Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


(Studi pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang)

Chandra Kusuma Putra, Ratih Nur Pratiwi, Suwondo


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universtas Brawijaya, Malang
E-mail: chandra.kusumaputra@yahoo.com

Abstract: Village Fund Allocation Management in Village Community Empowerment (A Study


in Wonorejo Village Singosari Subdistrict Malang District). One of the government's strategies
to help the village become independent and autonomous by giving the allocation of village funds
(ADD). Use of ADD fund is 30% for the Village Government and Village Consultative (BPD )
operating costs; 70% for community empowerment and capacity building of village government.
This research destination are to describe the management of ADD in the empowerment of village
communities and the supporting and inhibiting factors. The research method used was descriptive
method with the qualitative approach which used Milles Huberman analytical method. The results
showed that the majority of the ADD fund for community empowerment were used for village
governments operating expenses and BPD thus the use of ADD was not as intended. The
supporting factors in the management of ADD was the community participation. Inhibiting factor,
the quality of human resources and lack of direct supervision by the public.

Keywords: village allocation fund management, community empowerment

Abstrak: Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi
pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Salah satu strategi
pemerintah untuk membantu agar desa menjadi mandiri dan otonom dengan memberikan Alokasi
Dana Desa (ADD). Penggunaan dana ADD adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD); 70% untuk pemberdayaan masyarakat dan penguatan
kapasitas Pemerintahan Desa. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan pengelolaan ADD
dalam pemberdayaan masyarakat desa serta faktor-faktor pendorong dan penghambat. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
menggunakan metode analisis Milles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian dari dana ADD untuk pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya operasional
pemerintah desa dan BPD sehingga penggunaan ADD tidak sesuai dengan peruntukannya. Faktor
pendukung dalam pengelolaan ADD adalah partisipasi masyarakat. Faktor penghambat, kualitas
sumber daya manusia dan kurangnya pengawasan langsung oleh masyarakat.

Kata kunci: pengelolaan alokasi dana desa, pemberdayaan masyarakat

Pendahuluan dampak pada tingginya kemiskinan di


Dewasa ini pemerintah Indonesia terus Indonesia. Terkait dengan masalah ke-
mengupayakan peningkatan pelaksanaan miskinan, menurut data BPS jumlah
Pembangunan Nasional agar laju pem- penduduk miskin pada tahun 2012 penduduk
bangunan daerah serta laju pembangunan kota dengan kemiskinan sebesar 8.60%
desa dan kota semakin seimbang dan serasi. sedangkan kemiskinan di pedesaan sebesar
Namun pembangunan Nasional pada pe- 14.70%. Menanggapi permasalahan tersebut,
laksanaannya masih dihadapkan dengan strategi pemerintah untuk mengatasi ke-
masalah pokok pembangunan seperti timpangan pembangunan yaitu dengan
ketimpangan pembangunan antara desa dan melaksanakan pembangunan nasional yang
kota di Indonesia. Ketimpangan Pem- menaruh perhatian besar terhadap pem-
bangunan terjadi karena banyak faktor yang bangunan desa.
mempengaruhinya sehingga pembangunan Pembangunan desa mempunyai peranan
di Indonesia tidak merata sehingga ber- yang sangat penting dan strategis dalam

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1203


rangka Pembangunan Nasional dan Pem- Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupa-
bangunan Daerah, karena di dalamnya ten Malang Nomor 18 Tahun 2006 tentang
terkandung unsur pemerataan pembangunan Alokasi Dana Desa, rincian penggunaan
dan hasil-hasilnya serta menyentuh secara ADD adalah 30% untuk pemerintahan desa
langsung kepentingan sebagian besar yang yang digunakan untuk biaya opera-
masyarakat yang bermukim di perdesaan sional, tunjangan, biaya perjalanan dinas
dalam rangka upaya meningkatkan ke- dari pemerintahan desa. Sedangkan 70%
sejahteraan mereka. Dalam pembangunan penggunaan ADD untuk pemberdayaan
desa pemerintahan desa berkedudukan masyarakat dan penguatan kapasitas Peme-
sebagai subsistem dari sistem penye- rintahan Desa. Dari rincian penggunaan
lenggaraan pemerintahan di Indonesia, ADD tersebut, perlu adanya pengelolaan
sehingga desa memiliki kewenangan, tugas yang baik dari pemerintah desa agar dalam
dan kewajiban untuk mengatur dan me- pelaksanaannya dapat sesuai dengan tujuan
ngurus kepentingan masyarakatnya sendiri. dan sasaran ADD. Pengelola Alokasi Dana
Dalam menyelengarakan kewenangan, Desa di desa adalah Kepala Desa, Pelaksana
tugas, dan kewajiban desa dalam pe- Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
nyelenggaraan pemerintahan maupun pem- (PTPKD), dan Bendahara Desa diharapkan
bangunan maka dibutuhkan sumber pen- mengerti dan paham dalam pengelolaan
dapatan desa. Alokasi Dana Desa.
Beberapa hal yang menyebabkan desa Dalam proses pengelolaan Alokasi
membutuhkan sumber pendapatan yaitu: Dana Desa di desa Wonorejo Kecamatan
1)Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Singosari Kabupaten Malang, pemerintah
Belanja Desa (APBDes) yang kecil dan desa dihadapkan pada kondisi tingkat
sumber pendapatannya sangat bergantung pendidikan masyarakatnya yang masih
pada bantuan yang sangat kecil pula. lemah. Hal tersebut sesuai dengan data
2)Kesenjahteraan masyarakat desa yang penduduk berdasarkan pendidikan pada
rendah sehingga sulit bagi desa mempunyai tahun 2011 yaitu: 550 penduduk tidak tamat
Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. sekolah, 2850 penduduk tamatan SD, 1575
3)Masalah itu diikuti dengan rendahnya penduduk tamatan SMP, 292 penduduk
dana operasional desa untuk menjalankan tamat SMA, dan hanya 11 penduduk
pelayanan publik. 4)Banyak program pem- tamatan akademi maupun perguruan tinggi.
bangunan masuk ke desa akan tetapi hanya Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
dikelola oleh Dinas. Program semacam itu pendidikan penduduk Desa Wonorejo masih
mendulang kritikan karena program tersebut rendah.
tidak memberikan akses pembelajaran bagi Berdasarkan pra-riset sebelumnya,
Desa, dan program itu bersifat top down penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk
sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan menggambarkan dan menganalisis Penge-
Desa dan masyarakatnya. lolaan Alokasi Dana Desa dalam pemberda-
Menanggapi permasalahan tersebut, yaan masyarakat desa; faktor-faktor pendo-
pemerintah memberi dukungan keuangan rong dan penghambat pengelolaan Alokasi
kepada desa salah satunya adalah berasal Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat
dari dana Perimbangan Keuangan antara desa di Desa Wonojero Kecamatan Singo-
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sari Kabupaten Malang.
minimal 10% diperuntukkan bagi desa yang
disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Maksud Tinjauan Pustaka
pemberian ADD sebenarnya adalah sebagai 1. Administrasi Pembangunan
bantuan stimulan atau dana perangsang Menurut Bintoro (1995, h.14) mengarti-
untuk mendorong dalam membiayai pro- kan administrasi pembangunan sebagai pro-
gram pemerintah desa yang ditunjang ses pengendalian usaha (adminis-trasi) oleh
dengan partisipasi swadaya gotong royong Negara/pemerintah untuk me-realisasikan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pertumbuhan yang direncanakan kearah
pemerintahan dan pemberdayaan mas- suatu keadaan yang dianggap lebih baik dan
yarakat. kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1204


bangsa untuk mendorong dan medukung anggaran pembangunan di tingkat desa dan
perubahan-perubahan suatu masyarakat pemberdayaan masyarakat. 3)Meningkatkan
kearah keadaan yang lebih baik di kemudian pembangunan infrastruktur perdesaan.
hari. Pada umumnya tujuan-tujuannya 4)Meningkatkan pengamalan nilai-nilai
adalah pembinaan bangsa dan atau perkem- keagamaan, sosial budaya dalam rangka
bangan sosial ekonomi. mewujudkan peningkatan sosial. 5)Mening-
katkan ketentraman dan ketertiban masya-
2. Pemerintahan Desa rakat. 6)Meningkatkan pelayanan pada
Menurut Zakaria dalam Wahjudin masyarakat desa dalam rangka pengembang-
Sumpeno (2011, h.3) menyatakan bahwa an kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
desa adalah sekumpulan manusia yang hidup 7)Mendorong peningkatan keswadayaan dan
bersama atau suatu wilayah, yang memiliki gotong royong masyarakat. 8)Meningkatkan
suatu organisasi pemerin-tahan dengan pendapatan desa dan masyarakat desa mela-
serangkaian peraturan-peraturan yang dite- lui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
tapkan sendiri, serta berada di bawah Penggunaan ADD menurut Peraturan Dae-
pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan rah Kabupaten Malang Nomor 18 Tahun
sendiri. Sedangkan peme-rintahan desa 2006 tentang Alokasi Dana Desa dalam pen-
berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 jelasan pasal 10, yakni sebesar 70 % untuk
Tahun 2005 tentang Desa, Pasal 6 pemberdayaan masyarakat dan penguatan
menyebutkan bahwa Pemerintah Desa kapasitas Pemerintahan Desa dan sebesar 30
adalah penyelenggaraan urusan pemerintah % untuk biaya operasional Pemerintah Desa
oleh Pemerintah Desa dan Badan Permus- dan Badan Permusyawaratan Desa.
yawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat 4. Pemberdayaan Masyarakat
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat se- Menurut Wahjudin Sumpeno (2011,
tempat yang diakui dan dihormati dalam h.19) pemberdayaan adalah upaya yang
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar
Republik Indonesia. tatanan terhadap suatu tatanan, agar tatanan
tersebut mampu berkembang secara mandiri.
3. Alokasi Dana Desa Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang
72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa dana terdapat di dalam suatu tatanan dan atau
perimbangan keuangan pusat dan daerah upaya penyempurnaan terhadap elemen atau
yang diterima oleh kabupaten/Kota yang komponen tatanan yang ditujukan agar
dalam pembagiannya untuk tiap desa tatanan dapat berkembang secara mandiri.
dibagikan secara proporsional yang disebut Jadi pemberdayaan adalah upaya yang
sebagai Alokasi Dana Desa (ADD). Penge- ditujukan agar suatu tatanan dapat mencapai
lolaan ADD menurut Peraturan Menteri suatu kondisi yang memungkinkan untuk
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 membangun dirinya sendiri.
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Pemberdayaan masyarakat menurut
Desa pada pasal 20, adalah Pengelolaan Sumaryadi (2005, h.25) tujuan pember-
ADD merupakan satu kesatuan dengan pen- dayaan masyarakat pada dasarnya adalah
gelolaan keuangan desa yakni keseluruhan membantu pengembangan manusiawi yang
kegiatan yang meliputi perencanaan, peng- otentik dan integral dari masyarakat yang
anggaran, penatausahaan, pelaporan, per- lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan
tanggung-jawaban dan pengawasan keuang- memberdayakan kelompok-kelompok mas-
an desa. yarakat tersebut secara sosio ekonomis
Tujuan adanya ADD dalam Peraturan sehingga mereka dapat lebih mandiri dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Ke- mereka, namun sanggup berperan serta da-
uangan Desa, adalah: 1)Menanggulangi lam pengembangan masyarakat.
kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
2)Meningkatkan perencanaan dan peng-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1205


Metode Penelitian dilihat dari pendefinisian kebutuhan yakni
Jenis penelitian yang digunakan dalam kemampuan menentukan kebutuhan selaras
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan aspirasi dan keinginannya. Pem-
dengan pendekatan yang digunakan adalah berdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari
pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan pendefinisian ide dan gagasan yakni
data dilakukan dengan menggunakan meto- kemampuan mengekspresikan dan menyum-
de wawancara, observasi dan dokumentasi. bangkan gagasan dalam suatu forum atau
Analisis data dalam penelitian ini meng- diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
gunakan metode analisis oleh Milles dan
Huberman dalam Sugiono (2009, h.16) yang b. Penganggaran ADD
meliputi reduksi data, penyajian data dan Penganggaran ADD dilakukan setelah
penarikan kesimpulan. hasil dari musyawarah desa disetujui oleh
Pada penelitian ini yang menjadi lokasi seluruh pihak yang terkait di desa, sehingga
penelitian adalah Desa Wonorejo Kecama- dapat disusun Rencana Penggunaan Dana
tan Singosari Kabupaten Malang, sedangkan (RPD) selama satu tahun berjalan. RPD
situs penelitian adalah pemerintah Desa tersebut memuat penggunaan dana ADD
Lembaga Kemasyarakatan dan Masyarakat Desa Wonorejo sejumlah Rp. 146.310.000,-
Desa. Fokus dalam penelitian ini adalah: untuk pemberdayaan masyarakat dan opera-
pertama, pengelolaan Alokasi Dana Desa sional pemerintah desa. RPD desa Wonorejo
(ADD) dalam pemberdayaan masyarakat apabila diteliti sebenarnya tidak sesuai
desa, yang terdiri dari: a)Perencanaan ADD. dengan ketentuan, dimana dana untuk opera-
b) Penganggaran ADD. c)Mekanisme pe- sional Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
nyaluran dan pencairan ADD. d)Penggunaan tidak dimasukkan dalam RPD Operasional
ADD. e)Pengawasan ADD. f)Pertanggung- Pemerintah desa. Namun dana operasional
jawaban ADD. Kedua, faktor pendukung BPD tersebut justru dimasukkan dalam
dan penghambat pengelolaan Alokasi Dana RPD pemberdayaan masyarakat. Kejadian
Desa dalam pemberdayaan masyarakat desa. tersebut sebenarnya bertentangan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor
Pembahasan 18 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Desa
1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
dalam pemberdayaan masyarakat 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
desa Keuangan Desa. Dalam kedua peraturan
a. Perencanaan ADD tersebut, ditetapkan bahwa penggunaan ang-
Perencanaan ADD dilakukan dengan garan ADD adalah sebesar 70% untuk Pem-
menjaring aspirasi dan kebutuhan masya- berdayaan Masyarakat dan sebesar 30%
rakat melalui musyawarah desa atau rembug untuk biaya Operasional Pemerintah Desa
desa. Pada desa Wonorejo, musyawarah de- dan BPD.
sa dilakukan pembahasan mengenai peren-
canaan Anggaran Pendapatan dan Belanja c. Mekanisme pencairan dan penya-
Desa (APBDesa), serta Musyawarah Ren- luran ADD
cana Pembangunan Desa (Musrembangdes) Mekanisme pencairan dan penyaluran
sehingga dihasilkan Rencana Penggunaan ADD, secara teknis ada beberapa tahap yang
Dana (RPD). Perencanaan ADD pada desa harus di lalui, yaitu sebagai berikut: setelah
Wonorejo dilakukan dengan perencanaan semua berkas pengajuan ADD lengkap dan
partisipatif melalui musyawarah desa. dalam berkas pengajuan mengetahui camat,
Hasil penelitian menunjukkan tingginya kemudian bersama-sama dari 14 desa se
tingkat partisipasi masyarakat dalam pelak- Kecamatan Singosari diajukan ke Bagian
sanakan musyawarah desa dapat dilihat dari Tata Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah
tingkat kehadiran dan jumlah usulan oleh Kabupaten Malang. Kemudian Bagian Pe-
masyarakat. Fenomena dilapangan tersebut merintahan Desa pada Sekretariat Daerah
sesuai dengan teori pemberdayaan oleh Ife Kabupaten Malang akan meneruskan berkas
dalam Suharto (2005, h.59) yang menjelas- permohonan berikut lampirannya kepada
kan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1206


Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Ke- pranata masyarakat, seperti lembaga kese-
uangan dan Asset (DPPKA). Apabila semua jahteraan sosial, pendidikan, kesehatan. Pada
persyaratan sudah dipenuhi maka DPPKA bidang pendidikan, penggunaan dana ADD
segera mentransfer dana ADD ke rekening untuk peningkatan pendidikan luar sekolah
PTPKD desa Wonorejo. Mekanisme penya- yaitu dengan memberikan bantuan untuk
luran dan pencairan ADD pada desa Wono- operasional kegiatan belajar mengajar pada
rejo sudah sesuai dengan peraturan yang TK dan Paud. Dalam pemanfaatannya sebe-
mengatur pengelolaan keuangan desa yaitu narnya sudah sesuai, namun terlalu kecilnya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 dialokasikan merupakan kelemahan dalam
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan peningkatan kualitas pendidikan. Hal terse-
Keuangan Desa. but sesuai dengan tingkat pendidikan terak-
hir penduduk desa Wonorejo yang mayoritas
d. Penggunaan ADD lulusan SD dan SMP. Alangkah baiknya
Penggunaan ADD untuk pemberdayaan apabila pemerintah desa meningkatkan ang-
masyarakat pada desa Wonorejo yaitu garan untuk bidang pendidikan dan meng-
sejumlah Rp. 102.417.000,-. Dalam bidang gunakan dana tersebut untuk menunjang
penanggulangan kemiskinan, penggunaan kegiatan-kegiatan pendidikan selain sekolah
dana di gunakan untuk biaya operasional seperti Taman Pendidikan Quran (TPQ)
pendistribusian raskin, program bedah rum- maupun pendidikan dan pelatihan kelom-
ah dan program plesterisasi. Hal tersebut pok-kelompok tani.
merupakan pencapaian pemberdayaan ma- Berdasarkan teori pemberdayaan
syarakat dengan kecenderungan primer. masyarakat oleh Widjaja (2004, h.169) yang
Berdasarkan teori pemberdayaan oleh Pra- menjelaskan bahwa cara dalam member-
naka dan Vindhayanika dalam Prasojo dayakan masyarakat terutama di pedesaan
(2003, h.12) kecenderungan primer meru- tidak cukup hanya dengan upaya mening-
pakan proses pemberdayaan ditekankan katan produktifitas, pemberian kesempatan
pada pro-ses pemberian atau pengalihan usaha yang sama atau memberi modal saja,
sebagian ke-kuasaan, kekuatan dan akan tetapi harus diikuti pula dengan
kemampuan kepada masyarakat atau perubahan struktur sosial ekonomi masya-
individu agar menjadi lebih berdaya. Dalam rakat. Menanggapi pemberdayakan masya-
hal peningkatan pendapatan desa, pada desa rakat tersebut, desa Wonorejo mengaloka-
wonorejo belum memiliki Badan Usaha sikan dana ADD untuk pemberdayaan mas-
Milik Desa (BUMDes) dalam pengalokasian yarakat dalam bidang peningkatan sosial dan
ADD juga belum ada anggaran untuk ekonomi masyarakat yaitu dengan pening-
pembentukan BUMDes. katan peranan wanita melalui perwujudan
Dalam penggunaan dana untuk pening- kesetaraan gender dan Pemberdayaan dan
katan derajat kesehatan yaitu dengan mem- Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa. Dalam
berikan bantuan kepada Pos Pelayanan Ter- mendorong peningkatan sosial dan ekonomi
padu (Posyandu). Dimana biaya tersebut masyarakat dapat dilakukan melalui ke-
diperuntukan untuk membiayai kegiatan- giatan-kegiatan dari PKK, yang bertujuan
kegiatan posyandu balita maupun posyandu meningkatkan pendapatan keluarga dengan
lansia. Hal tersebut sesuai dengan teori kemandirian. Fenomena dilapangan menun-
pemberdayaan oleh Ife dalam Suharto jukkan, masih terdapat kesenjangan gender
(2005, h.59) yang menjelaskan bahwa pem- dalam bidang politik dimana tidak adanya
berdayaan dapat dilihat dari kemampuan keterlibatan perempuan dalam pemerintahan
dalam kaitannya dengan proses kelahiran pada desa Wonorejo.
dan perawatan anak. Menurut Prasojo (2003, h.13) Pember-
Berdasarkan teori pemberdayaan dayaan masyarakat tidak hanya menyangkut
masyarakat oleh Ife dalam Suharto (2005, aspek ekonomi. Ada berbagai macam pem-
h.55) yang menjelaskan bahwa pemberda- berdayaan, antara lain: pemberdayaan bi-
yaan masyarakat dapat dilakukan dengan dang politik, bidang hukum, bidang sosial,
meningkatkan kemampuan menjangkau, bidang budaya, bidang ekologi dan pember-
mengunakan dan mempenggaruhi pranata- dayaan bidang spiritual. Apabila dikaitkan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1207


dengan teori pemberdayaan tersebut pada jalan, saluran irigasi. Penggunaan dana
desa Wonorejo belum terlihat adanya pem- untuk pembangunan infrastruktur pedesaan
berdayaan dalam bidang politik dan hukum tersebut telah sesuai pendapat Widjaja
yang didanai dari ADD. Sedangkan pember- (2004, h.169) yang menjelaskan bahwa
dayaan dalam bidang sosial, budaya, dan pendukung berkembangnya potensi masya-
spriritual di lakukan dengan mengalokasi- rakat melalui peningkatan peran, produk-
kan dana ADD untuk peningkatan penga- tifitas dan efisiensi serta memperbaiki 4
malan kehidupan keagamaan dalam rangka akses yaitu akses terhadap sumber daya,
peningkatan kesalehan sosial serta pelestari- akses terhadap sumber teknologi, akses
an kegotong-royongan dan keswadayaan. terhadap pasar, dan akses terhadap sumber
Berdasarkan hasil penelitian pemberdayaan pembiayaan. Dalam penggunaannya untuk
masyarakat dalam keagamaan, dana yang meningkatkan stabilitas keamanan, ketentra-
dianggarakan dari ADD bisa dikatakan man dan ketertiban masyarakat dialokasikan
sudah tepat penggunaannya. Upaya peme- sebagian dana ADD untuk bantuan operasio-
rintah desa lainnya dalam memberdayakan nal Satuan Perlindungan Masyarakat (Lin-
masyarakat yaitu mengalokasikan dana mas). Sedangkan upaya pemerintah desa
untuk bidang sosial yang difokuskan untuk dalam mengembangan wilayah terpencil
pembinaaan pemuda melalui karang taruna yang memiliki potensi maupun untuk
dan bina keluarga. Pada pemanfaatannya pengembangan dan pemasyarakatan Tekno-
penggunaan anggaran sebenarnya sudah logi Tepat Guna (TTG) dan pemanfaatan
tepat, namun dalam pelaksanaannya ke- sumber daya desa, serta pelestarian ling-
giatan dari karang taruna hanya aktif satu kungan hidup belum juga terlihat, dengan
tahun sekali yakni pada perayaan HUT RI, belum adanya pengalokasian dana ADD
dan anggota karang taruna hanya sebagai untuk kedua bidang tersebut. Hal tersebut
panitia dalam penyelenggaraan perlombaan. bertentangan dengan sasasan pemberdayaan
Hal tersebut bukan upaya pemberdayaan masyarakat yang diatur dalam pasal 10
pemuda yang sebenarnya, alangkah baiknya Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor
apabila pembiayaan karang taruna diguna- 18 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Desa,
kan untuk pendidikan dan pelatihan serta bahwa penggunaan dana dalam pember-
bina keluarga dalam peningkatan kepekaan dayaan termasuk untuk pengembangan wila-
sosial remaja, kesenian, pelestarian budaya, yah terpencil yang memiliki potensi maupun
maupun pencegahan kenakalan remaja (nar- untuk pengembangan dan pemasyarakatan
koba, anak jalanan). Sedangkan anggaran Teknologi Tepat Guna (TTG) dan peman-
ADD untuk bidang keagamaan digunakan faatan sumber daya desa, serta pelestarian
untuk perbaikan sarana dan prasarana lingkungan hidup.
keagamaan. Pemberdayaan dalam bidang Penggunaan ADD pada desa Wonorejo
budaya, desa Wonorejo menganggaran se- cukup memberikan dampak positif terhadap
bagian dana ADD digunakan untuk me- peningkatan kegotong-royongan masyarakat
nunjang budaya gotong-royong dan keswa- maupun dalam pembangunan sarana dan
dayaan masyarakat. Berdasarkan hasil prasarana desa. Namun dampak negatif yang
penelitian didapatkan bahwa budaya gotong- muncul dari keberadaan program ADD,
royong dan masyarakat sangat tinggi, hal seperti timbulnya ketergantungan desa terha-
tersebut terlihat pada saat ada kegiatan dap dana tersebut, sehingga upaya peme-
kegiatan kerja bakti dalam membangun rintah desa untuk mendapat sumber keuang-
rumah warga miskin, yang mendapatkan an sendiri menjadi berangsur-angsur memu-
bantuan program bedah rumah yang didanai dar. Di desa wonorejo, pengelolaan ADD
ADD. Pengalokasian ADD di desa Wono- sudah berjalan dengan baik meskipun dalam
jero dalam pembangunan infrastruktur desa berbagai bidang penggunaan ADD masih
dalam menunjang percepatan pemberdayaan belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat
manyarakat. Dalam penggunaannya, angga- dari program ADD yang sudah dijalankan
ran pembangunan pedesaan diperuntukan mulai tahun 2007, namun belum menun-
untuk pembangunan dan pemeliharaan sara- jukkan hasil yang maksimal seperti masih
na dan prasarana publik skala kecil seperti tingginya kemiskinan, tingkat pendidikan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1208


masih rendah, belum adanya peningkatan sarkan hasil penelitian, belum terjadi
Pendapatan Asli Desa (PADes), belum pengawasan secara langsung oleh mas-
terbentuknya Badan Usaha Milik Desa yarakat dalam pengelolaan ADD. Hal
(BUMDes) dan juga belum optimalnya tersebut terjadi dikarenakan kurang paham-
keswadayaan dari masyarakat. nya masyarakat akan adanya program ADD
sehingga perlu adanya sosialisasi dan trans-
e. Pengawasan ADD paransi penggunaan dana ADD dari
Pengawasan dilakukan terhadap jalan- pemerintah desa.
nya pemerintahan dan pembangunan agar
dalam pelaksanaannya tidak menyimpang f. Pertanggungjawaban ADD
dari rencana yang telah ditetapkan dan Pertanggungjawaban merupakan bentuk
aturan yang berlaku berdasarkan terdahap konsekuensi atas penggunaan dana publik
pelaksanaan fisik maupun pengelolaan ke- yang dipercayakan kepada pemerintah desa.
uangan. Pengawasan pengelolaan ADD Dilihat dari bentuk pertanggungjawaban,
secara fungsional yakni pengawasan oleh pada desa Wonorejo cenderung bersifat
aparat pengawas atau satuan organisasi administratif. Pertanggungjawaban adminis-
pemerintah Kabupaten Malang maupun tratif merupakan pertanggungjawaban pe-
Kecamatan Singosari yang menyelengga- merintah desa atas kegiatan pelaksanaan
rakan pengawasan. Berdasarkan pengamatan ADD secara administratif berupa Surat
peneliti, pengawasan secara fungsional pada Pertanggung Jawaban (SPJ) ADD atas
desa Wonorejo yang berupa pelaporan yang pengawasan Camat Singosari kepada Bupati
seharusnya dilakukan setiap bulan (Laporan Malang melalui Bagian Tata Pemerintahan
Berkala) dan setiap akhir tahun (SPJ), Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Malang.
namun pada pelaksanaannya hanya dilaku- Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
kan 3 kali dalam satu tahun. Apabila dikait- Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman
kan dengan peraturan yang mengatur men- Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa per-
genai pengawasan pengelolaan ADD yakni tanggungjawaban disampaikan dalam bentuk
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan ADD. Pelaporan dilakukan setiap bulan
Keuangan Desa, pada pasal 24 menjelaskan (Laporan Berkala) dan setiap akhir tahun
bahwa pemerintah pemerintah Provinsi (SPJ) dan dilaksanakan secara struktural dari
wajib mengkoordinir pemberian dan penya- Kepala Desa kepada Camat, kemudian oleh
luran ADD dari Pemerintah Kabupaten. Camat diteruskan Kepada Bupati. Namun
Sedangkan Pemerintah Kabupaten dan Ca- dalam pelaksanaannya, pertanggungjawaban
mat wajib membina dan mengawasi pelaksa- ADD pada desa Wonorejo hanya dilakukan
naan pengelolaan keuangan desa. Berdasar- hanya 3 kali dalam tahun yakni pada saat
kan fenomena di lapangan, pengawasan oleh untuk pencairan ADD tahap selanjutnya dan
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, maupun tahun selanjutnya bahkan pada awal di
Camat yang terjadi dalam pengelolaan ADD implementasikan program ADD pertang-
pada desa Wonoejo sudah sesuai dengan gungjawaban hanya dilakukan pada akhir
aturan yang berlaku. Namun masih perlu tahun.
ditingkatkan dalam kuantitasnya dan kuali- Berdasarkan pengamatan peneliti
tas pengawasan. bahwa belum terjadi pertanggungjawaban
Pengawasan secara melekat yaitu secara langsung kepada masyarakat. Hal
pengawasan yang dilakukan oleh atasan tersebut terjadi karena belum ada trans-
langsung melalui struktur organisasi, bagan paransi atau keterbukaan oleh pemerintah
organisasi dengan rentang kendali yang desa sebagai pengelola ADD kepada masya-
tegas dengan pembagian tugas dan fungsi rakat dalam bentuk informasi penggunaan
beserta uraian tugas pekerjaan yang jelas. dana ADD. Analisis tersebut juga didukung
Peneliti melihat bahwa pengawasan melekat oleh kenyataan bahwa pelaksanaan kegiatan
pada desa Wonorejo telah dilaksanakan oleh fisik yang didanai ADD diserahkan kepada
Kepala Desa, perangkat desa dan masing- kepala dusun atau perangkat desa, sedang-
masing ketua pelaksana kegiatan. Berda- kan sebagian besar tidak pernah meng-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1209


informasikan kepada masyarakat tentang b. Faktor penghambat
dana yang diterimanya. Hal tersebut ber- Faktor penghambat dalam pengelolaan
tentangan dengan ketentuan dalam Peraturan ADD pada desa wonorejo yaitu rendahnya
Daerah Kabupaten Malang Nomor 18 Tahun sumber daya manusia. Sumber daya manusia
2006 tentang Alokasi Dana Desa pasal 11, dari penduduk desa yang rendah dapat
bahwa kegiatan yang bersumber dari ADD dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas
harus dipertanggungjawabkan secara lang- penduduk yaitu lulusan SD sedangkan
sung kepada masyarakat dan BPD serta perangkat desa sendiri mayoritas lulusan
pelaksanaan ADD harus dilakukan secara SMP. Hal tersebut berdampak pada kegiatan
Partisipatif, Transparan, dan Akuntabel. pengelolaan ADD pada tahap perencanaan.
Pada proses perencanaan ADD pada Desa
2. Faktor pendukung dan penghambat Wonorejo menerapkan sistem musyawarah
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) desa. Dalam proses musyawarah desa telihat
dalam pemberdayaan masyarakat bahwa partisipasi masyarakat tinggi, namun
desa bentuk-bentuk usulan kegiatan dari mas-
a. Faktor pendukung yarakat cenderung bersifat pemban-gunan
Faktor pendukung dalam pengelolaan fisik seperti perbaikan jalan, irigasi, dan
ADD salah satunya adalah partisipasi lain-lain. Padahal kegiatan tersebut tidak
masyarakat. Dari hasil penelitian dan bersifat pemberdayaan pada diri masyarakat
pengamatan yang telah dilakukan pada desa masyarakat sendiri. Monotonnya pola pikir
Wonorejo, bahwa tingkat partisipasi mas- masyarakat dalam perencanaan penggunaan
yarakat dalam proses perencanaan dalam dana ADD tersebut merupakan cerminan
pelaksanaan dalam ADD cukup tinggi. Hasil dari rendahnya tingkat pendidikan masya-
penelitian menunjukkan tingginya tingkat rakat dan perangkat desa, sehingga belum
partisipasi masyarakat dalam perencanaan ada bentuk kreativitas dan inovasi dalam
ADD yakni dalam musyawarah desa dapat pengelolaan ADD untuk pemberdayaan
dilihat dari tingkat kehadiran dan jumlah masyarakat.
usulan oleh masyarakat cukup tinggi. Faktor penghambat dalam pengelolaan
Tingginya partisipasi masyarakat dalam ADD dalam pemberdayaan selanjutnya yaitu
pengelolaan ADD pada desa Wonorejo rendahnya swadaya masyarakat. Dari hasil
sesuai dengan teori pemberdayaan menurut penelitian, swadaya masyarakat desa wono-
Wahjudin Sumpeno (2011, h.19) yang rejo dinilai sangat kurang, padahal swadaya
menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat masyarakat merupakan Pendapatan Asli
berupa ide dan gagasan yakni kemampuan Desa (PADes) yang sah. Kurangnya swa-
mengekspresikan dan menyumbangkan daya masyarakat merupakan cerminan dari
gagasan dalam suatu forum atau diskusi tingkat kesejahteraan masyarakan desa yang
secara bebas dan tanpa tekanan. masih dinilai kurang sejahtera. Dilihat dari
Berdasarkan hasil penelitian dan penga- mayoritas mata pencaharian masyarakat
matan yang telah dilakukan, budaya gotong- desa Wonorejo yang sebagai buruh tani,
royong masyarakat merupakan salah satu maka berdampak pada tingkat keswadayaan
faktor pendorong dalam pengelolaan ADD masyarakat dalam pembangunan desanya.
di desa Wonorejo. Budaya gotong-royong Fenomena tersebut tidak sesuai dengan
masyarakat yang tinggi dapat mendukung tujuan ADD menurut Peraturan Menteri
pengelolaan ADD khususnya pada tahap Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
pelaksanaan kegiatan. Hal tersebut sesuai tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
dengan teori pemberdayaan oleh Wahjudin Desa, yang menjelaskan bahwa salah satu
Sumpeno (2011, h.19) yang menjelaskan tujuan ADD adalah mendorong peningkatan
bahwa pemberdayaan meru-pakan upaya keswadayaan masyarakat. Hal tersebut
yang ditujukan agar suatu tatanan dapat menunjukkan bahwa kurang berhasilnya
mencapai suatu kondisi yang memung- pengelolaan ADD pada desa Wonorejo
kinkan untuk membangun dirinya sendiri. berdampak pada rendahnya Swadaya
masyarakat.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1210


Kesimpulan Pengawasan dalam pelaksanaan pro-
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) gram ADD terjadi dari 3 jenis pengawasan.
dalam pemberdayaan masyarakat Desa Pertama, pengawasan fungsional yakni
Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
Malang, hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Malang maupun Kecamatan
bahwa sebagian dari dana ADD untuk Singosari yang berupa pelaporan, seharus-
pemberdayaan masyarakat digunakan untuk nya dilakukan setiap bulan (Laporan
biaya operasional pemerintah desa dan BPD Berkala) dan setiap akhir tahun (SPJ),
sehingga penggunaan ADD tidak sesuai namun pada pelaksanaannya hanya dilaku-
dengan peruntukannya. Dalam perencanaan kan 3 kali dalam satu tahun. Kedua, penga-
ADD tingkat partisipasi masyarakat dalam wasan secara melekat yaitu pengawasan
kegiatan musyawarah desa cukup tinggi. yang dilakukan oleh atasan langsung melalui
Namun dalam proses penjaringan aspirasi struktur organisasi pemerintah desa, dalam
tersebut terkendala dari rendahnya hal ini dilaksanakan oleh Kepala Desa,
pendidikan masyarakat sehingga aspirasi perangkat desa dan masing-masing ketua
masyarakat cenderung bersifat pemban- pelaksana kegiatan. Ketiga, pengawasan
gunan secara fisik (infrastruktur desa) langsung oleh masyarakat, faktanya belum
seharusnya mengutamakan pemberdayaan terjadi pengawasan secara langsung oleh
masyarakat. masyarakat dalam pengelolaan ADD. Hal
Dalam penganggaran ADD terjadi tersebut terjadi dikarenakan ketidak pa-
ketidak sesuaian dengan Peraturan Bupati haman masyarakat akan adanya program
Malang Nomor 18 Tahun 2006 tentang ADD.
Alokasi Dana Desa. Dimana dana ADD Pertanggungjawaban ADD terdiri dari
untuk operasional Badan Permusyawaratan dua jenis pertanggungjawaban. Pertama,
Desa (BPD) yang seharusnya dimasukkan Pertanggungjawaban administratif sebenar-
dalam RPD untuk Operasional Pemerintah nya sudah dilakukan secara tepat, yakni
Desa akan tetapi justru dimasukkan pada dilaksanakan 3 kali dalam tahun yakni pada
RPD untuk pemberdayaan masyarakat. Hal saat untuk pencairan ADD tahap selan-
tersebut mengurangi porsi 70% untuk jutnya. Kedua, Pertanggungjawaban secara
pemberdayaan masyarakat. langsung kepada masyarakat belum terjadi
Mekanisme pencairan dan penyaluran karena keterbukaan oleh pemerintah desa
ADD sudah sudah sesuai dengan peraturan sebagai pengelola ADD kepada masyarakat
yang mengatur pengelolaan keuangan desa dalam bentuk informasi penggunaan dana
yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri ADD sangat rendah.
Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Faktor pendukung dalam pengelolaan
Pengelolaan Keuangan Desa. Ketentuan dan ADD dalam pemberdayaan masyarakat.
syarat untuk pencairan dan penyaluran ADD Pertama, tingginya partisipasi masyarakat
belum terpenuhi maka proses pencairan dan menjadi salah satu faktor yang mendukung
peyaluran tidak dapat dilaksanakan. pengelolaan ADD khususnya dalam proses
Secara umum penggunaan ADD perencanaan. Kedua, budaya gotong-royong
berdasarkan sasaran pembedayaan sudah masyarakat merupakan potensi desa dalam
berjalan dengan baik meskipun dalam pengelolaan ADD dalam pemberdayaan
berbagai bidang penggunaan ADD masih masyarakat. Ketiga, pengawasan secara
belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat fungsional dari Pemerintah Kabupaten dan
dari program ADD yang sudah dijalankan Pemerintah Kecamatan dapat meningkatkan
mulai tahun 2007, namun belum menun- kedisiplinan pemerintah desa dalam di
jukkan hasil yang maksimal seperti masih pengelolaan ADD.
tingginya kemiskinan, tingkat pendi-dikan Faktor penghambat dalam pengelolaan
masih rendah, belum adanya peningkatan ADD dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
Pendapatan Asli Desa (PADes), belum ter- sumber daya manusia (SDM). Rendahnya
bentuknya Badan Usaha Milik Desa SDM perangkat desa maupun penduduk
(BUMDes) dan juga belum optimalnya desa menjadi penghambat utama penge-
keswadayaan dari masyarakat. lolaan ADD karena pada proses peren-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1211


canaan, pelaksanaan hingga pertanggung- ADD. Selain itu rendahnya pengawasan dari
jawaban, oleh karena itu dibutuhkan SDM masyarakat dalam pengelolaan ADD juga
yang mumpuni dalam proses pengelolaan merupakan salah satu faktor penghambat.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2013) Jumlah Penduduk Miskin dan Prosentase Penduduk Miskin di Indonesia.
Badan Pusat Statistik [Internet], 14 May. Available from: < http://www.bps.go.id/tab
_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=1/ > [Accessed 14 May 2013]
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Alokasi Dana Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Prasojo, Eko (2003) People And Society Empowerment : Perspektif Membangun Partisipasi Publik.
Jurnal Ilmiah Publik, vol IV, No. 2, Maret-Agustus :10-24.
Sugiono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung, Alfabet.
Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung,Refika Aditama.
Sumaryadi, I Nyoman (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta,Citra Utama.
Tjokroamidjojo, Bintoro (1995) Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta,PT. Gunung Agung.
Wahjudin, Sumpeno (2011) Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh,Reinforcement Action and
Development.
Widjaja, HAW. (2004) Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat dan Utuh. Jakarta,PT.
RajaGrafindo Persada.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212 | 1212

Anda mungkin juga menyukai