Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada

hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan

kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan

niscaya akan gagal pula pembangunan kita.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

kompleks, Siklus PDCA dapat diibaratkan seperti sebuah bola yang harus

didorong naik menuju kea rah yang telah ditetapkan yang letaknya di atas.Untuk

itu diperlukan upaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk mencapai tujuan

tersebut. Tanpa upaya, mustahil bola siklus PDCA tersebut akan mencapai

tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai mutu tertentu itu harus

diupayakan, diusahakan dan di dukung oleh semua pihak yang berkepentingan.

Mutu yang baik tidak mungkin datang dengan sendirinya. Namun dalam

upaya mendorong bola siklus PDCA tersebut ke atas, selain diperlukan upaya dan

tekad untuk mendorongnya sampai di atas juga diperlukan alat untuk mengganjal

agar bola siklus PDCA ini tidak turun ke bawah tetapi bisa ditahan pada level

tertentu.alat untuk mengganjal hal tersebut adalah standart. Jika target pada level

tertentu sudah tercapai maka bola siklus PDCA ini bisa didorong ;lebih ke atas.

Drmikian seterusnya sampai bola siklus PDCA ini mencapai tujuan.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan mutu layanan kesehatan?

2. Apakah Pengertian Siklus PDCA ?

3. Bagaimana Penerapan Siklus PDCA dalam praktik di Rumah Sakit ?

4. Bagaimana Penerapan Siklus PDCA dalam Kasus Praktik Klinik di


Rumah Sakit tentang Pemindahan Pasien Instalasi Raat Darurat Ke
Instalasi Rawat Inap

C. Tujuan Penulisan
1. Umtuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan.

2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan mutu layanan kesehatan.

3. Untuk mengetahui Pengertian Siklus PDCA.

4. Untuk mengetahui Penerapan Siklus PDCA dalam praktik di Rumah


Sakit

5. Untuk mengetahui Penerapan Siklus PDCA dalam Kasus Praktik


Klinik di Rumah Sakit tentang Pemindahan Pasien Instalasi Raat
Darurat Ke Instalasi Rawat Inap

D. Manfaat Penulisan
1. mengetahui yang dimaksud dengan mutu layanan kesehatan

2. mengetahui Pengertian Siklus PDCA.

3. mengetahui Penerapan Siklus PDCA dalam praktik di Rumah


Sakit.

4. mengetahui Penerapan Siklus PDCA dalam Kasus Praktik Klinik di


Rumah Sakit tentang Pemindahan Pasien Instalasi Raat Darurat Ke
Instalasi Rawat Inap.
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Mutu Layanan Kesehatan


1. Mutu adalah lingkar kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956).
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Danabedian, 1980).
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang
didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhn kebutuhan para
pengguna (Din ISO 8402, 1986).
4. Kualitas merupakan perwujudan atau gambaran hasil yang dipertemukan
kebutuhan dari pelanggan dan oleh karena itu memberikan kepuasan (J.M Juran:
Juran's Quality Control Handbook, 1988).
5. Mutu adalah sesuatu untuk menjamin pencapaian tujuan atau luaran yang
diharapkan, dan harus selalu mengikuti perkembangan pengetahuan profesional
terkini (consist with current professional knowledge). Untuk itu mutu harus
diukur dengan derajat pencapaian tujuan. Berpikir tentang mutu berarti berpikir
mengenai tujuan. Mutu harus memenuhi berbagai standar / spesifikasi.
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode
etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui
peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien,
keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R.
Zimmerman).
Pengertian mutu pelayanan kesehatan (Wijono, 1999) adalah :

1. Penampilan yang sesuai atau pantas (yang berhubungan dengan standart) dari
suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkanpada kematian, kesakitan, ketidak mampuan dan kekurangan gizi
(Roemer dan Aquilar, WHO, 1988).
2. Donabedian, 1980 cit. Wijono, 1999 menyebutkan bahwa kualitas pelayanan
adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang
inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara
keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian
proses atau hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
3. Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit
atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat
konsumen.
Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu
pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini
telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut
bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat
saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan
kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan
yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode
etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.
B. Pengertian Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart
pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak
lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan
The Deming Wheel(Tjitro, 2009).
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan
siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam
perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam
unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil
akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur
rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b.Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar
anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf
pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan
dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan
pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf
terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan
hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan
dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan
perbaikan atau untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah.

4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk
selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan
kembali.Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai.Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang
sesuai.
Cara melakukan penilaian mutu pelayanan kepetugas kesehatanan
1. Lihat sasaran penilaian
a. Observasi : mengamati pada saat pelayanan
Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan
dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg
langsung (Bimo Walgito, 1987:54)
Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung
gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah (Djumhur,
1985:51).
Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat
(depdikbud:1975:50):
a. dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
b. direncanakan secara sistematis.
c. hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
d. dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
e. bersifat kwantitatif.
b. Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman
Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd
suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Dalam proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda.
pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya
berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau
informan.
Interviewe mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan
(penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan
paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain),
mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali
keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan probing (rangsangan,
dorongan) .

c. Dokumen : sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di


kertas & informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai
media elektronik.melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku
catatan

C. Penerapan Siklus PDCA dalam praktik di Rumah Sakit

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,


pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Siklus PDCA yang dapat diterapkan dirumah sakit yaitu
terdiri dari:

1. Planing

Yang berisikan hal-hal berikut:

a. Judul rencana kerja (topic),


b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),

e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

f. Biaya yang diperlukan (budget),

g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2. Do (pelaksanaan)

3. Check (penilaian)

4. Action (perbaikan)

D. Penerapan Siklus PDCA dalam Kasus Praktik Klinik di Rumah


Sakit tentang Pemindahan Pasien Instalasi Raat Darurat Ke
Instalasi Rawat Inap

KASUS PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT

PEMINDAHAN PASIEN INSTALASI RAAT DARURAT KE INSTALASI


RAWAT INAP.

Selama beberapa bulan terakhir, banyak keluhan dari instalasi


rawat darurat terhadap instalasi rawat inap. Keluhannya adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan pasien instalasi rawat darurat untuk dapat pindah ke tempat tidur
instalasi rawat inap setelah mendapat pertolongan di instalasi rawat darurat.
Awalnya keluhan tersebut terbatas dalam lingkungan instalasi rawat darurat atau
pelanggan internal saja, tetapi sekarang keluhan meluas sampai pada pasien dan
atau masyarakay atau pelnggan eksternal.

Keadaan ini terdengar oleh komite medic sehingga komite meminta panitia
jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit untuk mencaru solusi masalah
tersebut. Panitia jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit membentuk
kelompok kerja lintas fungsi dan lintas-instalasi untuk membahas hal tersebut.

Dalam hal ini, pendapat dimulai dengan mencari siapa yang akan dijadikan
kambing hitam atau biang peneybab masalah keterlambatan tersebut namun hal
ini tidak akan terjadi jikia ketua kelompok menggunakan siklus pemecahan
masalah mutu layanan kesehatan secara taat-asas atau konsisten. Oleh sebab itu,
kelompok berupaya menerapkan setiap langkah yang ada dalam siklus
pemecahan masalah mutu layanan kesehtan secata berurutan dan menyeluruh.
Upaya tersebut dapoat dilihat dalam penjelasan dibawah ini.

1. Identifikasi masalah
Lama waktu yang diperlukan seorang pasien instalasi rawat darurat yang
memerlukan rawat inap untuk dapat pindah ke tempat tidur instalasi rawat
inap sete;ah pasien mendapat layanan instalasi rawat darurat. Masalah ini jelas
masalah mutu yang bukan saja menjadi keluhan instalasi rawat darurat, tetapi
juga keluhan baik dari pasien maupun masyarakat.
2. Prioritas Masalah
Untuk prioritas masalah tidak ditentukan lagi karena masalah yang dihadapi
hanya satu yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan pasien instalasi rawat darurat
agar dapat pindah ke tempat instalasi rawat darurat memerlukan rawat inap.
3., Pernyataan Maasalah.
Memutuskan masalah dengan benar, perlu dilakukan pengumpulan data
guna menentukan apa dan besar, dimana dan kapan masalah terjadi serta siapa
yang terkena masalah.
Untuk lebih memudahkan peryataan masalah maka dibuatlah bagan alur
pemindahan pasien IRD ke tempat tidur.
Melalui bagan tersebut masalah sudah dapat teridentifikasi, selanjutnya
adalah upaya untuk meningkatkan dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang berhubungan dengan masalah pemindahan pasien instalasi rawat
darurat ke instalasi rawat inap, upaya ini dilakukan melalui langkah-langkah Plane
(perencanaan), do (pelaksanaan), check ( evaluasi hasil pelaksanaan) dan action
( tindak lanjut/koreksi atas hasil evaluasi).

A. PLANE

1. Judul rencana kerja (topic)


Menurunkan Jumlah Waktu yang Digunakan dalam Memindahkan Pasien dari
Ruang Instalasi Rawat Darurat Ke Ruang Instalasi Rawat Inap

2. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah yang dihadapi (problem


statement) : waktu yang dibutuhkan pasien instalasi rawat darurat agar dapat pindah
ke tempat instalasi rawat darurat memerlukan rawat inap terlalu lama. Berdasarkan
alur yang telah dibuat ada beberapa Faktor yaitu :
a. Ketiadaan tempat tidur kosong yang tersedia dari Ruang Instalasi rawat inap.
b. Ketiadaan troli/kursi roda untuk memindahkan pasien
c. Ketiadaan perawat yang membawa pasien untuk dipindahkan dari Ruang
Instalasi Rawat Darurat Ke Ruang Instalasi Rawat Inap.

3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target)

Tujuan umum :

Untuk menghemat jumlah waktu yang digunakan dalam memindahkan pasien dari
Ruang Instalasi Rawat Darurat ke Instalasi Rawat Inap.

Tujuan Khusus :

a. Untuk mempercepat proses kerja sehingga pasien tidak terlalu lama


menunggu..
b. untuk menghindari keluhan dari pasien dan keluarganya
c. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dalam
menangani pasien yang membutuhkan rawat inap.

4. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)

a. Mengusahakan agar Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh
b. Menyediakan Troli/kursi roda siap pakai
c. Mengatur pengambilan pasien
d. memantau dan supervise
e. Penetapan berlakunya prosedur kerja baru
5. Metode dan Kriteria Penilaian
Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap
pemindahan pasien dari Ruang Instalasi Rawat Darurat Ke ruang Instalasi Rawat
Inap.

6. Waktu Pelaksana
Setiap hari pada dinas pagi Sore dan malam 1 Juni 2014. Seminggu setelah itu,
mulai tangga l8 Juni sampai 18 Juli 2014, kemudian dilakukan evaluasi jika
mampu mencapai target maka program in terus dilaksanakan sebagai upaya untuk
menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

7. Pelaksana
Petugas Kesehatan (perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lainnya)

8. Biaya yang diperlukan (budget)

Biayanya untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan pada tempat
pelayanan kesehatan seperti :

Troli / kursi roda

9. Jenis Data yang dikumpulkan kelompok

Data mengenai mulai terjadi keluhan didapat dengan melakukan


wawancara dengan tenaga instalasi rawat darurat. Besar masalah adalah berapa
lama rata-rata waktu yang diperlukan (dalam menit) mulai permintaan tempat
tidur diajukan hingga pasien tiba di tempat tidur instalasi rawat inap . tempat
terjadinya masalah adalah pada instalasi rawat darurat dan yang terkena masalah
adalah pasien instalasi rawat darurat yang memerlukan layanan rawat inap.
10. Pembentukan kelompok pemecah masalah.
Karena tidak ada masalah mutu yang lain, kelompok kerja yang dibentuk oleh
panitia jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit dapat juga diaanggap sebagai
kelompok pemecah masalah. Keanggotanya telah memenuhi persyaratan, terdiri
dari lintas-instalasi dan lintas disiplin atau fungsi.

11. Penentuan proses lokasi masalah

Untuk menentukan proses lokasi masalah, kelompok membuat bagan alaur


layanan pemindahan pasien instalasi rawat darurat ke tempat tidur instalasi rawat
inap. Bagan alur layanan pemindahan pasien tersebut seperti di atas sehingga
setelah adanya bagan tersebut maka tidak ada lagi yang dapat dijadikan kambing
hitam karena kemungkinan penyebab terjadinya keterlambatan pemindahan
pasien instalasi rawat darurat ke tempat tidur instalasi rawat inap sangat banyak.
Setelah kelompok melakukan identifikasi terhadap kemungkinan penyebab
keterlambatan pasien untuk dapatpindah dari instalasi rawat darurat ke tempat
tidur instalasi rawat inap. Kemungkinan penyebab itu antara lain:

a. Tempat tidur instalasi rawat inap penuh atau tidak ada yang koisong, pasien
harus menunggu.
b. Meskipun tempat tidur tersedia, tetapi karena kesibukan perawat pada instalasi
rawat inap, penyediaan /penyiapan tempat tidur agarmenjadi siap pakai dapat
mengalami kelambatan.
c. Ketiadaan troli atau kursi roda untuk transportasi pasien dari instalasi rawat
daryrat ke instalasi rawat inapdapat menyebabkan tertundanya pemindahan
pasien instalasi rawat darurat ke instalasi rawat inap.
d. Kursi roda atau troli telah tersedia, tetapi perawat yang membantu mendorong
pasien ke instalasi rawat inap belum tersedia, pasien terlambat tiba di instalasi
rawat inap.
e. Jenis penyakit, prosedur pemeriksaan, dan jenis tindakan juga dapat
memengaruhi lama waktu pemindahan dari instalasi rawat darurat ke instalasi
rawat inap.
Giliran dina(dinas pagi, dinas sore, dan dinas malam) dan/atau hari libur
berpengaruh terhadap lama pemindahan seorang pasien dari instalasi rawat
darurat ke instalasi rawat inap.

B. do (Pelaksanaan)

1 Pengumpulan data Penyebab masalah.

Berdasarkan bagan alaur layanan pemindahan pasien instalasi rawat


darurat ke tempat tidur instlasi rawat inap, proses pemindahan pasien merupakan
suatu system yang terdiri dari beberapa subsistem, misalnmya subsistem
permintaan tempattidur instalasi rawat inap, subsistem penyiapan tempat tidur
rawat inap, subsistem informasi bahwa tempat tidur telah tersedia, dan subsistem
transportasi pasien dari instalasi rawat darurat ke Instalasi rawat inap. Suatu
keterlabatan yang terjadi dalam salah satu matarantai system atau subsistem yang
ada dapat memengaruhi seluruh system . sebaliknya, keberhasilan system
pemindahan pasien instalasi rawat darurat ke tempat tidur instlasi rawat inap
tersebut merupakan keberhasilan dan tanggung jawab bersama dari semua
subsistem yang terlibat, bukan tanggung jawab satu atau dua subsistem saja.

Kita kembali kepada pengumpulan data, data apa yang akan dikumpulkan
kelompokj? Lama waktu yang diperlukan seorang pasien instalasi rawat darurat
untuk dapat pindah ke tempat tidur instalasi rawat inap.. data hasil analisis, waktu
tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kurun waktu, yaitu:

kurun waktu pertama, mulai saat permintaan diajukan ke kantor


penerimaan pasien rawat inap hingga sebuah tempat tidur siap pakai
tersedia dalam instalasi rawat inap.
Kurun waktu kedua, sejak tempat tidur siap pakai tersedia pada instalasi
rawat inap hingga pasien tiba di tempat tidur instalasi rawat inap atau
pindahnya pasien dari instalasi rawat darurat ke tempat tidur instalasi
rawat inap.

kelompok pemecahan masalah kemudian mengkaji dan


mempertimbangkan apakah variasi penyebab umum yang ada dapat diterima atau
tidak. Dalam pernyatan masalah, rata-rata waktu yang diperlukan seorang pasien
instalasi rawat darurat yang mnemerlukan rawat inap untuk dapat pindah ke
tempat tidur instalasi rawat inap sangat lama karena banyaknya kemungkinan
kendala yang ditemui dalam prosesnya. Lamanya waktu ini merupakan keluhan
yang diajukan baik oleh instlasi rawat darurat, pasien maupun masyarakat.

Kelompok harus memperbaiki proses kerja yang ada agar kelambatan


pemindahan pasien dari instalasi rawat darurat ke tempat tidur instalasi rawat inap
dapat dipersingkat. Dengan kata lain, variasi penyebab umum dari proses kerja
masih dianggap terlalu lama sehiungga harus dipersingkat.

Kelompok perlu melakukan upaya peningkatan mutu, untuk


mempersingkat lamanya waktu yang diperlukan pasien instalasi rawat darurat
untuk dapat pindah ke tempat tidur instalasi rawat inap. Upaya ini dilakukan
berdasarkan pernyataan masalah yang telah ditemukan melalui pengkajian data
pada bagan yang kemudian dirumuskan pada tahap perencanaan. Upaya yang
dilakukan oleh kelompok yaitu:

a. Mengusahakan agar Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh

Tempat tidur rumah sakit tidak boleh terisi penuh atau BOR 100%. Oleh sebab
itu , sekitar 5-105 tempat tidur harus tetap dibiarkan kosong dan dalam keadaan
siap pakai untuk mengatasi kebutuhan tempat tidur pasien rawat darurat dan
rujukan yang memerlukan rawat inap. Dengan demikian, tidak perlu menyediakan
waktu khusus untuk menyiapan tempat tidur.

b. Menyediakan Troli/kursi roda siap pakai

Menyedikan agar Troli/kursi roda harus selalu tersedia siap pakai pada instalasi
rawat darurat, instalasi rawat inap, dan kantor penerimaan pasien rawat inap.

c. Mengatur pengambilan pasien

Pengambilan pasien dari instalasi rawat darurat dilakukan dengan ketentuan


berikut :

Dalam dinas pagi oleh perawat instalasi rawat inap.

Dalam dinas sore dan dinas malam oleh petugas kantor penerimaan pasien rawat
inap.

d. memantau dan supervise

Kepala seksi keperawatan, kepala subseksi, perawat kepala dinas sore, dan
perawat kepala dinas malam bertanggung jawab terhadap proses kerja dan
memantau pelaksanaan proses kerja yang baru. Seksi keperawatan perlu
meningkatkan pembinaan dan supervise terhadap tenaga keperawatan agar
perawat semakin profesiona dalam melakukan tugas-tugas keperawatan.

e. Penetapan berlakunya prosedur kerja baru

Direktur rumah sakit menetapkan barlakunya ketentuan/prosedur kerja yang


baru terhitung mulai tanggal 1 Juni 2014. Seminggu setelah itu, mulai tanggal 8
Juni sampai Juli 2014, dilakukan lagi pengumpulan data sehingga terkumpul 30
data pengamatan dalam dinas pagi dan 30 data pengamatan dalam dinas sore dan
dinas malam.

C. CHECK (Evaluasi)

Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan
setelah perencanaan, pada tanggal 18 Juni 2014 18 Juli 2014. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, kegiatan berjalan tidak sesuai dengan
perencanaan.

Faktor penghambat terlaksananya perencanaan adalah :

Setelah dilaksanakan upaya dan kebijaksanaan baru untuk peningkatan mutu


layanan kesehatan, panitia jaminan mutu layanan kesehatan rumah sakit perlu
mencari penyebab mengapa waktu pemindahan saat dinas sore/malam lebih lama
daripada saat dinas pagi karena pita kendali mennjukan bahwa tidak ada
variasipenyebab khuss, penyebab terjadinya perbedaan waktu tersebut ada
pada proses kerja.

Studi kasus ini mencoba atau membuktikan bahwa suatu proses yang tidak
berjalan bukan merupkan tanggungjawab tunggal, tetapi tanggung jawab
beberapa kelompok yang terkait dalam proses kerja. Melalui sertifikasi data,
kelompok pemecahan masalah dapat lebih mudah menemukan penyebab masalah.
Memang suatu tantangan berat untuk dapat membuat orang mengerti dan
menyadari bahwa semua orang yang terlibat dalam penyusunan proses kerja
juga bertanggung jawab terhadap proses kerja tersebut. Pemikiran system
merupakan suatu dasar teori untuk meningkatkan tanggung jawab, sementara
tanggung jawab pribadi merupakan landasan untuk membentuk tanggung jawab
kelompok.

Mengapa harus membuat 30 pasien tersebut dalam satu peta kendali?


Apabila kita mengelompokkan pasien berdasarkan penyakit, misalnya kecelakaan
lalulints, penikaman, serangan jantung, dan lain-lain, atau berdasarkan
transportasi pasien(berjalan,troli, kursi roda, dan lain-lain),atau usia, atau apakah
pasien masuk ke instalasi rawat darurat sewaktu hari libur atau bukan,giliran dinas
pagi, dinas sore, atau dinas malam, dan lain-lain akan terlihat bahwa lama waktu
pemindahan pasien itu akan bervariasi. Namun, dalam studi kasus ini perbedaan
waktu itu disamaratakan.

Jenis pemeriksaan atau prosedur yang harus dilakukan juga dapat


memengaruhi lama waktu yang diperlukan untuk memindahkan seseorang pasien
instalasi rawat darurat ke tempat tidur instalasi rawat inap. Semua pengaruh yang
disebutkan tersebut perlu dipertimbangkan karena kemungkinan besar dapat
memengaruhi jalannya proses pemindahan pasien instalasi rawat darurat ke
tempat tidur instalasi rawat inap.

D. ACTION
Setelah dilaksanakan kebijaksanaan baru atau upaya peningkatan mutu
layanan kesehatan, telah terjadi penurunan atau bertambah singkatnya waktu yang
dibutuhkan oleh pasien instalasi rawat darurat yang membutuhkan rawat inap
untuk pindah ke tempat tidur instalasi rawat inap.
Telah terjadi penurunan waktu yang signifikan pemindahan pasien
instalasi rawat darurat ke instaasi rawat inap. Hal ini terlihat dari rata-reata waktu
yang diperlukan untuk menyiapkan tempat tidur adalah 79 menit namun setelah
dilakukan upaya perbaikan mutu turun waktu rata-ratanya menjadi 4 menit bagi
dinas pagi dan 5,7menit bagi dinas sore/malam.
Berdasarkan uraian di bagian evaluasi telah disebutkan beberapapa
kendaladan masalah yang menghambat pelaksanaan jaminan mutu yang
dilakukan. Diantaranya yaitu :
1. Proses kerja yang belum teratur dengan baik sehingga antarawaktu
pagi, sore, dan malam mengalami proses kerja yang sedikit berbeda dalam
hal durasi pemindahan pasien dari IRD ke IRI. Dalam action hal ini
ditindaklanjuti dengan mengkonsistenkan tenaga kesehatan yang
melaksnakan dinas baik pagi, sore, dan malam agar kesigapannya dalam
menerima dan mengantarkan pasien baik dan sama rata antara pagi, sore
dan malam sehingga pasien tidak terlampau lama menunggu.
2. tanggung jawab beberapa kelompok yang terkait dalam proses kerja,
berkaitan dengan hal ini ditindaklanjuti dengan meningkatkan partispasi
dan kesadaran seluruh kelompok untuk bertanggungjawab atas tugas
pribadi dan kelompok yang bertujuan agar proses kerja dapat berjalan
dengan lancer.
3. membuat orang mengerti dan menyadari bahwa semua orang yang
terlibat dalam penyusunan proses kerja juga bertanggung jawab
terhadap proses kerja tersebut. dalam hal ini tindaklanjut yang perlu
dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan menekankan
kembali tentang tanggungjawab mereka sehingga focus dalam melakukan
kerja dan menjalankan proses kerja serta memberikan sanksi tertentu jika
salah satu anggota melelaikan tugasnya.
4. Jenis pemeriksaan atau prosedur yang harus dilakukan. hal tersebut
dapat mempengaruhi lamanya waktu pemindahan pasien dari IRD ke IRI.
Dalam mengatasi hal ini diberikan penambahan tenaga medis dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien sehingga setiap jenis pemeriksaan
ditangani dalam waktu yang sama oleh tenaga medis yang ada dan hasil
pemeriksaan dapat segera diketahui, kemudian pasien dapat segera
dipindahkan dari Instalasi Rawat Darurat ke instalasi Rawat Inap.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam hal ini pembuatan penilaian mutu pelayanan kebidanan tidak luput

dari sasaran penilaian yaitu berupa observasi, wawancara serta dokumen.

Dan dalam penilaian melalui siklus PDCA harus berkesinambungan antara

satu dan lainnya aga pelayanan mutu berjalan dengan baik.

B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah dibahas diharapkan dapat memberi arahan

dan pembelajaran dalam membantu meningkatkan mutu di setiap tatanan

pelayanan kesehatan secara efektif dan akurat sehingga setiap masalah yang

muncul berkaiatan dengan mutu dapat teratasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai