian bawah, plasenta previa, solusio


100

plasenta, keluar cairan per vaginam, sakit kepala yang hebat,

penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan, gerakan

janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat (Marmi, 2014; hal

215-226). Tanda bahaya kehamilan jika tidak segera dilaporkan

akan mengakibatkan sesuatu yang lebih parah (Marmi, 2014; hal

215).

Hasil : Ibu mampu menyebutkan tanda-tanda bahaya

kehamilan trimester III serta apa yang harus dilakukan

bila menemui tanda-tanda bahaya tersebut

4) Tanda-tanda menjelang persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut Sulistyawati dan Nugraheny

(2013; hal 6-7) adalah adanya his persalinan yang ditandai dengan

rasa nyeri di bagian bawah, pinggang terasa sakit menjalar ke

depan, ada pengeluaran lendir dan darah dan pengeluaran cairan.

Hasil : ibu mampu menjelaskan kembali 4 tanda menjelang

persalinan dengan mandiri.

5) Menurut Saifuddin (2010: h.N-3) perlu untuk membantu ibu dan

keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan

keadaan darurat :

a) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat

untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk

mengidentifikasi penolong dan tempat bersalin, serta


101

perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya

persalinan.

b) Bekerjasama dengan ibu, keluarganya, dan masyarakat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk

mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk

mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,

persiapan finansial, mengidentifikasi pembuat keputusan

kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada di tempat.

Hasil : wanita dan keluarganya akan menyatakan bahwa

mereka telah memiliki informasi yang berhubungan

dengan adaptasi maternal dan perkembangan janin

sebagai dasar untuk memahami penatalaksanaan

perawatan selama trimester III (Bobak, 2005 ; h. 187).

6) Memberitahu ibu mengenai jadwal kunjungan atau pemeriksaan

hamil, yaitu dilakukan setiap minggu (untuk usia kehamilan 36

minggu - kelahiran) (Rukiyah, dkk, 2009 ;h.123).

Hasil : ibu bersedia melakukan kujunga ulang setiap minggu.

2. Persalinan

a. Manajemen Kala I

Tanggal : .....

Jam : .....

2. Data Subjektif

a) Alasan datang
102

Ibu mengatakan sudah mengalami tanda-tanda persalinan

,oleh karena itu ibu segera datang ke klinik untuk

memastikan keadaannya sudah masuk dalam persalinan atau

belum.

b) Keluhan utama

Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dan

pasien adalah kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng di

perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada

pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih,

apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah,

serta pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya.

(Sulistyawati dan Nugraheni, 2013; h.221)

c) Tanda-tanda persalinan

(1) Kontraksi

Pada persalinan sejati, intensitas kontraksi menjadi

semakin kuat dengan berjalan.

(2) Frekuensi

Kontraksi pada persalinan sejati, teratur dan disertai

peningkatan frekuensi dan durasi (minimal 2 kali dalam

10 menit). Pada fase aktif, frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi


103

dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih).

(3) Lokasi ketidaknyamanan

Kontraksi persalinan sejati biasanya nyeri yang

menyebar dari fundus ke punggung.

(4) PPV

Bloody show adalah tanda yang menunjukan persalinan.

Apabila bloody show meningkat berarti wanita akan

segera memasuki kala II persalinan (Varney,2008; h.

692).

d) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(1) Nutrisi

(a) Pola makan

Data ini penting untuk diketahui agar bisa

mendapatkan gambaran bagaimana pasien

mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai

dengan masa awal persalinan (Sulistyawati dan

Nugraheni, 2013; hal 223). Makanan ringan dan

asupan cairan yang cukup selama persalinan akan

memberi lebih banyak energi dan mencegah

dehidrasi yang memperlambat kontraksi dan/atau


104

membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang

efektif (Depkes RI, 2008;h.55).

(b) Pola minum

Menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi.

Data yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan

intake cairan adalah sebagai berikut :

Kapan terakhir kali minum

Berapa banyak yang diminum

Apa yang diminum

Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya

pasien akan sangat membutuhkan cairan, bukan

makanan. Disamping pasien sudah tidak berselera

lagi untuk makan karena rasa sakit akibat his, juga

karena pengeluaran keringat yang bertambah

sehingga membutuhkan pemasukan cairan lebih

banyak. (Sulistyowati dan Nugraheni, 2013; h.223-

224)

(2) Eliminasi

Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena

berpotensi untuk memperlambat turunnya janin dan

mengganggu kemajuan persalinan, menyebabkan ibu


105

tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan pasca

persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri,

mengganggu penatalaksanaan distosia bahu,

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca

persalinan. Anjurkan ibu untuk buang air besar jika

perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif,

lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa

yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi

pada rektum (Depkes RI, 2008; h.56).

(3) Aktivitas

Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena

data ini memberikan gambaran kita tentang seberapa

berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.

Jika di akhir kehamilannya pasien melakukan aktivitas

yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa

kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit

pada masa bersalin (Sulistyawati, 2013 ; h.224). Berjalan

pada awal persalinan dapat menstimulasi persalinan

(Varney,2008; h.697).

(4) Istirahat dan Tidur

Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk

mempersiapkan energi menghadapi proses

persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika proses


106

persalinannya mengalami pemanjangan waktu pada kala

I. Data yang perlu ditanyakan yang berhubungan dengan

istirahat pasien adalah kapan terakhir tidur, berapa lama,

danaktivitas sehari-hari (Sulistyawati, 2013 ; h.224).

(5) Pola Seksual

Data yang kita perlukan berkaitan dengan aktivitas

seksual adalah keluhan, frekuensi dan kapan terakhir

berhubungan seksual (Sulistyawati,2013; h.224).

(6) Pola Hygiene

Data ini sangat berkaitan dengan kenyamanan pasien

dalam menjalani proses persalinannya (Sulistyawati,

2013; h.224). Kebersihan meningkatkan kenyamanan

dan relaksasi serta menurunkan risiko infeksi (Varney,

2008;h.719).

(7) Data psikososial dan spiritual

Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan

antara lain : jumlah anggota keluarga, dukungan moril

dan materiil dari keluarga, pandangan dan penerimaan

keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang

menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap

kehamilan, persalinan dan anak baru lahir (Estiwidani

dkk, 2008 ; h.143).Kebiasaan adat yang dianut dalam

menghadapi persalinan, selama tidak membahayakan


107

pasien, sebaiknya tetap difasilitasi karena efek psikologis

yang positif untuk pasien dan kelurga (Sulistyawati,

2013 ; h.226).

(8) Data pengetahuan

Data ini mengenai apa yang dapat diperoleh dari

beberapa pertanyaan yang diajukan kepada pasien

mengenai apa yang ia ketahui tentang proses persalinan.

Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang

persalinan, karena terdapat perbedaan dalam

memberikan asuhan antara pasien yang sudah tahu atau

punya pengalaman tentang persalinan dengan yang sama

sekali belum tahu tentang persalinan (Sulistyawati,

2013;h.225).

3. Data Objektif

b) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum

Menurut Sulistyawati (2013 ; h.226) data ini didapat

dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.

Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah :

(a) Baik jika pasien memperlihatkan respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara


108

fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam

berjalan.

(b) Lemah jika ia kurang atau tidak memberikan

respon yang baik terhadap lingkungan dan orang

lain, dan pasien sudah tidak mampu berjalan

sendiri.

(2) Kesadaran

Menurut Sulistyawati (2013 ; h.226) untuk mendapatkan

gambaran tentang kedaran pasien, kita dapat melakukan

pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan

komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan

koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

c) Tanda- tanda vital

(1) Tekanan Darah

Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik

rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10

mmHg. Pada waktu di antara kontraksi, tekanan darah

kembali ke tingkat sebelum persalinan (Varney, 2008 ; h.

686).

(2) Suhu

Normalnya temperatur dalam tubuh yaitu 36oC-37oC

(Chapman,2006;h.40).

(3) Nadi
109

Frekuensi nadi yang normal adalah 55-90 kali regular

per menit (Chapman, 2006; hal 40).

(4) Respirasi

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal

selama persalinan dan mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi. Sulit untuk memperoleh

temuan yang akurat dalam hal pernapasan karena

frekuensi dan irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa

senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik

pernapasan (Varney, 2008; h. 687).

d) Status present

Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi

sekaligus dengan rabaan, pemeriksaan diawali dari :

(1) Kepala

Mesochepal, rambut hitam, kulit rambut

(2) Muka

Adanya chloasma gravidarum, adanya oedema pada

muka (Marmi, 2014; hal 166).

(3) Mata

Keadaan selaput mata pucat atau merah (Marmi, 2014;

hal 166).

(4) Leher
110

Apakah vena terbendung di leher, apakah kelenjar

gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak

(Marmi, 2014; hal 166).

(5) Payudara

Bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, dan gelang-

gelanggang susu, keadaan putting susu, adanya

kolostrum (Marmi, 2014; hal 166).

(6) Mulut

Perhatikan pucat pada bibir, pecah-pecah, stomatitis,

gingivitis, gigi tanggal, gigi berlubang, caries gigi dan

bau mulut (Mufdlilah, 2009; hal 17).

(7) Gigi

Hygiene gigi yang buruk selama masa hamil atau pada

setiap waktu dan gingivitis dapat menimbulkan karies

gigi yang dapat menyebabkan gigi hilang (Bobak, 2005 ;

h.120).

(8) Telinga

Ketajaman pendengaran secara umum, luka dan

pengeluaran dari saluran telinga

(9) Dada

Retraksi dinding dada (Marmi, 2014; hal 17).

(10) Perut
111

Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan

pusat, pigmentasi di lenea alba, nampakkah gerakan

anak atau striae gravidarum atau bekas luka (Marmi,

2014; hal 167).

(11) Punggung

Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi

tangan yang dikepalkan, bila ibu merasa nyeri, mungkin

terdapat gangguan ginjal dan salurannya (Mufdillah,

2009;h.18).

(12) Vulva

Keadaan perenium, carilah varices, tanda chadwick,

condyloma, flour (Marmi, 2014; hal 167).

(13) Ekstremitas

Periksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan

pretibial dan mata kaki, dengan cara menekan jari

beberapa detik. Apabila terjadi cekungan yang tidak

lekas pulih kembali, berarti edema positif. Edema positif

pada tungkai menandakan adanya preeklamsia

(Mufdlilah, 2009; hal 21).

(14) Reflek Patella

Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu

tandapreeklamsiberat (Varney,2007 ; h.693)


112

e) Status Obstetri

Pemeriksaan obstetrik digunakan untuk mengetahui kondisi

pasien berkaitan dengan kehamilan/persalinan. Pemeriksaan

meliputi :

(1) Mammae

Pigmentasi putting susu, dan gelang-gelanggang susu,

keadaan putting susu, adanya kolostrum (Marmi, 2014;

hal 166).

(2) Abdomen

Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan

pusat, pigmentasi di lenea alba, nampakkah gerakan

anak atau striae gravidarum atau bekas luka (Marmi,

2014; hal 167).

(3) Vulva

Keadaan perenium, carilah varices, tanda chadwick,

condyloma, flour (Marmi, 2014; hal 167).

f) Palpasi

Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold yang terdiri

atas 4 bagian :

(1) Leopold I

Kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha.

Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat


113

kearah muka penderita. Rahim dibawa ke tengah.

Tingginya fundus uteri ditentukan. Tentukan bagian apa

dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah

keras, bundar dan melenting. Sifat bokong lunak, kurang

bundar dan kurang melenting. Pada letak lintang fundus

uteri kosong. Pemeriksaan tuanya kehamilan dari tinggi

fundus uterinya (Marmi, 2014; hal 167).

(2) Leopold II

Kedua tangan pindah ke samping. Tentukan dimana letak

punggung anak. Punggung anak terletak di pihak yang

memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-

bagian kecil yang biasanya terletak bertentangan dengan

pihak yang memberi rintangan terbesar. Kadang-kadang

di samping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak

lintang (Marmi, 2014; hal 167-168).

(3) Leopold III

Dipergunakan 1 tangan saja. Bagian bawah ditentukan

oleh ibu jari dan jari lainnya. Leopold III menentukan

apa yang terdapat di bagian bawah anak ini sudah atau

belum terpegang oleh pintu atas panggul (Marmi, 2014;

hal 168).

(4) Leopold IV
114

Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian

bawah dan beberapa masuknya bagian bawah ke dalam

rongga panggul (Marmi, 2014; hal 168).

(5) TFU (Tinggi Fundus Uteri)

Pemeriksaan abdomen meliputi pengkajian subjektif

ukuran uterus pada trimester pertama kehamilan,

menghubungkan fundus uterus dengan umbilicus pada

trimester kedua dan menggunakan tinggi fundus pada

trimester terakhir dengan menggunakan meteran (Marmi,

2014; hal 169).

g) Kontraksi

Dikaji untuk mengetahui seberapa sering kontraksi uterus

terjadi, periode waktu antara awal suatu kontraksi dan awal

kontraksi berikutnya atau dari puncak ke puncak, intensitas

kekuatan kontraksi yang paling besar, durasi periode waktu

antara awal dan akhir suatu kontraksi, tonus istirahat

ketegangan otot uterus di antaea kontraksi (Bobak, 2005 ;

h.311).

h) Perlimaan

Periksa juga penurunan bagian terbawah janin yang diukur

dengan metode lima jari (perlimaan) menurut (Rukiyah,

2009; hal 73-64) antara lain :

5/5 : Seluruh bagian terbawah teraba di atas simfisis.


4/5 : 1/5 bagian terbawah memasuki pintu atas panggul.
115

3/5 : 2/5 bagian terbawah memasuki rongga panggul.


2/5 : 3/5 bagian terbawah melewati bidang tengah rongga panggul.
1/5 : 4/5 bagian terbawah masuk rongga panggul.
0/5 : Seluruh bagian terbawah sudah masuk rongga panggul.

i) Auskultasi

Denyut jantung janin, untuk mengkaji status bayi. Frekuensi

jantung bayi kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per

menit dapat menunjukkan gawat janin dan perlu dievaluasi

segera (Varney, 2007;h.693).

j) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genetalia bagian

dalam mulai dari serviks menggunakan dua jari, yang salah

satu tekniknya adalah dengan menggunakan skala ukuran jari

(lebar satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter

dilatasi serviks (Sulistyawati dan Nugraeheny, 2013 ; h.73).

Penilaian yang dilakukan pada pemeriksaan dalam antara lain:

(1) Vulva

Nilai vagina, luka parut di vagina mengindikasikan

adanya riwayat robekan perineum atau tindakan

episiotomy sebelumnya (Rukiyah, 2009; hal 75).

(2) Serviks
Nilai pembukaan dan penipisan serviks, pastikan tali
pusat dan/ atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki)
tidak teraba pada saat melakukan pemeriksan dalam
(Rukiyah, 2009; hal 75).
116

(3) Kulit Ketuban


Diagnosis pasti pecahnya kulit ketuban ditegakkan jika
cairan amnion terlihat di forniks posterior atau cairan
jernih keluar dari kanalis servikalis.
(4) Presentasi
Umumnya bagian presentasi janin adalah presentasi
sefalik verteks. Dua pertiganya memiliki posisi oksiput
pada sisi kiri pelvis ibu dan sepertiganya dengan posisi
oksiput pada kanan pelvis ibu (Varney, dkk, 2008 ;
h.682).
(5) Moulage (Penyusupan)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
keras panggul ibu (Johariyah dan Emma, 2012 ; h.83-4).
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dipalpasi.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,

tetapi masih dapat dipisahkan.


3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,

dan tidak dapat dipisahkan.


(6) Penurunan Bagian Terendah

Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan

menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih

berada di atas simpisis dan dapat diukur dengan 5 jari

tangan pemeriksaan (perlimaan) (Rukiyah, 2009; hal 73).

4. Assesment

a) Diagnosa Kebidanan :
117

Menurut Sulistyawati (2013 ; h.228) dalam bagian ini yang

disimpulkan oleh bidan antara lain paritas, usia kehamilan

(dalam minggu), kala dan fase persalinan, keadaan janin,

normal atau tidak normal.

Ny Umur tahun, G P A, janin tunggal, hidup,

intrauterin, puka/ puki, presentasi kepala/presentasi belakang

kepala, inpartu kala I fisiologis.

b) Diagnosa Masalah

Masalah yang mungkin muncul pada kala I yaitu perasaan

takut dan bingung tergantung proses persalinan yang

dialaminya (Sulistyawati, 2013 ; h.229).

c) Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kala I adalah

perdarahan intrapartum, eklampsi, partus lama, infeksi

intrapartum, persalinan tak maju karena disporposi kepala

panggul, partus lama, dan asfiksia intrauterine (Sulistyawati,

2013 ; h.229).

d) Antisipasi Tindakan Segera

Antisipasi tindakan yang bisa dilakukan ketika menemukan

adanya tanda bahaya yang mendukung diagnosa potensial

yaitu bila bida melakukan pertolongan persalinan sendiri

maka bida harus segera melakukan rujukan (Sulistyawati,

2013 ; h.230).

5. Penatalaksanaan
118

Pelaksanaan asuhan persalinan kala I yaitu :

a) Mempersiapkan ruangan persalinan, perlengkapan, bahan-

bahan dan obat-obatan yang diperlukan dalam persalinan.

Perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai.

Partus set, peralatan untuk melakukan penjahitan, dan

peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir sudah dalam

keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

b) Memberi dukungan dan menganjurkan suami dan anggota

keluarga yang lain untuk mendampingi Ibu selama persalinan

dan proses kelahiran bayinya. Menganjurkan mereka untuk

berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai

upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan Ibu.

c) Menganjurkan Ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman

selama persalinan dan melahirkan bayi serta menganjurkan

suami dan pendamping lainnya untuk membantu Ibu berganti

posisi.

d) Menganjurkan Ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan

dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.

Menganjurkan keluarga untuk sesering mungkin menawarkan

minuman dan makanan ringan selama proses persalinan.

e) Menganjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

secara rutin selama persalinan, Ibu harus berkemih sedikitnya


119

setiap 2 jam, atau lebih sering jika Ibu merasa ingin berkemih

atau jika kandung kemih terasa penuh.

f) Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting

dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu

dan bayinya (Depkes RI, 2008; h.52-56)

g) Memberikan teknik relaksasi kala I: pernapasan, posisi atau

pijat

h) Memantau kemajuan persalinan dengan mencatat hasil

observasi di dalam partograf yang meliputi denyut jantung

janin setiap jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus

setiap jam, nadi setiap jam, pembukaan serviks setiap 4

jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam, tekanan

darah setiap 4 jam, temperature tubuh setiap 4 jam pada fase

laten dan setiap 2 jam pada fase aktif (Depkes RI, 2008;

h.58).

i) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala

Dua.

j) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatanesential untuk menolong persalinan.

k) Pakai celemek plastik dan sarung tangan DTT untuk

melakukan pemeriksaan dalam.

l) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik.


120

m) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas

atau kasa yang dibasahi air DTT.

n) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

o) Dekontaminasi sarung tangan.

p) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal.

q) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi

yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya (Depkes RI,

2008 ; h.18-19).

ii. Manajemen Kala II

Tanggal : ....

Jam : .....

a) Data Subyektif
121

Data subyektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan

kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran (Sulistyawati,

2013;h.233). Biasanya wanita menyatakan bahwa ia ingin

mengedan, pada puncak kontraksi. Selain itu mengeluhkan

peningkatan nyeri, tetapi di antara waktu kontraksi ia tenang dan

seringkali ingin memejamkan matanya. Wanita semakin ingin

mengedan dan ingin mengubah posisi untuk mencari posisi

mengedan yang lebih nyaman. Seringkali memberi tahu saat awal

kontraksi dan semakin bersuara sewaktu mengedan serta lebih

banyak mengungkapkan nyeri (Bobak 2005 ; h.331).

b) Data Obyektif

a) Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language)

yang menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien

menghadapi kala II persalinan (Sulistyawati, 2013 ; h.234).

b) Perinium nampak menonjol, Vulva-vagina dan sfingter ani

nampak membuka, meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah, pembukaan servik telah lengkap,

terlihatnya bagian kepala bayi melalui inroitus vagina (JNPK

KR, 2008; h.79-80).

c) Kontraksi

Kontraksi selama kala dua terjadi secara sering, kuat, dan

sedikit lebih lama-yaitu, sekitar setiap 2 menit, berlangsung


122

60 sampai 90 detik-intensitas kuat, dan menjadi eksplusif

secara ilmiah (Varney, 2008 h.753).

d) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan Darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15 sampai 25 mm

Hg selama kontraksi selama kala dua. Upaya mendorong

pada ibu juga memengaruhi tekanan darah,

menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian

menurun dan pada akhirnya berada sedikit di atas

normal. Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg

di antara kontraksi ketika wanita telah mendorong

merupakan hal yang normal (Varney, 2008 ; h.757).

(2) Denyut Nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada tiap kali upaya

mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi nadi

meningkat selama kaladua persalinan disertai takikardi

yang nyata ketika mencapai puncak pada saat pelahiran

(Varney, 2008 ; h.757).

(3) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran

dan segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1


123

sampai 2 derajat F (0,5 sampai 1 derajat C) (Varney,

2008 ; h.757).

(4) Pernapasan

Pernafasan sama seperti pada saat kala satu persalinan

(Varney, 2008 ; h.757).

(5) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin harus di dengarkan setiap 3-5

menit pada kala II (Oxorn,2010;h.74). Gangguan kondisi

kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari

120 atau lebih dari 160 kali per menit (Depkes RI,

2008;h.43).

c) Assesment

a) Diagnosa Kebidanan

Umur 20-35 tahun, G P A, janin tunggal, hidup,

intrauterin, puka/puki, presentasi belakang kepala, inpartu

kala II fisiologis (Sulistyawati, 2013 ; h.234).

b) Diagnosa Masalah

Diagnosa masalah yang muncul pada kala II adalah

kecemasan ibu (Sulistyawati, 2013 ; h.234).

c) Diagnossa Potensial

Diagnosa Potensial yang mungkin muncul pada kala II adalah

kala II lama (Sulistyawati, 2013 ; h.234).


124

d) Antisipasi Tindakan

Antisipasi tindakan yang bisa dilakukan bidan yang

menolong persalinan sendiri yaitu bidan harus melakukan

rujukan (Sulistyawati, 2010 ; h.235).

d) Pelaksanaan

Menurut (DepKes RI, 2008; h.18-20) pelaksanaan kala II

persalinan fisiologis yaitu :

a) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran

b) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran

c) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm

d) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah

bokong ibu

e) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan

f) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

g) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

h) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan

yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan


125

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

i) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

j) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

k) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal.

l) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku

sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

m) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki

n) Lakukan penilaian selintas : apakah bayi menangis kuat dan/

bernafas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif?

o) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

iii. Manajemen Kala III

Tanggal : ..

Jam :.

1) Data Subyektif
126

Menurut Sulistyawati (2013 ; h.237) pasien mengatakan bahwa

bayinya telah lahir melalui vagina. Pasien mengatakan bahwa ari-

arinya belum lahir. Pasien mengatakan bahwa perut bagian

bawahnya terasa mulas.

2) Data Objektif

a) Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal ..., jam ...,

jenis kelamin laki-laki/perempuan, normal/ada kelainan,

menangis spontan kuat, kulit warna kemerahan. Plasenta

belum lahir. Tidak teraba janin kedua. Teraba kontraksi

uterus. (Sulistyawati, 2013 ; h.237).

b) Tanda-tanda pelepasan plasenta menurut (Cunningham, dkk.,

2006 ; h.349) yaitu:

(1) Uterus menjadi globular dan biasanya lebih kencang.

Tanda ini terlihat paling awal

(2) Sering ada pancaran darah mendadak

(3) Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah

terlepas, berjalan turun masuk ke segmen bawah uterus

dan vagina, serta massa plasenta mendorong uterus ke atas

(4) Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina, yang

menunjukkan bahwa plasenta telah turun.

3) Assesment

a) Diagnosa Kebidanan
127

Umur 20-35 tahun, P A inpartu kala III fisiologis

(Sulistyawati, 2013 ; h.289).

b) Diagnosa Masalah

Diagnosa masalah yang mungkin muncul pada kala III adalah

kekhawatiran ibu akan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013

; h.238).

c) Diagnosa Potensial

Diagnosa Potensial yang mungkin muncul adalah gangguan

kontraksi pada kala III dan retensi sisa plasenta (Sulistyawati,

2013 ; h.238).

d) Antisipasi Tindakan Segera

Tindakan segera yang dapat dilakukan bidan yaitu stimulus

puting susu, pengeluaran plasenta secara lengkap

(Sulistyawati, 2013 ; h.238).

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan persalinan kala II menurut DepKes RI (2008;

h.19-20) yaitu :

a) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

dalam uterus

b) Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)

c) Setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit di 1/3 paha atas

bagian distal lateral


128

d) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm

dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali

pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada

2 cm distal dari klem plasenta pertama.

e) Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat

f) Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dengan cara kontak kulit

bayi dengan kulit ibu

g) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang

topi dikepala bayi.

h) Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva

i) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali

pusat.

j) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah

belakang- atas (dorso-kranial) secara hati-hati.

k) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga

plasenta terlepas. Minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke

arah atas, mengikuti poros jalan lahir.

l) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan.


129

m) Lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di atas

fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi

n) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian

bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat

khusus

o) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

iv. Manajemen Kala IV

Tanggal : ..

Jam :.

1) Data Subyektif

Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir. Pasien

mengatakan perutnya mulas (Sulistyawati, 2013 ; h.239).

2) Data Obyektif

a) Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal..., jam ...,

Kontraksi uterus : baik/buruk(Sulistyawati, 2013 ; h.239).

b) Kandung kemih

Sebaiknya di dorong untuk berkemih secara spontan sebelum

kateterisasi dipertimbangkan karena kateterisasi, selain tidak

nyaman, menyebabkan peningkatan risiko infeksi. Sebaiknya

di bimbing ke kamar mandi dan di dukung sesuai kebutuhan,


130

tindakan ini merupakan metode yang paling nyaman dan

efektif untuk meningkatkan berkemih (Varney, 2008 ; h.839).

c) TFU

TFU setinggi pusat atau beberapa jari di bawah pusat (JNPK-

KR, 2008 ; 114).

d) Tanda-tanda vital

Tekanan darah, nadi, dan pernafasan harus menjadi stabil

pada level pra-persalinan selama jam pertama pascapartus.

Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama

interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat

kehilangan darah berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit

meningkat, tetapi biasanya dibawah 38oC (Varney, 2008 ;

h.836).

e) Inspeksi perineum

Dilakukan evaluasi area perineum untuk melihat adanya

pembentukan hemoroid dan robekan kecil kulit. Selain itu

dilakukan evaluasi berkelanjutan untuk edema, memar, dan

pembentukan hematoma (Varney, 2008 ; h.838-839).

3) Assesment

a) Diagnosa Kebidanan
131

Umur 20-35 tahun, P A inpartu kala IV fisiologis

(Sulistyawati, 2013 ; h.238).

b) Diagnosa Masalah

Diagnosa masalah yang mungkin muncul pada kala IV yaitu

pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan

keinginannya, pasien tidak kooperatif dengan proses Inisiasi

Menyusui Dini, pasien cemas dengan keadaannya

(Sulistyawati, 2013 ; h.239).

c) Diagnosa Potensial

Diagnosa Potensial yang mungkin muncul pada kala IV yaitu

atonia uteri, perdarahan akibat robekan serviks, syok

hipovolemi (Sulistyawati, 2013 ; h.239).

d) Anitisipasi Tindakan Segera

Antisipasi tindakan segera yang dapat dilakukan yaitu

eksplorasi sisa plasenta, kompresi bimanual interna dan

eklampsi, pemberian infus dan uterotonika (Sulistyawati,

2013 ; h.239).

4) Penatalaksanaan

Menurut DepKes RI (2008 ; h. 21) asuhan persalinan kala IV

yaitu:

a) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam
132

b) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.

c) Setelah 1 jam, melakukan penimbangan/pengukuran bayi

d) Beri salep mata antibiotika tetrasikin 1% pada kedua mata

e) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri

anterolateral setelah Inisiai Menyusui Dini

f) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha

kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1.

g) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

per vaginam :

(1) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

(2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

h) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

i) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

j) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pasccapersalinan. Memeriksa

temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama

pasca persalinan.

3. Nifas

a. Data Subjektif
133

a. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir

karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010 : 132).

b. Riwayat Obstetri

a) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, bersalin pada usia kehamilan 37 - 42

minggu, jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak

perempuan/laki-laki, keadaan bayi meliputi BB 2500-4000

gram, penolong persalinan bidan/dokter. Hal ini perlu dikaji

untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami

kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada nifas saat ini

(Ambarwati, 2010 : 132)

b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang

aterm, persalinan yang premature, keguguran atau kegagalan

kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forceps atau

dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan

atau nifas sebelumnya, hipertensi disebabkan kehamilan

sebelumnya, berat bayi sebelumnya < 2500 atau 4000 gram.

Masalah-masalah lain yang dialami, riwayat kebidanan yang

lalu membantu bidan mengelola asuhan kehamilan ini

(Rukiyah, 2009; hal 146)

c. Pola Kehidupan Sehari-hari


134

a) Pola Nutrisi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia

boleh mengonsumsi makanan ringan. Permintaan untuk

memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa

dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering

ditemukan (Bobak,2005;h.498).

b) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah. (Ambarwati, 2010 ; h. 136).Miksi disebut normal

bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu

diusahakan dapat buang air kecil sendiri (Ambarwati, 2010 ;

h. 105). Setelah melahirkan ibu harus berkemih dengan

spontan dalam 6 sampai 8 jam. Urine yang dikeluarkan dari

beberapa perkemihan pertama harus diukur untuk

mengetahui apakah pengosongan kandung kemih adekuat.

Diharapkan, setiap kali berkemih, urine yang keluar adalah

150 ml (Bobak, 2005 ; h.532).Buang air besar secara

spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot

usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa

pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi (Bobak, 2005 ; h.

498).

c) Pola Istirahat
135

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaa waktu luang. Istirahat

sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

yan cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati,

2010 ; h. 136).

d) Pola Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasiensehari-hari. Pada pola

ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.

Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses

pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan

ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan

atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.

(Ambarwati, 2010 ; h. 137).

e) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahi apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena

pada masa nifas masih mengeluarkan lochea

(Ambarwati,2010 ; h. 137).

f) Pola Seksual
136

Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan

suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa

rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri

(Ambarwati , 2010 ; h.108). Biasanya dapat dilakukan

setelah lebih kurang 6 minggu bila vagina telah kering dan

jahitan telah sembuh (Maryunani, 2009 ; h. 136).

g) Pola Menyusui

Dua jam pertama setelah melahirkan adalah waktu yang

sangat baik untuk mendorong ibu agar menyusui (Bobak,

2005 ; h. 532).Pada ibu yang menyusui, sebelum laktasi

dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,

yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi

dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh.

Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam (Bobak,

2005 ; h. 499).

d. Data Psikologis

Disebut Fase Taking In (1-2 hari). Ibu pada umumnya pasif dan

tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

tubuhnya. Pengalaman selama bersalin akan berulang-ulang

diceritakan. Ibu perlu mendapat waktu tidur tanpa gangguan dan

nutrisi yang cukup. (Ambarwati dan Diah, 2010; h.88).

b. Data Objektif
137

1) Kondisi Umum

a) Keadaan Umum/Kesadaran

Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik

terhadap lingkungan orang lain. (Sulistyowati & Nugraheni,

2010; h.226).

b) Berat badan

Wanita mengalami penurunan berabadan rata-rata 12 pon

(4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penururnan ini mewakili

berat bayi, plasenta dan cairan amnion (Varney, 2008;h.961).

c) Tanda Vital

(1) Suhu

Jika 24 jam setelah melahirkan suhu ibu menetap lebih

38oC selama 2 hari perlu dipikirkan adanya sepsis

puerpuralis, mastitis, endometritis, infeksi saluran

kemih dan infeksi sistemik (Maryunani, 2009 ; hal 28).

(2) Denyut Nadi

Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih

cepat namun tidak > 100 kali/menit (Ambarwati dan

Diah, 2010; h.84).

(3) Tekanan Darah


138

Tekanan darah normal yaitu <140/90mmHg, mungkin

bisa naik disaat persalinan dan 1-3 hari postpartum

(Maryunani, 2009 ; h.123). Pada beberapa kasus

ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi

keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila

tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya

dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati, 2010;h.137-

139).

(4) Respirasi

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,

yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati, 2010 : hal 139).

d) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala

Dikaji bagaimana warna rambut, kebersihan,

kerontokan (Sulistyawati, 2013 ; h.227).

(2) Mata

Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat,

dan tidak ada bengkak pada kelopak mata. (Anggraini,

2010; h.124).

(3) Telinga

Dikaji dengan melihat canalis bersih atau tidak, radang,

cairan yang keluar, adakah benda asing (Eko dan

Sulistiani, 2010 ; h.94).


139

(4) Leher

Dikaji untuk mengetahui kesimetrisan, massa, kelenjar

thyroid, vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe (Eko

dan Sulistiani, 2010 ; h.94)

(5) Dada

Pada inspeksi dilihat kebersihan, letak payudara, ada

tidaknya pembengkakan, hiperpigmentasi,

hipervaskularisasi, integritas kulit, puting menonjol/

rata/ masuk (Maryunani,2009; h.131).

(6) Perut

Bentuk perut (buncit/rata), integritas kulit, strial,

kebersihan (Maryunani, 2009;h.131).

(7) Genetalia

Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya edema pada

vulva, kebersihannya (Maryunani, 2009;h.131).

(8) Anus

Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid (Varney,

2008 ; h. 969). Hemoroid umumnya terlihat (Bobak,

2005; h. 496).

(9) Ekstermitas atas dan bawah


140

Tidak terdapat kelainan seperti oedema, varices, dan

reflek patella kanan dan kiri normal. (Ambarwati dan

Diah, 2010; h.141).

2) Pemeriksaan Obstetri

a) Mammae

Menurut Varney (2008;h.960) pengkajian payudara pada

awal pascapartum meliputi penampilan dan integritas puting

susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi

pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi

susu, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda-

tanda mastitis potensial.Selain memeriksa payudara untuk

melihat adanya massa, observasi juga adanya tanda trauma

pada puting jika klien menyusui (Wheeler,2004;h.184).

Menurut Bobak (2005 ; h. 524), pada pengkajian payudara 3

sampai 24 jam (hari pertama) diperoleh bahwa payudara

tetap lunak, jika dipalpasi kolostrum bisa dikeluarkan.

b) Abdomen

Menurut Varney (2008;h.1064) tinggi fundus uterus

pascapartum diukur dari puncak fundus dengan jumlah lebar

jari dari umbilikus(di atas atau di bawah umbilikus ).

c) Vulva
141

Pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah, bau), odeme,

peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi

pada luka jahitan, kebersihan perinem, hemoroid pada anus.

(Suherni, 2010 ; h. 120). Pada pengkajian perineum, di

dapatkan 2 sampai 24 jam (hari pertama) terdapat edema,

bersih, utuh, tepi episiotomi menutup dengan baik. Pada 25

sampai 48 jam (hari kedua) edema berkurang, bersih,

menyembuh. Pada hari ke 49 sampai 72 jam (hari ketiga)

edema sedikit atau hilang, bersih, menyembuh (Bobak, 2005

; h. 524).

c. Assesment

1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak,

hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati, 2010 ; h.141)

Ny. X umur... tahun... P...A... masa nifas 6 jam fisiologis

2) Diagnosa Masalah

Diagnosa yang mungkin muncul adalah pencegahan hipotermia

pada bayi dan cara mencegah perdarahan

3) Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin muncul adalah atonia uteri

4) Antisipai Tindakan Segera


142

Antisipaasi tindakan segera yang dapat dilakukan yaitu konseling

masase uterus unatuk mencegah perdarahan pascapersalinan dan

pencegahan hipotermia pada bayi.

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada 6-8 jam setelah persalinan menurut Saifuddin

(2010; h.N-23), yaitu :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila

perdarahan berlanjut

3) Memberikan penjelasan konseling pada ibu atau salah seorang

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik dan mempraktikkan kebersihan yang aman

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi


143

4. Bayi Baru Lahir

a. Identitas Bayi

Identifikasi bayi merupakan alat pengenal bayi agar tidak tertukar.

b. Data Subyektif

e. Riwayat Kehamilan Ibu

(1) Umur Kehamilan

Bayi baru lahir dimasukkan ke dalam kategori cukup bulan

pada usia gestasi 38 sampai 42 minggu.

(Varney,2008;h.919).

(2) Riwayat Natal

c. Berat badan

Menurut Muslihatun (2014;h. 27) klasifikasi neonatus

menurut berat lahir adalah Neonatus berat lahir rendah :

kurang dari 2500 gram, Neonatus berat lahir cukup :

antara 2500 sampai 4000 gram dan Neonatus berat lahir

lebih : lebih dari 4000 gram.

d. Panjang badan

Panjang bayi baru lahir paling akurat dikaji jika kepala

bayi baru lahir terletak rata terhadap permukaan yang

keras. Kedua tungkai diluruskan dan kertas dimeja

pemeriksaan diberi tanda. Setelah bayi baru lahir

dipindahkan, bidan kemudian dapat mengukur panjang

bayi dalam satuan sentimeter. (Varney, 2008 ; h. 921).


144

Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan

kaki atau badan bayi diluruskan(Marmi,

2012;h.55).Variasi normal panjang menurut Bobak,

(2005 ; h. 387) adalah 45 sampai 55 cm.

e. Jenis kelamin

Biasanya orangtua ingin segera mengetahui jenis

kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan, misalnya

pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau

terdapatnya hipospadia atauu epispadia pada bayi laki-

laki sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda

sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan

kromosom

f. Lama persalinan kala I dan kala II

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila

persalinan berlangsung lama. Gawat janin terjadi bila

janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga dapat

mengalami hipoksia (Saifuddin, 2009;h.334).

2) Riwayat kesehatan anak

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1injeksi 1 mg

intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi

selesesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat

defisensi K yang dapat dialamioleh sebagian BBL. Salep mata

untuk pencegahan infeksi mata. Pencegahan infeksi tersebut


145

menggunakan antibiotika Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus

tepat diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya

profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari

satu jam setelah kelahiran. Imunisasi Hepatitis B pertama

diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi

berumur 2 jam untuk mencegah infeksi Hepatitis B (Depkes RI,

2008;140).

3) Pola Kebiasaan Sehari hari

a) Nutrisi

Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa apa,

biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi

keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup

bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan

(Muslihatun, 2014 ; h. 40). Sebaiknya pemberian ASI harus

dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran (Johariyah

dan Ema, 2012;h.170).Bayi harus disusui setiap 2-3 jam

selama 15 hingga 20 menit( Varney, 2008 ; h. 897).

b) Eliminasi

Warna mekoneum adalah hijau kehitaman. Mekoneum yang

telah keluar dalam 24 jam menandakan anus bayi baru lahir

telah berfungsi. Jika mekonium tidak keluar, bidan atau

petugas kesehatan harus mengkaji kemungkinan adanya

atresia ani dan megakolon (Muslihatun, 2014 ; h. 43).


146

Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam

setelah lahir. Warna urine keruh/merah muda dan berangsur-

angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24

jam bayi tidak BAK, bidan/petugas kesehatan harus

mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra

(Muslihatun, 2014 ; h. 44).

c) Istirahat

Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir

menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi

adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap

(Muslihatun, 2014; hal 44).

d) Aktifitas

Keaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerakan

tungkai dan lengan. Pada BBL cukup bulan yang sehat,

ekstremitas berada dalam keadaan fleksi, dengan gerakan

tungkai serta lengan aktif dan simetris. Bila ada asimetri

pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Aktivitas

fisik mungkinsaja tidak tampak pada BBL yang sedang tidur

atau lemah karena sakit atau pengaruh obat. Bayi yang

berbaring tanpa bergerak mungkin juga disebabkan oleh

tenaga yang habis dipakai untuk mengatasi kesulitan bernapas

atau tangis yang melelahkan. Gerakan kasar atau halus

(tremor) yang disertai klonus pergelangan kaki atau rahang

sering ditemukan pada BBL, keadaan ini tidak berarti apa-


147

apa. Berlainan halnya bila terjadi pada golongan umur yang

lebih tua. Gerakan tersebut cenderung terjadi pada BBL yang

aktif, tetapi bila dilakukan fleksi anggota gerak tersebut masih

tetap bergerak-gerak, maka bayi tersebut menderita kejang

dan perlu di evaluasi lebih lanjut.

c. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Sebelum masing-masing tubuh dikaji, penting bagi kita

untuk menggambarkan postur umum dan tingkah laku bayi.

Keadaan keseluruhan memberikan petunjuk yang sangat

berharga mengenai status fisik bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang

keadaan bayi. Tangisan melengking ditemukan pada bayi

dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah

atau merintih terdappat pada bayi dengan kesulitan

pernapasan (Kosim, 2010 ; h. 75). Sedangkan tangisan

normal adalah tangisan kuat; tidak ada peningkatan tekanan

intrakanial (Varney, 2008 ; h. 1197)

b) Kesadaran

Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling pada bayi baru

lahir perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan,

rangsangan sakit, atau suara kerasyang mengejutkan atau

suara mainan (Saifuddin, 2009 ; h. 137).


148

f. Vital sign

a) Denyut Jantung

Denyut jantung BBL normal antara 100-160kali/menit

(Muslihatun,2014; h.31).

b) Suhu

Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5 37,5 0C

(Muslihatun, 2014; hal 31).

c) Respirasi

Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi

dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi

(Muslihatun, 2014; h.31)

g. Pengukuran Antopometri

a) Berat badan

Menurut Muslihatun (2014;h.27) klasifikasi neonatus

menurut berat lahir adalah Neonatus berat lahir rendah :

kurang dari 2500 gram, Neonatus berat lahir cukup : antara

2500 sampai 4000 gram danNeonatus berat lahir lebih :

lebih dari 4000 gram.

b) Panjang badan

Panjang badan diukur dari ujung kepala sampai tumit.

Normalnya antara 45-50 cm (Bobak, 2005 ; h.387).


149

c) Lingkar Kepala

Lingkar kepala normal pada BBL yaitu 33-35 cm (13-14

inci), sekitar 2-3 cm (1 inci lebih panjang) dari lingkar dada

(Bobak, 2005 ; h.387).

d) Lingkar Dada

Pengukuran dilakukan pada garis buah dada. Ukuran lingkar

dada bayi yaitu dua sentimeter lebih kecil daripada lingkar

kepala, rata-rata sekitar 30 sampai 33 cm (Bobak, 2005 ;

h.387).

h. Status Present

a) Kepala

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana ubun-

ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput

succedaneum, cephal haematoma Hidrosefalus, rambut

meliputi : jumlah, warna, dan adanya lanugo pada bahu dan

punggung (Muslihatun, 2014; h.33).

b) Mata

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bentuk(strabismus)

dan kemetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital,

trauma, bengkak pada mata. (Muslihatun, 2014 ; h. 33).


150

c) Hidung

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk

dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan. (Muslihatun,

2014 ; h. 33).

d) Mulut

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana

bentuknya simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,

palatum, bercak putih pada gusi, refleks, menghisap, adakah

labio/palatoskisis, sianosis (Muslihatun,2014;h..33).

e) Telinga

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui jumlah, bentuk,

posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan

kepala serta adanya gangguan pendengaran (Muslihatun,

2014 ; h. 33).

f) Leher

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana

bentuknya simetris/tidak, adakah pembekakan dan benjolan,

kelainan tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas.

(Muslihatun, 2014 ; h.33). Pada trakea dikaji posisi dan

kelenjar tiroid, pada temuan rata-rata tiroid tidak teraba

(Bobak, 2005 ; h. 393).


151

g) Dada

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk

dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan

pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan pernafasan

(Muslihatun, 2014 ; h. 33).

h) Abdomen

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan

tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding

perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,

bentuk simetris / tidak, palpasi hati, ginjal (Muslihatun,

2014; hal 33).

i) Genetalia

Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada

dalam skrotum, orifisium uretrae di ujung penis, kelainan

(fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia

mayora dan labia minora, klitoris, orifisium vagina,

orifisium uretra, secret, dan lain-lain (Muslihatun, 2014; hal

34).

j) Punggung

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui adanya tanda-tanda

abnormalitas seperti spina bifida, lesung atau bercak kecil

berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas

medula spinalis atau kolumns vertebra. (Muslihatun, 2014 ;

h. 34-35).
152

k) Anus

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui berlubang/tidak,

posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium

plug sindrome, megacolon. (Muslihatun, 2014 ; h. 34).

l) Ekstremitas

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana

gerakan, posisi, reaksi bayi, bila ekstremitas disentuh dan

pembekakan (Muslihatun, 2014 ; h. 32).

m) Kulit

Pemerikaan dilakukan untuk mengetahui warna kulit dan

adanya verniks kaseosa, pembekakan atau bercak hitam,

tanda lahir/tanda Mongol (Muslihatun,2014;h.32).

n) Reflek

a. Rooting reflek

Gores sudut mulut bayi garis tengah bibir. Normalnya

bayi memutar ke arah pipi yang digores, refles ini

menghilang pada usia 3-4 bulan (Hidayat, 2008 ; h.71).

b. Sucking reflex

Saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagunya disentuh.

Sebagai respons, bayi akan menoleh ke samping untuk

mencari sumber objek, dan membuka mulutnya untuk

menghisap (Ledewig, 2006 ; h. 174). Bayi menghisap

dengan kuat dalam berespons terhadap stimulasi,

refleks ini menetap selama masa bayi dan mungkin

terjadi selama masa bayi (Hidayat, 2008 ; h.71).


153

c. Swallowing reflek

Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot

di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks

menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi

(Depkes RI, 2008 ; h. 134).

d. Grasp reflek

Letakkan jari ditangan bayi dari sisi ulnar. Normalnya

jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang diletkkan

di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, refleks ini

menghilang pada usia 3-4 bulan (Hidayat, 2008 ; h.70).

e. Moro reflek

Ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja/tempat

tidur. Normalnya lengan ekstensi, jari-jari

mengembang, kepala terlempar ke belakang, tungkai

sedikit ekstensi, lengan kembali ke tengah dengan

tangan menggenggam tulang belakang dan ekstremitas

bawah ekstensi. Lebih kuat selama 2 bulan menghilang

usia 3-4 bulan (Hidayat, 2008 ; h.70).

f. Babinski reflek

Gores telapak kaki sepanjang tepi luar, dimulai dari

tumit. Normalnya jari kaki mengembang dan ibu jari

kaki dorsofleksi, dijumpai sampai usia 2 tahun

(Hidayat, 2008 ; h.70).


154

d. Assesment

1) Diagnosa kebidanan

Bayi umur... Jam dengan keadaan... (catat jika terdapat masalah,

diagnosa potensial dan antisipasinya, serta kebutuhan tindakan

segera)

2) Diagnosa masalah

Diagnosa masalah yang mungkin terjadi adalah tanda bahaya

bayi baru lahir.

3) Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin muncul adalah hipotermi

e. Pelaksanaan

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir 6 jam menurut Saifuddin

(2009 ; h.123) yaitu pemberian ASI awal, melakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermi.

1) Pemberian ASI awal

Mendukung ASI Eksklusif, siang dan malam, meminta ibu

mengingatkan bila mengalami kesulitan memberi ASI dan

memeriksa pemberian ASI sebelum memulangkan(Depkes RI,

2008 ; h.141).

2) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

Menjaga bayi mudah dijangkau oleh ibu. Jangan pisahkan

mereka (rooming-in) (Depkes RI, 2008; h.140).Dari segi


155

psikologi hubungan antara ibu dan bayi lebih akrab setelah ada

sentuhan fisik antara ibu dan bayi setelah kelahiran

(Maryunani,2009;h.111).

3) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara

memastikan kamar hangat (tidak kurang dari 250C dan tidak

lembab), mengenakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain

yang bersih, kering dan lembut, memastikan bayi berpakaian

atau diselimuti dengan selimut (Saifuddin,2009 ; h.123).

Meminta ibu atau orang yang menungguinya untuk mengawasi

bayi dan mengingatkan jika kaki teraba dingin, kesulitan

bernapas : merintih, napas cepat atau lambat, retraksi dinding

dada bawah serta terjadi perdarahan (Depkes RI, 2008 ; h.140).

4) Menurut Depkes RI (2008 ; h.129) minimal enam jam setelah lahir

untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia

atau hipotermi).Pendapat lain mengatakan, bayi sebaiknya

dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir, karena memandikan

bayi beberapa jam setelah bayi lahir akan menyebabkan hipotermia

yang sangat membahayakan kesehatan bayi.


156

C. Naskah Evidence Based Practice

1. Kehamilan

a. Faktor Penyebab Depresi pada ibu hamil

Hasil penelitian Eddy Surya Kurniawan (2000) menunjukkan bahwa

insiden gangguan jiwa pada kehamilan lebih rendah dibanding post

partum dan di luar kehamilan. Hasil penelitian sampai saat ini

menunjukkan etiologi yang multifaktorial. Beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu faktor hormonal, neuro endokrin, biokemikal,

psikologi, sosial, budaya, genetik, dan kepribadian.

Pantangan makanan

Hasil penelitian Nejimu biza Zepro (2012) menyebutkan pantangan

makanan merupakan keyakinan tradisional yang berkaitan dengan

kehamilan dan sebagian besar perempuan masih percaya pada cerita

orang tua. Wanita hamil yang tinggal di pedesaan memiliki lebih

banyak pantangan makanan.

2. Persalinan

Hasil penelitian Mundarti, Tuti Sukini ( 2013) menyebutkan bahwa tidak

ada pengaruh pendampingan suami yang diberi perlakuan dan tidak

diberi perlakuan terhadap lama waktu persalinan normal kala II pada ibu

primipara.
157

3. Nifas

Hasil penelitian Kusyogo ( 2008) responden dengan usia muda

menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada keluarga dan

ketidaktahuan pada apa yang seharusnya dilakukan. Responden dengan

usia 25 tahun lebih menunjukkan kesiapan aspek fisiologis maupun

psikologis.

4. Bayi Baru Lahir

Penelitian Laili Nurul Ngaziz (2010) menyebutkan ada pengaruh yang

signifikan dari hipnosis terhadap apgar scor bayi baru lahir pada ibu

bersalin primigravida.

Anda mungkin juga menyukai