PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada
mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
kompleks, Siklus PDCA dapat diibaratkan seperti sebuah bola yang harus
didorong naik menuju kea rah yang telah ditetapkan yang letaknya di atas.Untuk
itu diperlukan upaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk mencapai tujuan
tersebut. Tanpa upaya, mustahil bola siklus PDCA tersebut akan mencapai
tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai mutu tertentu itu harus
Mutu yang baik tidak mungkin datang dengan sendirinya. Namun dalam
upaya mendorong bola siklus PDCA tersebut ke atas, selain diperlukan upaya dan
tekad untuk mendorongnya sampai di atas juga diperlukan alat untuk mengganjal
agar bola siklus PDCA ini tidak turun ke bawah tetapi bisa ditahan pada level
tertentu.alat untuk mengganjal hal tersebut adalah standart. Jika target pada level
tertentu sudah tercapai maka bola siklus PDCA ini bisa didorong ;lebih ke atas.
C. Tujuan Penulisan
1. Umtuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan.
D. Manfaat Penulisan
1. mengetahui yang dimaksud dengan mutu layanan kesehatan
1. Penampilan yang sesuai atau pantas (yang berhubungan dengan standart) dari
suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkanpada kematian, kesakitan, ketidak mampuan dan kekurangan gizi
(Roemer dan Aquilar, WHO, 1988).
2. Donabedian, 1980 cit. Wijono, 1999 menyebutkan bahwa kualitas pelayanan
adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang
inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara
keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian
proses atau hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
3. Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit
atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat
konsumen.
Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu
pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini
telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut
bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat
saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan
kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan
yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode
etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.
B. Pengertian Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart
pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak
lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan
The Deming Wheel(Tjitro, 2009).
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan
siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam
perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam
unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil
akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur
rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b.Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar
anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf
pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan
dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan
pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf
terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan
hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan
dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan
perbaikan atau untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah.
4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk
selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan
kembali.Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai.Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang
sesuai.
Cara melakukan penilaian mutu pelayanan kepetugas kesehatanan
1. Lihat sasaran penilaian
a. Observasi : mengamati pada saat pelayanan
Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan
dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg
langsung (Bimo Walgito, 1987:54)
Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung
gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah (Djumhur,
1985:51).
Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat
(depdikbud:1975:50):
a. dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
b. direncanakan secara sistematis.
c. hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
d. dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
e. bersifat kwantitatif.
b. Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman
Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd
suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Dalam proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda.
pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya
berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau
informan.
Interviewe mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan
(penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan
paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain),
mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali
keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan probing (rangsangan,
dorongan) .
1. Planing
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),
2. Do (pelaksanaan)
3. Check (penilaian)
4. Action (perbaikan)
Keadaan ini terdengar oleh komite medic sehingga komite meminta panitia
jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit untuk mencaru solusi masalah
tersebut. Panitia jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit membentuk
kelompok kerja lintas fungsi dan lintas-instalasi untuk membahas hal tersebut.
Dalam hal ini, pendapat dimulai dengan mencari siapa yang akan dijadikan
kambing hitam atau biang peneybab masalah keterlambatan tersebut namun hal
ini tidak akan terjadi jikia ketua kelompok menggunakan siklus pemecahan
masalah mutu layanan kesehatan secara taat-asas atau konsisten. Oleh sebab itu,
kelompok berupaya menerapkan setiap langkah yang ada dalam siklus
pemecahan masalah mutu layanan kesehtan secata berurutan dan menyeluruh.
Upaya tersebut dapoat dilihat dalam penjelasan dibawah ini.
1. Identifikasi masalah
Lama waktu yang diperlukan seorang pasien instalasi rawat darurat yang
memerlukan rawat inap untuk dapat pindah ke tempat tidur instalasi rawat
inap sete;ah pasien mendapat layanan instalasi rawat darurat. Masalah ini jelas
masalah mutu yang bukan saja menjadi keluhan instalasi rawat darurat, tetapi
juga keluhan baik dari pasien maupun masyarakat.
2. Prioritas Masalah
Untuk prioritas masalah tidak ditentukan lagi karena masalah yang dihadapi
hanya satu yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan pasien instalasi rawat darurat
agar dapat pindah ke tempat instalasi rawat darurat memerlukan rawat inap.
3., Pernyataan Maasalah.
Memutuskan masalah dengan benar, perlu dilakukan pengumpulan data
guna menentukan apa dan besar, dimana dan kapan masalah terjadi serta siapa
yang terkena masalah.
Untuk lebih memudahkan peryataan masalah maka dibuatlah bagan alur
pemindahan pasien IRD ke tempat tidur.
Melalui bagan tersebut masalah sudah dapat teridentifikasi, selanjutnya
adalah upaya untuk meningkatkan dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang berhubungan dengan masalah pemindahan pasien instalasi rawat
darurat ke instalasi rawat inap, upaya ini dilakukan melalui langkah-langkah Plane
(perencanaan), do (pelaksanaan), check ( evaluasi hasil pelaksanaan) dan action
( tindak lanjut/koreksi atas hasil evaluasi).
A. PLANE
3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target)
Tujuan umum :
Untuk menghemat jumlah waktu yang digunakan dalam memindahkan pasien dari
Ruang Instalasi Rawat Darurat ke Instalasi Rawat Inap.
Tujuan Khusus :
a. Mengusahakan agar Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh
b. Menyediakan Troli/kursi roda siap pakai
c. Mengatur pengambilan pasien
d. memantau dan supervise
e. Penetapan berlakunya prosedur kerja baru
5. Metode dan Kriteria Penilaian
Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap
pemindahan pasien dari Ruang Instalasi Rawat Darurat Ke ruang Instalasi Rawat
Inap.
6. Waktu Pelaksana
Setiap hari pada dinas pagi Sore dan malam 1 Juni 2014. Seminggu setelah itu,
mulai tangga l8 Juni sampai 18 Juli 2014, kemudian dilakukan evaluasi jika
mampu mencapai target maka program in terus dilaksanakan sebagai upaya untuk
menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
7. Pelaksana
Petugas Kesehatan (perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lainnya)
Biayanya untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan pada tempat
pelayanan kesehatan seperti :
a. Tempat tidur instalasi rawat inap penuh atau tidak ada yang koisong, pasien
harus menunggu.
b. Meskipun tempat tidur tersedia, tetapi karena kesibukan perawat pada instalasi
rawat inap, penyediaan /penyiapan tempat tidur agarmenjadi siap pakai dapat
mengalami kelambatan.
c. Ketiadaan troli atau kursi roda untuk transportasi pasien dari instalasi rawat
daryrat ke instalasi rawat inapdapat menyebabkan tertundanya pemindahan
pasien instalasi rawat darurat ke instalasi rawat inap.
d. Kursi roda atau troli telah tersedia, tetapi perawat yang membantu mendorong
pasien ke instalasi rawat inap belum tersedia, pasien terlambat tiba di instalasi
rawat inap.
e. Jenis penyakit, prosedur pemeriksaan, dan jenis tindakan juga dapat
memengaruhi lama waktu pemindahan dari instalasi rawat darurat ke instalasi
rawat inap.
Giliran dina(dinas pagi, dinas sore, dan dinas malam) dan/atau hari libur
berpengaruh terhadap lama pemindahan seorang pasien dari instalasi rawat
darurat ke instalasi rawat inap.
B. do (Pelaksanaan)
Kita kembali kepada pengumpulan data, data apa yang akan dikumpulkan
kelompokj? Lama waktu yang diperlukan seorang pasien instalasi rawat darurat
untuk dapat pindah ke tempat tidur instalasi rawat inap.. data hasil analisis, waktu
tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kurun waktu, yaitu:
a. Mengusahakan agar Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh
Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh atau BOR 100%. Oleh sebab
itu , sekitar 5-105 tempat tidur harus tetap dibiarkan kosong dan dalam keadaan
siap pakai untuk mengatasi kebutuhan tempat tidur pasien rawat darurat dan
rujukan yang memerlukan rawat inap. Dengan demikian, tidak perlu menyediakan
waktu khusus untuk menyiapan tempat tidur.
Menyedikan agar Troli/kursi roda harus selalu tersedia siap pakai pada instalasi
rawat darurat, instalasi rawat inap, dan kantor penerimaan pasien rawat inap.
Dalam dinas sore dan dinas malam oleh petugas kantor penerimaan pasien rawat
inap.
Kepala seksi keperawatan, kepala subseksi, perawat kepala dinas sore, dan
perawat kepala dinas malam bertanggung jawab terhadap proses kerja dan
memantau pelaksanaan proses kerja yang baru. Seksi keperawatan perlu
meningkatkan pembinaan dan supervise terhadap tenaga keperawatan agar
perawat semakin profesiona dalam melakukan tugas-tugas keperawatan.
C. CHECK (Evaluasi)
Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan
setelah perencanaan, pada tanggal 18 Juni 2014 18 Juli 2014. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, kegiatan berjalan tidak sesuai dengan
perencanaan.
Studi kasus ini mencoba atau membuktikan bahwa suatu proses yang tidak
berjalan bukan merupkan tanggungjawab tunggal, tetapi tanggung jawab
beberapa kelompok yang terkait dalam proses kerja. Melalui sertifikasi data,
kelompok pemecahan masalah dapat lebih mudah menemukan penyebab masalah.
Memang suatu tantangan berat untuk dapat membuat orang mengerti dan
menyadari bahwa semua orang yang terlibat dalam penyusunan proses kerja
juga bertanggung jawab terhadap proses kerja tersebut. Pemikiran system
merupakan suatu dasar teori untuk meningkatkan tanggung jawab, sementara
tanggung jawab pribadi merupakan landasan untuk membentuk tanggung jawab
kelompok.
D. ACTION
Setelah dilaksanakan kebijaksanaan baru atau upaya peningkatan mutu
layanan kesehatan, telah terjadi penurunan atau bertambah singkatnya waktu yang
dibutuhkan oleh pasien instalasi rawat darurat yang membutuhkan rawat inap
untuk pindah ke tempat tidur instalasi rawat inap.
Telah terjadi penurunan waktu yang signifikan pemindahan pasien
instalasi rawat darurat ke instaasi rawat inap. Hal ini terlihat dari rata-reata waktu
yang diperlukan untuk menyiapkan tempat tidur adalah 79 menit namun setelah
dilakukan upaya perbaikan mutu turun waktu rata-ratanya menjadi 4 menit bagi
dinas pagi dan 5,7menit bagi dinas sore/malam.
Berdasarkan uraian di bagian evaluasi telah disebutkan beberapapa
kendaladan masalah yang menghambat pelaksanaan jaminan mutu yang
dilakukan. Diantaranya yaitu :
1. Proses kerja yang belum teratur dengan baik sehingga antarawaktu
pagi, sore, dan malam mengalami proses kerja yang sedikit berbeda dalam
hal durasi pemindahan pasien dari IRD ke IRI. Dalam action hal ini
ditindaklanjuti dengan mengkonsistenkan tenaga kesehatan yang
melaksnakan dinas baik pagi, sore, dan malam agar kesigapannya dalam
menerima dan mengantarkan pasien baik dan sama rata antara pagi, sore
dan malam sehingga pasien tidak terlampau lama menunggu.
2. tanggung jawab beberapa kelompok yang terkait dalam proses kerja,
berkaitan dengan hal ini ditindaklanjuti dengan meningkatkan partispasi
dan kesadaran seluruh kelompok untuk bertanggungjawab atas tugas
pribadi dan kelompok yang bertujuan agar proses kerja dapat berjalan
dengan lancer.
3. membuat orang mengerti dan menyadari bahwa semua orang yang
terlibat dalam penyusunan proses kerja juga bertanggung jawab
terhadap proses kerja tersebut. dalam hal ini tindaklanjut yang perlu
dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan menekankan
kembali tentang tanggungjawab mereka sehingga focus dalam melakukan
kerja dan menjalankan proses kerja serta memberikan sanksi tertentu jika
salah satu anggota melelaikan tugasnya.
4. Jenis pemeriksaan atau prosedur yang harus dilakukan. hal tersebut
dapat mempengaruhi lamanya waktu pemindahan pasien dari IRD ke IRI.
Dalam mengatasi hal ini diberikan penambahan tenaga medis dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien sehingga setiap jenis pemeriksaan
ditangani dalam waktu yang sama oleh tenaga medis yang ada dan hasil
pemeriksaan dapat segera diketahui, kemudian pasien dapat segera
dipindahkan dari Instalasi Rawat Darurat ke instalasi Rawat Inap.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal ini pembuatan penilaian mutu pelayanan kebidanan tidak luput
B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah dibahas diharapkan dapat memberi arahan
pelayanan kesehatan secara efektif dan akurat sehingga setiap masalah yang