Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Masyarakat Multikultur. Dengan selesainya
makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunannya terutama kepada:
1. Nur Hidayah, M.Si selaku dosen mata kuliah Masyarakat Multikultur
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu di dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keragaman budaya dalam satu komunitas merupakan modal pemberdayaan, terutama dalam
proses pendidikan. Meski demikian sekolah belum dilihat sebagai institusi budaya dan sebagai
ajang interaksi antaranggota masyarakat. Padahal sekolah dapat berfungsi menjadi tempat
bertemunya berbagai kepentingan kelembagaan, seperti keluarga, manajemen birokrasi
pendidikan dan pasar kerja. Pergumulan berbagai lembaga ini akan memberi warna terhadap
pemecahan masalah fungsional dalam pendidikan yang dihadapi masyarakatnya.
Pada zaman pemerintah kolonial Belanda sekalipun Indonesia memiliki beragam suku dan
kepentingan namun pemerintah tidak melakukan tugas untuk mengubah gaya hidup yang ada.
Pendidikan di Indonesia sejak awal tidak digunakan sebagai sarana mendorong integrasi dalam
masyarakat, tetapi sarana yang berfungsi untuk setiap kelompok sosial menurut tingkat kemajuan
sosialnya. Disengaja ataupun tidak, sistem pendidikan mencerminkan atau mempertahankan
keanekaragaman masyarakat Indonesia.
Adanya stratifikasi dalam dunia pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman
dahulu. Hal itu bisa kita lihat ketika zaman colonial Belanda. Pada zaman itu pendidikan di
Indonesia sudah terdapat stratifikasi sosial, dimana warga pribumi tidakBOLEH sekolah di
tempat milik Belanda, kecuali orang-orang yang berasal dari keluarga yang setara dengan
kehidupan orang Belanda. Adanya stratifikasi dalam dunia pendidikan itulah yang menghambat
pendidikan multikultur di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana masyarakat multikultur di Indonesia?
b. Bagaimana pendidikan multikultur di Indonesia?
c. Bagaimana pendidikan multikultur di luar negeri (Malaysia)?
d. Apa contoh pendidikan multikultur yang sudah diterapkan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui keadaan masyarakat multikultur di Indonesia
b. Untuk mengetahui pendidikan multikultur di Indonesia
c. Untuk mengetahui pendidikan multikultur di luar negeri (Malaysia)
d. Untuk mengetahui contoh pendidikan multikultur yang sudah diterapkan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Andersen dan Cusher mengatakan bahwa pendidikan multikutural dapat diartikan sebagai
pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan
pendidikan multikutural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan
multicultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah Tuhan). Sejalan
dengan pemikiran di atas, Muhaemin el Mahady berpendapat, bahwa secara sederhana
pendidikan multicultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan
dalam meresponi perubahan demografis dan cultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan ( global ).
Banyak para ilmuan yang sudah menjelaskan mengenai pengertian pendidikan multikultur,
namun bagaimana dengan penerapannya Indonesia? Di awal kemerdekaan Indonesia sekolah
multikultur memang belum dikembangkan dalam bentuk kebijakan nasional pemerintah. Baru
pada pemerintahan Republik, muncul upaya memberi peluang kepada berbagai etnis untuk
memasuki pendidikan di sekolah negeri, yang mana murid di sekolah ini berasal dari berbagai
kalangan. Pada saat ini banyak juga sekolah swasta yang diselenggarakan oleh misi Katolik yang
melayani pendidikan bagi masyarakat terbuka. Pada awalnya sekolah swasta memiliki tujuan
sosial dan kemanusiaan, sehingga sekolah swasta di beberapa pemukiman menjadi pelopor
pergaulan multikultur. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, karena setelah terjadi
peningkatan pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan Soeharto, pendidikan mulai
mengalami segregasi sosial yang tajam. Anak-anak dari keluarga yang kaya kemudian memilih
sekolah yang dapat melayani kebutuhan mereka, banyak sekolah swasta yang secara alamiah
berubah sesuai dengan tuntutan pasar. Anak-anak keturunan Cina, keluarga Kristen, keluarga
kaya kemudian memilih sekolah mereka sendiri. Mereka meninggalkan sekolah negeri karena
menganggap sekolah tersebut diperuntukkan bagi keluarga pribumi dan kelas menengah (Salim,
2007).
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kedatangan enam mahasiswa asing dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Volunteers in Asia (VIA). Mereka mengikuti kegiatan Summer Course di
Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan (KUIK) UNY pada 10 Juni hingga 12 Juli 2013. "Keenam
mahasiswa tersebut tidak hanya akan belajar Bahasa Indonesia saja, tetapi juga kebudayaannya.
Untuk itu, pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) ini juga dikemas dengan
beberapa workshop tentang budaya yang diajarkan oleh dosen mata kuliah terkait seperti batik,
gamelan, pencak silat, dan memasak makanan tradisional," ujarnya yang dikutip dari
laman UNY (http://www.tempo.co/read/news/2012/11/13/079441499/UNY-Ajak-
Mahasiswa-Asing-Jadi-Duta-Budaya).
Universitas Negeri Yogyakarta menggelar Culture Camp 2012 pada 12-21 November 2012.
Acara ini mengundang puluhan mahasiswa asing yang kuliah di kampus-kampus di Kota
Yogyakarta, Semarang, dan Bandung untuk mengenal kekayaan seni dan budaya Indonesia melalui
forum seminar, workshop, tinggal di perkampungan, dan festival
(http://uny.ac.id/berita/sebanyak-40-mahasiswa-asing-international-day-di-uny.html).
Berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa pendidikan multikultur telah diterapkan di
Indonesia. Dan kini yang digencarkan bukan hanya pendidikan multikultur antar orang-orang
Indonesia saja, namun kini sudah banyak Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
multikultur lintas Negara atau bekerja sama dengan Negara lain. Program kerjasama tersebut bisa
dikatakan sebagai pendidikan multikultur karena di dalam program tersebut antarmahasiswa saling
belajar budaya dari Negara lain tanpa adanya pembeda-bedaan atau stratifikasi.
BAB III
KESIMPULAN
Andersen dan Cusher mengatakan bahwa pendidikan multikutural dapat diartikan sebagai
pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Penerapan penidikan multikultur di Indonesia
dimulai pada pemerintahan Republik, saat itu muncul upaya memberi peluang kepada berbagai
etnis untuk memasuki pendidikan di sekolah negeri, yang mana murid di sekolah ini berasal dari
berbagai kalangan. Pada saat ini banyak juga sekolah swasta yang diselenggarakan oleh misi
Katolik yang melayani pendidikan bagi masyarakat terbuka. Pada awalnya sekolah swasta
memiliki tujuan sosial dan kemanusiaan, sehingga sekolah swasta di beberapa pemukiman
menjadi pelopor pergaulan multikultur. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, karena
setelah terjadi peningkatan pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan Soeharto,
pendidikan mulai mengalami segregasi sosial yang tajam. Anak-anak dari keluarga yang kaya
kemudian memilih sekolah yang dapat melayani kebutuhan mereka, banyak sekolah swasta yang
secara alamiah berubah sesuai dengan tuntutan pasar. Anak-anak keturunan Cina, keluarga
Kristen, keluarga kaya kemudian memilih sekolah mereka sendiri. Sedangkan di Malaysia
penyelenggaraan pendidikan multikultur sudah ada sejak 1974-1978 pada pemerintahan DR.
Mahatir Mohamad dan dengan adanya hal itu Malaysia mampu mengatasi masalah-masalah yang
cukup mendasar dibidang ekonomi, politik, ideology, dan agama.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan
multikultur antaralain, Keragaman Identitas Budaya Daerah, kurang kokohnya nasionalisme,
fanatisme sempit, dan lain-lain.
a. Horace kallen yaitu Jika budaya suatu bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lain-
lain; budaya itu dapat disebut pluralisme budaya (cultural pluralism). Teori pluralisme budaya ini
dikembangkan oleh Horace Kallen. Ia menggambarkan pluralisme budaya itu dengan definisi
operasional sebagai menghargai berbagai tingkat perbedaaan, tetapi masih dalam batas-batas
menjaga persatuan nasional. Kallen mencoba mengekspresikan bahwa masing-masing kelompok
etnis dan budaya di Amerika Serikat itu penting dan masing-masing berkontribusi unik
menambah variasi dan kekayaan budaya, misalnya bangsa Amerika. Teori Kallen mengakui
bahwa budaya yang dominan harus juga diakui masyarakat. Dalam konteks ini Kallen tetap
mengakui bahwa budaya WASP di AS itu sebagai budaya yang dominan, sementara budaya-
budaya yang lain itu dipandang menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika.(1)
WASP adalah istilah sosiologis Amerika Utara yang berasal dari singkatan White Anglo-Saxon
Protestant. WASP adalah sebuah julukan yang mengacu pada kaum berkulit putih di Amerika
,yang umumnya merupakan keturunan British, dan menganut agama Kristen protestan. Istilah ini
menyiratkan sekelompok masyarakat elit tertutup yang memiliki kekayaan dan gelar hak
istimewa di Amerika Utara dan Northwestern. Pada awalnya, istilah ini dibawa oleh orang-orang
British yang merasa lebih superior dari bangsa manapun. Kemudian, istilah ini ikut berkembang
di Amerika namun, istilah ini tidak diperuntukan bagi kelompok minoritas pendatang seperti
Yahudi, kaum kulit hitam, penduduk Indian asli Amerika, penduduk beragama katolik dan
masyarakat Asia. Istilah ini juga digunakan di Australia dan Kanada untuk elit yang sama. Dalam
hampir seluruh sejarah Amerika, kaum WASP ini banyak memerintah bangsa Amerika dan
bahkan keturunan WASP ini menjadi founding father kemerdekaan Amerika. (2)
b. James Banks berbeda dengan Horace Kallen dikenal sebagai perintis teori multikultur, James
A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya
difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah
pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa
harus diajar memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan
(knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda. Siswa yang baik adalah siswa
yang selalu mempelajari semua pengetahuan dan turut serta secara aktif dalam membicarakan
konstruksi pengetahuan. Dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang dia terima
itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh kepentingan masing-
masing. Bahkan interpretasi itu nampak bertentangan sesuai dengan sudut pandangnya. Siswa
seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah masa lalu dan dalam pembentukan
sejarah (interpretations of the history of the past and history in the making) sesuai dengan sudut
pandang mereka sendiri. (3)
d. Bill Martin yaitu Dalam tulisannya yang berjudul Multiculturalism: Consumerist or
Transformational?, Bill Martin menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme
memunculkan pertanyaan tentang "perbedaan" yang nampak sudah dilakukan berbagai teori filsafat
atau teori sosial. Sebagai agenda sosial dan politik, jika multikulturalisme lebih dari sekedar tempat
bernaung berbagai kelompok yang berbeda, maka harus benar-benar menjadi 'pertemuan' dari
berbagai kelompok itu yang tujuannya untuk membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia
lewat pembuatan perbedaan yang radikal (Martin, 1998: 128) seperti halnya Banks, Martin
menentang tekanan dari Afrosentris dan tradisionalis Barat. Martin menyebut Afrosentris dan
tradisional Barat itu sebagai "consumerist multiculturalism". Selanjutnya, Martin mengusulkan
sesuatu yang baru. Multikulturalisme bukan "konsumeris" tetapi "transformational", yang
memerlukan kerangka kerja. Martin mengatakan bahwa di samping isu tentang kelas sosial, ras, etnis
dan pandangan lain yang berbeda, diperlukan komunikasi tentang berbagai segi pandangan yang
berbeda. Masyarakat harus memiliki visi kolektif tipe baru dari perubahan sosial menuju
multikulturalisme yaitu visi yang muncul lewat transformasi. Martin memandang perlu adanya
perubahan yang mendasar di antara kelompok-kelompok budaya itu sampai diketemukan adanya visi
baru yang dimiliki dan dikembangkan bersama. Untuk mencapai tujuan itu sangatlah dibutuhkan
adanya komunikasi antar berbagai segi pandang yang berbeda. Mengapa ini penting? Karena selama
ini masing-masing kelompok bersikap tertutup terhadap kelompok yang lain dan tidak ada
komunikasi tanpa prasangka di antara kelompok-kelompok yang ada. Cartographers of the New
World Order," Matustik menulis, "perang budaya, politik dan ekonomi menyerang pada segi yang
mana, bagaimana dan lewat siapa sejarah multikultural dijelaskan." (1)
dMartin J. Beck Matustik yaitu Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan tentang
masyarakat multikultural di masyarakat Barat berkaitan dengan norma/tatanan. Matustk mengatakan
"Semua segi dalam pembicaraan budaya saat ini mengarah pada pemikiran kembali norma Barat (the
western canon) yang mengakui bahwa dunia multikultural adalah benar-benar nyata adanya "
(Matustk, 1998). Dalam artikelnya, "Ludic, Corporate and Imperial Multiculturalism: Impostors of
Democracy and Cartographers of the New World Order," Matustik menulis, "perang budaya, politik
dan ekonomi menyerang pada segi yang mana, bagaimana dan lewat siapa sejarah multikultural
dijelaskan." Matustk mengatakan bahwa teori multikulturalisme meliputi berbagai hal yang
semuanya mengarah kembali ke liberalisasi pendidikan dan politik Plato, filsuf Yunani. Sebuah karya
Plato yang berjudul Republik, bukan hanya memberi norma politik dan akademis klasik bagi
pemimpin dari negara ideal yang dia cita-citakan, namun juga menjadi petunjuk dalam pembahasan
bersama tentang pendidikani bagi yang tertindas matustik mengatakan bahwa teori multikulturalisme
meliputi berbagai hal yang semuanya mengarah kembali ke liberalisasi pendidikan dan politik Plato,
filsuf Yunani. Sebuah karya Plato yang berjudul Republik, bukan hanya memberi norma politik dan
akademis klasik bagi pemimpin dari negara ideal yang dia cita-citakan, namun juga menjadi petunjuk
dalam pembahasan bersama tentangpendidikani bagi yang tertindas (Matustk, 1998). Ia yakin bahwa
kita harus menciptakan pencerahan multikultural baru (a new multicultural enlightenment) yaitu
"multikulturalisme lokal yang saling berkaitan, secara global sebagai lawan dari monokultur
nasional" (Matustk, 1998). (1)
e. Judith M. Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya unik di A.S. Negara lain
pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Kelompok-kelompok
ini biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya dominan. Secara unik, Amerika memberi
tempat perlindungan dan memungkinkan mereka mempengaruhi kebudayaan yang ada. Dengan
team, kelompok memperoleh kekuatan dan kekuasaan, membawa perubahan seperti peningkatan
upah dan keamanan kerja. Wanita dan minoritas (Hispanis, Afrika dan Amerika Asli) harus
memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, partisipasi politis yang lebih efektif, representasi
media yang lebih disukai, dan sebagainya. Namun akhir abad 20 telah membawa orang Amerika
pada suatu tempat "memerangi kebuntuan yang memerlukan pemikiran kembali yang baru dan lebih
dalamtentang tujuan dan materi pendidikan dalam suatu masyarakat yang masih terus diharapkan dan
dicita-citakan yang dibimbing oleh ide demokrasi" (Green, 1998). Bangsa ini selalu memandang
pendidikan sebagai cara perubahan yang efektif, baik secara personal maupun sosial. Sehingga lewat
pendidikan Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi. Beberapa kelompok tidak bisa
melihat bahwa kita sekarang adalah apa yang selalu ada. Yaitu, Amerika yang sejak kelahirannya,
selalu memiliki masyarakat multikultural di mana berbagai budaya telah bersatu lewat perjuangan,
interaksi, dan kerjasama (Green, 1998).Pendekatan Multikultural (4)
2. Mengingat bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan
sehingga paham akan multikultural memang pantas diterapkan di Indonesia. Hal itu di awali
dengan pendekatan multicultural terlebih dahulu. Pendekatan Multikultural sendiri berangkat
dari suatu keadaan yang baru, yaitu keberadaan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda yang
hidup berdampingan (5) sebagaimana yang saya tangkap mengenai defenisi multicultural yaitu
berangkat dari kata multi yang berarti beragam atau banyak dan Cultural adalah budaya.
Sehingga pendekatan multicultural adalah suatu pengenalan akan hidup berdampingan dengan
kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Sehingga melalu pendekatan multicultural ini maka
dapat terjadi culture openingsaya maksud sebagai budaya terbuka atau adanya sifat menerima
budaya lain melalui penghormatan. Walaupun pada pendekatan multicultural ini sudah pada
tahap pengenalan budaya melalui bahasa namun di anggap belum mampu dalam menyelesaikan
permasalahan seprti komunikasi antara budaya yang disinyalir berawal dari pola interaksi yang
berbeda dan berinovasi dan Perbedaan mendasar dari invidu itu sendiri sedangkan kharakter dari
setiap individu yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan multicultural yang
dianggap dapat terealisasi dan mewujudkan Negara Indonesia adalah Negara multicultural yaitu
melalui pendidikan multicultural. Ada beberapa pendekatan pendidikan multicultural yaitu:
a. Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan (education) dengan pesekolahan
( schooling).
b. Menghindari pandangan yang menyamakan budaya dalam kelompok etnik.
c. Pendidikan multicultural tidak dapat disamakan secara logis artinya pengembangan
kompetensi dalam suatu kebudayaa baru biasanya membutuhkan interaksi inisiativ dengan
orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, maka dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya untuk
mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik merupakan antithesis terhadap tujuan
pendidikan multicultural.
d. Meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
e. Meningkatkan kesadaran akan tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan baik formal
maupun non formal. ( mahfud;2006;184)
Pada tahun 1981 terjadi perubahan yang signifikan dengan terbitnya British Nationality Actyang
menghendaki agar Pendidikan Multikultural bukan hanya terlihat di bidang pendidikan namun juga
forum-forum pendidikan masyarakat seperti jaringan televise BBC.Pada tahun 1988
diundangkan Education Reform Act (ERA) yang mengandung dua arti, yaitu paham neoliberalisme
yang percaya pada kekuatan pasar, dan neokonservatisme yang memberi kekuatan besar pada kontrol
pusat. Paham neoliberalisme memberi kekuasaan yang lebih besar pada masing-masing sekolah
untuk mengurus dirinya sendiri demikian juga kepada pemerintah lokal. Pandangan
neokonservatisme mempertahankan kurikulum yang terpusat dan mempertahankan pendidikan
agama yang bersifat Kristiani. Namun pelaksanaan kebijakan ini memungkinkan terjadinya
diskriminasi. Penyerahan pendidikan pada kekuatan pasar berarti memperkecil kesempatan bagi
kelompok kulit berwarna untuk mendapat pendidikan yang layak. Kelompok kulit berwarna tidak
kompetitif dengan budaya dominan yang menguasai sumber pendidikan. Demikian juga dalam
penulisan sejarah Inggris raya yang kurang menguntungkan kelompok minoritas.(6)
c. Penndidikan multicultural di kanada
Di Kanada ada konsep dan kebijakan multikultural yang harus memajukan bangsa dengan
membandingkannya dengan negara lain. Negara ini berusaha keras untuk tidak terlalu
menggantungkan ekonominya pada AS dan mencoba mempersatukan multikulturalnya demi
kemajuan bangsa. Pendidikan Multikultural di Kanada berbeda dengan negara tetangganya AS
karena perbedaan sejarah dan komposisi penduduknya. Etnis terbesar dari Perancis dan Inggris
selanjutnya dari etnis lain seperti Jerman, Cina, Italia, penduduk asli Indian, Asia Selatan,
Pada tahun 1972 didirikanlah Direktorat Multikultural di dalam lingkungan Departemen Luar Negeri
untuk memajukan cita-cita multikultural, integrasi social, dan hubungan positif antarras. Upaya
tersebut melahirkan Canadian Multiculturalism act (1988) yang isinya antara lain :
- alokasi dana untuk memajukan hubungan harmonis antarras
- memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda
- memelihara budaya dan bahasa asli
- kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
- pengembangan kebijakan multikultural di semua kantor pemerintah federal.
1. Pendidikan emergent society. Model ini merupakan suatu upaya rekonstruksi dari keanekaan
budaya yang diarahkan kepada terbentuknya budaya nasional.
2. Pendidikan kelompok budaya yang berbeda. Model ini merupakan suatu pendidikan khusus pada
anak dari kelompok budaya yang berbeda. Tujuannya adalah memberikan kesempatan yang sama
dengan mengurangi perbedaan antara sekolah dan keluarga, atau antara kebudayaan yang dikenalnya
di rumah dengan kebudayaan di sekolah. Model ini bertujuan membantu anak untuk menguasai
bahasa resmi serta norma dominan dalam masyarakat.
3. Pendidikan untuk memperdalam saling pengertian budaya. Model ini bertujuan untuk memupuk
sikap menerima dan apresiasi terhadap kebudayaan kelompok yang berbeda. Model ini merupakan
pendekatan liberal pluralis yang melihat perbedaan budaya sebagai hal yang berharga dalam
masyarakat. Di dalam kaitan ini Pendidikan Multikultural diarahkan kepada memperkuat keadilan
sosial dengan menentang berbagai jenis diskriminasi dan etnosentrisme.
4. Pendidikan akomodasi kebudayaan. Tujuan model ini adalah mempertegas adanya kesamaan dari
kelompok yang bermacam-macam. Mengakui adanya partikularisme dengan tetap mempertahankan
kurikulum dominan.
5. Pendidikan accomodation and reservation yang berusaha untuk memelihara nilai-nilai
kebudayaan dan identitas kelompok yang terancam kepunahan.
6. Pendidikan Multikultural yang bertujuan untuk adaptasi serta pendidikan untuk memelihara
kompetensi bikultural. Model ini mengatasi pendekatan kelompok spesifik, identifikasi dan
mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara cross-cultural dengan mendapatkan
pengetahuan tentang bahasa atau kebudayaan yang lain. (Tilaar, 2004).
Pengalaman di Kanada menunjukkan bahwa isi budaya (cultural content) di dalam kurikulum
sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah bagaimana mencapai kemajuan
akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada tergantung di mana pendidikan multietnis itu berada
di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan sosial masyarakatnya.
d. Paham multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan perkembangan politik, terutama Partai
Buruh. Pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat dibedakan tiga fase perkembangan yaitu dari
politik pasif ke arah asimilasi aktif (1945-1972), pendidikan untuk kaum migran bersifat pasif.
Artinya anak kaum imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada. Karena ada
kesulitan dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak imigran diberikanlah bantuan laboratorium
bahasa. Hingga tahun 1970-an kurikulum masih terpusat hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan
dengan kebutuhan multietnis Australia. Kedua, dari pendidikan imigran ke Pendidikan Multikultural
(1972-1986) semua propinsi di Australia telah mengadopsi kebijakan Pendidikan Multikultural.
Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : Di dalam masyarakat multi budaya, masing-masing
orang memiliki hak atas integritas budaya; memiliki citra diri yang positif (a positif self image), dan
untuk pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Masing-masing orang tidak hanya harus
menyatakan perasaan yang psitif terhadap warisan budayanya sendiri tetapi juga harus mengalami
seperti perasaan terhadap warisan budaya orang lain. Tujuan Pendidikan Multikultural adalah :
a. Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya di
dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropah.
b. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun Australia.
c. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan multikulturalisme.
d. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
e. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai identitas nasional
Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam masyarakat multi budaya Australia.
Program Pendidikan Multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua,
pendidikan community language yaitu bahasa yang digunakan di dalam suatu masyarakat tertentu.
Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan Multikultural (1986-1993). Yaitu adanya bantuan dana
dan masuknya Asian Studies Program yang berisi bahasa Asia dan kebudayaannya. Bahkan informasi
terakhir pelajaran Bahasa Indonesia sudah dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar. Dewasa ini
hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan Pendidikan Multikultural.
Pendidikan Multikultural Australia mempunyai wajah yang spesifik. Kebijakan imigrasi dan masalah
etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat. Ada pakar yang berpendapat bahwa
Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan multi kultur dalam arti Australia lebih
bercorak Anglo Saxon yang menerima kebhinekaan selama tidak mengganggu atau mengubah gaya
hidup masyarakat Anglo Saxon tersebut.
d. pendidikan multikultural di cina
ragam kebudayaan seprti bahasa juga di jumpai di negara cina diantaranya suku tanah datar dan suku
tanah tinggi, bahkan telah banyak masyarakat asing yang masuk kenegara itu dengan maksud
mencari rejeki. Namun karena prinsip masyarakat yang terus mawas diri membuat masyarakat
pendatang tak mampu menguasainya. Bahkan masyaraka cina selalu membangun tanah kelahiran
mereka sehingga bisa berkembang. lihat saja cerminan pendidikan mereka mereka terus memperbaiki
sumberdaya manusianya dengan meningkatkan pendidikan dan kembali mengolah negaranya.
Sehingga negara berkembang seperti cina juga bisa menikmati kemakmuran. Multikultural yang
mereka miliki mereka gunakan untuk mereka kembangkan tanpa bisa di masuki oleh penduduk
asing. Kesadaran akan pelestarian budaya dan bahasa membuat cina semakin berjaya di bandingkan
dengan negara lain. Sepertinya masyarakt cina telah menyadari pendidikan multikultural dari awal
tanpa melalui pendidikan dan pengajaran.
1. Konsep budaya cina berkaitan erat dengan pandangan hidup cina yang mengutamakan nilai
kemakmuran dan kelimpahan harta, kedamaian dan ketenteraman, kesehatan dan umur yang
panjang. Budya tidak lepas dari kepercayaan orang cina tentang Feng Shui sebagai seni hidup
dalam keharmonisan dengan alam sehingga seorang manusia paling banyak mendapatkan paling
banyak keuntungan, ketenangan dan kemakmuran dari keseimbangan yang sempurna dengan
alam. Diyakini Feng Shui menjanjikan kehidupan yang berlimpah bagi mereka yang mengikuti
prinsip dan aturannya ketika membangun rumah, merancang kota, tempat kerja dan mengubur
keluarga yang meninggal. Feng shui ini telah dipraktekkan sejak dinasti Tang. Ahli seni ini yang
paling kuno adalah Yang Yun Sang yang diakui sebagai penemu feng shui menggambarkan
tentang aspek filsafat cina, fengshui beranjak dari konsep budaya nasional, china menjadi konsep
budaya universal/global. Konsep ini menerangkan kebijakan kuno yang menyarankan adanya
keseimbangan dan keselarasan dengan alam, seperti gunung dan sungai dengan angin dan
airnya. Menurut Menurut Y.B. Datuk Seri Dr. Ling Liong Sik, Presiden Asosiasi Cina Malaysia
(Lilian Too, 2002: xiii) Feng shui merupakan komponen yang menguntungkan dari kebudayaan
Cina. Prinsip-prinsip Feng shui yang berorientasi pada lingkungan ini menjadi dasar pemikiran
Cina yang sampai sekarang masih kuat dipegang dan bahkan sekarang makin berkembang ke
luar budaya cina. Feng shui ini telah dipraktekkan sejak dinasti Tang. Ahli seni yang paling kuno
adalah Yang Yun Sang, penasehat istana Kaisar Hi Tsang, yang diakui sebagai Penemu Feng Shui
dan mulai dicatat pada 888 sebelum masehi (Lilian Too, 2002: 2).
Secara filosofis, feng shui adalah angin yang tidak dapat kamu mengerti dan air yang tidak dapat
kamu genggam. Orang akan melakukan berbagai upaya penyesuaian untuk mendapatkan
keharmonisan yang diinginkan agar pengaruh negatif dan nasib buruk tidak menimpa
seseorang.dalam pendidikan multikultural dimana unzur angin dan air secara bersama-sama
merupakan kekuatan unsur alam yang mengalir dan mempengaruhi permukaan bumi, Unsur
angin dan air secara bersama-sama merupakan kekuatan unsur alam yang mengalir dan
mempengaruhi permukaan bumi. Feng shui mengakui bahwa permukaan tanah diliputi oleh
angin dan air. Feng shui menekankan bahwa manusia perlu hidup dalam keselarasan dengan
angin dan air di tanah, jika kita menginginkan unsur ini menciptakan aliran energi positif yang
Unsur angin dan air secara bersama-sama merupakan kekuatan unsur alam yang mengalir dan
mempengaruhi permukaan bumi. Feng shui mengakui bahwa permukaan tanah diliputi oleh
angin dan air. Feng shui menekankan bahwa manusia perlu hidup dalam keselarasan dengan
angin dan air di tanah, jika kita menginginkan unsur ini menciptakan aliran energi positif yang
menyebabkan kita mendapat keuntungan.
Di sini kita menembus budaya Cina yang khas dari penggunaan simbol, kepercayaan, dan
astrologi Cina yang meliputi seluruh spektrum ketertarikan orang Cina terhadap hubungan antara
manusia dan alam semesta yang menekankan kebutuhan mendesak akan keseimbangan dan
keselarasan. Konsep yang hampir sama dengan konsep budaya bangsa Indonesia.
2. Konsep budaya jawa Religi Jawa : anismisme, dinamisme, sinkretisme dan agama Jawa
Masyarakat Jawa telah mengenal Tuhan dengan segala konsep dan bentuknya yang khas.
Pengenalan Tuhan yang tertua dilakukan dengan pemujaan pada roh dan kekuatan benda-benda.
Pemujaan pada roh disebut animisme dan pemujaan pada kekuatan benda-benda disebut
dinamisme. Religi semacam ini masih berlangsung dan mewarnai kehidupan sampai sekarang,
yaitu dengan adanya ritual dan sesaji. Ritual dan sesaji adalah bentuk penyelarasan dengan
lingkungan metafisik, agar kekuatan adikodrati itu selaras. Wujud nyata dalam pemujaan
keduanya adalah melalui permohonan berkah. Roh dan benda-benda (keris, batu akik, jenis
tanaman tertentu) di sekitar manusia dianggap memiliki kekuatan sakti dan dapat mendatangkan
kebahagiaan atau penderitaan bagi manusia. Misalnya keris peninggalan orang tua yang
diperuntukkan untuk petani tidak cocok untuk orang yang menduduki jabatan tertentu karena
dipercaya dapat menurunkan kedudukan orang tersebut. Begitu juga sebaliknya keris untuk
pejabat tidakBOLEH dipegang oleh petani karena akan mendatangkan penyakit. Kepercayaan
adanya orang sakti dan prewangan dipandang sebagai bantuan roh leluhur atau nenek moyang.
Representasi pemujaan roh dapat dilihat dari tradisi budaya selamatan orang meninggal. Ada
penyatuan ajaran antara animisme, dinamisme yang berbaur dengan agama Hindu, Budha
bahkan dengan Kristen dan Islam sehingga terjadilah sinkretisme. Wujud sinkretisme yang
paling menonjol adalah perilaku mistik kejawen. Tampaknya mistik kejawen menjadi sentral
sinkretisme masa lalu sampai sekarang (Endraswara, 2003: 63). Di Jawa konsep mistik lebih
dikenal dengan paham panteisme atau manunggaling kawula dengan gusti. (anda bisa mengkaji
lebih lanjut dalam karya Zoetmulder, P.J. 1991. Manunggaling Kawula Gusti: Pantheisme dan
Monisme dalam Sastra Suluk Jawa. Jakarta : PT Gramedia). Karena itu Islam di Jawa ada
penggolongan Islam putihan (berasal dari mutian yang artinya patuh) dan Islam abangan
(berasal dari abaan artinya membangkang). Islam putih bisa diartikan Islam yang sesuai dengan
ajaran asli Arab yang biasanya diajarkan di pondok pesantren dan Islam abangan (kejawen) yang
lebih banyak diwarnai sinkretisme.
Falsafah hidup Selain hal-hal yang disebut di atas, falsafah hidup orang Jawa dapat menjadi ciri
penanda khas tradisi budaya Jawa. Falsafah ini menjadi pedoman hidup yang diikuti oleh oang
Jawa generasi dulu namun sekarang telah banyak ditinggalkan karena kurangnya pemahaman
dan kekurang mampuan dalam menafsirkan makna hakikinya. Di samping itu munculnya nilai-
nilai dari luar yang bersifat konsumeris dan materialis membuat nilai-nilai budaya yang
adiluhung (mulia) ini mulai ditinggalkan generasi muda kita. Oleh karena itu dalam Pendidikan
Multiklutural perlulah memahami dan memaknai kembali berbagai falsafah hidup budaya Jawa
ini. Misalnya ajining diri soko lathi, ajining awak soko tumindak, ajining sariro soko busono
(kehormatan diri berasal dari tutur kata yang baik (lathi), dari perbuatan baik yang kita lakukan
(tumindak) dan dari pakaian yang kita sandang (busono), ngundhuh wohing pakarti (menuai
buah dari yang ditanam = hukum sebab akibat), senajan mung sedumuk ning bathuk senajan
mung senyari ning bumi, dibelani tohing pati (walaupun hanya satu sentuhan jari tapi dahi,
walaupun sejengkal namun tanah, akan diperjuangkan denganPERTARUHAN nyawa = harga
diri), alon-alon waton kelakon (biar lambat asal selamat/bisa terjadi = yang merupakan pedoman
yang lebih mengutamakan keselamatan), menang tanpa ngasorake (mengalahkan musuh tanpa
merendahkan harga diri musuh), digdaya tanpa aji (sakti tanpa memiliki aji-aji kesaktian =
seseorang yang dapat menjaga kewibawaan). Contoh-contoh di atas merupakan kearifan budaya
yang ada pada budaya Jawa.
8.Produk budaya (keris, rumah/wisma, wayang, pakaian, peralatan)
Berbagai produk budaya seperti keris, wayang, rumah, pakaian dan peralatan lainnya dapat
menjadi ciri penanda yang ada pada budaya Jawa.Dalam budaya Jawa tradisional, keris bukan
sekedar senjata yang unik bentuknya, tetapi lebih merupakan kelengkapan budaya spiritual. Ada
anggapan di kalangan Jawa tradisional, seseorang baru bisa dianggap utuh dan lengkap sebagai
lelaki sejati jika ia sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga, turangga, wisma, wanita, kukila.
Curiga, berarti keris, turangga artinya kuda atau kendaraan (motor atau mobil), wisma adalah
rumah untuk tempat tinggal, wanita berarti isteri, dan kukila arti harafiahnya adalah burung arti
simbolik dari keindahan. Keris, makna simboliknya adalah kehormatan, kedewasaan, dan
keperkasaan. Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga
atau membela bangsa dan negara.Pada zaman dulu, penghargaan paling tinggi bukan harta benda
berupa emas permata, melainkan keris. Pada perkembangannya, keris menjadi simbol
kepangkatan. Keris Raja berbeda dengan bawahannya. Berbeda dari bahan keris, detil-detil
perhiasan dan perabot kelengkapannya. Tingkat kepangkatan dari pemilik keris, juga bisa dilihat
dari warangka (sarung) yang membungkus bilah keris. Warangka keris Raja, berbeda dengan
warangka bawahannya. ( http://www.geocities.com/javakeris/kerisologi.htm).
keunikan keris adalah kekuatannya pada unsur-unsur yang ada pada keris. Dari ukiran atau
pegangan keris pun, pada masa lalu orang bisa menilik derajat dan kepangkatan. Varian ukiran
keris Jawa pun, seperti halnya warangka, ada berbagai macam varian. Di lingkungan keraton
Surakarta, ukiran tunggak semi gaya Paku Buwono hanyaBOLEH dipakai oleh Raja. Pendhok
(selongsong logam pada bungkus bilah) dengan warna kemalo (sejenis cat tradisional berwarna
merah, hijau, coklat dan hitam), dulu dimaksudkan untuk membedakan derajat dan kepangkatan
penyandangnya. Warna merah untuk Raja dan kerabatnya, atau bangsawan. Hijau, untuk para
mantri (menteri, perwira pembantu Raja). Coklat, untuk para bekel atau administratur menengah
kebawah. Sedangkan pendhok hitam, untuk para abdi dalem, atau rakyat jelata selain tanda
penghargaan pada masa lalu juga dimaksudkan untuk menjadi peringatan waktu dan tahun Jawa.
Dalam khasanah budaya Jawa tradisional, disebut sebagai candra sengkala atau sengkalan.
Gambar atau wujud benda, binatang, tumbuhan yang dikinatahkan juga bisa diartikan sebagai
kronogram untuk menunjuk angka tahun. Keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri
(Brahmana atau untuk Raja). Keris juga bisa berfungsi sebagai pertanda atribut utusan Raja.
Apabila seseorang mendapat tugas dari Raja, Raja meminjamkan sebuah keris pusaka milik sang
Raja yang bobot spiritualnya sesuai dengan bobot tugas yang di sandangnya. Dalam kehidupan
sehari-hari,
Dalam kehidupan sehari-hari, keris berfungsi seremonial, menjadi lambang persaudaraan,
persahabatan, perkawinan. Salah satu simbol persaudaraan atau persahabatan, dulu biasa ditandai
dengan tukar-menukar keris. Bahkan akhir-akhir ini Presiden RI menggunakan kersi sebagai
cendera mata untuk diberikan kepada Presiden/kepala negara tetangga sebagai simbol
persahabatan negara Indonesia dengan negara lain. Keris sudah menjadi identitas nasional.
Selain makna-makna duniawi di atas, keris dalam kehidupan Jawa tradisional juga memiliki
makna spiritual yaitu sebagai manifestasi pandangan hidup, wasiat atau pusaka. Dalam lingkup
spiritual, keris merupakan azimat, medium komunikasi serta tempat bersemayamnya roh atau
yoni (ingat animisme dan dinamismisme). Sampai saat ini orang modern masih banyak yang
memperaktekkan.
3. Konsep Budaya Bali
a. Dharma :
Dharma artinya kebenaran (kebajikan) atau kewajiban dan hukum. Yaitu suatu jalan yang halus
dan sejuk yang dapat melindungi dan menjaga orang yang mengikuti dan menjauhkan bencana
sehingga menjadi orang yang gembira, tenteram dan bahagia. Mereka melaksanakan dharma itu
dalam perilaku kesehariannya. Dalam keseharian mereka tidak akan pernah lupa melakukan
upacara ritual yang menjadi kewajibannya. Sehingga khusus untuk pulau Bali saja dibutuhkan
berton-ton bunga setiap hari untuk kebutuhan pemujaan.
b. Tri hita karana : konsep keselarasan hubungan yang mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan
hubungan tersebut meliputi:
-keselarasan dengan tuhan
- keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia
- keselarasan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
c. Rwa Bhineda : Konsep dualistis yang mengekspresikan dua kategori yang berlawanan dalam
hidup positif dan negatif, baik dan buruk) segala sesuatu pasti ada kelebihan dan
kekurangannya . ada bahagia ada derita. Tidak ada hidup yang tidak di akhiri kematian.
d. Karmaphala. Satu dari lima sistem kepercayaan agama Hindu yaitu
-percaya adanya tuhan
- percaya adanya atman atau roh
-percaya adanya punarbawah (reinkarnasi)
-percaya adanya roh leluhur
-percaya adanya karmaphala (karma=perbuatan, phala=buah)
Karmaphala adalah sesuatu sebab akan menghasilkan akibat sehingga sering disebut hukum
karma. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam berbuat. Setalah kita kaji lebih dalam, ternyata
prinsip ini sama dengan prinsip dari budaya Jawa Ngundhuh wohing pakarti (Budiasa, 1997).
4. Problem pendidikan multikultural di indonesia
a. Problem kemasyarakatan
Dalam dunia dewasa ini problem dalam lingkungan masyarakat kerap kali terjadi, tak jarang
dalam sehari problem konflik di gambarkan oleh media tidak ada. Terjadinya konflik disebabkan
dinegara yang beranekaragam suku ini karena kelompok. Konflik diantaranya tawuran antara
pelajar dan mahasiswa seperti yang terjadi di makassar tanggal 15-16 juni kemarin, pada saat
pengumuman kenaikan BBM. Tawuran tersebut tak hanya melibatkan dan merugikan mahasiswa
dan pemerintah namun juga melibatkan warga makassar sendiri. Yang ikut membantu mahasiswa
dalam tawuran dan terkadang melawan mahasiswa karena merasa di rugikan. Melihat kondisi
tersebut serasa ideologi negara sudah tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya sendiri. Dalam
meminimalisir kejadian seperti itu diperlukan pendidikan multikultural bagi kaula mudah.
Dengan hal itu perbaikan akan masa depan bangsa dapat terealisasi, bukan hanya teori saja.
Pendidikan multikultura ini sudah di berlakukan di sekolah-sekolah. Pendidkan
multikulturalisme merupakan solusi problem bangsa saat ini.
b. Problem penyakit budaya
Sejak jatuhnya Presiden Soeharto dari kekuasaannyayang kemudian diikuti dengan masa yang
disebut sebagai era reformasi, kebudayaan Indonesia cenderung mengalami disintegrasi. Krisis
moneter, ekonomi dan politik yang bermula sejak akhir 1997, pada gilirannya juga telah
mengakibatkan terjadinya krisis sosio-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Jalinan
tenun masyarakat (fabric of society) kelihatan tercabik-cabik akibat berbagai krisis yang melanda
masyarakat.
Krisis sosial budaya yang meluas itu dapat disaksikan dalam berbagai bentuk disorientasi dan
dislokasi banyak kalangan masyarakat kita, misalnya; disintegrasi sosial-politik yang bersumber
dari euforia kebebasan yang nyaris kebablasan; lenyapnya kesabaran sosial (social temper)
dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah mengamuk dan
melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarki; merosotnya penghargaan dan kepatuhan
terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial; semakin meluasnya penyebaran narkotika
dan penyakit-penyakit sosial lainnya; berlanjutnya konflik dan kekerasan yang bersumberatau
sedikitnya bernuansa politis, etnis dan agama seperti terjadi di berbagai wilayah Aceh,
Kalimantan Barat dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-lain.
Disorientasi, dislokasi atau krisis sosial-budaya di kalangan masyarakat kita semakin merebak
dengan kian meningkatnya penetrasi dan ekspansi budaya Baratkhususnya Amerikasebagai
akibat proses globalisasi yang terus tidak terbendung. Berbagai ekspresi sosial budaya yang
sebenarnya alien (asing), yang tidak memiliki basis dan preseden kulturalnya dalam
masyarakat kita, semakin menyebar pula dalam masyarakat kita sehingga memunculkan
kecenderungan-kecenderungan gaya hidup baru yang tidak selalu sesuai, positif dan kondusif
bagi kehidupan sosial budaya masyarakat dan bangsa (cf. al-Roubaie 2002). Hal ini misalnya
bisa dilihat dari semakin merebaknya budaya McDonald, makanan instan lainnya dan, dengan
demikian, budaya serba instan; meluasnya budaya telenovela, yang menyebarkan permissivisme,
kekerasan, dan hedonisme; mewabahnya MTVisasi, Valentines day, dan kini juga proms
night di kalangan remaja. Meminjam ungkapan Edward Said, gejala ini tidak lain daripada
cultural imperialism baru, menggantikan imperialisme klasik yang terkandung dalam
Orientalisme.
Dari berbagai kecenderungan ini, maka orang bisa menyaksikan kemunculan kultur hybrid,
budaya gado-gado tanpa identitas, di Indonesia dewasa ini. Pada satu segi, kemunculan budaya
hybrid nampaknya tidak terelakkan, khususnya karena proses globalisasi yang semakin sulit
dihindari. Tetapi pada segi lain, budaya hybridapalagi yang bersumber dari dan didominasi
budaya luar, karena dominasi dan hegemoni politik, ekonomi dan informasi merekadapat
mengakibatkan krisis budaya nasional dan lokal lebih lanjut. Tidak hanya itu, budaya hybrid
dapat mengakibatkan lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal; padahal identitas nasional
dan lokal tersebut sangat mutlak bagi terwujudnya integrasi sosial, kultural dan politik
masyarakat dan negara-bangsa Indonesia.(7) .
c. Problem pendidikan multikultural melalui pembelajaran
Problem multkultural di negara indonesia ini dapat di pilter melalui pembelajaran atau
pendidikan multikutural. Pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas.
Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap "indiference"dan "Non-recogni-tion" tidak hanya
berakar dari ketimpangan struktur rasial, tetapi para digma pendidikan multikultural mencakup
subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan kelompok-
kelom-pok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain
sebagainya. Paradigma seperti ini akan mendorong tumbuhnya kajian-kajian tentang ethnic
studiesuntuk kemudian menemukan tempat-nya dalam kurikulum pendidikan sejak dari tingkat
dasar sampai per-guruan tinggi. Tujuan inti dari pembahasan tentang subjek ini adalah un-tuk
mencapai pemberdayaan (empowerment) bagi kelompok-kelompok minoritas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan multikultural adalah sebuah bentuk pendidikan yang
menerapkan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang
ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa,
agama, status sosialetnis, gender, kemampuan, umur, dan ras. Dan yang paling penting, strategi
ini bertujuan untuk meningkatkan ke-sadaran siswa agar selalu berperilaku humanis, pluralis,
dan demokratis. (8)
5. Manusia berpendidikan dan manusia berbudaya
Manusia sebagai objek pendidikan, manusia adalah mahkota dai segala ciptaannya. Sesuai Ibnu
Katsir dalam kitabnya memberi ulasan antara lain mengutip sebuah Hadits ; Engkau
meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya adalah lebih baik daripada meninggalkan
mereka dalam keadaan papa dan meminta minta kepada manusia. (HR. Bukhari). Majunya
suatu bangsa di ukur dari pendidikan masyarakatanya. Manusia yang berpendidikan adalah
manusia yang memiliki skill yang dapat menjawab tantangan hidup. Manusia berpendidikan
merupakan manusia yang mampu mengendalikan diri dengan kecerdasan emosi, spiritual dan
eq. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas
dalam arti menguasai Iptek dan mampu bersaing, berbudi pekerti luhur serta memiliki akhlak
mulia.
Manusia berbudaya manusia atau individu yang menjalani hidupnya dengan cara hidup yang
berkembang sama halnya dengan kelompok lain di sekitarnya yang diwariskan dari suatu
generasi ke generasi. Manusia berbudaya adalah manusia adlah mahluk yang memilki kelebihan
dengan mahluk lain, memiliki akal dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sehingga manusia harus menguasai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab
dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung
jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal
budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini. Kualitas
manusia dapat diukur melalui seberapa tinggi kebudayaannya.
Multikultural. Inilah yang sejatinya ingin dikenalkan oleh Malaysian Tourism Board tentang Malaysia sendiri. Secara
etnis kependudukan memanglah benar. Malaysia terdiri dari Etnis Melayu Bumiputra (mendominasi), Etnis Cina, dan
juga Etnis India. Mungkin ada juga beberapa yang lain seperti Etnis Arab atau lainnya, namun hanya tiga yang
pertamalah yang terlihat. Malaysia Bisa. Topeng Multi Kultural ? Sayangnya, sebagai seorang 'pengunjung' yang
sering mondar-mandir ke Malaysia, iklan multikultural yang digembor-gemborkan itu tidak seindah warna aslinya.
Kebanyakan warga (tidak semuanya) cenderung memiliki sifat diskriminatif yang kemungkinan telah terpupuk sejak
dini. Bukan melulu karena kebanggaan terhadap etnis masing-masing saja, namun sering kali bahkan menjurus ke
sesuatu yang cenderung negatif. Pembauran etnis memang terjadi. Namun pengelompokan antaretnislah yang lebih
cenderung terlihat. Etnis Melayu berkumpul dengan sesama. Etnis India pun masih kental menggunakan 'bahasa
Ibunya' ketimbang bahasa Melayu yang merupakan perekat kesatuan. Etnis Cina? Mereka lebih suka
menyekolahkan anak-anaknya hanya di sekolah khusus Etnis Cina. Terbiasa dengan sekat-sekat di masyarakat
umum seperti ini, yang membuat saya sebagai seorang pengunjung tak perlu waktu lama untuk melihat fenomena ini
sebagai sesuatu yang mencengangkan, sekaligus sejatinya memprihatinkan. 138717524893393116 Barber Shop
India, Pelanggannya Pun Mayoritas Etnis India. RM 13 dan rambut pun 'rapi cepak'. Tak perlu Joe Flizzow di SS 15
Subang kali ini. Apabila kebetulan berdiskusi dengan mereka warga Malaysia yang terlahir sebagai etnis Melayu,
tentu mereka akan serta-merta menyangkal pendapat saya. Terlahir sebagai etnis yang dominan dan cenderung
dimanjakan oleh keadaan dan juga pemerintahan sendiri, hanya sedikit yang betul-betul pada akhirnya menjadi peka
akan hal yang terjadi di sekelilingnya. Pendidikan, prioritas untuk etnis Melayu. Pekerjaan? Prioritas. Lupakan
tentang jargon equal opportunity karena hal ini sangat jarang terjadi di Malaysia. Melayu adalah dominan, dan harus
mendapatkan kesempatan terlebih dahulu ketimbang mereka yang bukan. Sangat jarang, bukan berarti tidak ada
ya? Demokrasi? Tidak banyak yang mengerti apa arti kata demokrasi yang sebenarnya. Tak banyak warga yang
cenderung bebas berpendapat dan tak kadang kebablasan seperti di Indonesia sendiri. Terbiasa diam dalam
pendapat, dan tampaknya demokrasi itu seperti sekedar wishful thinking saja bagi mereka yang mendambakannya di
Malaysia. Terlebih apabila mengambil contoh dari proses election dan partai yang berkuasa sudah entah berapa
lama dan juga entah sampai kapan. 13871751361041187874 Streets of Petaling. Melindungi kepentingan para
bumiputra adalah tujuannya. Multikultural hanyalah sesuatu yang akan tampak 'manis' di seputar industri pariwisata
saja. Sekedar untuk menarik para turis yang datang, bukan sebagai sesuatu yang memang ingin benar-benar
dipahami atau dijalani. Bicara tourism di Malaysia? Harus jujur bilang bahwa Indonesia jauh tertinggal dalam upaya
pengelolaan, promosi, dan profesionalisme mereka. Tempat wisata yang relatif tak seberapa apabila
membandingkan dengan Indonesia mampu dikemas dengan sangat menarik. Dan jelas didukung dengan
infrastruktur yang memadai. 1387174910460255155 "Payung" Itu bernama Multikultural Infrastruktur yang memadai,
sementara di sisi sumber daya manusia justru sedikit bertolak belakang. Transportasi umum relatif baik, dengan
pengecualian taxi. Meter Taxi, atau yang berbasis argo sepertinya harus disadarkan apa pariwisata dalam arti yang
sebenarnya. Jengah rasanya melihat taxi kebanyakan yang enggan menggunakan argo atau pembayaran berbasis
fare yang sebenarnya. Tawar-menawar menjadi ciri yang cenderung menjengkelkan. Di sini pun diskriminasi akan
para pengunjung yang kebetulan orang asing pun kental terasa. Apabila Anda kebetulan berwajah 'lokal', sebetulnya
mereka pun menawarkan tarif atau fare yang tak terlalu jauh perbandingannya dengan apabila menggunakan meter
dari argo. Namun, apabila Anda kebetulan berkulit putih dan berambut pirang? Bisa dua atau tiga kali tarif yang
mereka tawarkan dari harga normal. Saya pernah melakukan sebuah percobaan sederhana mengenai hal ini.
Bersama seorang rekan warga negara Inggris kami berusaha melakukan sebuah pembuktian. Sebelumnya, dari
hotel di daerah Subang untuk pergi ke area Bukit Bintang pun kami membayar sebesar kurang lebih RM 50
mengikuti harga yang tertera di meter/argo. Mengingat kemacetan dan rute-rute yang harus dihindari pada waktu itu,
saya merasa harga tersebut cukup fair dan reasonable. Tak ada bayangan bahwa driver taxi itu sedang berusaha
'mencari pendapatan lebih' dengan mencari rute yang terjauh. Terlebih karena sebetulnya kami terbiasa menyetir
sendiri di sana, sehingga rute pun cukup dipahami. Pulangnya? Saya menuju ke sebuah taxi dan menanyakan
harganya dengan bahasa 'rada' Melayu. RM 60. Okelah, wajar, mengingat saat itu hari sudah pukul 23:30, di mana
sudah mendekati dini hari di mana tentu ada surchage harga malam. Sementara itu, teman pun mendekati taxi yang
lain dan menanyakan berapa harga untuk menuju destinasi yang benar-benar sama. Jawabannya? RM 120. Dan
"surchage malam" lah yang menjadi alasannya. Mungkin mereka berpikir, wajah European penghasilan tentu tinggi.
Wajar-wajar sajalah apabila mencoba mengais lebih di sini. Sedikit yang sadar, bahwa itu adalah diskriminasi. Cara
melihat berdasarkan warna kulit, rambut, etnis maupun agama dan juga gender? Itu mutlak diskriminasi.
13871755821807187888 I Love KL. Pariwisata yang keren tak didukung oleh para taxi driver yang cenderung
diskriminatif Jadi orang Indonesia tak BOLEH berbangga dulu dan merasa lebih baik daripada Malaysia dalam hal ini,
karena Indonesia masih jauh lebih 'parah' dalam hal ini. Bahkan di tempat wisata pun tak jarang melihat harga tanda
masuk yang dibedakan antara warga lokal dan orang asing. Ini adalah suatu aksi diskriminasi yang murni, tak peduli
apa pun alasan di belakangnya. Apakah saya mengalami diskriminasi saat saya berada di Malaysia? Jawabannya
adalah tidak. Ke mana saya melangkah, keramahtamahan selalu ditemui. Tak seperti banyak yang digembor-
gemborkan media massa di Indonesia sehingga seringkali 'menyulut' kemarahan warga negara Indonesia, sejatinya
mereka tidak seperti yang banyak diberitakan di media. Banyak dari mereka adalah keturunan dari Indonesia, yang
hijrah ke Malaysia sejak puluhan atau bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu. Banyak dari mereka yang meski
belum pernah menginjakkan kaki di Indonesia, mereka pun merindukan kampung halaman dari para orang tua
mereka. Sesuatu yang sangat wajar, karena sebagai bagian dari budaya timur asal-usul dan leluhur adalah sesuatu
yang masih amat kental menjadi warna dalam keseharian. Lantas, sudah tahu bahwa sudah merasakan
keramahtamahan ala Malaysia, mengapa masih saja usil membahas sisi internal di Malaysia yang mungkin sudah
kadung berakar ini? Tulisan ini bukan niat usil atau iseng mengkritisi semata. Berdasar dari rasa eman (Jawa; red)
cenderung prihatin. Melihat satu sekat yang dulunya sengaja diadakan oleh pemerintah kolonial sebagai suatu upaya
pecah belah ternyata malah dipakai kembali sebagai sebuah sarana untuk mempertahankan kekuasaan di sana.
Dan juga sebagai cermin. Bahwa hal seperti ini sebetulnya masih banyak terjadi di tanah air sendiri. Di Indonesia.
Dengan suku, ras, agama, dan banyak faktor yang sejatinya bisa menjadikan negara ini kuat, malah jadi faktor yang
sedikit berbanding terbalik. Sedikit, karena semakin hari demokrasi di Indonesia pun turut mengembangkan pola pikir
di Indonesia. Dengan terbiasa mengemukakan pendapat. Mengemukakan keberatan keberatan atas perbedaan yang
ada. Asimilasi, tidak lagi perlu menjadi kata nanti pada akhirnya karena kita tidak lagi melihat seseorang berdasarkan
ras, agama, ataupun warna kulit mereka. Saya tidak sedang mengajak Anda untuk menganggap bahwa semua ras,
etnis, atau suku adalah sama. Hal ini justru mematikan ide keberagaman dan kesetaraan sendiri. Satu suku, ras,
atau agama pun toh kita sudah berbeda secara individual kan? Anak kembar pun bisa berbeda, dalam sifat atau lain
hal. Menyikapi sebuah perbedaan dengan dewasa dan tidak menjadikan itu satu alasan untuk menciptakan sebuah
sekat akan kebersamaan. Itu saja sih intinya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/baskoro_endrawan/malaysia-catatan-diskriminasi-di-negara-
multikultural_552a598ff17e613579d624d5
Perbandingan Pendidikan di
Indonesia & Malaysia
Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara. Begitu penting
kedudukannya, bahkan tolak ukur maju tidaknya suatu ne...
Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara. Begitu
penting kedudukannya, bahkan tolak ukur maju tidaknya suatu negara diukur dari
pendidikannya. Sistem pendidikan yang diterapkan setiap negara memang berbeda-
beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal seperti faktor sosio-kultural,
lingkungan, historis, dan hal-hal lainnya. Dalam menerapkan sistem pendidikan, setiap
negara pasti memiliki pertimbangan selain faktor tersebut yakni tujuan pelaksanaan
dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan penerapan sistem pendidikan
yang sesuai akan mengarah pada terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan cita-cita ideal bangsa. Mengapa pendidikan suatu negara perlu
direncanakan dan disusun ke dalam sistem sedemikian rupa? Hal ini dikarenakan,
tanpa adanya sistem yang jelas mengenai pendidikan dalam suatu negara, arah,
keberjalanan, serta output yang diinginkan menjadi tidak jelas atau abu-abu.
Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki rumpun yang sama,
wilayah yang berdekatan, bahasa yang hampir sama, serta berbagai budaya yang juga
hampir sama. Berdasarkan kesamaan-kesamaan tersebut terjalinlah hubungan
diplomasi dua negara yang harmonis. Namun, tak jarang pula karena persamaan
tersebut, sering pula terjadi konflik di antara keduanya. Misalnya, konflik Indonesia
Malaysia pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, sengketa pulau perbatasan
Sipadan dan Ligitan, sengketa Pulau Ambalat, konflik klaim kebudayaan Jawa Timur
Reog Ponorogo oleh Malaysia, dan beberapa kasus diplomasi lain seperti Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) dan pencarian suaka. Meskipun melalui hubungan panas-dingin, kedua
negara ini tetap hidup berdampingan dan saling melakukan kerjasama internasional
dalam berbagai bidang.
Mengenai bidang pendidikan, kedua negara ini sama-sama memiliki perhatian besar
dalam bidang ini. Namun, apakah sistem yang diterapkan serta keberjalanannya di dua
negara ini sama? Berikut terdapat beberapa perbedaan yang mencirikan pendidikan di
dua negara, Indonesia dan Malaysia:
Sejarah Pendidikan
Indonesia...
Di Indonesia, pendidikan pada awalnya diberikan langsung oleh orang tua atau tokoh
masyarakat setempat, sebelum masuknya kebudayaan Hindu. Pendidikan yang
dipelajari ini pada awalnya berkisar tentang kehidupan spiritual moral serta cara
memenuhi kebutuhan ekonomi/hidup mereka. Seiring dengan masuknya berbagai
kebudayaan asing yang dibawa ke Indonesia turut mempengaruhi kondisi pendidikan di
Indonesia.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan-kebudayaan yang berkembangan di dalamnya. Pendidikan di Indonesia
bermula dari daerah berkembangnya agama seperti pada zaman kerajaan Hindu di
Pulau Jawa, Bali, dan Sumatra, dan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sumatra, dan
Sulawesi. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada saat itu mengajarkan materi utama
berupa agama.
Pada zaman kerajaan islam, pendidikan diajarkan dalam 2 bentuk, yakni pendidikan di
Langgar dan pendidikan di Pesantren. Langgar yang merupakan tempat beribadah
umat Islam digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Sementara pendidikan di
pesantren, merupakan pengajaran yang mengajarkan siswanya dididik di pondok-
pondok. Pondok atau pesantren tersebut dikelola oleh yayasan atau biaya bersama dari
masyrakat pemeluk agama islam. Murid-murid di pesantren disebut santri, mereka
belajar di bilik-bilik terpisah dan sebagian besar waktunya berada di luar ruangan untuk
bercocok tanaman ataupun aktivitas lainnya.
Malaysia...
Di Malaysia, pendidikan telah mengalami evolusi yang sejalan dengan pembangunan
dan kemajuan negara ini. Evolusi pendidikan ini yakni zaman pramerdeka (sebelum
1957), zaman pasca merdeka (1957 1970), zaman dasar ekonomi baru (1971 -1990),
zaman dasar pembangunan negara (1991 2000), dan zaman dasar wawasan negara
yang berlangsung hingga saat ini. Pada mulanya, pendidikan di Malaysia
menggunakan sistem pondok yang dijalankan di madrasah dan sekolah-sekolah
agama. Sekolah ini memiliki kuruikulum yang lebih terstruktur, waktu berlajar yang
terjadwal, sarana dan prasana yang memadai. Tujuan sekolah tersebut ialah untuk
melahirkan sumber daya yang bermoral tinggi. Selain sekolah pondok tersebut,
adapula sekolah vernakular yang menggunakan bahasa ibu dalam sistem
pengajarannya. Bahasa yang digunakan di antaranya yaitu Melayu, Cina, dan Tamil.
Pada zaman penjajahan Inggris, pendidikan di Malaysia memiliki ciri-ciri yakni kurikulum
yang diterapkan sekolah satu dengan lainnya berbeda, lokasi sekolah bagi setiap kaum
terpisah, setiap jenis sekolah khusus mengikuti kaum, bahasa pengantar berbeda-beda
seperti Sekolah Cina berbahasa pengantar bahasa Mandarin, dan Sekolah Tamil
berbahasa pengantar bahasa Tamil. Pada masa itu, sistem penjajahan tersebut
menggunakan monitoral system di mana guru-guru didatangkan dari Inggris dan
adanya peningkatan mutu sekolah. Guru-guru pada saat itu diberi pelatihan kerja
profesional dan dikirim ke Raffles College.
Sistem Pendidikan
Indonesia...
Pendidikan di Indonesia meliputi seluruh pendidikan yang diselenggarakan di
Indonesia, baik secara terstruktur maupun tidak. Pendidikan yang ada di Indonesia
kewenangannya berada di tangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud). Indonesia mewajibkan program belajar 9 tahun kepada
seluruh wargan negaranya. Sembilan tahun meliputi pendidikan dasar di Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah selama 6 tahun ditambah pendidikan menengah selama 3
tahun di Sekolah Menengah Pertama / Madarasah Tsanawiyah. Masyarakat diberi
kebebasan untuk memilih jenis sekolah dan dimana mereka akan bersekolah. Saat ini
pula, pemerintah telah menunjang sarana prasarana baik berupa buku-buku maupun
fasilitas penunjang lainnya.
Malaysia...
Sementara itu, sistem pendidikan di Malaysia berada di bawah kewenangan
Kementrian Pelajaran Malaysia. Di Malaysia, warga negaranya dapat menempuh
pendidikan dari sekolah milik kerajaan, sekolah swasta maupun secara individu. Sistem
pendidikan yang wajib ditempuh yakni sekolah rendah dan sekolah menengah.
Meskipun, bentuk pemerintahan adalah kerajaan, namun kerajaan tak memiliki hak
untuk menentukan kurikulum atau cara pengajaran yang harus diterapkan. Semua
kewenangan tersebut telah sepenuhnya dilimpahkan kepada Kementrian Pelajaran
Malaysia, sementara untuk peraturan pendidikan tinggi diatur oleh Kementrian
Pengajian Tinggi Malaysia yang didirikan tahun 2004. Mulai dari tahun 2003 hingga saat
ini, Malaysia telah menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam
mata pelajaran tertentu sepeti sains dan matematika.
Jenjang Pendidikan
Indonesia...
Seperti hanya dengan negara-negara lainnya, Indonesia memiliki jenjang pendidikan
yang diterapkan dalam sistem pengajarannya. Jenjang pendidikan ini terdiri dari:
Pendidikan Anak Usia Dini
Adanya pendidikan usia dini menunjukkan bentuk perhatian penuh Pemerintah
Indonesia terhadap perkembangan pendidikan bagi anak Indonesia. Pendidikan ini
berlandaskan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasamani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada PAUD, staf pengajar berasal
dari tenaga profesional yang telah menempuh studi PAUD sebelumnya.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang ditempuh selama kurun waktu 9 tahun,
yakni di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah selama 6 tahun dan Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah Tsanawiyah selama 3 tahun. Pendidikan dasar ini juga diberikan
bantuan dana oleh pemerintah untuk menunjang keberjalanannya. Bantuan dari
pemerintah yang bernama Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan seperti buku-buku dan fasilitas lainnya di sekolah.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menegah di Indonesia dapat ditempuh melalui Sekolah Menengah Atas
(SMA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliyah. Sekolah menengah ini
ditempuh dalam kurun waktu 3 tahun, dan siswa kemudian diarahkan menuju bidang
yang diminati sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang yang lebih spesifik yang mengarahkan individu
untuk menghasilkan sumber daya profesional yang berkualitas.
Malaysia...
Sama halnya dengan Indonesia, Malaysia juga memiliki beberapa jenjang dalam
pendidikannya yakni:
Pendidikan Prasekolah
Pendidikan prasekolah atau yang disebut dengan 'tadika' mengajar anak mulai usia 4-6
tahun. Pendidikan ini bukan merupakan pendidikan wajib dalam sistem pendidikan di
Malaysia. Sekolah tadika diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Selain sekolah tadika, sebagian besar Sekolah Kebangsaan memiliki kelas prasekolah.
Kelas khusus ini diperuntukkan untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
Pendidikan Rendah
Pendidikan rendah di Malaysia ditempuh selama kurun waktu 6 tahun pada usia 7
hingga 12 tahun. Mata pelajaran wajib yang diajarkan ialah Bahasa Melayu dan Bahasa
Inggris. Sekolah rendah di Malaysia dibagi dua jenis, yakni: Sekolah Kebangsaan dan
Sekolah Jenis Kebangsaan. Untuk kurikulum yang diterapkan di kedua sekolah tersebut
sama. Perbedaan yang mencirikan dua sekolah ini ialah bahasa pengantar yang
digunakan. Untuk Sekolah Kebangsaan menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar, sementara Sekolah Jenis Kebangsaan menggunakan Bahasa Tamil atau
Bahasa Mandarin.
Pendidikan Menengah
Sekolah Menengah di Malaysia berlangsung selama 5 tahun. Bahasa yang digunakan
sebagai pengantar ialah bahasa Melayu untuk semua mata pelajaran, kecuali Sains
dan Matematika. Pada sekolah ini pula, siswa akan diarahkan untuk memasuki jurusan
IPA (sains) atau seni (arts). Dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk memilih
sendiri, namun jurusan IPA cenderung lebih populer. Selama menempuh pendidikan
menengah, siswa diwajibkan mengikuti aktivitas ekstrakurikuler seperti Kelompok
Umum (Uniformed Groups), Penampilan Seni (Performing Arts), Klub dan
Kemasyarakatan(Clubs and Societies), Olahraga dan Permainan (Sports and Games).
Pendidikan Pra-Universiti
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk menempuh
studi tingkat 6 di berbagai institusi pendidikan seperti Politeknik. Tingkatan 6 ini terdiri
dari tingkatan rend6 ah dan tingkatan 6 atas yang ditempuh selama 2 tahun. Sekolah ini
diperuntukkan khusus bagi mereka yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi di
Malaysia.
Pengajian Tinggi
Pengajian tinggi merupakan program pendidikan tinggi yang ada di Malaysia. Pada
jenjang ini, kerajaan memberikan subsidi atau beasiswa yang cukup besar di berbagai
universitas yang ada di Malaysia. Dalam pelaksanaannya, pengajian tinggi ini diatur
oleh Kementrian Pengajian Tinggi Malaysia.
Jalur Pendidikan
Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
formal pada umumnya. Pada pendidikan ini, jalur yang ditempuh sudah terkategori
dengan jelas mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang ditempuh selain di sekolah umum.
Contoh sekolah nonformal di antaranya yakni Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang
diajarkan di setiap Masjid, Sekolah Minggu yang bertempat di Gereja, kursus musik,
kursus masak, kursus bahasa, bimbingan belajar dan kursus-kursus lainnya.
Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang tidak ditempuh di sekolah ataupun
lembaga kursus lainnya. Pendidikan informal ialah berasal dari lingkungan keluarga dan
lingkungan sekitar. Pendidikan informal ini tidak mengajarkan secara langsung
melainkan melalui tindakan sehari-hari yang dilakukan secara sadar dan bertanggung
jawab.
Jenis Pendidikan
Indonesia...
Pendidikan Umum
Pendidikan ini terdiri dari pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
terbentuknya dasar mengenai ilmu-ilmu pendidikan di benak siswa untuk selanjutnya
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bentuk pendidikan umum ialah sekolah dasar
(SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
Pendidikan Kejuruan
Merupakan pendidikan tingkta menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk siap
bekerja di bidang tertentu misalnya teknisi mesin, teknisi komputer, dan lainnya. Bentuk
pendidikan ini ialah sekolah menengah kejuruan (SMK).
Pendidikan Akademik
Merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan ilmu tertentu serta mencetak sumber daya terdidik dan
berkualitas.
Pendidikan profesi
Merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana. Program ini biasanya ditempuh
untuk memenuhi standar profesional untuk kategori profesi tertentu seperti dokter dan
psikolog.
Pendidikan vokasi
Ialah pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber daya yang terampil dan ahli dalam
bidang terapan tertentu. Vokasi merupakan jenjang diploma 4 yang setara dengan
program sarjana (S-1).
Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga tinggi dalam bidang
agama. Tujuan dari pendidikan ini ialah untuk menciptakan sumber daya yang memiliki
penguasaan pengetahuan tinggi terhadap ajaran agama.
Pendidikan Khusus
Merupakan pendidikan untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus ataupun
yang memiliki kecerdasan luar biasa. Pendidikan ini diselenggarakan secara inklusif
ataupun mandiri dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB).
Malaysia...
Sama halnya dengan Indonesia, Malaysia pun memiliki beberapa jenis pendidikan di
antaranya yakni:
Sekolah Kebangsaan
Merupakan sekolah yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantarnya.
Sekolah Kluster
Merupakan salah satu jenis sekolah yang diunggulkan di Malaysia.
Sekolah Wawasan
Merupakan sekolah yang dibangunt untuk meningkatkan interaksi antar kaum.
Sekolah Bestari
Merupakan sekolah yang menerapkan kemajuan teknologi yakni dengan menggunakan
komputer dan teknologi modern lainnya.
Salam berkuliah.com
PENDAHULUAN
Malaysia kini telah menjelma menjadi negara maju di Asia Tenggara. Dilihat dari segi
ekonomi, pertahanan, keamanan, serta pendidikan. Hal tersebut sangat diutamakan
sebagai hal yang mesti dikembangkan. Sebelumnya Malaysia banyak mengadopsi sistem
pendidikan di Indonesia , akan tetapi sekarang Malaysia telah jauh lebih berkembang dari
Indonesia yang notabene adalah negara yang dulunya diadopsi Malaysia.
Pendidikan di Malaysia pada dasarnya banyak mengadopsi sistem dari negara Inggris hal ini
dikarenakan dulunya Malaysia adalah salah satu negara bekas jajahan Inggris. Hal ini
menyebabkan negara Malaysia maju dari segi pendidikannya. Salah satu penyebabanya
adalah negara Inggris sangat memperhatikan pendidikan untuk negeri jajahannya. Jadi
segala peniggalan pendidikan Inggris khususnya dari segi pendidikannya sangat dijaga
dengan baik. Berbeda dengan negara Indonesia yang bekas jajahan Belanda, karena
Belanda hanya ingin mengeruk kekayaan negara jajahannya tanpa memberikan pendidikan
yang intensif untuk negara jajahannya.
Menurut Griya Maya Faiq (2007), pada era tahun 70an sampai 80an keadaan pendidikan di
Malaysia masih tertinggal dibandingkan dengan di Indonesia. Banyak pemuda Malaysia
belajar di Indonesia. Bahkan beberapa guru dari Indonesia diperbantukan mengajar di
indonesia. Sekarang pendidikan di Malaysia termasuk menjadi salah satu terbaik di Asia.
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan sistem
pendidikan nasional ditujukan pada aspek-aspek kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan, tenaga kependidikan, manajemen pendidikan dan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan. (Indra Djati Sidi). Untuk itu diperlukan suatu kajian yang
dapat dijadikan sebagai salah satu gambaran arah konsep dan kebijakan pendidikan yang
baik. Salah satu caranya adalah dengan komparasi pendidikan di Indonesia dengan dengan
pendidikan di negara yang mutu pendidikannya lebih baik.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang gambaran umum pendidikan di
Malaysia dan Indonesia, dilihat dari sisi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik,
peserta didik, biaya pendidikan dan komparasi konsep dan kebijakan pendidikan.
1.3 Tujuan
KAJIAN TEORI
1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan
yang lebih baik. Secara etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan dalam bahasa Inggris
disebut education yang berasal dari bahas latin yaitu educatum yang tersusun atas dua
kata yaitu E dan Duco. Kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari
sedikit menjadi banyak, sementara Duco berarti perkembangan atau sedang berkembang.
Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak
dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education sering juga
dihubungkan dengan Educere (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar.
Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan
ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan
terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik.
Pengertian Pendidikan atau education menurut Bapak Plato, bahwa pendidikan adalah
proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga
kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara
yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar.
Bapak Plato pun menambahkan dalam pengertiannya tentang pendidikan bahwa pendidikan
tidak hanya menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan akan tetapi nilai, pelatihan
insting, membina tingkah laku dan sikap yang benar. Pendidikan yang sejati (true
education), akan memiliki kecenderung terbesar dalam membentuk manusia yang beradab
dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang
berada dalam perlindungannya. Definisi dan pengertian pendidikan inilah yang menjadi arah
yang kemudian dijadikan sebagai dasar dari pengertian pendidikan lainnya khususnya di
negeri barat.
Pengertian pendidikan Menurut Bapak C.D. Hardie dalam monografnya, Truth and Fallacy in
Educational Theory (1941), bahwa pendidikan seharusnya mendidik seseorang dengan
alami (nature), bahwa seorang guru harus bertindak sebagai tukang kebun yang membina
tumbuhan secara alami dan tidak melakukan hal hal yang tidak alamiah. Dalam
monografnya, C.D. Hardi mengkritik pemerintah yang memberikan aturan aturan (law) yang
mengatur pendidikan. Pengertian pendidikan Menurut Bapak Comenius pada abad
pertengahan, bahwa pendidikan adalah proses dimana individu mengembangkan
kualitasnya terhadap agama, ilmu pengetahuan dan moralnya, yang membuatnya mampu
mengklaim dirinya sebagai manusia.
Pengertian pendidikan Menurut Bapak Aldous Huxley bahwa pendidikan yang sempurna
adalah dimana semua manusia dilatih agar siap untuk ditempatkan dalam hirarki sosial
akan tetapi dalam prosesnya tidak melakukan penghancuran atau pengrusakan terhadap
individu atau karakter unik atau khas seseorang.
Pengertian pendidikan menurut Bapak Herman Harrell Horne bahwa pendidikan adalah
proses yang terus menerus (abadi) (education is a process of continuous (perpetual)) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik
dan mental ( higher adjustment for the human beings who have evolved physically and
mentally), yang bebas dan sadar kepada tuhan (which is free and conscious to God), seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia (as
manifested in nature around the intellectual, emotional and humanity of the human).
Pengertian pendidikan dari Bapak Herman Harrel Horne wajar menghubungkan Tuhan,
dikarenakan dia adalah seorang Pendeta yang telah menuliskan banyak hal tentang
pendidikan dan Tuhan. Bahkan Bapak Herman Haller Horne telah menuliskan Buku tentang
Jesus The Master Teacher.
Sementara Broom berpendapat bahwa fungsi pendidikan adalah agar terjadi proses tansmisi
budaya, selain itu juga untuk mengembangkan kepribadian, mengingkatkan persatuan atau
integrasi sosial masyarakat, serta mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja. Semua
fungsi menurut Broom tersebut memang suatu proses yang sangat penting agar kehidupan
bermasyarakat terus bertahan dan berkembanag menjadi jauh lebih baik lagi. Dari beberapa
pendapat para ahli mengenai pengertian dan fungsi pendidikan dapat diambil kesimpulan
bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses yang sangat penting dan tidak bisa lepas
dari kehidupan manusia. Pendidikan ini harus terus berjalan untuk menjaga
keberlangsungan hidup manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan ada perpindahan ilmu
pengetahuan serta nila-nilai dan norma sosial dari generasi tua ke generasi muda.
Malaysia adalah negeri multi-etnis dan multi ras. Terdiri dari ras Melayu sebagai ras utama,
ras China, dan India. Mengingat ras Melayu sebagai ras utama, maka bahasa Melayu
ditetapkan sebagai bahasa nasional. Meski demikian bahasa mandarin dan bahasa tamil
juga dipergunakan secara luas dalam percakapan sehari-hari. Sebelum penjajahan
pendidikan di Malaysia berdasarkan sistem pondok yang diadakan di madrasah dan di
sekolah-sekolah agama. Contohnya di Pondok Langgar, Pondok Sena di Kedah, Pondok Bukit
Mertajam, Madrasah Al Masyhur.
Sekolah agama atau madrasah lebih sistematik daripada sekolah pondok dari segi
kurikulumnya, waktu belajarnya relatif tetap dan peralatannya lebih lengkap. Sekolah-
sekolah tersebt dimaksudkan agar melahirkan pelajar yang bermoral tinggi.
Negara Malaysia menjadi daerah jajahan bangsa-bangsa Eropa dimulai dari datangnya
bangsa Portugis tahun 1511, disusul bangsa Belanda dan terakhir Inggris. Bangsa-bangsa
Eropa tersebut tidak hanya menjajah perekonomiannya tetapi juga politik dan budaya. Hal
tersebut kemudian berpengaruh terhadap pola pendidikan yang ada di negara Malaysia.
Pada tahun 1815 sekolah vernakular Cina didirikan oleh kumpulan pendakwah baru
Persatuan Pendakwah London. Terdapat pula sekolah cina Sekolah vernakular ( sekolah
dasar ) merujuk kepada sekolah yang menggunakan bahasa ibunda dalam pelaksanaan
penyelidikan dan pembangunn di sekolah. Terdapat tiga jenis vernakular yaitu : Melayu,
Cina dan Tamil. Sekolah Vernakular Melayu yang pertama kali didirikan adalah tahun 1855
yaitu di Bayan lepas, Pulau Pinang. Sekolah Melayu Gelugor, Pulau Pinang menggunakan
bahasa melayu sebagai bahasa pengantar.yang dibuka oleh perseorangan. Sekolah Cina
menggunakan bahasa Cina atau Mandarin sebagai pengantar. Guru-guru dan buku teks
sekolah vernakular Cina ini diimpor dari negara Cina. Contoh sekolah vernakular Cina antara
lain : SJK (C) Huan Lian tanjung Perak, SJK (C) Chung Hwa Kelantan. Kelas Bahasa Cina
diadakan di semua Free School. Namun perkembangannya sekolah-sekolah ini gagal dan
akhirnya dihentikan atau ditutup.
Pada tahun 1854, Pemerintah Hindia timur mengeluarkan arahan kepada Gubernur negeri-
negeri Selat untuk memberikan laporan tentang status dan keadaan pendidikan di
negerinya masing-masing agar tindakan selanjutnya dapat diambil.
Pada tahun 1872 mulai diperkenalkan persekolahan dengan dua sesi. Pembukaan sekolah
dua sesi dilakukan oleh seorang nazir pendidikan AM. Skinner. Persekolahan dua sesi yaitu :
sekolah pagi dan sekolah petang. Sekolah pagi dengan mata pelajaran bahasa melayu,
Matematika, Ilmu alam ditambah materi pelajaran vokasional. Sedangkan sekolah petang
dengan mata pelajaran bahasa Arab dan Al Qur,an. Permasalahan yang sangat penting
saat itu adalah kekurangan guru. Akibat kekurangan guru tersebut telah menjadi faktor
tidak adanya sekolah menengah Melayu pada waktu itu. Hal inilah yang kemudian telah
mendorong didirikannya Maktab Perguruan Sultan Idris ( MPSI ) di Tanjung Malim pada
tahun 1922 dan Maktab Perguruan Perempuan Melayu ( MPPM ) di Malaka pada tahun 1935.
Pada Zaman pemerintahan Inggris di tanah Melayu, Sekolah Inggris mulai diperkenalkan.
Contohnya King Edward VII di Perak, Clifford School di Pahang. Meskipun sekolah-sekolah
pondok masih siteruskan diklangan penduduk Melayu. Sekolah vokasional Melayu juga telah
diadakan untuk melatih kumpulan buruh.Meskipun ada aneka macam jenis sekolah dengan
kekhususan masing-masing, sekolah-sekolah Inggris yang dikendalikan oleh misionaris
Kristian adalah terbuka bagi semua anak-anak tanpa membedakan ras dan agama. Pada
Zaman penjajahan Inggris, guru-guru diberikan pelatihan kerja profesional dan dikirim ke
Raffles College yang berlokasi di negara Inggris. Mulai tahun1920-an, dua buah lembaga
untuk tempat pelatihan para guru didirikan.
Pendidikan malaysia dizaman penjajahan memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan
sebelumnya. Pendidikan Zaman Penjajahan Inggris bercirikan :
Pendidikan rendah atau dasar 9 Primary Education ) di malaysia berlangsung 6 tahun yang
wajib diikuti oleh anak usia 7-12 tahun. Wajib belajar di Malaysia dicanangkan dan
dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang
mewajibkan setiaporang tua yang mempunyai anak berumur 6 tahun mendaftarkannya di
sekolah rendah. Pendaftaran siswa baru biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa
persekolahan. Keteledoran orang tua memasukkan anaknya mengikuti wajib belajar
dianggap sebagai kesalahan menurut undang-undang. Jika hal ini terbukti dipengadilan,
maka orang tua tersebut akan didenda maksima RM 5000 atau dihukum maksimal 6 tahun.
Mengenai biaya pendidikan dasar orang tua siswa hanya diminta membayar iuran sekolah
pada awal tahun pelajaran baru. Beasrnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar
antara RM 50 sampai RM 75 (Rp.125.000 187.500) per tahun tiap siswa. Iuran tersebut
dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester, ujian semesteran, iuran
khusus, biaya LKS, prakter komputer, kartu ujian, file data siswa dan raor. ( Griya Maya
Faiq, 2007 ). Khusus untuk sumbangan PIBG ( Persatuan Ibu Bapak dan Guru ) hanya
dipungut satu bayaran untuk satu keluarga. Keluarga yang menyekolahkan lebih dari satu
anak, hanya dikenakan iuran yang sama yaitu RM 25 per keluarga. Dan untuk siswa kelas
VI ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tidak ada pungutan lain, termasuk pula
tidak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung
sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah.
Buku pelajaran yang dipakai siswa relatif tidak berganti setiap tahun. Bila orang tua siswa
membeli semua buku pelajaran, harganya berkisar antara RM 80 samai RM 125 per siswa
per tahun. Buku yang telah dibeli untuk anak sulung akan dapat dipakai terus oleh adiknya
secara turun-temurun. Khusus keluarga dengan pendapatan kurang dari RM 2000 per
bulan, dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks
yang disediakan dari sekolah. Mulai tahun ajaran 2008, semua siswa sekolah rendah
mendapat bantuan peminjaman buku pelajaran dari bantuan pemerintah melalui sekolah
masing-masing.
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib disekolah Menengah, dimana semua siswa harus
mengambil bagian sedikitnya 2 aktivitas. Ada banyak aktivitas ko-kurikular yang ditawarkan
di sekolah menengah. Aktivitas ko-kurikular sering digolongkan menjadi beberapa sebutan,
antara lain sebagai berikut : Kelompok Umum ( Uniformed Groups ), penampil Seni
( Performing Arts ), Klub dan Kemasyarakatan ( Clubs & Societies ), Olah Raga dan
Permainan ( Sports & games ). SiswaBOLEH jugamengikuti kegiatan lebih dari 2 aktivitas
ko-kurikular. Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untu mengambil ujian akhir yang disebut
Sijil Pelajaran Malaysia-SPM ( Malaysian Certificate of Education ).
Pada bulan Maret tahun 2006, Menteri Pendidikan mengumumkan sedang
mempertimbangkan perbaikan ulang sistem SPM, karena dirasa masih kurang sempurna.
Sebagian guru juga mengakuinya. Komentar dari salah satu profesor dari Universitas Malaya
yang menyayangkan mahasiswanya yang tidak bisa menulis makalah, debat, atau
memahami catatan kaki dalam setiap tulisan. Ia juga mengeluhkan mahasiswanya yang
tidak dapat memahami apa yang ia katakan. Padahal zaman dulu banyak jago sekolah yang
pandai debat, lihai bermain drama, olahraga dan lainnya.
Dewasa ini kemajuan sekolah di Malaysia tidak hanya dimiliki sekolah-sekolah negeri tetapi
juga sekolah-sekolah swasta mengalami pertumbuhan pesat. Sekolah swasta pertama yang
diakui kementrian pendidikan Malaysia untuk menjalankan kurikulum nasional ditetapkan
awal tahun 1980. Saat ini sekolah swasta mengalami perkembangan yang pesat dan
menawarkan beragam pilihan. Ada sekolah Dasar dan Menengas Swasta yang menggunakan
kirikulum nasional adapula yang menggunakan kurikulum internasional, seperti kurikulum
Amerika dan Inggris. Juga ada sekolah Cina mandiri khususnya sekolah menengah,
menggunakan kurikulum sesuai dengan yang digariskan Kementrian Pendidikan.Sebagian
sekolah di malaysia ada yang memerapkan sistem berasrama ( Residential Schools).
Sekolah-sekolah ini menerima siswa dengan terlebih dahulu melalui seleksi ketat. Calon
siswa diminta menunjukkan prestasi akademik dan potensi mereka sejak mereka belajar di
sekolah rendah kelas 1 sampai 6. Para sisiwa di sekolah ini dididik selama 24 jam di dalam
asrama. Beberapa sekolah tersebut adalah Malacca High School, Royal Military College, dan
Penang Free School. Residential School atau sekolah berasrama penuh juga dikenal sebagai
sekolah-sekolah Sains ( Science School). Sekolah-sekolah ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan calon-calon elit malaysia, tetapi kemudian diperluas sebagai sekolah untuk
menjaga malaysia dengan cara menerima siswa dengan kemampuan akademik dan bakat-
bakat olahraga serta kepemimpinan yang menonjol. Sekolah tersebut dijadikan sebagai
model setelah sekolah asrama Inggris ( British Boarding School).
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, umumnya dikelola oleh pemerintah dan swasta.
Pendidikan tinggi menawarkan berbagai macam program sertifikat, diploma, sarjana, dan
pascasarjana. Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri diselenggarakan oleh pemerintah, seperti
universitas, perguruan tinggi negeri, politeknik, dan lembagapelatihan guru. Sedangkan
Lembaga Pendidikan Tinggi Swasata diselenggarakan oleh swasta, dan cabang universitas
luar negeri. Kini jumlah perguruan tinggi swasta di Malaysia lebih dari 400 buah.
Beberapa nama universitas di Malaysia anatara lain: Univeriti Tun Hussein, Universiti Utara
Malaysia, Universiti Malaysia Kelantan, Universiti Pertahanan Nasional Malaysia, Universiti
Malaya, Universiti Teknikal Malaysia Malaya, dsb.
Pendidikan Katolik berkembang mulai abad ke-16 melalui orang-orang Portugis yang
menguasai malaka. Dalam usahanya mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa, mereka
menyusuri pulau-pulau Ternate, Tidore, Ambon, dan Bacan. Dalam pelayarannya itu,
mereka selau disertai misionaris Katolik-Roma yang berperan ganda sebagai penasihat
spiritual dalam perjalanan yang jauh dan penyebar agama di tanah yang didatanginya.
Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-Protestan.
Pudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai masa datangnya zaman kolonial Belanda.
Sistem pendidikan diubah dengan menarik garis pemisah antara sekolah Eropa dan sekolah
Bumiputera. Sekolah Eropa diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan anak-anak orang
Eropa di Indonesia, sedangkan sekolah-sekolah bumiputera tingkatan dan prestisenya lebih
rendah diperuntukkan bagi anak-anak bumiputra yang terpilih. Mulai akhir abad ke-19 dan
hingga dasawarsa awal abad ke-20, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sangat
beragam, meliputi sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah raja, sekolah petukangan,
sekolah kejuruan, sekolah-sekolah khusus untuk perempuan Eropa dan pribumi, sekolah
dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan tinggi teknik. Untuk mengimbangi
pendidikan Belanda, pada periode ini berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan bercorak
keagamaan dan kebangsaan oleh Muhamadiyah, taman siswa, INS kayutaman, Maarif dan
perguruan Islam lainnya.
Perubahan lain yang sangat berarti bagi Indonesia di kemudian hari ialah bahasa Indonesia
menjadi bahasa pengantar pertama di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintahan,
dan bahasa pengantar kedua adalah bahasa Jepang. Sejak saat itu, bahasa Indonesia
berkembang pesat sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi ilmiah. Tujuan
pendidikan pada zaman Jepang diarahkan untuk mendukung pendudukan Jepang dengan
menyediakan tenaga kerja kasar secara cuma-Cuma yang dikenal dengan romusha.
Pendidikan dan pengajaran sampai dengan tahun 1945 diselenggarakan oleh Kantor
Pengajaran yang terkenal dengan nama Jepang Bunkyo Kyoku dan merupakan bagian dari
kantor yang menyelenggarakan urusan pamong praja yang disebut dengan Naimubu.
Segere setelah diproklamasikannya kemerdekaan, Pemerintah Indonesia yang baru
dibentuk menunjuk Ki Hajar Dewantara, sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran mulai
19 Agustus sampai dengan 14 November 1945, kemudian digantikan oleh Mr. T.G.S.G Mulia
dari tanggal 14 November 1945 sampai dengan 12 Maret 1946. Tidak lama kemudian Mr.
Dr. T.G.S.G Mulia digantikan oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai dengan 2
Oktober 1946. Karena masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada dasarnya tidak
banyak yang dapat diperbuat oleh para menteri tersebut, apalagi Indonesia masih
disibukkan dengan berbagai persoalan bangsa setelah diproklamasikannya kemerdekaan.
Dalam sejarah, sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 198, 1975, 1984, 1994, dan tahun 2004,
dan terakhir adalah KTSP. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial, budaya, ekonomi dan IPTEK dalam masyarakat.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam
bahasa Belanda ) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan
sekolah-sekolah pada 1950.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952.
3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan
SD Depdiknas.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
7. Kurikulum 2004
Atau disebut juga sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.
Kurikulum KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun
ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu
sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP
mengacu padaPermendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang memuat:
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
1. Pendidikan prasekolah
Sekolah tadika (prasekolah) menerima kemasukan kanak-kanak umur 4-6 tahun. Pengajian
tadika bukan merupakan pengajian wajib dalam Pendidikan Malaysia. Namun begitu
penubuhan tadika oleh pihak swasta amat menggalakkan. Sepakat ini, sebagian besar
Sekolah Kebangsaan mempunyai kelas prasekolah. Namun kemasukan ke kelas ini dibuka
kepada anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
1. Pendidikan rendah
Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima kemasukan kanak-
kanak berumur 7 tahun hingga 12 tahun. Bahasa Melayudan bahasa Inggris merupakan
mata pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah awam di Malaysia
terbagi kepada dua jenis, yaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Jenis Kebangsaan.
Kurikulum di kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama. Perbedaan antara dua jenis
sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan sebagai
bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa Mandarindigunakan
sebagai bahasa pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan.
Pada akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai prestasi
murid-murid. Ujian awam pada peringkat sekolah rendah dinamakan Ujian Penilaian
Sekolah Rendah (UPSR). Pelajar yang telah menduduki UPSR, dibenarkan melanjutkan
pelajaran ke peringkat menengah.
1. Pendidikan menengah
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib di sekolah menengah, dimana semua siswa harus
mengambil bagian di dalam sedikitnya 2 aktivitas. Ada banyak aktivitas ko-kurikuler yang
ditawarkan di sekolah menengah. Aneka macam di masing-masing sekolah dan masing-
masing siswa yang menjadi sebutan yang di dasarkan atas bidang-bidang ini. Ada beberapa
kompetisi dan penilaian kinerja yang dilakukan secara teratur. Aktivitas ko-kurikuler sering
digolongkan menjadi beberapa sebutan sebagai berikut: Kelompok Umum (Uniformed
Groups), Penampilan Seni (Performing Arts), Klub dan Kemasyarakatan (Clubs and
Societies), Olahraga dan Permainan (Sports and Games). SiswaBOLEH juga mengikuti
kegiatan lebih dari aktivitas ko-kurikuler.
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untuk mengambil ujian akhir yang disebutSijil Pelajaran
Malaysia-SPM (Malaysian Certificate of Education Examination)sebelum merka lulus dari
sekolah menengah ini. Ujian SPM itu didasarkan pada Ujian Sertifikat Sekolah (School
Certificate Examination) sebagaimana zaman Inggris dahulu sebelum berubah menjadi
Ujian Tingkat O Sertifikat Umum Pendidikan (General Certificate of secondary Education-
GCSE).
1. Pendidikan pra-universiti
Selepas SPM, para pelajar dapat membuat pilihan sama ada belajar dalam Tingkatan
6 matrikulasi, pengajian diploma di pelbagai institut pendidikan seperti Politeknik. Jika
mereka melanjutkan pelajaran dalam Tingkatan Enam, mereka akan menduduki
peperiksaan Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia(STPM). Tingkatan 6 yang terdiri daripada
Tingkatan 6 Rendah dan Tingkatan 6 Atas mengambil masa selama dua tahun. STPM
dianggap lebih susah daripadaA-level kerana merangkumi skop yang lebih mendalam dan
luas. Walaupun STPM biasanya diduduki bagi mereka yang ingin belajar di universiti awam
di Malaysia, STPM turut diakui di peringkat antarabangsa.
Selain itu, para pelajarBOLEH memohon kebenaran untuk mengikuti program matrikulasi
yang mengambil masa selama satu atau dua tahun. Pada suatu ketika dahulu, matrikulasi
hanya mengambil masa selama satu tahun. Sejak tahun 2006, 30% daripada semua pelajar
matrikulasi diberikan program yang mengambil masa selama dua tahun. 90% daripada
tempat matrikulasi adalah disimpan untuk bumiputera. Program matrikulasi tidak seketat
dengan STPM. Ramai berpendapat bahawa program ini mudah daripada STPM, dan
dikatakan untuk membantu bumiputera belajar di universiti dengan mudah. Matrikulasi
dikenalkan selepas kuota kemasukan universiti awam yang berdasarkan kaum
dimansuhkan. 70% daripada pelajar kursus krtikal seperti perubatan, farmasi, pergigian
dan perundangan ialah pelajar matrikulasi. Sebaliknya, kebanyakan kursus-kursus seperti
Sarjana Muda Sains yang kurang diminati diambil oleh pelajar STPM. Pembela program
matrikulasi mendakwa bahawa Tingkatan 6 adalah berbeda dengan program matrikulasi.
Akan tetapi, program matrikulasi dan Tingkatan Enam memainkan peranan yang sama
(kelayakan kemasukan universiti). Setelah pelajar menerima pendidikan pra-universiti di
kolej persendirian. Mereka mungkin memilihdiploma, A-level, Program Matrikulasi Kanada
atau kursus yang sama dari negara lain.
1. Pengajian tinggi
1) Sekolah Kebangsaan
2) Sekolah Kluster
4) Sekolah Wawasan
6) Sekolah Mubaligh
7) Sekolah Bestari
1. Sekolah Kebangsaan
1. Sekolah Kluster
Sekolah kluster satu jenama yang diberi kepada sekolah yang dikenal pasti cemerlang
dalam klusternya daripada aspek pengurusan sekolah dan kemenjadian murid. Pewujudan
sekolah kluster bertujuan melonjakkan kecemerlangan sekolah dalam sistem pendidikan
Malaysia dan membangun sekolah yangBOLEH dicontohi oleh sekolah dalam kluster yang
sama dan sekolah lain di luar klusternya.
Bahasa Cina atau Bahasa Tamil digunakan sebagai bahasa pengantar. Sekolah Jenis
Kebangsaan merupakan salah satu jenis sekolah rendah. Dari tahun 1995 hingga 2000,
pengagihan Rancangan Malaysia Ketujuh membahagikan 96.5% kepada Sekolah
Kebangsaan yang hanya mempunyai 75% daripada pelajar sekolah rendah. Sekolah Jenis
Kebangsaan Cina (21% daripada pelajar sekolah rendah) mendapat 2.4% daripada
pengagihan manakala Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil (3.6% daripada pelajar sekolah
rendah) mendapat 1% daripada pengagihan.
1. Sekolah Wawasan
Beberapa sekolah awam berkongsi kemudahan yang sama di dalam sebuah sekolah yang
dikenali sebagai Sekolah Wawasan. Penubuhan Sekolah Wawasan adalah untuk
menggalakkan interaksi yang lebih rapat antara kaum. Akan tetapi, kebanyakan orang Cina
dan orang India membantah Sekolah Wawasan kerana mereka percaya bahawa Sekolah
Wawasan akan mengehadkan penggunaan bahasa ibunda di sekolah.
Sekolah pondok, madrasah dan sekolah agama Islam lain merupakan bentuk sekolah asal di
Malaysia. Sekolah-sekolah sedemikian masih wujud di Malaysia tetapi bukan sebahagian
daripada pelajaran kanak-kanak di kawasan bandar. Pelajar di kawasan luar bandar masih
belajar di sekolah-sekolah ini. Oleh sebab keputusan pelajaran di sekolah-sekolah ini tidak
diterima oleh kebanyakan universiti di Malaysia, kebanyakan pelajar ini perlu melanjutkan
pelajaran ke kawasan seperti Pakistan atau Mesir.
1. Sekolah Bestari
Sekolah bestari cuba menerapkan komputer dan teknologi dalam kaedah pembelajaran.
Sekolah Menengah Teknik dan vokasional memberi peluang kepada murid yang mempunyai
kecenderungan dalam pendidikan sains dan teknologi untuk memenuhi tenaga kerja dalam
bidang industri Negara. Kementerian Pelajaran Malaysia menawarkan program-program
yang membolehkan murid berpotensi menjadi separa profesional atau profesional dalam
pelbagai bidang teknikal dan kejuruteraan.
Maktab Rendah Sains MARA (MRSM) dan Sekolah Berasrama Penuh atauResidential
School juga dikenal sebagai sekolah-sekolah sains (Science Schools). Sekolah-sekkolah ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan calon-calon elit Malaysia tetapi kemudian diperluas
sebagai sekolah untuk menjaga Malaysia dengan cara menerima siswa dengan kemampuan
akademik dan bakat-bakat olahraga serta kepemimpinan yang menonjol. Sekolah tersebut
dijadikan sebagai model setelah Sekolah Asrama Inggris (British Boarding School)
Menurut Sisdiknas :
2. Pendidikan formal
3. Pendidikan non formal
4. Pendidikan informal
5. Jenjang pendidikan Formal
6. Pendidikan Dasar
7. Pendidikan Menengah
8. Pendidikan Tinggi
9. Jenis Pendidikan Formal
10. Pendidikan Umum
11. Kejuruan
12. Akademik
13. Profesi
14. Vokasi
15. Keagamaan
16. Khusus
1. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
a. Pendidikan formal
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah
TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya
kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya
c. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
2. Jenis Pendidikan
1. Pendidikan umum
1. Pendidikan kejuruan
1. Pendidikan akademik
1. Pendidikan profesi
1. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
1. Pendidikan keagamaan
1. Pendidikan khusus
3. Tingkat Pendidikan
Prasekolah
Dari kelahiran sampai usia 3 tahun, kanak-kanak Indonesia pada umumnya tidak memiliki
akses terhadap pendidikan formal. Dari usia 3 sampai 4 atau 5 tahun, mereka memasuki
taman kanak-kanak. Pendidikan ini tidak wajib bagi warga negara Indonesia, tujuan
pokoknya adalah untuk mempersiapkan anak didik memasuki sekolah dasar. Dari 49.000
taman kanak-kanak yang ada di Indonesia, 99,35% diselenggarakan oleh pihak swasta.
Periode taman kanak-kanak biasanya dibagi ke dalam Kelas A (atau Nol Kecil) dan Kelas
B (atau Nol Besar), masing-masing untuk periode satu tahun.
1. Sekolah dasar
Sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) adalah bagian dari
pendidikan dasar di Indonesia. Setelah tamat dari SD/MI, para siswa dapat memilih untuk
memasuki SMP atau MTs selama tiga tahun pada kisaran usia 12-14. Setelah tiga tahun dan
tamat, para siswa dapat meneruskan pendidikan mereka ke sekolah menengah atas (SMA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah (MA).
1. Pendidikan Tinggi
Setelah tamat dari sekolah menengah atas atau madrasah aliyah, para siswa dapat
memasuki perguruan tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia dibagi ke dalam dua kategori:
yakni negeri dan swasta. Kedua-duanya dipandu oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan tinggi; misalnya universitas, sekolah
tinggi, institut, akademi, danpoliteknik. Ada beberapa tingkatan gelar yang dapat diraih di
pendidikan tinggi, yaitu Diploma 3 (D3), Diploma 4 (D4), Strata 1 (S1), Strata 2 (S2),
danStrata 3 (S3).
Siswa di Malaysia sangat menjunjung tinggi wawasan kebangsaan Negara Malaysia. Siswa di
Malaysia sangat menjunjung tinggi kedisiplinan serta kearifan. Kedisiplinan dipupuk dengan
arahan dari pemerintah melalui peraturan dan perundang-undangan. Sekolah juga memiliki
kebijakan untuk membuat peraturan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Akan tetapi
masih banyak juga siswa di Malaysia yang kurang mematuhi peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan.
Pengelolaan kelas juga mempengaruhi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar. Kapasitas kelas diperhatikan agar terjadi kenyamanan untuk melakukan kegiatan
belajar dan pembelajaran. Ini sangat mempengaruhi tingkat motivasi belajar serta prestasi
siswa. Prestasi siswa amat dipengaruhi oleh kualitas guru sebagai pendidik serta pemimpin
siswa di dalam kelas.
15 Guru di Malaysia
Peranan guru pada dasarnya sama di semua Negara yaitu sebagai pengajar, fasilitator,
pemimpin, dan motivator bagi siswa. Guru amat berperan dalam perkembangan siswa.
Siswa dapat berkembang dengan baik apabila diajar oleh guru yang memiliki kualitas yang
baik. Di Malaysia guru dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan
emosi siswa.
Guru dapat dikatakan memiliki prestasi apabila siswa yang diajarkannya memiliki kualitas
dan suskes menatap masa depan. Hal ini dikarenakan kesuskesan dari seorang siswa
dipengaruhi oleh guru.
Pengetua sekolah (kepala sekolah) mempunyai peranan yang amat penting bagi kemajuan
sekolah. Hak dari pengetua sekolah adalah menciptakan kebijakan sekolah. Kebijakan-
kebijakan pengetua sekolah bertujuan untuk kenajuan sekolah. Mencapai kemajuan
pendidikan di Malaysia kementerian Malaysia memberlakukan pelatihan-pelatihan bagi
kepala sekolah karena dinilai kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat berpengaruh
terhadap perkembangan sekolah serta pendidikan di Malaysia.
Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Atase Pendidikan Kedutaan Besar Malaysia Dato
Paduka Junaidy Abu Bakar mengatakan gaji guru mula di Malaysia berjumlah 1.405 RM
ditambah tunjangan rutin 340 RM. Totalnya sekitar Rp 4.941.222,33.
Total gaji ini diberikan kepada guru muda lulisan Diploma 3 yang baru mengajar. Guru muda
ini berada di grade DGA 29. Di tahap akhir grade ini, gajinya bisa mencapai Rp
10.682.685,36. Jika guru juga naik golongan ataugrade, gajinya pun akan naik hampir Rp 2
juta.
Dalam kelompok guru lulusan D-3, ada tiga tingkatan, yaitu grade DGA 29,grade DGA 32
dan grade DGA 34. Ketika guru naik pangkat di akhir grade 34, gajiinya bisa mencapai
hampir Rp 12 juta. Itu baru guru lulusan D-III.
Beda lagi dengan para guru dan dosen lulusan S-1 dan S-2. Dalam lima grade, rentang
gajinya dari 1.695 RM plus 550 RM atau sekitar Rp 6.343.799,17 hingga 8.860 RM plus
2.200 RM dengan total hampir Rp 39 juta.
Selain gaji pokok ini, mereka juga berhak memperoleh tunjangan-tunjangan lain, seperti
tunjangan perumahan sebesar 180 RM, laptop gratis, danpinjaman mobil. Para guru dan
dosen juga memperoleh insentif khusus jika mengajar mata pelajaran seperti Bahasa
Inggris atau mengajar pelajar cacat.
Bagi mereka yang tinggal di kawasan pinggiran dan mengalami kesulitan transportasi juga
memperoleh tunjangan antara 500 RM sampai 1.500 RM serta dana cuti belajar.
Tentu saja, para guru boleh tenang. Pasalnya, indeks taraf hidup pun hanya berkisar 750
RM-1.500 RM. Maksimal hanya terjadi di kawasan Bandar. Kesejahteraan ini pun berlaku
pula bagi para guru swasta. Hanya bedanya, lanjut Junaidy, di Malaysia jarang terdapat
sekolah swasta.
16 Guru di Indonesia
Pada tahun 2004 berdasarkan fakta mutu guru Indonesia masih jauh dari memadai untuk
melakukan perubahan yang sifatnya mendasar berkaitan kurikulum yang beberbasis
kompetensi yang sudah kita terapkan. Berdasarkan statistik 60% guru SD, 40% guru SMP,
43% guru SMA, dan 34% guru SMK, dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang
masing-masing. Selain itu 17% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan
bidang studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human
Develoment Index.
Peranan guru pada dasarnya sama di semua Negara yaitu sebagai pengajar, fasilitator,
pemimpin, dan motivator bagi siswa. Guru amat berperan dalam perkembangan siswa.
Siswa dapat berkembang dengan baik apabila diajar oleh guru yang memiliki kualitas yang
baik. Di Malaysia guru dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan
emosi siswa.
Guru dapat dikatakan memiliki prestasi apabila siswa yang diajarkannya memiliki kualitas
dan suskes menatap masa depan. Hal ini dikarenakan kesuskesan dari seorang siswa
dipengaruhi oleh guru.
Pengetua sekolah (kepala sekolah) mempunyai peranan yang amat penting bagi kemajuan
sekolah. Hak dari pengetua sekolah adalah menciptakan kebijakan sekolah. Kebijakan-
kebijakan pengetua sekolah bertujuan untuk kenajuan sekolah. Mencapai kemajuan
pendidikan di Malaysia kementerian Malaysia memberlakukan pelatihan-pelatihan bagi
kepala sekolah karena dinilai kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat berpengaruh
terhadap perkembangan sekolah serta pendidikan di Malaysia.
Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Gaji guru di Malaysia berkisar di atas RM 1000 (>Rp
2.500.000), yang hampir setara dengan gaji profesor (golongan IV/e) di negaraIndonesia.
Meskipun juga banyak keluhan dari para guru Malaysia tersebut yang merasa gaji mereka
masih juga rendah. Namun pada kenyataannya, guru sekolah rendah di Malaysia sudah
mampu mengajukan kredit mobil dari gajinya, sedangkan guru SD di Indonesia baru pada
tahap layak mengajukan kredit sepeda motor. Itupun baru sebagian kecil guru saja, sedang
sebagian besar lainnya berusaha melunasinya dengan mengandalkan pekerjaan sampingan.
Malaysia telah memiliki standar prosedur operasional baku dalam merancang konsep dan
kebijakan pendidikannya. Sebagai contoh, Akta Pendidikan (UU Sistem Pendidikan Nasional)
melalui proses perubahan dengan melalui proses evaluasi secara mendalam. Hasil evaluasi
itu dilaporkan oleh Menteri Pendidikan dalam sidang kabinet, dan akhirnya disusunlah Akta
Pendidikan yang baru berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Dalam rangka menyongsong
abad ke-21, Malaysia telah memiliki Akta Pendidikan 1996 (Akta 550). Sementara Indonesia
baru setahun memiliki undang-undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni
UU Nomor 20 tahun 2003.
Berikut ini akan dikomparasikan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan di Indonesia
Malaysia. Konsep dan kebijakan yang akan dikomparasikan adalah yang sepadan atau yang
substansinya sama atau hampir sama.
1. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pendidikan Percuma (Gratis)
Wajib belajar di Indonesia dimulai sejak adanya Wajib Belajar Sekolah Dasar 6 Tahun, yang
mulai dicanangkan bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei
1984. Keberhasilan program ini kemudian dilanjutkan dengan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun yang dicanangkan juga bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan
Nasional tanggal 2 Mei 1994. Konsep wajib belajar di Indonesia memang tidak identik
dengan compulsory education yang berbau paksaan dan diikuti dengan sanksi yang tegas,
tetapi lebih ke arah sebagai universal basic education, yang bersifat arahan dan himbauan,
dengan sanksi sosial. Keberhasilan pelaksanaan program Wajib Belajar Sekolah Dasar 6
Tahun tersebut memang telah berhasil secara kuantitatif, karena 93% anak usia sekolah
dasar telah dapat ditampung dalam SD-SD Inpres yang tersebar ke seluruh pelosok tanah
air. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa keberhasilan dalam perluasan
kesempatan belajar itu tidak diikuti oleh keberhasilan secara kualitatif. Banyak gedung SD
yang kini menjadi kosong karena dibangun di lokasi yang tidak tepat. Bahkan kini banyak
gedung-gedung itu yang kini telah mengalami rusak berat, karena dibangun dengan kualitas
yang rendah. Wal hasil, pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini kurang
berorientasi kepada mutu pendidikan.
Pendidikan gratis terutama diberlakukan untuk satuan pendidikan Sekolah Rendah (SR)
mulai dari Darjah Satu sampai dengan Darjah Enam atau kelas satu sampai dengan kelas
enam di Sekolah Rendah. Sistem persekolahan di Malaysia menganut umur, artinya jika
anak berumur tujuh tahun maka ia berhak menduduki darjah satu Sekolah Rendah, dan
demikian seterusnya. Dalam hal kenaikan kelas, Malaysia menganut sistem automatic
promotion atau kenaikan kelas otomatis. Oleh karena itu, tidak ada siswa yang tidak naik
kelas. Berkat kebijakan inilah maka meski secara resmi Malaysia tidak memiliki program
wajib belajar, sebagaian besar anak usia sekolah di Malaysia telah memperoleh kesempatan
belajar. Untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas (classroom management), guru
membagi kelas menjadi tiga kelompok berdasarkan kecepatan dalam menerima pelajaran,
yakni kelompok yang cepat, sedang, dan lambat. Walhasil, meski di Malaysia tidak
pencanangan program wajib belajar sebagaimana yang dilaksanakan di Indonesia, namun
dengan program pemerataan pendidikan di Malaysia juga telah berhasil dengan kualitas
yang memadai.
Jika di Indonesia telah mencoba konsep percepatan belajar atau accelerated learning, maka
Malaysia sejak lama telah melaksanakan konsep yang disebut kenaikan kelas ekspres.
Kenaikan kelas ekspres ini justru diberlakukan pada darjah tiga atau kelas tiga dapat naik
ke kelas lima, setelah melalui tes yang diselenggarakan Lembaga Peperiksaan Malaysia.
Selain itu, ketentuan lain yang secara tegas dilaksanakan adalah adanya persetujuan dari
orangtua siswanya. Apabila orangtuanya tidak setuju, anak tersebut dapat mengikuti proses
kenaikan biasa. Persetujuan orangtua ini amat penting karena orantua harus ikut
bertanggung jawab terhadap implikasi yang ditimbulkan dari kebijakan kenaikan kelas
ekspres tersebut.
Dalam hal kebijakan accelerated learning di Indonesia, Prof. Dr. Suyanto, M.Ed, Rektor
Universitas Negeri Yogyakarta, justru tidak setuju dengan pelaksanaan accelerated learning
pada jenjang pendidikan dasar, utamanya di SD. Pertimbangannya, sudah tentu dari faktor
psikologis dan edukatif, yakni siswa SD akan kehilangan waktu bermain (Republika, 12
Maret 2004). Dalam hal pemberlakukan program akselarasi di SMA pun, Rektor UNY juga
tidak setuju jika dilaksanakan dengan kelas khusus. Alasannya karena cara tersebut
merupakan satu bentuk diskriminasi bagi siswa. Cara yang paling elegan menurut beliau
adalah dengan sistem kredit semester (SKS).
Dengan belajar dari Malaysia tentang kenaikan kelas ekspres, perbedaan pandangan
tentang