Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 secara substansi jauh lebih maju dan
memperhatikan kesetaraan gender, tapi yang tidak kalah penting adalah pemberian
Indonesia dengan warga negara asing. 1 Contoh perlindungan terhadap anak oleh
ganda terbatas kepada anak hasil perkawinan campuran sampai dengan batas usia 18
tahun dan setelah sampai batas usia tersebut, ia diwajibkan memilih salah satu
62 Tahun 1958), ketentuan semacam itu tidak diatur, karena status anak hasil
perkawinan campuran ditentukan oleh garis keturunan ayahnya. Hal ini sesuai dengan
asas yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, yaitu asas ius
sanguinis sebagai asas utama. Ketika seorang anak hasil dari perkawinan campuran
1
Wicipto Setiadi, Pembaharuan Undang-undang Kewarganegaraan RI,
www.legalitas.org diakses tanggal 7 Juni 2010.
2
Ibid
Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing (selanjutnya disebut WNA)
yang kemudian sejak tanggal 1 Agustus 2006 diperbaharui dengan UU No. 12 Tahun
perkawinan antara Warga Negara Indonesia diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974
Perbedaan yang mendasar antara UU No. 12 Tahun 2006 dengan UU No. 62 Tahun
1958 yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah
mengenai status kewarganegaraan ganda terbatas yang didapat oleh anak hasil kawin
campur antara WNI dengan WNA. Pada UU No. 12 Tahun 2006 dijelaskan bahwa
anak hasil kawin campur dapat memiliki kewarganegaraan ganda namun terbatas
sedangkan pada UU No. 62 Tahun 1958 dijelaskan bahwa Indonesia tidak mengakui
kewarganegaraan ganda terbatas saja, tidak berlaku bagi seluruh WNI. Selain itu
menurut UU No. 12 Tahun 2006 ini, setelah anak hasil kawin campur tersebut
dewasa secara hukum Indonesia (berusia 18 tahun dan mendapat tenggang waktu 3
tahun sampai dengan usia 21 tahun) mereka diharuskan untuk memilih salah satu
eksklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang
teritorial suatu negara. Sejauh batas-batas ini diakui secara eksplisit oleh perjanjian
atau diakui secara umum, maka batas-batas tersebut merupakan bagian hak suatu
Gejala yang ditimbulkan ini akan berlanjut pada pasangan perkawinan campur
ini memperoleh keturunan (anak). Karena anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan
campur ini memiliki orang tua yang masing-masing dinaungi oleh peraturan hukum
Indonesia.
adalah Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku, sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 05 Juli 1959 yang menyatakan kembali
Dasar Republik Indonesia 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin
3
J.G.Starke, An Introduction to International law, (London, Tenth Edition:Butterworth & Co.
Ltd, 1989), hlm. 188-189.
3. Pemerintahan (a government);
Negara yang berdaulat memiliki hak dan kewajiban seperti yang dikemukakan
4
J.G.Starke., Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kesepuluh, (Jakarta:Sinar Grafika,
1992), hlm. 201-241.
dan mengurus berbagai hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban negara,
dan kedudukan warganegara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan
gender.
kewarganegaraan seseorang baik sebagai seorang suami, istri, maupun anak dari hasil
seseorang tersebut akan menentukan hak dan kewajiban seseorang sebagai warga
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang pada dasarnya memiliki
5
Ibid, hlm. 201-241.
6
Junita Sitorus, Perkawinan Campuran Dalam Hukum di Indonesia, (Jakarta:Pintu
Gerbang/No.49.Tahun, XV.2004), hal. 15-16.
seorang pria dan wanita, ternyata dapat memiliki ciri-ciri atau aspek-aspek yang
maka setiap sistem hukum harus menetapkan apakah persyaratan yang harus dipenuhi
Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945,
sementara saat ini UUD 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin
terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak warga Negara. Sehingga UU No. 12
sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian
persamaan perlakuan dan kedudukan warga negara di mata hukum serta adanya
Tahun 1958 yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah
mengenai status kewarganegaraan ganda terbatas yang didapat oleh anak hasil kawin
campur antara WNI dengan WNA. Pada UU No. 12 Tahun 2006 dijelaskan bahwa
anak hasil kawin campur dapat memiliki kewarganegaraan ganda namun terbatas
sedangkan pada UU No. 62 Tahun 1958 dijelaskan bahwa Indonesia tidak mengakui
7
Abdikoro, Perkawinan Campur Internasional Sebagai Masalah Hukum Perdata
Internasional. 2005
8
Firdaus Amir, Dwi Kewarganegaraan, (Beijing: Bahan Sosialisasi, 2007).
kewarganegaraan ganda terbatas saja. Selain itu menurut UU No. 12 Tahun 2006 ini,
setelah anak hasil kawin campur tersebut dewasa secara hukum Indonesia (berusia 18
tahun dan mendapat tenggang waktu 3 tahun sampai dengan usia 21 tahun) mereka
yaitu:
cita-citanya sendiri;
memberikan perlindungan penuh kepada setiap WNI dalam keadaan apapun baik
negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender;
masing-masing warga negara wajib menjamin, melindungi dan memuliakan hak asasi
masyarakat mengetahuinya. 9
Pokok materi yang termuat dan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang
e) Ketentuan pidana.
Pemerintah Republik Indonesia No. 2 Tahun 2007. Sedangkan khusus bagi anak
diatur dalam Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM RI No. M.09-IZ.03.10 Tahun
9
Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI, Bahan Sosialisasi UU
No.12 Tahun 2006.
10
Bambang Sugono. Hukum dan Kebijaksanaan Publik, (Jakarta:Sinar Grafika, 1994),
hal.104.
HAM RI No. M.80-HL.04.01 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pencatatan,
Hukum dan HAM RI telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Menteri Hukum dan HAM RI No. M.09-IZ.03.10 Tahun 2006 tentang Fasilitas
Indonesia).
11
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.M.01-HL.03.01 Tahun 2006, tentang Tata
Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan RI.
Hukum dan HAM R.I No. M. 80-HL.04.01 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Add 1. Subyek Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan Pasal 5 Undang-Undang
dengan cara didaftarkan oleh orangtua / walinya kepada Menteri Hukum dan
Indonesia dan diberi waktu paling lama 4 (empat) tahun setelah Undang-
Undang ini diundangkan, dengan perkataan lain bahwa pada tanggal 01 Agustus
hukum waktu tertentu akan tidak berlaku lagi, maka ketentuan ini diatur di
dalam Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM RI No. M.09-IZ.03.10 Tahun
12
Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I No. M. 80-HL.04.01 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pendaftaran, Pencatatan, dan Pemberian Fasilitas Keimigrasian sebagai Warga Negara
Indonesia yang Berkewarganegaraan Ganda.
13
Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM RI No. M.09-IZ.03.10 Tahun 2006 tentang
Fasilitas Keimigrsian Bagi Anak Subyek Kewarganegaran Ganda Terbatas Yang Lahir Sebelum UU
No.12/2006 Tentang Kewarganegaraan RI.
keimigrasian, yaitu ketika anak-anak tersebut diharuskan untuk memilih salah satu
Asing, namun masih ingin tetap tinggal dan menetap di Indonesia, maka diperlukan
Indonesia. Berdasarkan atas hal tersebut, maka dalam usulan penelitian ini penulis
Indonesia.
B. Perumusan Masalah
campuran yang lahir sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang No.12 Tahun
keimigrasian di Indonesia?
sebelum dan sesudah berlakunya Undang Undang nomor 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan bagi anak hasil perkawinan campuran yang lahir sebelum dan
C. Tujuan Penelitian
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memeberikan manfaat teoritis
dan praktis:
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan bagi
ganda terbatas.
E. Keaslian Penulisan
baru. Dari berbagai penelitian yang terdahulu kususnya yang mengenai Undang
disesuaikan peraturan perundang undangan secara lebih kuusus. Hal ini dikarenakan
1. Kerangka teori
Telah kita ketahui bahwa Indonesia memiliki letak geografis yang sangat
strategis, terletak di persilangan dunia. Maka dengan meningkatnya arus lalu lintas
internasional, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang dijadikan perlintasan
arus lalu lintas dunia. Hal ini membawa berbagai dampak bagi Indonesia, baik
narkotika dan obat-obatan terlarang internasional, arus imigran gelap, sampai dengan
Jajaran Imigrasi Indonesia dituntut agar dapat bekerja lebih keras guna
saat ini sedang berlangsung. Imigrasi harus lebih memperhatikan selective policy
dimana hanya orang-orang yang bermanfaat bagi kepentingan negara dan masyarakat
Indonesia, seperti para investor asing, serta pihak-pihak lain yang dapat membawa
Perkawinan campuran yang merupakan salah satu dampak dari era globalisasi
campuran ini memiliki status kewarganegaraan yang berbeda yang juga dinaungi oleh
peraturan hukum dari negara yang berbeda, demikian juga bagi kewarganegaraan
1. Asas Ius Sanguinis ( Law of the Blood ) adalah asas yang menentukan
14
M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi: Dalam United Nation Convention Againts
Transnational Organized Crime, (Jakarta:Perum Percetakan Negara RI, 2007), hlm.15.
2. Asas Ius Soli ( Law of the soil ) secara terbatas adalah asas yang menentukan
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini.
anak hasil kawin campur antara WNI dengan WNA, dijelaskan pada Undang-Undang
No. 12 tahun 2006 bahwa anak hasil kawin campur dapat memiliki kewarganegaraan
ganda namun terbatas sedangkan pada Undang-Undang No. 62 tahun 1958 dijelaskan
Dikatakan terbatas karena status kewarganegaraan ganda ini hanya diperuntukan bagi
anak-anak hasil perkawinan campur saja, tidak berlaku bagi seluruh WNI. Selain itu
menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 ini, setelah anak hasil kawin campur
tersebut dewasa secara hukum Indonesia (berusia 18 tahun dan mendapat tenggang
15
Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI.
satu kewarganegaraan yang dimilikinya. Dalam hal anak yang lahir sebelum Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 (sebelum 01 Agustus 2006) tidak secara otomatis
walinya kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui Pejabat (Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI) sesuai Pasal 41 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2006 junto Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-HL.03.01
Republik Indonesia dan diberi waktu paling lama 4 (empat) tahun setelah Undang-
Undang ini diundangkan, dengan perkataan lain bahwa pada tanggal 01 Agustus 2010
Republik Indonesia. 16
pembahasan permasalahan usulan penelitian ini yaitu teori yurisdiksi, teori keadilan,
hukum yang sudah selesai diciptakan; fungsi pengadilan bukan sekedar sebagai
hanya terjadi ketika norma umum yang akan diterapkan dalam kasus konkret mesti
16
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-HL.03.01 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan RI Berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh
Kembali Kewarganegaraan RI Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI.
setiap orang baik WNI, WNA ataupun mereka yang memiliki kewarganegaraan
ganda yang berada di wilayah hukum Indonesia harus tunduk kepada peraturan
hukum di Indonesia.
eksklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang
segala sesuatu yang terjadi dalam negara tersebut. Oleh karena itu arti yuridiksi
secara umum adalah suatu kekuasaan, kemampuan, otoritas, hak serta wewenang
formal untuk mengambil tindakan melalui perangkat yang ada seperti pengadilan,
menurut Aristoteles, merumuskan bahwa negara hukum adalah negara yang berdiri
diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan
syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negara dan sebagai daripada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga
17
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, (Bandung:Penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa,
2006), hlm.261.
18
R.Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum, (Bandung:Armico, 1986), hlm.10.
memiliki sanksi. 19
Hukum telah lama ada dan keberadaannya telah diakui serta digunakan untuk
berbagai keperluan. Tetapi hukum yang benar benar otonom di masyarakat kita
masih menjadi pertanyaan besar karena makna yang ada dibalik hukum yang
seperti unsur politik, ekonomi dan kepentingan lain dibandingkan makna hukum yang
bercirikan keadilan. Otonomi hukum perlu ditumbuhkan agar hukum sebagai suatu
dengan kebutuhan masyarakat berupa keadilan dan tuntutan ilmu pengetahuan berupa
Hukum adalah tata aturan sebagai suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku
manusia beserta semua kondisi yang terkait dengan perilaku manusia. Dengan
demikian hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal tetapi seperangkat aturan
yang memiliki suatu kesatuan, sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem. Obyek
dari hukum adalah norma hukum yang didalamnya mengatur perbuatan manusia, baik
dengan kondisi maupun konsekuensi dari kondisi tersebut. Hubungan antar manusia
19
A. G. Peters. Hukum Sebagai Proyek, dalam Mulyana W Kusumah dan Paul S. Baut (ed),
1988, Hukum Politik dan Perubahan Sosial, (Jakarta:YLBHI, 1997), hal.10.
hukum. Tata aturan yang adil adalah tata aturan yang dapat menjamin pemenuhan
dan Romawi sampai sekarang hukum mengalami perkembangan yang luar biasa yang
mungkin saja orang Yunani dan Romawi dahulu tidak akan dapat memperkirakan
hal hal yang terjadi sekarang dalam bidang hukum. Perkembangan ini tidak bisa
Positif (Positivism) pada awal abad 19 yang dipelopori oleh antara lain Saint Simon,
Aguste Comte dari Prancis dan Herbert Spencer dari Inggris. Perkembangan secara
fundamental aliran hukum positif dipelopori oleh dua tokoh terkemuka di bidang itu
command of the law given). Kedua, hukum merupakan sistem logika yang bersifat
tetap dan tertutup (closed logical system). Ketiga, hukum positif harus memenuhi
beberapa unsur, yaitu adanya unsur perintah, sanksi, kewajiban, dan kedaulatan.
Penegasan lain diberikan oleh Hans Kelsen, yaitu pertama, hukum haruslah
dibersihkan dari anasir-anasir bukan hukum, seperti anasir etika, sosiologi, politik
20
Lili Rasjidi, I.B. Wyasa Putra, Hukum sebagai suatu Sistem, (Bandung:CV. Mandar Maju,
2003), hlm. 118-119.
karena memang harus menaati hukum sebagai perintah negara. Ketiga, hukum
tertentu.21
Aliran hukum positif berdasar pada pandangan bahwa hukum tidak berdasar
dari Tuhan ataupun alam, melainkan dari manusia itu sendiri berdasar
dari nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Hukum lahir untuk mengikat
masyarakat karena adanya perjanjian sosial. Aliran hukum positif memandang perlu
untuk memisahkan secara tegas antara hukum dan moral. Dalam pandangan kaum
positivisme, tidak ada hukum kecuali perintah penguasa, bahkan aliran positivitas
positivis berpegang teguh pada teori korespondensi tentang kebenaran. Menurut teori
yang mampu membuka cakrawala baru dalam sejarah umat manusia yang semula
hukum positiflah yang mengatur dan berlaku di atas norma yuridis yang telah
dengan legalitas yang didasarkan norma yuridis yang telah ditetapkan oleh otoritas
21
Ibid, hlm. 120.
yang didasarkan atas aturan-aturan yang ditetapkan oleh penguasa negara. Jadi
1. Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu;
Berbeda dengan Bodin, Hugo Grotius yang menulis sebuah karya De Jure
Belli ac Pacis melihat doktrin kedaulatan dari aspek eksternnya yaitu kedaulatan
dalam hubungannya dengan negara-negara lain, bahwa satu negara berada di dalam
adanya persamaan derajat. Pada masa kini hampir setiap negara di dunia menyadari
arti pentingnya hubungan antar negara di dalam masyarakat negara (state society).
Kalau Bodin berpendapat bahwa kedaulatan itu adalah sebagai kekuasaan mutlak
(absolute) dan berada diatas hukum, maka Grotius berpendapat sebaliknya, yaitu
negara. George Jellineck mengemukakan doktrin pembatasan sendiri oleh negara (the
22
Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung:Alumni, 2003), hlm. 16-18.
23
Friedmann W., Legal Theory, Fourth Edition, (London:Steven & Sons Limited, 1960), hlm.
539-542.
adalah adanya penduduk yang menetap (baik warga negara maupun orang asing),
memiliki daerah teritorial (wilayah yang diakui oleh negara lain), dan memiliki
Menurut Austin Ranney, warga negara sebagai salah satu syarat berdirinya
suatu negara memiliki arti orang-orang yang memiliki kedudukan resmi sebagai
anggota penuh suatu negara dimana mereka dituntut untuk memberikan kesetiaannya
kepada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut
saja.
menjadi 2 (dua) asas, yaitu ius soli dan ius sanguinis yang masing-masing
24
Ibid, hlm. 153.
darah.
Ius soli berasal dari bahasa latin ius dan solum yang berarti pedoman
negara dimana orang tersebut lahir. Secara historis, ius soli merupakan asas
manusia yang bergerak di suatu negara ke negara lain, dianggap apabila seseorang
dilahirkan di suatu negara maka orang tersebut otomatis menjadi warga negara dari
negara tersebut25.
berdampak pada makin tingginya mobilitas antar negara, maka teori ini dianggap
seseorang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka lahirlah teori lain untuk
Sama seperti ius soli, ius sanguinis pun berasal dari bahasa latin ius dan
seseorang berdasarkan hubungan darah atau garis keturunan. Bila suatu negara
menganut asas ini, maka siapapun anak dari warga negara tersebut, di manapun ia
25
Ibid, hlm. 154.
26
Direktorat Jenderal Imigrasi, Bahan Sosialisasi Undang-Undang No.12 Tahun 2006, tentang
Kewarganegaraan RI Serta Implikasinya Terhadap Tugas-Tugas Keimigrasian, 2006.
Hak Anak pada artikel 7 menyebutkan bahwa anak harus didaftarkan segera setelah
mana anak di lain pihak tidak memiliki kewarganegaraan. Merujuk pada artikel di
atas, dapat dikatakan bahwa setiap anak mempunyai hak atas sebuah nama saat lahir
telah mengakomodir isi dari Konvensi Dewan Umum PBB tentang Hak-Hak Anak, di
mana status personal anak yang lahir di wilayah Indonesia, otomatis diakui sebagai
Kewarganegaraan Republik Indonesia yang baru pada tanggal 11 Juli 2006, selain
suatu teori kewarganegaraan lain yaitu ganda terbatas, dimana Indonesia mengakui
kewarganegaraan ganda terbatas seperti yang diatur dalam Pasal 4 huruf c, huruf d,
huruf h, dan huruf l dan Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
kedua orang tua / walinya, namun terbatas hanya sampai mereka berusia dewasa (18
tahun dan mendapat tenggang waktu 3 tahun hingga berusia 21 tahun). Setelah itu
sebagai berikut:
2. Keimigrasian, adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar
peraturan perundang-undangan.29
negara. 30
6. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
27
UU No. 1 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Perkawinan pasal 57
28
UU No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, pasal 1 ayat (1)
29
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (1)
30
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (2)
31
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (3)
32
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (4)
G. Metode Penelitian
permasalahan mengenai persamaan hak bagi anak hasil perkawinan campuran yang
lahir sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
33
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (5)
34
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (6)
35
UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (7)
36
Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Filsafat Ilmu, Metode Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah Hukum, (Bandung:Monogaf, 2007), hlm. 6-7.
Bahan hukum tertier adalah bahan yang berkaitan dengan bahan hukum
b) Penelitian Lapangan
primer yang diperoleh langsung dari lapangan, terutama dari Kantor Wilayah
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Wawancara dilakukan
dengan beberapa pihak yang terkait dengan materi pokok penelitian, yaitu para
Pejabat Imigrasi dan beberapa ahli hukum dan lain sebagainya, dalam rangka
memverifikasi dan melengkapi hasil kajian dan observasi serta informasi yang
diperoleh.
2) Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara yuridis
yang lain tidak saling bertentangan. Selain itu juga memperhatikan hierarki
37
Muhammad Indra, Perspektif Penegakan Hukum Dalam Sistem Hukum Keimigrasian
Indonesia, Ringkasan Disertasi, (Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008),hlm.32.