Anda di halaman 1dari 7

Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No.

2 Juli 2009 (ISSN : 1410-7031) 1

FORMULASI DAN EVALUASI KESTABILAN FISIK


KRIM ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI KAKAO
(Theobroma cacao L.)
Ermina Pakki, Sartini, Rosany Tayeb, dan Nur Laila Maisarah
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK
Penelitian tentang formulasi krim antioksidan dari ekstrak biji kakao
(Theobroma cacao L.) dan uji kestabilan fisiknya telah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasi krim dari ekstrak biji kakao yang paling stabil secara
fisik. Biji kakao diekstraksi dengan penyari aseton-air (7:3). Ekstrak aseton-air (7:3)
diformulasi menjadi sediaan krim dengan variasi emulgator yaitu tween 60 span
60, tween 80 - span 80, novemer, dan capigel. Evaluasi kestabilan fisik krim
meliputi organoleptis, kriming, viskositas, dan ukuran tetes terdispersi serta inversi
fase sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat selama 12 jam secara
bergantian pada suhu 150C dan 35oC sebanyak 10 siklus. Pengamatan organoleptis
memperlihatkan tidak ada perubahan warna dan bau pada keempat krim. Analisis
statistik menunjukkan bahwa variasi emulgator memberikan pengaruh yang nyata
terhadap viskositas krim sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat,
sedangkan terhadap ukuran tetes terdispersi tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kriming dan inversi fase pada
semua krim. Keempat krim yang diformulasi menggunakan variasi emulgator stabil
secara fisik, namun yang paling stabil secara fisik adalah krim dengan emulgator
tween 80 - span 80 konsentrasi 5%.

Kata kunci : biji kakao, antioksidan, krim, stabilitas fisik

PENDAHULUAN yang tidak difermentasi ialah 25,65


Tanaman kakao (Theobroma mg/g; 6,46 mg/g; 119,78 mg/g sedang-
cacao L.) dari suku Sterculiaceae meru- kan kandungan epikatekin, katekin, dan
pakan tanaman perkebunan yang mem- total prosianidin dari biji kakao yang
punyai arti ekonomi penting di Indone- difermentasi berturut-turut ialah 3,30
sia sebagai komoditi ekspor. Masa mg/g; 2,02 mg/g; 22,99 mg/g (4). Ber-
depan komoditi ini cukup cerah karena dasarkan hasil penelitian tersebut di
diperkirakan permintaan dunia terhadap atas maka pada penelitian ini diguna-
komoditi ini akan terus meningkat. Pe- kan biji kakao yang tidak difermentasi.
nemuan mutakhir menunjukkan bahwa Antioksidan dapat bekerja de-
kakao memiliki zat bioaktif yang ber- ngan cara mengatasi efek-efek keru-
manfaat bagi kesehatan. Tanaman ka- sakan pada kulit manusia yang diaki-
kao mengandung senyawa antioksidan batkan oleh radikal bebas yang meru-
yang telah diuji secara in vitro. Kurang pakan faktor utama pada proses penua-
lebih 60% senyawa polifenol dari biji an (aging) dan kerusakan jaringan kulit.
kakao adalah flavonoid prosianidin. Be- Karena sifat antioksidan inilah, maka
berapa dari senyawa fenolik tersebut biji kakao sangat berpotensi untuk di-
yaitu katekin, epikatekin, antosianidin, buat dalam sediaan kosmetik. Salah sa-
proantosianidin, asam fenolat, dan be- tu bentuk sediaan kosmetik yang sering
berapa flavonoid lainnya (1,2,3). digunakan yaitu sediaan krim (5,6).
Berbagai penelitian menunjuk- Krim adalah bentuk sediaan
kan bahwa kandungan epikatekin, kate- setengah padat yang mengandung satu
kin, dan total prosianidin dari biji kakao atau lebih bahan obat terlarut atau ter-
Universitas Hasanuddin, Makassar 2

dispersi dalam bahan dasar yang se- butilparaben), setil alkohol, span 60
suai. Sediaan krim untuk kulit dapat (sorbitan 60), span 80 (sorbitan 80),
berfungsi sebagai pelindung yang baik stearil alkohol, tween 60 (polisorbat
bagi kulit (6,7). Salah satu syarat yang 60), tween 80 (polisorbat 80
harus dipenuhi suatu sediaan emulsi Ekstraksi Sampel
yang baik adalah stabil secara fisika Buah kakao diperam selama 5
karena tanpa hal ini suatu emulsi akan hari. Buah dipecahkan dan bijinya dike-
segera kembali menjadi dua fase yang luarkan dan dipisahkan dari empulur.
terpisah. Ketidakstabilan emulsi terlihat Biji direndam dalam air panas (90 oC)
dengan terjadinya kriming, flokulasi, selama 5 menit, dicuci lalu dikeringkan
dan penggumpalan yang dapat juga dalam oven pada suhu 40 50 C.
disertai dengan pemisahan fase, per- Biji kakao dikupas kulitnya lalu
ubahan kekentalan emulsi, serta ter- ditumbuk hingga diperoleh serbuk
jadinya inversi fase (8,9). kasar. Sebanyak 500 g serbuk biji di-
Berdasarkan uraian tersebut, maserasi dengan aseton:air (7:3) seba-
maka dilakukan studi formulasi krim nyak 1,25 liter, didiamkan selama 5 hari
antioksidan dari ekstrak biji kakao yang sambil sesekali diaduk kemudian filtrat
memenuhi syarat kestabilan fisik suatu disaring. Perlakuan diulangi sebanyak 3
emulsi. Pada penelitian ini digunakan kali. Ekstrak yang diperoleh dibebas-
emulgator tween 60 (polisorbat 60) lemakkan dengan n-heksan. Ekstrak
span 60 (sorbitan 60), tween 80 aseton:air yang diperoleh diuapkan pa-
(polisorbat 80) span 80 (sorbitan 80), da rotavapor hingga diperoleh ekstrak
novemer (acrylat copolimer, mineral kental sebanyak 25,5 g.
oil, dan polisorbat 85), dan capigel Analisis Kualitatif Bahan Alam
(acrylat copolimer). Parameter peng- Ekstrak biji kakao ditotolkan
ujian yang dilakukan meliputi perubah- pada lempeng KLT dan dielusi dengan
an organoleptis serta kestabilan fisika eluen butanol : asam asetat glasial : air
dari tiap sediaan krim yang dihasilkan (4:1:5). Visualisasi komponen kimia
sebelum dan setelah kondisi penyim- menggunakan lampu UV pada panjang
panan dipercepat (pada suhu 5 oC dan gelombang 254 nm & 366 nm. Visual-
35oC masing-masing selama 12 jam se- isasi lebih lanjut dengan FeCl 3 sebagai
banyak 10 siklus) meliputi volume krim- pereaksi penampak untuk deteksi se-
ing, perubahan kekentalan, dan ukuran nyawa golongan polifenol. Dengan
tetes terdispersi serta inversi fase. eluen butanol : asam asetat glasial : air
(4:1:5) menunjukkan warna noda hijau
METODE PENELITIAN kehitaman.
Alat dan Bahan Pembuatan Krim dengan Emulgator
Alat-alat yang digunakan antara Tween-Span
lain mikroskop (Nikon Eclipse E 200), 1. Fase minyak dibuat dengan melebur
penangas air (Memmert), pengaduk berturut-turut lanolin anhidrat, setil
elektrik (Philips), rotavapor, alat mase- alkohol, asam stearat, stearil alko-
rasi, termometer, timbangan elektrik, hol, span 60, dan -tokoferol di atas
timbangan kasar, dan viskometer tangas air. Suhu dipertahankan pada
(Brookfield) 70o C.
Bahan yang digunakan adalah 2. Fase air dibuat dengan melarutkan
asam stearat, aseton, -tokoferol, buah tween 60 dalam air yang telah di-
kakao (Theobroma cacao L.), capigel panaskan hingga 70oC, kemudian di-
(acrylat copolimer), lanolin anhidrat, tambah propilen glikol. Suhu diperta-
metilen biru, minyak mawar, n-heksan, hankan pada 70o C
novemer (acrylat copolimer, mineral 3. Krim dibuat dengan menambahkan
oil, dan polisorbat 85), propilen glikol, fase minyak ke dalam fase air kemu-
sepicide (phenoxyethanol, metilpara- dian ditambah sepicide sambil di-
ben, ethylparaben, propil paraben, dan aduk dengan pengaduk elektrik sela-
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 2 Juli 2009 (ISSN : 1410-7031) 3

ma 2 menit, kemudian didiamkan se- 4. Ekstrak digerus dalam mortir lalu


lama 20 detik lalu diaduk kembali ditambah basis krim sedikit demi
sampai homogen sedikit dan diaduk sampai homogen
4. Ekstrak digerus dalam mortir lalu di- lalu dipindahkan pada gelas piala
tambah basis krim sedikit demi sedi- yang berisi sisa basis lalu diaduk
kit dan diaduk sampai homogen lalu kembali sampai homogen
dipindahkan ke dalam gelas piala
yang berisi sisa basis dan diaduk Tabel 1. Rancangan formula krim anti-
kembali hingga homogen oksidan dari ekstrak biji kakao (Theobroma
5. Cara yang sama dilakukan untuk cacao L.)
Formula Krim (%b/b)
krim yang menggunakan tween 80 Bahan
I II III IV
dan span 80. Ekstrak biji
Krim dengan Emulgator Capigel 0,5 0,5 0,5 0,5
kakao
1. Fase minyak dibuat dengan melebur Asam stearat 2 2 2 2
berturut-turut lanolin anhidrat, setil Setil alkohol 3 3 3 3
Stearil alkohol 1,5 1,5 1,5 1,5
alkohol, asam stearat, stearil alko-
Lanolin anhidrat 2 2 2 2
hol, dan -tokoferol di atas tangas -tokoferol 0,05 0,05 0,05 0,05
air. Suhu dipertahankan pada 70o C. Tween 60 -
5 - - -
2. Fase air dibuat dengan melarutkan span 60
capigel dalam air yang telah di- Tween 80 -
- 5 - -
panaskan hingga 70oC, kemudian di- span 80
tambah propilen glikol. Suhu diper- Novemer - - 1 -
tahankan 70o C Capigel - - - 0,1
Propilen glikol 10 10 10 10
3. Emulsi dibuat dengan menambah- Sepicide 0,3 0,3 0,3 0,3
kan fase minyak ke dalam fase air Minyak mawar 0,05 0,05 0,05 0,05
kemudian ditambahkan sepicide Air suling 75,6 75,6 79,6 80,5
sambil diaduk dengan pengaduk
elektrik selama 2 menit, lalu di- Evaluasi Tipe Krim
diamkan selama 20 detik lalu diaduk a. Metode Pengenceran
kembali sampai terbentuk emulsi Krim yang jadi dimasukkan ke
yang homogen dalam vial, kemudian diencerkan de-
4. Ekstrak digerus dalam mortir lalu ngan air. Jika emulsi dapat diencerkan
ditambah basis krim sedikit demi maka tipe emulsi adalah tipe m/a.
sedikit dan diaduk sampai homogen b. Metode Dispersi Zat Warna
lalu dipindahkan pada gelas piala Emulsi yang dibuat dimasukkan
yang berisi sisa basis dan diaduk ke dalam vial, kemudian ditetesi de-
kembali sampai homogen ngan beberapa tetes larutan biru me-
Krim dengan Emulgator Novemer tilen. Jika warna biru segera terdispersi
1. Fase minyak dibuat dengan melebur ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya
berturut-turut lanolin anhidrat, setil adalah tipe m/a.
alkohol, asam stearat, stearil alko- Evaluasi Kestabilan
hol, dan -tokoferol di atas tangas a. Pemeriksaan Hasil Jadi Krim
air. Suhu dipertahankan pada 70o C. Pengamatan organoleptis dila-
2. Fase air dibuat dengan melarutkan kukan terhadap sediaan krim, meliputi
propilen glikol dalam air. Suhu diper- perubahan warna dan bau sebelum dan
tahankan 70o C setelah kondisi penyimpanan diperce-
3. Emulsi dibuat dengan menambah- pat.
kan fase minyak ke dalam fase air b. Pengukuran Volume Kriming
kemudian ditambah novemer dan Sebanyak 25 ml krim dimasuk-
sepicide sambil diaduk dengan kan ke dalam gelas ukur kemudian
pengaduk elektrik selama 2 menit, diberi kondisi penyimpanan dipercepat
lalu didiamkan selama 20 detik, lalu yaitu penyimpanan selang seling pada
diaduk kembali sampai homogen suhu 5oC dan 35oC masing-masing
Universitas Hasanuddin, Makassar 4

selama 12 jam sebanyak 10 siklus. Viskositas Krim


Pengamatan volume kriming dilakukan Hasil pengukuran viskositas
setiap 1 siklus penyimpanan. Volume krim dengan variasi emulgator menun-
kriming dihitung dengan % rumus : jukkan terjadinya perubahan kekentalan
Hu pada semua formula krim.
Volume kriming = 100%
H0 Tabel 2. Hasil pengukuran viskositas krim
Hu = Volume emulsi yang kriming, dan (poise)
H0 = Volume total krim Kondisi
Krim Sebelum Setelah
Pengukuran Viskositas Dipercepat Dipercepat
Pengukuran viskositas dilaku- 138 159
kan terhadap sediaan krim sebelum I 137 156
dan setelah diberi kondisi penyimpanan 139 159
dipercepat yaitu penyimpanan selang- Rata-rata 138 158
seling pada suhu 5oC dan 35oC masing- 72 74
masing selama 12 jam sebanyak 10 II 71 72
73 74
siklus. Viskositas diukur dengan visko-
Rata-rata 72 73,33
meter Brookfield dengan menggunakan
30 52
spindle no. 6. III 29 53
Pengukuran Tetes Terdispersi 28 50
Sediaan dimasukkan ke dalam Rata-rata 29 51,67
vial, kemudian dilakukan pengukuran 70 54
tetes terdispersi sebelum dan setelah IV 73 57
diberi kondisi penyimpanan dipercepat. 70 54
Pengamatan ukuran tetes terdispersi di- Rata-rata 71 55
lakukan dengan mikroskop. Keterangan :
Inversi Fase I: Krim dengan emulgator tween 60-span 60 5%
II:Krim dengan emulgator tween 80-span 80 5%
Sediaan yang telah jadi diberi
III: Krim dengan emulgator capigel 0,1%
kondisi penyimpanan dipercepat diuji IV: Krim dengan emulgator novemer 1%
kembali tipe emulsinya dengan metode
pengenceran dan metode dispersi zat Inversi Fase
warna metilen biru.5o C dan 35o C. Hasil pengujian tipe emulsi
dengan uji pengenceran dan uji dispersi
HASIL DAN PEMBAHASAN zat warna metilen biru setelah kondisi
Pengamatan Organoleptis penyimpanan dipercepat memperlihat-
Pengamatan organoleptis menun- kan tipe emulsi minyak dalam air (m/a)
jukkan bahwa krim yang dibuat dengan untuk semua krim yang dibuat. Hasil ini
variasi emulgator yaitu krim I, II, III, dan menunjukkan tidak terjadi inversi fase
IV tidak mengalami perubahan warna pada semua formula krim.
dan bau setelah kondisi penyimpanan Ukuran Tetes Terdispersi
dipercepat. Warna tetap coklat muda Hasil pengamatan tetes terdis-
dan beraroma mawar. persi pada krim dengan variasi emulga-
Tipe Krim tor menunjukkan terjadinya perubahan
Pengujian tipe krim dengan uji ukuran tetes terdispersi pada semua
pengenceran dan uji dispersi zat warna formula krim.
metilen biru sebelum kondisi dipercepat Pembahasan
menunjukkan tipe emulsi minyak dalam Biji kakao (Theobroma cacao
air (m/a) untuk semua krim yang dibuat. L.) yang telah diserbukkan diekstraksi
Volume Kriming dengan pelarut aseton-air (7:3). Hal ini
Pengukuran volume kriming me- dilakukan karena biji kakao mengan-
nunjukkan tidak terjadi kriming sebelum dung senyawa antioksidan terbanyak
dan setelah kondisi dipercepat. dalam bentuk prosianidin (10). Ekstrak-
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 2 Juli 2009 (ISSN : 1410-7031) 5

si yang paling baik untuk senyawa fla- Hasil analisis statistik terhadap
vonoid terkondensasi (prosianidin) yaitu perubahan viskositas krim sebelum dan
dengan menggunakan penyari aseton- setelah diberi kondisi penyimpanan di-
air (7:3) (12). percepat untuk krim menunjukkan pe-
Sebelum diformulasi dalam ngaruh yang sangat nyata dari variasi
sediaan krim, terlebih dahulu dilakukan emulgator yang digunakan, hal ini dapat
analisis kualitatif terhadap ekstrak biji dilihat pada Fhitung > dari Ftabel. Hal ini
kakao dengan metode KLT mengguna- berarti ada perubahan viskositas se-
kan eluen butanol-asam asetat glasial- belum dan setelah penyimpanan diper-
air (4:1:5). Analisis kualitatif ekstrak biji cepat. Pada krim I, III, dan IV terjadi
kakao menunjukkan adanya senyawa perubahan viskositas yang signifikan,
fenolik yang dapat dilihat dari warna kecuali pada krim II yang menggunakan
noda coklat kehijauan pada visualisasi emulgator tween 80span 80 5%. Hal
dengan FeCl3, sedangkan pada sinar ini kemungkinan disebabkan karena
UV 254 dan 366 nm menunjukkan kombinasi tween 80span 80 dengan
warna noda hijau kehitaman. konsentrasi 5 % dapat menghasilkan
Hasil pengamatan organoleptis lapisan antarmuka yang kompleks dan
terhadap krim yang dibuat dengan rapat yang tidak dipengaruhi siklus
emulgator krim I, II, III, dan IV yaitu krim suhu pada kondisi dipercepat.
dengan emulgator tween 60span 60 Pada pengamatan tetes terdis-
5%, tween 80span 80 5%, Capigel persi tidak dilakukan perhitungan ukur-
0,1%, dan Novemer 1% tidak menun- an tetes terdispersi. Hal ini disebab-
jukkan perubahan warna. Hal ini ke- kan karena ukuran tetes terdispersi dari
mungkinan disebabkan karena basis semua krim sangat kecil baik sebelum
krim bersifat inert sehingga tidak terjadi maupun setelah kondisi penyimpanan
interaksi antara flavonoid dalam ekstrak dipercepat. Rentang ukuran tetes
dengan emulgator. terdispersi suatu emulsi adalah 0,1
Hasil pengujian tipe emulsi krim 100 m, semakin kecil ukuran tetes
sebelum dan sesudah penyimpanan di- terdispersi suatu emulsi maka semakin
percepat memperlihatkan semua krim stabil pula emulsi tersebut (8). Hasil
mempunyai tipe emulsi m/a, baik de- pengujian tipe krim setelah penyimpan-
ngan uji pengenceran maupun dengan an dipercepat tidak memperlihatkan
uji dispersi zat warna metilen biru. Hal perubahan tipe krim dari semua formula
ini disebabkan karena volume fase krim atau tidak terjadi inversi fase.
terdispersi (fase minyak) yang diguna- Dari pembahasan di atas maka
kan dalam krim lebih kecil dari fase diketahui bahwa ada pengaruh variasi
pendispersi (fase air), sehingga globul- emulgator yaitu tween 60 - span 60
globul minyak akan terdispersi ke 5%, tween 60 -span 80 5%, Capigel
dalam fase air dan membentuk emulsi 0,1%, dan Novemer 1% terhadap
tipe m/a. Selain itu nilai HLB kombinasi kestabilan krim antioksidan dari ekstrak
emulgator yang dibutuhkan 13,38 yang biji kakao ini, yaitu terhadap perubahan
sesuai dengan pernyataan Davies bah- viskositas dan ukuran tetes terdispersi
wa emulgator dengan HLB butuh lebih namun tidak berpengaruh terhadap
dari 7 akan terdistribusi dalam fase air volume kriming. Pembahasan di atas
dan membentuk emulsi tipe m/a (13). juga memperlihatkan bahwa semua
Dari hasil pengamatan volume krim stabil secara fisik. Namun, krim
kriming terhadap krim tipe m/a yang dengan emulgator tween 80 span
dibuat tidak menunjukkan terjadinya 80 konsentrasi 5% merupakan krim
kriming pada semua krim yang dibuat. yang paling stabil secara fsika.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena
krim yang dibuat memiliki viskositas KESIMPULAN
yang cukup tinggi sehingga tidak Dari hasil penelitian disimpul-
menghasilkan kriming. kan bahwa keempat krim antioksidan
Universitas Hasanuddin, Makassar 6

yang diformulasi dengan variasi emul- 7. Keithler, W.R.M. 1956. The Formu-
gator dapat dinyatakan stabil secara lation of Cosmetics and Cosmetic
fisik dan krim dengan menggunakan Specialities, Drug and Cosmetic
emulgator tween 80 span 80 Industry. New York. 3
konsentrasi 5% paling stabil secara 8. Gennaro, A.R. 1990. Remington
fisik. and Practice of Pharmacy. 18th Ed.
Philadelphia College of Pharmacy
DAFTAR PUSTAKA and Science. Philadelphia. 301-302
1. Sunanto. H., 1994, Cokelat Budi- 9. Lachman, L., Lieberman, H.A.,
daya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Kanig, J.L., 1994. Theory and Prac-
Ekonominya. Yogyakarta: Penerbit tice of Pharmacy. John Wiley and
Kaninus.13 Sons. New York. 508, 549
2. Arlorio, M., Coisson, J.D., Restani, 10. Figueira, A., Janick, J., & Bemiller,
P. & Martelli, A. 2001. Antioxidant J.N. 1993. New Products from
and Biological Activity of Pigments Theobroma cacao. www.host.
from Theobroma cacao Hulls purdene.edu/newcrop/proceeding1
Extracted with Supercritical CO2. 993/html, diakses tanggal 12 April
J.Sci. Food. 653-656 2008
3. Keen, C.L. 2001. Chocolate : Food 11. The Raintree Nutrition. 1996. Data-
as Medicine/Medicine as Food base file for : Chocolate (Theobro-
Journal of the American College of ma cacao L.). www.rain-tree.com/
Nutrition. 20 : 436S-439S. chocolate.htm, diakses 14 April
4. Francisco A. et al. 2007. A New 2008
Process To Develop a Cocoa Pow- 12. Harborne, J.B. 1987. Metode Fito-
der with Higher Flavonoid Monomer kimia : Penuntun Cara Modern
Content and Enhanced Bioavail- Menganalisis Tumbuhan. Penerbit
ability in Healthy Humans. J.Sci. ITB Bandung. 70
Food Chem. Spain : 3926-3935 13. Direktorat Jenderal Pengawasan
5. Amiruddin, M.D. 2003. Ilmu Penya- Obat dan Makanan. 2005. Farma-
kit Kulit. Bagian Ilmu Penyakit Kulit kope Indonesia. Ed. 3. Departemen
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Hasanuddin. Makassar. Jakarta. 570
165
6. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. 2005. Farma-
kope Indonesia. Ed.4. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 6

Anda mungkin juga menyukai