Anda di halaman 1dari 30
BAB IV STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DAN METODE PEMBELAJARAN Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan yang mencakup: ' a._karakteristik proses pembelajaran; b._perencanaan proses pembelajaran; cc. pelaksanaan proses pembelajaran; dan d._ beban belajar mahasiswa. Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib © dilakukan secara sistematis dan terstruktur melalui berbagai mata kuliah dan dengan beban belajar yang terukur. * menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata kuliah/modul untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam matakuliah dalam rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Karakterisitk proses pembelajaran Karakteristik proses pembelajaran seperti tercantum pada SNPT tahun 2015 terdiri atas sifat a. Interaktif: capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen. b. Holistik: proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional. Integratif: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui pendekatan antardisiplin dan multidisiplin. d. Saintifik: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan e.Kontekstual: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya. f. Tematik: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan program studi dan dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin. 8 Efektif: capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun waktu yang optimum. h. Kolaboratif: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. \- Berpusat pada mahasiswa: capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan peserta didik, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak memperkuat proses pembelajaran sebagaimana yang tercantum pada SNPT 2015 dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Berkesinambungan: Pendidikan dokter spesialis anak (second professional degree) merupakan lanjutan pendidikan profesi dokter dapat dilanjutkan ke jenjang pendidikan dokter subspesialis anak (third professional degree) b. Profesional - akademik: Pendidikan dokter spesialis anak merupakan perpaduan pantara pendidikan profesional dan akademik yang mengedepankan aspek keselamatan pasien (patient safety), kendali mutu dan kendali biaya. ¢. Belajar aktif: Pendidikan dokter spesialis anak memakai kaidah pendidikan tinggi (higher education) yang bersifat pendidikan aktif dan mandiri dengan motivasi, kreativitas, dan integritas peserta yang tinggi. Proses pendidikan terutama ditekankan pada pendekatan student centered, problem solving oriented, dan self- directed learning sehingga staf pengajar lebih berperan sebagai fasilitator. d. Pemenuhan pencapaian kompetensi (Outcome based education): Pendidikan dokter spesialis anak bertujuan untuk mencapai kemampuan dan keterampilan profesional yang didukung oleh dasar akademik yang kuat. e. Pencapaian kemampuan individu: Pencapaian kemampuan merupakan pencapaian kemampuan setiap individu peserta oleh karena itu setiap kegiatan pembelajaran profesi dan akademik harus dijalani oleh setiap peserta didik secara bertahap di bawah bimbingan staf pengajar. f. Sekuensial: Strategi proses pembelajaran, supervisi dan evaluasi disusun secara sekuensial dan berjenjang melalui berbagai tahapan g. Prasyarat: Setiap tahap merupakan prasyarat yang harus dicapai lebih dahulu untuk dapat mengikuti tahap bet utnya. h. Terpadu dan terintegasi: Proses kegiatan pelatihan keprofesian-akademik dilaksanakan secara komprehensif (integrated teaching) Perencanaan proses pembelajaran Rencana Pembelajaran adalah perencanaan proses pembelajaran untuk setiap modul/mata kuliah. Rencana pembelajaran disusun untuk setiap tahun akademik dan untuk setiap mata kuliah/ moduldan disajikan dalam Buku Rencana Pembelajaran (BRP) atau istilah lain. Rencana pembelajaran atau istilah lain ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam satu modul yang terdiri dari sekelompok ahli bidang keilmuan kesehatan anak dan/atau teknologi dalam program studi. Rencana pembelajaran atau istilah lain paling sedikit memuat: a. Nama program studi, nama dan kode modul/mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu; Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada modul/ mata kuliah;, Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap modul/mata kuliah untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan; Bahan kajian yang terkait dengan kewenangan/ kemampuan yang akan dicapai pada tiap akhir modul/ mata kuliah; Metode pembelajaran; “ ai kemampuan pada modul/ mata kuliah; diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus Waktu yang disediakan untuk mencap% Pengalaman belajar peserta didik yang dikerjakan oleh peserta didik selama mengikuti modul; h. Sumber daya yang bertugas, penanggung jawab modul; i. Sarana dan prasarana yang digunakan i. Kriteria, indikator, dan bobot penilaian kelulusan; k. Daftar referensi yang digunakan. e Pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran berlangsunt peserta didik, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar tertentu. di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai Rencana Pembelajaran Semest lain dengan karakteristik sebagaimana dimaksud di atas. Proses pembelajaran dengan penelitian mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Penelitian Dokter Spesialis Anak.Proses pembelajaran yang terkait dengan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat \g dalam bentuk interaksi antara dosen, Proses pembelajaran ter (RPS) atau istilah yang terkait Dokter Spesialis Anak. Pelaksanaan proses pembelajaran dijabarkan dalam buku panduan pelaksanaan pendidikan yang meliputi antara lain: Pentahapan urikulum. Pola penyelenggaraan proses belajar mengajar. Panduan kerja pada tiap penugasan pendidikan. Penilaian pada tiap tahap pendi Ketentuan baku penerimaan, sanksi akademik dan penghentian. Ketentuan khusus untuk peserta adaptasi dokter spesialis lulusan luar negeri Lain-lain (Organisasi, Ketenagaan, Rumah Sakit Pendidikan). emroanse Beban belajar peserta didik Beban belajar peserta didik dinyatakan dalam besaran sks. Perhitungan beban belajar dalam sistem modul atau bentuk lain ditetapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam memenuhi capaian pembelajaran. Pendidikan dokter spesialis anak dilakukan minimal dalam 7 semester dengan beban belajar minimal adalah 16 sks per semester. Satu sks pada proses pembelajaran akademik terdiri atas: a. kegiatan tatap muka 100 (seratus) menit per minggu per semester; dan b. kegiatan mandiri 70 (tujuh puluh) menit per minggu per semester. Satu sks pada proses pembelajaran keprofesian sepertitata laksana pasien, tata laksana prosedur, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan/atau proses pembelajaran lain yang sejenis, adalah 170 (seratus tujuh puluh) menit per minggu per semester. Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: kuliah, diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain yang dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Setiap mata kuliah/modul dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran Bentuk pembelajaran dokter spesialis anak berupa: : ° wtan peserta didik yang sikap (attitude) yang an keprofesian 1. Pembelajaran keprofesian.Pembelajaran profesi ialah kegia bertujuan untuk mencapai keterampilan (skill) dan dipersyaratkan bagi seorang dokter spesialis anak. Bentuk pembelajar: dilakukan sebagai berikut: a. Tata laksana pasien rawat inap (inpatient) . Tata laksana pasien rawat jalan (ambulatory pediatric) c. Tindakan/prosedur medik (pediatric procedures) d. Pelatihan keprofesian di luar jam kerja (tugas jaga) e. Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial (growth an paediatric) 2. Pembelajaran akademik.Pembelajaran akademik ialah kegiatan [eserta didik dengan tujuan menambah dan memperdalam keilmuan (knowledge) dalam bidang llmu Kesehatan Anak. . Kegiatan akademik terdiri dari 2 kelompok kegiatan yaitu kegiatan akademik modul dan kegiatan akademik non-modul. a. kegiatan akademik modul ialah: modul pengayaan ji. modul subdisiplin (13 divisi dalam llmu Kesehatan Anak) b. kegiatan non-modul ialah: i. Journal reading, ii. Referat Sajian kasus, Studi kasus longitudinal, Kasus sulit, Kasus kematian, vii. Kuliah pasca sarjana. id development; social 3. Bentuk pembelajaran penelitian, perancangan, atau pengembangan yaitu kegiatan peserta didik di bawah bimbingan dosen dalam rangka pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, pengalaman otentik, serta meningkatkan kesejahteran masyarakat dan daya saing bangsa.Kegiatan tersebut ialah: a. Proposal penelitian, b. Tesis, c. Telaah pustaka (critical appraisal) 4. Bentuk pembelajaran pengabdian masyarakat yaitu kegiatan peserta didik di bawah bimbingan dosen dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa Kegatan tersebut ialah: a. Penyuluhan/edukasi masyarakat b. Pembinaan komunitas / parents’ support group Proses pembelajaran Profesi Kegiatan pembelajaran profesi ialah kegiatan PPDS yang bertujuan untuk mencapai keterampilan {skill}dan sikap (attitude) yang dipersyaratkan bagi seorang dokter spesialis anak. Kegiatan pembelajaran profesi dilakukan di tahap yunior, madya dan senior. Tahap yunior (PPDS yunior) Kegiatan tahap yunior dilaksanakan pada tahun pertama. Setelah menyelesaikan dan lulus modul pembekalan dan pengayaan; PPDS bekerja di unit Infeksi selama 4 (empat) minggu, unit non-Infeksi selama 4 (empat) minggu, unit Pediatri Gawat Darurat dan unit Perinatologi masing-masing selama 4 {empat) minggu secara bergantian, ditambah bedah anak dan psikiatri masing-masing selama 2 (dua) minggu. Tahap Madya (PPDS Madya) Kegiatan tahap madya dilaksanakan pada tahun kedua dan ketiga. Tugas utama PPDS madya ialah pendalaman akademik dan ditempatkan selama masing-masing 6 minggu secara rotasi di 13 divisi/subdisiplin. Tahap senior (PPDS senior) Kegiatan pelatihan keprofesian tahap senior diberikan pada akhir tahun ketiga dan tahun keempat, setelah PPDS menyelesaikan dan lulus kegiatan akademik pada tahap madya. kegiatan pembelajaran profesi dikelompokkan dalam unit-unit sebagai berikut: + Unit Infeksi (1), + Unit Non-Infeksi (NI), * Unit Pediatri Gawat Darurat (PGD), * Unit Perinatologi (Peri), * Unit rumah sakit afiliasi/jejaring, + Unit poliklinik ~ruang rawat sehari (Poli-RRS).. Kegiatan dilaksanakan di berbagai lahan pendidikan yaitu. di RS Pendidikan Utama, RS afiliasi, Puskesmas, dan tempat lain yang dianggap layak. Secara garis besar bentuk-bentuk kegiatan pelatihan keprofesian yang ditugaskan kepada PPDS dikelompokkan ke dalam: * Tata laksana pasien rawat inap (inpatient) Tata laksana pasien rawat jalan (ambulatory pediatric) © Tindakan/prosedur medik (pediatric procedures) Pelatihan keprofesian di luar jam kerja (tugas jaga) ‘Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial (growth and development; social paediatric) Contoh alur pelaksanaan kegiatan tersebut di RS Pendidikan Utama dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 4.1. Kegiatan pendidikan di RS afiliasi/jejaring diatur tersendiri disesuaikan dengan situasi dan kondisi RS afiliasi/jejaring bersangkutan. Kegiatan akademik dan kegiatan pelatihan keprofesian dilakukan secara bersamaan (simultan) dengan jam kerja mulai pukul 07.00 - 15.00 dari Senin - Jumat. Di luar jam kerja kegiatan pelatihan keprofesian dilakukan sebagai tugas jaga dan diatur tersendiri © Pembimbing dan supervisipembelajaran profe: kan pembimbing dan supervisor bagi PPDS sesuai sndidik, penilai). Pada kegiatan pembelajaran profesi sien rawat inap, staf akademik dibagi atas: Pada dasarnya semua staf akademik merupal dengan kategori staf tersebut (pembimbing, pe’ melalui kerja praktek di bangsal dalam menata laksana pa: ‘= Supervisor in charge (SIC) ‘+ Supervisor subdisiptin (SSD) © Chef d'clinique (CDC) + Dokter Penangung Jawab Pelayanan Pasien( DPJP) Supervisor in Charge (SIC) ‘Supervisor in charge (SIC) ialah staf akademik yang ditugaskan membimbing dan mensupervisi PPDS di unit Infeksi, Non-infeksi, Perinatologi dan Pediatri Gawat Darurat. SIC yang bertugas di unit Infeksi dan Non-Infeksi tidak perlu berasal dari divisi sesuai dengan unitnya, namun SIC untuk Neonatologi dan Emergensi dan Rawat Intensif Anak (ERIA) ialah staf akademik yang berasal dari divisi yang bersangkutan. Supervisor in charge pada hakekatnya menyupervisi dan membimbing PPDS menata laksana pasien rawat inap sampai ke level spesialis anak dengan pendekatan secera komprehensif sesuai dengan kemampuan yang diperlukan untuk seorang dokter spesialis anak. Bila pada pasien tersebut diperlukan pendalaman dan tindakan subspesialistik maka PPDS bersama SIC mendiskusikannya untuk dikonsultasikan ke divisi yang terkait PPDS madya yang bekerja di modul bersangkutan bersama dengan supe datang memberikan pembahasan, saran, atau tindakan lebih lanjut pada pa pada PPDS tahap yunior dan senior berdasarkan tugas ronde CDC, bahan n PPDS untuk isor subdisiplin akan sebut. Supervisor in charge melakukan evalua: yunior dan senior, memilih kasus untuk diajukan dalam pembicaraan kasus sulit ujian komprehensif, menjadi moderator kasus sulit serta memberikan pe! pengajuan kasus sulit dan ronde COC Pada saat ini staf akademik yang bertindak sebagai SIC ialah: ‘+ Semua staf akademik kecuali Ketua Departemen, koordinator dan guru b © Penugasan untuk setiap unit ialah secara bergiliran setiap satu bulan; ur Non-Infeksi masing-masing 2 orang SIC. ksi dan Supervisor subdisiplin (SSD) ialah staf akademik yang ditugaskan membimbi PPDS madya yang bekerja di divisi terkait, dan bersama dengan PPDS madya ters bimbingan dan supervisi kepada PPDS yang bekerja di unit mengenai substansi sub Pada saat ini staf akademik yang ditugaskan sebagai SSD ialah: + Staf akademik dengan masa kerja 5 tahun dan Sp.A(K) atau yang ditetapkan sec. ketua divisi bersangkutan. ‘+ Penugasan diberikan oleh ketua divi + Bertanggungjawab kepada ketua divisi Chef d'clinique (CDC) Chef d'clinique (CDC) ialah staf akademik senior yang ditugaskan membimbing dan menyupenvisi PPDS yang bekerja di unit-unit di RS Pendidikan Utama dan RS mitra / j I penerapar nerapan « tata laksana standar (Stendar Pelayanan Medis) dan aspek-aspek kebijakan yang didukung oleh integritas keilmuan, moral dan etika. Chef d’clinique tidak perlu membal harus diterapkan pada pasien olel subdisiplin yang bersangkutan. Namun dengan pasien yang dirawat, CDC dapat mem! ‘SSD yang bertugas. Pada saat ini CDC yang ditugr penugasan diatur dan dijadwal oleh forum guru besar. in subspesialistik yang has mengenai pendalaman dan tindakar ik dari fh karena aspek ini telah diberikan oleh staf akaderil bila CDC secara kebetulan berasal dari subdisiplin yang sesuai berikan expertise keilmuannya pada pasien di samping askan ialah guru besar IKA dan staf akademik senior, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Pasien (DPJP) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Pasien (DPJP) adalah seorang dokt: ian medis seorang pasien, Pelaksanaan program DPJP menjadikan pos! er yang bertanggung jawab DPIP atas pengelolaan asuh: berperan sebagai: a. Dosen Klinis (clinical teacher) yang menjadi mode! set 1s best clinical teacher in secondary and tertiary care) b. Manajer kasus (case manager) yang menjadi model sebagai konsultan spesialis klinis ( ‘model as best clinical specialist consultant) ik ( PPDS dan mahasiswa) dalam kegiatan pelayanan kepada bagai guru klinis yang baik (role model (role ¢. DPIP melibatkan peserta dik pasien. Penetapan DPIP berdasarkan usulan oleh Kepala Divisi kepada Direktur Utama melalui Kepala Departemen Medik, nama-nama yang diusulkan merupakan staf medis fungsional purna waktu atau staf medis fungsional paruh waktu yang kellmuan dan keabliannya diperiukan untuk pengelolaan pasien. Tata laksana pasien rawat inap Kegiatan pelatihan keprofesian di RS Pendidikan Utama ialah sebagai berikut: Di unit perawatan: © Unit Infeksi dan unit Non-Infeksi + Unit ERIA bekerja di: * — Ruang Gawat Darurat + Ruang Rawat Intensif Anak + Ruang peralihan (Intermediate Care) + Unit Neonatologi bekerja di: + Ruang rawat intensif bayi baru lahir © Ruang rawat bayi baru lahir Setiap pasien rawat inap di unit - unit tersebut dirawat oleh PPDS senior dan PPDS yunior, dibawah tanggung jawab DPJP yang bertugas dengan ketentuan sebagai berikut: PIP OPJP melakukan supervisi spesialistik pada unit pelayanan yang menjadi tugasnya. Setiap pasien baru rawat inap mempunyai DPJP yang sudah ditentukan sebelumnya oleh DPJP dari unit rawat jalan a (poliklinik subspesialisti) itu sendiri atau dari unit Gawat Darurat berdasarkan rekomendasi DPJP yang bertugas saat itu di UGD. DPJP yang bertugas di ruang rawat intensif memantau kondisi pasien 24 jam yang terbagi atas 2. shift dibantu oleh PPDS mandiri. Dalam tugasnya DPJP menuliskan di agnosis (berdasarkan koding INA-DRG), rencana terapi dan tindakan medik secara lengkap pada lembar catatan lanjutan di rekam medis dengan dibubuhi nama DPJP, SIP (dalam stempel) dan paraf disertai nama dan paraf PPDS. PPDS yunior Tujuan yang ingin dicapai PPDS yunior pada kegiatan pembelajaran keprofesian yunior ialah dimilikinya kompetensi awal keterampilan dokter spesialis anak; oleh karena itu PPDS yunior ‘merupakan anggota tim yang membantu PDS senior. Penekanan kegiatan pembelajaran keprofesian bagi PPDS yunior ialah .mendapatkan keterampilan klinik pediatrik dasar (basic clinical pediatric competence) yang didasari oleh penguasaan basic pediatric knowledge yang kuat (misalnya dengan penguasaan patofisiologi, Patogenesis kasus, dan lain-lain). Bekerja dalam tim menuntut keterampilan berbagi tugas dan wewenang sesuai dengan status dan kompetensi yang dimiliki. PPDS yunior dalam hal ini belum mempunyai kompetensi yang cukup namun untuk mendapatkan pengalaman tersebut diberi Kesempatan bekerjasama dengan PPDS senior dalam melakukan tatalaksana pasien. Fokus kegiatan pelatihan keprofesian bagi PPDS yunior jalah pengkajian dan penerapan berbagai aspek basic medical sciences seperti patofisiologi, patogenesis, dan lain-lain ke dalam tata laksana pasien. Selain itu PPDS yunior berkesempatan mendalami substansi kasus melalui pengalaman menata laksana pasien sesuai dengan standar prosedur (medical conduct) yang berlaku. Agar dapat bekerja sebagai anggota tim tatalaksana pasien, harus menggunakan kemampuan seorang dokter umum (sebagai prasyarat) dan pengalaman yang didapat di modul pembekalan dan pengayaan. PPDS yunior diberikan tanggung jawab dalam pengisian dan kelengkapan dokumen medik dengan melakukan tata laksana awal bersama-sama dengan PPDS senior. PPDS yunior berlatih melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan fisis, berusaha menegakkan diagnosis kerja dan merancang tindakan atau prosedur pendukung lainnya dengan bimbingan PPDS senior dan supervisi DPIP. Oleh karena penanggungjawab pasien adalah PPDS senior maka keabsahan dokumen medik merupakan tanggung jawab PPDS senior sehingga PPDS senior harus mengecek dan memeriksa dengan teliti dokumen medik yang dikerjakan oleh PPDS yunior. Beberapa tindakan medik umum dapat dilakukan oleh PPDS yunior dengan seijin dan di bawah pengawasan DPJP. Bila diperlukan tindakan atau prosedur medik spesialistik/subspesialistik pada pasien maka PPDS yunior dapat membantu PPDS senior melakukan tindakan tersebut namun tanggung jawab tetap berada di tangan PPDS senior. PPDS yunior diwajibkan mempelajari lebih dahulu teori atau standar prosedur tindakan tersebut. Dalam hal memantau/follow up pasien PPDS yunior ikut memantau sehari-hari bersama dengan PPDS senior dan menuliskannya di dokumen medik. Pada waktu ronde SIC, DPJP atau CDC yang bertanggung jawabtetap PPDS senior namun. PPDS vunior dapat ikut berdiskusi mengenai pasien terutama dalam bidang tugas dan tanggung jawabnya, Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS yunior dalam menatalaksana pasien rawat inap adalah sebagai berikut: + Melengkapi pengisian formulir follow-up DPJP (Dokter Penanggung jawab Pasien), Clinical Pathway, surat persetujuan tindakan medik, surat keterangan bahwa pasien atau orang tua telah diberikan penjelasan oleh DPJP dan meminta tanda tangan DPJP untuk melengkapi surat- surat tersebut. © Membuat resume medik yang lengkap dan surat kontrol pada saat memulangkan pasien dan ‘meminta tanda tangan DPIP. + Membuat dan mengisi dokumen medik. ‘+ Membuat anamnesis. ‘+ Melakukan pemeriksaan fisis rutin + Menegakkan diagnosis kerja. ‘+ Merancang pemeriksaan penunjang. ‘+ Merancang pengobatan awal. ‘+ Membantu PPDS senior memantau/follow up pasien. + Membantu PPDS senior melakukan prosedur/tindakan diagnostik dan atau terapeutik. PPDS senior PPDS senior merupakan penanggung jewab pasien (ketua tim tingkat PPDS) oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai PPDS senior pada kegiatan pelatihan keprofesian senior ialah kompetensi {keterampilan) sebagai dokter spesialis anak. Di samping itu PPDS senior telah selesai dan lulus dalam kegiatan pembelajaran tahap yunior dan telah lulus dalam kegiatan akademik pada tahap madya. Oleh karena itu PPDS senior telah mempunyai pengalaman yang cukup memadai dalam mengelola pasien dalam arti: mempunyai keilmuan (knowledge) dan keterampilan keprofesian (professional competence) yang diperlukan dalam pengelolzan pasien. Pada dasarnya PPDS senior bertanggungjawab dalam tata laksana pasien yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, menegakkan diagnosis, melakukan tindakan terapeutik, merancang dan melakukan berbagai prosedur atau tindakan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis lebih pasti, melaksanakan konsultasi, melakukan pengawasan harian (follow up) dan menetapkan apakah pasien sudah dapat dipulangkan atau dipindah-rawatkan. Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS senior ialah sebagai berikut: Bertanggung jawab atas terselenggaranya tata laksana pasien sesuai DPIP Memberitahu DPIP bila terjadi perubahan Klinik pada pasien Menganalisis hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien pada hari yang sama, untuk kemudian dikomunikasikan kepada DPJP Bertanggung jawab atas keabsahan dokumen medik Mengisi daftar terapi harian dengan jelas dan lengkap Melakukan konsultasi antar divisi atau antar departemen sesuai DPJP Melakukan prosedur / tindakan diagnostik dan atau terapeutik atas seijin dan di bawah pengawasan DPJP Mengajukan pasien pada ronde, kasus sulit, kasus kematian, dan sitting round ‘+ Membuat surat pengantar kontrol ke poliklinik yang terkait atau ke dokter pengirim bila pasien pulang ‘¢ Membimbing dan bekerja sama dengan PPDS yunior dan madya ‘* Memeriksa kelengkapan dokumen medik beserta formulir-formulir yang harus diisi dan ditanda tangani oleh DPIP serta resume medik pasien pulang yang dikerjakan oleh PPDS yunior. PPDS Madya Tugas utama PPDS madya ialah pendalaman akademik yang ditempatkan selama masing-masing 6 minggu secara rotasi di 15 subdisiplin IKA . Oleh karena itu PPDS madya tidak secara langsung menata laksana pasien namun bertindak sebagai konsultan PPDS dalam subdisiplin terkait sebagai salah satu cara melakukan pendalaman dalam bidang terkait yang disupervisi dan dibimbing oleh SSD (staf divisi). PPDS madya menjadi penghubung antara DPJP dan SSD dalam melakukan konsultasi antar divisi. Tindakan diagnostik atau terapeutik dapat dilakukan PPDS madya bersama PPDS senior dengan seijin atau di bawah pengawasan langsung DPIP 9 Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS madya dalam kaitan dengan tata laksana pasien rawat ialah + Mengkonfirmasi dan memberikan saran tata laksana atau tindakan sesuai subdisiplin didalarni pada pasien bersangkutan. + Bersama dengan PPDS senior yang merawat pasien melakukan prosedur/tindakan spesialisik/subspesialistik. + Semua kegiatan dibimbing dan disupervisi secara langsung oleh staf divisi/DPIP. + Menjawab konsultasi dari departemen atau divisi lain dan mendiskusikannya dengan SSD. Tata laksana pasien di ruang rawat sehari Kegiatan pelatihan keprofesian di ruang rawat sehari (RRS) dilaksanakan oleh PPDS senior diatur secara bergiliran dengan tugas di poliklinik. PPDS senior harus kerja mandiri oleh karena PPDS yunior tidak bekerja di RRS. Namun PPDS dengan persetujuan supervisor Poli/RRS dapat meminta konsultasi kepada subdisiplin terkait, sehingga SSD akan datang bersama dengan PPDS madyanya. Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS senior ialah + Pembuatan dokumen medik pasien baru (anamnesis, pemeriksaan fisis, diagnosis kerja, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang dan pengobatan). + Melakukan pemantauan terhadap pasien baru maupun lama dari waktu ke waktu selama jam kerja dan menuliskan hasil pemantauan pada dokumen medik, lengkap dengan perubahan tata laksana (bila ada) ataupun rencana pemeriksaan penunjang selanjutnya. + Mengisi daftar terapi harian dengn jelas dan lengkap meliputi: tata laksana nutrisi, medikamentosa, fisioterapi dan tata laksana psikis/kejiwaan. + Melakukan tindakan medis yang diperlukan, + Melakukan konsultasi antar divisi dan antar departemen. + Mengumpulkan/mengambil hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien pada hari yang sama. + Berperan aktif dalam kegiatan ronde. + Membuat surat pengantar kontrol ke poliklinik yang terkait atau ke dokter pengirim bila pasien pulang. + Membuat resume dokumen medik ketika pasien pulang, pindah atau meninggal. ‘+ Membuat kelengkapan administrasi pasien seperti surat keterangan rawat dan lain-lain. ‘Tata laksana pasien di rumah sakit afiliasi / jejaring PPDS yang bekerja untuk mendapatkan kegiatan pelatihan keprofesian di RS afiliasi/jejaring ialah PPDS senior. Masing-masing PPDS mendapat kesempatan bekerja secara komprehensif sebagai dokter spesialis anak muda selama 4 (empat) minggu di masing-masing RS afiliasi/jejaring Bekerja di RS afiliasi / jejaring merupakan kesempatan bagi PPDS untuk mendapatkan kesempatan pelatihan komprehensif dan berperan sebagai dokter spesialis anak muda sebelum berakhirnya pembelajaran. Tugas dan tata cara PPDS di RS afiliasi /jejaring pada dasarnya sama dengan tugas dan tata cara PPDS di RS Pendidikan Utama. Namun di RS afiliasi / jejaring tidak ada PPDS yunior, sehingga PPDS bekerja secara mandiri dan langsung bertanggung jawab dan bekerja sama dengan Kepala Staf ‘Medik Fungsional (KSMF) dan staf pengajar setempat. Semua kegiatan pelatihan keprofesian seperti tatalaksana rawat inap, rawat jalan, prosedur pediatrik, penilaian tumbuh kembang dan pendekatan pediatri sosial dan kegiatan pelatihan keprofesian diluar jam kerja (tugas jaga) dilakukan di RS afiliasi /jejaring. 10 Dalam tata laksana pasien PPDS diwajibkan mengikuti semua jadwal dan prosedur tetap (Protap) yang berlaku di RS afiliasi /jejaring; berbagai hal mengenai substansi keilmuan_didiskusikan bersama pembimbing setempat. POS berperan sebagai penghubung antara RS afiliasi/ jejaring dan RS Pendidikan Utama mengenai berbagai hal seperti diskusi tentang prosedur tetap (Protap), standard operating procedure (SOP), kebijakan dan sebagainya. PPDS dapat mengusulkan suatu pertemuan bersama misalnya pembicaraan kasus atau merencanakan suatu tindakan spesialistik bersama dan sebagainya antara staf subdisiplin RS Utama dan staf IKA RS afiliasi / jejaring. Tata tertib sebelum, selama dan sesudah penugasan ialah sebagal berikut: + Mempersiapkan diri dan memahami petunjuk pelaksanaan (tugas dan kewajiban) di RS afiliasi / jejaring. + Melapor ke KPS/SPS untuk mendapatkan surat penugasan di RS afiliasi / jejaring. ‘+ Melapor ke KSMF, bersama dengan KSMF melapor ke Direktur RS untuk mendapat pengarahan. ‘+ Memahami dan mematuhi tata tertib dan Protap yang berlaku di RS afiliasi / jejaring. ‘+ Mematuhi dan melaksanakan jadwal kegiatan yang sudah disusun, + Melakukan kegiatan dengan bimbingan langsung KSMF dan staf nya. + Penilai adalah KSMF dan staf bersama CDC dari RS Pendidikan Utama + Setelah selesai tugas melapor ke KSMF untuk mendapatkan surat selesai tugas. Tata laksana pasien rawat jalan Tata laksana pasien rawat jalan adalah sebagai berikut : © Setiap PPDS yang akan mengelola pelayanan medis pasien rawat jalan harus mendapatkan persetujuan DPIP yang bertugas saat itu sebagai supervisor. ‘+ DPJP menuliskan diagnosis (berdasarkan koding INA-DRG), rencana terapi dan tindakan medik secara lengkap pada lembar catatan lanjutan di rekam medis dengan dibubuhi nama DPIP, ‘iP(dalam stempel) dan paraf disertai nama dan paraf PDS. ‘* DPIP/Konsultan Jaga melibatkan peserta didik{PPDS, mahasiswa) dalam kegiatan pelayanan © Tata laksana pasien rawat jalan dilakukan di 2 jenis poliklinik: (© poliklinik spesialis, yaitu klinik yang melayani kasus-kasus rawat jalan secara komprehensif dalam level spesialis anak (general paediatrics), © poliklinik subspesialis, yaitu Klinik yang melayani kasus-kasus subdisiplin tertentu (subspecialty in paediatrics), terdiri dari: + Klinik Respirologi * Klinik Neurologi, + Klinik Nefrologi * Klinik Nutrisi dan Penyakit Metabolik ‘+ Klinik Gastroenterologi dan Hepatologi, + Klinik Kardiologi, * Klinik Endokrinologi, + Klinik Hemato-Onkologi, + Klinik Alergi-Imunologi, + Klinik Tumbuh kembang Klinik Penyakit Infeksi Sesuai dengan tingkat kompeten: yang dipunyai dan tahap pendidikan, per poliklinik tersebut ialah sebagai berikut: pp " Penempatan PPDS pada ll PPDS madya Bekerja di klinik subspesialis sebagai penanggung jawab utama. PPDS senior Bekerja di Klinik spesialis anak sebagai penanggung jawab utama dan sebagai konsultan tingkat PDS. Bekerja di klnik subspesialis bila diperlukan. PPDS yunior PPDS yunior dapat juga membantu di klinik spesialis bila diperlukan, Pembimbing dan supervisi kegiatan PPDS di poliklinik spesialis dikoordinasi dan dikelola oleh tim pengelola unit Poli-RRS. Pembimbing dan supervisi kegiatan PPDS di poliklinik subspesialis ialah staf subdisiplin bersangkutan sebagai PIP. Tata laksana prosedur pediatrik Prosedur atau tindakan dalam lingkupilmu Kesehatan Anak dapat dibagi atas: Tindakan/prosedur pediatrik spesialistik misalnya + melakukan suntikan, iv.im, sc, intrakutan © pemasangan IVFD + tata laksana terapi oksigen + pengambilan darah vena + pemasangan sonde lambung, dan lain-lain. Tindakan/prosedur pediatrik subspesialisik,ialah tindakan/prosedur yang berhubungan dengan keahlian subdisiplin, misalnya: + pungsi lumbal + pungsi pleura + pungsi sumsum tulang ‘+ pungsi supra pubik + pungsi apirasi paru ‘+ pemasangan pipa endotrakea + pemasangan kateter urin + penyuntikan intratekal + pengambilan darah arteri + inhalasi + ujiMantoux ‘+ pemberian transfusi: plasma, faktor pembekuan, sel darah merah, suspensi trombosit, sel darah putih, vena seksi, dan lain-lain. Prosedur/tindakan ini dapat dilakukan sebagai bay tatalaksana pasien, dibimbing dan disupervisi oleh subdisiplin terkait. Namun ada beberapa prosedur/tindakan yang tidak terkait dengan pasien misainya tindakan dalam bidang pencitraan atau pelayanan pemeriksaan penunjang lain yang dikerjakan di laboratorium atau di sarana khusus untuk itu, it Proses pembelajaran akademi Kegiatan akademik ialah kegiatan PPDS dengan tujuan menambah dan memperdalam kellmuan (knowledge) dalam bidang llmu Kesehatan Anak. Kegiatan akademik terdiri dari 2 kelompok kegiatan yaitu kegiatan akademik modul dan kegiatan akademik non-modul. Kegiatan akademik modul ialah paket kegiatan akademik yang membahas dan mendatami keilmuan cabang ilmu atau divisi tertentu, dan diselenggarakan oleh cabang ilmu atau divist bersangkutan. : Yang termasuk kegiatan akademik modul ialah: + modul pengayaan ‘+ modul subdisiplin (13 divisi dalam Ilmu Kesehatan Anak) Modul pengayaan terdiri dari: Kelompok pertama: + Materi Dasar Umum (MDU) + Materi Dasar Khusus (MOK) Kelompok kedua: + Materi Keahlian Umum (MKU) Pengayaan kelompok pertama diselenggarakan dan dikoordinasi oleh Fakultas Kedokteran pada semester | dan diberikan bersama dengan Program Studi bidang-bidang lain. Pengayaan kelompok kedua diselenggarakan oleh Program studi IKA . Substansi modul ini terdiri dari_pengetahuan dasar kedokteran dengan tujuan agar seorang dokter spesialis anak mempunyai keahlian dalam melakukan analisis penyakit secara mendasar, sebagai bekal dalam melakukan keprofesian dengan pendekatan Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence Based Medicine) dan diharapkan mempunyai kemampuan melakukan penelitian yang mengacu pada keilmuan serta korelasinya dengan klinis. Staf pengajar berasal dari staf preklinik, klinik, kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas (IImu Bedah, Biokimia, Biologi, Kesehatan Masyarakat, Farmakologi, Obstetri Ginekologi, Neurologi, Anestesiologi, Penyakit Dalam, Patologi Anatomik, Kedokteran Komunitas). Modul Materi Dasar Khusus (MDK) diberikan oleh tImu Kesehatan Anak setelah modul pengayaan kelompok pertama hampir selesai. Staf pengajar sebagian besar berasal dari staf Departemen IImu Kesehatan Anak. Modul pengayaan dilaksanakan dalam berbagal bentuk kegiatan seperti kuliah/tatap muka, diskusi, penelusuran kepustakaan serta pelatihan praktis lainnya. Kegiatan akademik non-modul ialah kegiatan akademik yang tidak terbatas hanya mengenai pendalaman keilmuan satu cabang ilmu atau divisi tertentu. Yang termasuk kegiatan akademik non-modul ialah: * Journal reading, ‘> Sajian kasus, + Studi kasus longitudit + Proposal penelitian, = Tesis, + Kasus sulit, + Kasus kematian, + Kuliah pasca sarjana, 13 Kegiatan akademik modul dan non-modul umumnya merupakan kegiatan akademik terjadwal i it -seminar/diskusi kelompok. ang dicelenggarakan dalam bentuk seminar dan pra-seminar/diskusi Kelompo! LE Seminar eeiah. forum kegiatan akademik berupa presentasi ilmiah di depan sidang pleno Program Studi llmu Kesehatan Anak yang dihadiri oleh seluruh staf akademnik, PPDS, narasumber dan ‘undangan lain yang terkait. Yang termasuk kegiatan akademik seminar ialah + penyajian kasus, + penyajian studi kasus longitudinal, + penyajian proposal penelitian, © penyajian tesis. Pra-seminar/diskusi kelompok ialah presentasi ilmiah didepan forum terbatas. Yang termasuk kegiatan pra seminat/diskusi kelompok ialah: + ujian tesis pra-seminar, + journal reading, + penyajian kasus terbatas, + dan lain-tain abel Forum penyajian kegiatan akademik non modul Praseminar | |_ Diskusi Kelompok Materi Penerapan Akademik (MPA)-1 Laporan jag + + Kullah pasca sarjana + + Sajlan kasus/sojian Kasus berbasis bukti + - Sajian kasus sult + Salian kasus kematian + + Studi kasus longitudinal + z Journal reading - + Materi Penerapan Akademik (MPA)-2 Sari pustaka + : Proposal penelitian + + Tess + + Ketentuan umum penulisan makalah ilmiah Makalah ilmiah terdiri dari makalah: + Proposal penelitian + Tesis + Ringkasan tesis untuk publikasi ‘+ Sajian kasus atau sajian kasus berbasis bukti (evidence base i sed cas ‘+ Studi kasus longitudinal serepont) Format Makalah, termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus diketik 2 spasi, huruf Arial atau Times New Ri pe Bora 12 pada eras HVS putih, 70-80 gram, ukuran 21,5 x 28 cm (kertas A4), dengan jarak , tiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul 4 sampai halaman terakhir. Halaman sampul, punggung halaman sampul, halaman judul, dan halaman perngesahan menggunakan format baku (lihat contoh). Ortografi Ortografi menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem pengejaan dalam suatu bahasa, misainya penulisan kata, lambang bilangan, istlah asing, dan sebagainya. Pedoman yang dipakai untuk penulisan makalah dalam bahasa Indonesia ialah Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan atau EYD; Pedoman umum pembentukan istilah; dan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ketiga-tiganya diterbitkan PN Balai Pustaka, Jakarta + Kata dan istilah asing yang dieja sesuai dengan bahasa sumbernya dicetak miring, dan merk dagang. + Singkatan kata atau istilah serta angka 2 untuk penanda ulangan kata tidak boleh dipakai. + Tanda baca harus digunakan secara cermat untuk menghindari salah pengertian misalnya tanda titik (), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda petik ("), tanda petik tunggal (’), tanda hubung (-), tanda pisah (-~), tanda kurung (), tanda garis miring (/). Petunjuk yang terperinci tentang pemakaian tanda baca dapat dilihat dalam EYD. + Angka yang dipakai ialah angka Arab 0,1,2,3 dan seterusnya; dan angka Romawi |,lL,IIl dan seterusnya. * Singkatan untuk menyatakan ukuran, timbangan dan kadar harus dipakai singkatan baku + Daftar pustaka menurut cara Vancouver kecuali nama ‘Makalah untuk jurnal ilmiah kedokteran Setelah selesai atau bersamaan dengan penyusunan naskah tesis paripurna PPDS harus membuat ringkasan tesis atau beberapa aspek tesis dalam bahasa Inggris dalam bentuk penulisan makalah ilmiah kedokteran untuk dipublikasi di jurnal ilmiah kedokteran seperti Paediatrica Indonesiana, Medical Journal of Indonesia atau jurnal kedokteran di luarnegeri. Garis besar format ringkasan tesis untuk publikasi ialah: = Judul + Nama penulis (+ penulis) + Lembaga asal penulis + Abstrak, terdiri dari: IMRAD: Introduction, Method, Results, Discussion. + Pendahuluan + Subyek dan cara + Hesil + Bahasan, (termasuk kesimpulan ringkas) + Ucapan terima kasih + Daftar pustaka, (menurut sistem Vancouver) Pelaksanaan penel Penelitian merupakan salah satu komponen kegiatan akademik yang. diwajibkan bagi PPDS sebagai ‘suatu proses dalam penyusunan tesis. Pelaksanaan penelitian sudah harus segera dimulai selambat- lambatnya pada pertengahan tahap madya setelah PPDS selesai menyusun proposal penelitian dan telah dinyatakan memenuhi syarat dan lulus ujian proposal penelitian. Pelaksanaan penelitian, analisis dan penulisan tesis diharapkan sudah selesai selambat-lambatnya pada awal tahap senior, sehingga ujian tesis dapat dilaksanakan tepat waktu. . 1s Tempat penelitian Sesuai dengan materi penelitian pelaksanaan penelitian dapat dilakukan di: + RS Pendidikan Utama + RS Afiliasi + Lahan pendidikan lain: = Puskesmas, BKIA, Tempat Penitipan Anak dan sebagainya. + Masyarakat - Keluarga = Sekolah Waktu penelitian Tidak diberikan waktu khusus untuk melakukan penelitian, oleh karena itu sesuai dengan materi penelitian, pelaksanaan penelitian dapat dikerjakan di antara waktu-waktu pelatihan keprofesian dengan cara mengatur sendiri sehingga tugas pelayanan dan tugas pelatihan tidak terlantar (kerjasama dengan PPDS lain). Bila memungkinkan dianjurkan melakukan penelitian disesuaikan dengan rotasi kegiatan pelatihan keprofesian. Bila pelaksanaan penelitian dilakukan di luar (di masyarakat) dapat dimintakan waktu khusus untuk itu dengan mengkoordinasikan dengan Pengelola program studi. Biaya penelitian Pada dasarnya biaya penulisan proposal, penelitian dan penulisan tesis ditanggung oleh PPDS sendiri. Oleh karena itu faktor mampu-laksana (feasibility) sangat penting dikaji dalam penyusunan proposal. Pembimbing dan Program Studi dapat membantu mencarikan cara agar penelitian dapat dikerjakan dengan lancar. Pemantauan Pemantauan kemajuan pelaksanaan penelitian dilakukan oleh perwalian tahap bersama dengan pembimbing materi. Bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan tahapan pelaksanaan penelitian belum selesai, maka PPDS akan dipanggil oleh perwalian tahap dan/atau pembimbing materi untuk dilakukan evaluasi terhadap kelambatan dan kendala yang dihadapi serta mencari jalan keluarnya. Bila tahapan pelaksanaan penelitian masih belum dipenuhi sesuai jadwal maka PPDS akan dipanggil menghadap forum evaluasi PPDS terdiri dari perwalian tahap, pembimbing materi, Ketua Departemen, KPS dan SPS untuk diminta pertanggungjawabannya Materi Penerapan Akademik (MPA)-2 Laporan jaga Laporan jaga ialah kegiatan akademik melalui pembahasan kasus yang didapat sebagai hasil tugas jaga. Kasus yang dilaporkan pada seminar ialah kasus yang datang di luar jam kerja di Unit Gawat Darurat saat tugas jaga di UGD. Pembahasan ditujukan pada masalah diagnostik dan tindakan yang dilakukan oleh PPDS pada waktu pasien datang di IGD. Pembahasan lebih mendalam akan dilaksanakan kemudian pada acara dan jadwal yang ditetapkan (misalnya diteruskan pada pada forum sajian kasus sulit atau kasus kematian) 16 Laporan jaga bagi PPDS yang bertugas jaga di ruang-ruang perawatan dilakukan langsung kepada DPJP/penanggung jawab unit bersangkutan. Penilaian Penilaian dilakukan oleh Supervisor yang bertindak sebagai moderator saat itu dan formulir penilaian diserahkan ke pengelola laporan jaga Sajian kasus Sajian kasus merupakan kegiatan akademik melalui penyajian dan pembahasan suatu kasus di depan sidang ilmiah pleno. Sajian kasus dapat juga dipandang sebagai satu kesatuan komprehensif pembelajaran keprofesian. Tujuan + Mendalami substansi kasus. Mendapatkan pengetahuan dan sikap dalam menyelesaikan kasus atau masalah. Mendapatkan kemampuan menyajikan dan mendiskusikan makalah ilmiah di depan forum ilmiah. = Merupakan wahana berlatih untuk penulisan makalah ilmiah, + Merupakan sumber informasi. Penyaji dan bahasa ‘Selama masa pendidikan setiap PPDS mengajukan 3 (tiga) kali sajian kasus sebagai berikut: ‘© Sajian kasus | : bahasa Inggris, selambat-lambatnya akhir tahap junior, in kasus Il: bahasa Inggris, selambat-lambatnya akhir tahap madya © Sajian kasus Ili: bahasa Indonesia, dalam bentuk Evidence based Case Report, selambat- lambatnya akhir tahap senior. Studi kasus longitudinal Latar belakang Tumbuh kembang merupakan proses khas dan hakiki yang hanya terjadi pada masa anak; yang membedakannya dari orang dewasa. Pemahaman dan penghayatan terhadap proses ini harus dikuasai oleh seorang dokter spesialis anak yang dalam hal ini merupakan salah satu pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses ini. Dengan kemampuan tersebut seorang DSA akan dapat memberikan arahan terhadap pihak terkait agar anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi bawaan yang dimilikinya, Seorang DSA diharapkan menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial dengan upaya peningkatan kesehatan anak, pencegahan, pengobatan, habilitasi, rehabilitasi dan pemantauan tumbuh kembang. Seorang DSA diharapkan mempunyai kenampuan mengidentifikasi, memecahkan, mengambil keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan anak serta mampu berkomunikasi interpersonal. 17 Dengan melakukan studi kasus longitudinal PPDS sebagai calon DSA diharapkan mampu memahami dan menghayati proses tumbuh kembang anak secara lebih baik dan mampu menangani anak dengan pendekatan holistik dan komprehensif.. Batasan Studi kasus longitudinal ialah suatu studi jangka panjang dengan pendekatan holistik dan komprehensif dalam menangani seorang anak dan ekosistemnya. Studi ini dilaksanakan dengan cara pengamatan dalam jangka waktu tertentu disertai intervensi yang diperlukan terhadap proses tumbuh kembang seutuhnya seorang bayi/anak yang pernah dirawat (baik rawat jalan maupun ™ rawat inap) karena suatu penyakit/kelainan yang berpotensi mengganggu proses tumbuh kembangnya. Manfaat Manfaat pemantauan berkala dan berkesinambungan ialah antara lain: © mengetahui cara memenuhi beberapa kebutuhan dasar anak (kesehatan, gizi, emosi dan pendidikan). + mengetahui tumbuh kembang dan kesehatan anak untuk menjamin tumbuh kembang yang seoptimal mungkin. + deteksi dini dan penatalaksanaan secepatnya pada keadaan sakit/kelainan. + masalah lain yang mungkin timbul (PPDS bertindak sebagai narasumber/ penasehat, pembimbing dan motivator). Manfaat catatan keluarga dan balita, kalender dan gambar program aktif alah: + untuk mencatat data mengenai keluarga. + untuk mencatat data hasil pemeriksaan, pengamatan, identifikasi masalah bayi, balita, anak, remaja, keluarga dan pemecahannya. Tujuan umum Mengembangkan kompetensi yang bermotivasi dan berkesadaran tinggi dalam mengatasi masalah tumbuh kembang, kesehatan dan kesejahteraan anak secara integratif, holistik, dan komprehensif. Tujuan khusus: 1. Mengidentifikasi dan memantau pertumbuhan fisis, dan perkembangan psikomotor, psikososial, bahasa, intelektual, emosional, serta menatalaksana upaya pertumbuhan dan perkembangan yang baik. 2. Mengidentifikasi, memantau dan melakukan intervensi lanjutan terhadap _akibat kelainan/penyakit yang menyebabkan anak berkunjung ke RS pertama kali (dampak fisik dan non fisik yang ditemukan dan kaitannya dengan tumbuh kembang anak selanjutnya termasuk koordinasi dengan keahlian atau profesi lain yang terkait). Mengidentifikasi dan memantau kelainan pertumbuhan fisis maupun kelainan perkembangan lainnya serta menatalaksana upaya penanggulangan dan pencegahannya. : 4, Mengidentifikasi, memantau, dan melakukan tata laksana terhadap morbiditas (infeksi, non- infeksi, gangguan emosi dan kelainan tingkah laku) yang mungkin terjadi selama pengamatan serta menatalaksana penanggulangannya 5. Memberi penyuluhan dan motivasi kepada orangtua pasien tentang tumbuh kembang anak serta pemenuhan kebutuhan anak agar proses tersebut berlangsung baik. 6. Member penyuluhan dan motivasi kepada anggota keluarga pasien, tetangga dan pihak terkait lain (guru, teman, dan lain-lain) tentang penyakit/kelainan yang diderita pasien dengan berbagai konsekuensinya. 18 7. Memberikan motivasi, memantau dan melakukan penyuluhan mengenai kesehatan pada ‘umumnya termasuk mengenai keluarga berencana dan kependudukan. 8. Menjadi narasumber dan motivator dalam membantu pemecahan berbagai masalah yang dihadapi keluarga pasien selama masa pengamatan 9. Melakukan komunikasi interpersonal yang baik, sehingga mampu melakukan kerjasama yang baik dengan anggota keluarga dan para profesional/ahli untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak dan keluarganya Metodologi Pemilihan subyek pengamatan Pasien yang menjadi subyek pengamatan adalah bayi/anak yang pernah menjalani perawatan (jatan/inap) di rumah sakit pendidikan karena suatu penyakit/kelainan yang berpotensi mengganggu proses tumbuh-kembangnya seperti: ‘+ Gangguan proses kelahiran/masa neonatus: asfiksia, sindrom gawat napas, sindrom aspirasi mekonium, ensefalopati bilirubin, sepsis neonatorum dan lain-lain. + Infeksi susunan saraf pusat: ensefalitis, meningitis purulenta, meningitis TB, abses otak dan lain- lain, + Kelainan bawaan: berbagai sindrom dismorfik, hiperplasia adrenal kongenital, hipotiroidisme, talasemia, penyakit jantung bawaan dan lain-lain, + Penyakit kronis: penyakit jantung rematik, gagal ginjal kronik, diabetes melitus dan latn-lain, ‘+ Bayi/anak yang berada pada keadaan/lingkungan yang sulit misalnya ~ Bayi/anak yang ditinggalkan orangtuanya. - Anak penyandang cacat. - Anak yatim dan atau piatu. ~ Anak jalanan. ~ Anak dengan orangtua tunggal. Asal subyek pengamatan Pasien yang menjadi subyek pengamatan ini dapat berasal dari pasien yang: + dirawat sendiri oleh pengamat sejak awal ketika menjalani suatu modul. ‘+ pada awalnya dirawat PPDS lain kemudian diambil alih oleh pengamat. * merupakan subyek sajian kasus yang pada akhir sajian kasus dinilai perlu untuk diamati lebih lanjut. * merupakan suatu studi kasus longitudional PPDS senior yang telah disajikan di depan forum dan dilanjutkan pengamatannya oleh PPDS yang lebih muda, Penetapan subyek pengamatan PPDS mengajukan pasien calon subyek pengamatannya kepada kepala divisi terkait untuk dimintai persetujuan dan penentuan siapa yang menjadi pembimbingnya. Setelah penetapan pembimbing oleh kepala divisi terkait, maka peserta PPDS melapor ke Sekretariat Program Studi untuk dibuatkan surat tugas untuk pembimbing yang ditandatangani oleh Ketua Departemen IKA. PPDS diwajibkan menghadep konsultan medis untuk mendiskusikan aspek medis secara umum dan menentukan narasumber medis yang berkaitan dan konsultan peditri sosial untuk mendapet Pengarahan mengenai aspek pediatri sosial secara garis besar dan menentukan narasumber pediatri sosial yang terkait. 19 Jangka waktu pengamatan amatan dapat diambil pada akhir semester II hingga akhir semester Ill saat PPDS : rm ; Basie cunyek peng uk mendapatkan subyek. Makin awal menjalani unit yang merupakan waktu berpeluang terbesar untuk men subyek diperoleh akan makin baik karena waktu pengamatan akan lebih panjang Jangka waktu pengamatan minimal 2 (dua) tahun. Interval pengamatan minimal 1 (satu) bulan sekali untuk bayi dan 3 (tiga) bulan sekali untuk anak, tetapi hal ini tidak mengikat. Apabila dianggap perlu maka interval kunjungan dapat lebih singkat sesuai dengan kebutuhan kasus. Pembimbing Semua staf pengajar yang berkualifikasi penilai dapat diminta untuk menjadi pembimbing untuk seorang atau lebih PPDS sesuai dengan keperluan. Pembimbing ditetapkan dengan surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua Departemen IKA setelah disetujui oleh kepala divisi yang bersangkutan. Tugas pembimbing + Aktif memantau pelaksanaan pengamatan. * Member motivasi, bimbingan dan arahan serta kalau perlu menegur untuk perbaikan pengamatan * Melakukan kegiatan diskusi konsultasi terjadwal dengan pengamat tentang pelaksanaan pengamatan. + Melakukan evaluasi berkala, minimal tiap 3 (tiga) bulan. * Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pengamat tidak melapor untuk membahas hasil pengamatannya, pembimbing dapat secara aktif memanggil pengamat. + Menandatangani buku catatan khusus studi kasus longitudinal yang berisi resume hasil diskusi dangan pembimbing. + tkut melakukan kunjungan rumah jika dianggap perlu. + Menjadi salah satu anggota tim penilai pada saat sajian hasil pengamatan. Pembimbing studi kasus longitudinal dapat dianalogikan dengan pembimbing tesis yang memerlukan dua aspek yaitu materi dan metodologi, sedangkan dalam hal ini dari aspek medis dan tumbuh kembang. Konsultan Untuk studi kasus longitudinal ini ditentukan dua orang konsultan yaitu konsultan substansi dan konsultan pediatri sosial, + Konsultan materi bertugas: > Mengkoordinir pemantauan tumbuh kembang kasus tersebut dalam hal substansi atau materi kasus. ~_ Sebagai konsultan dalam menentukan bidang ilmu lain yang terkait dengan pemantauan kasus. + Konsultan tumbuh kembang pediatri sosial bertugas: ~ Mengkoordinir pemantauan tumbuh kembang kasus dengan divi Pediatri Sosial. gan divisi Tumbuh Kembang- Sebagai konsultan pemantauan tumbuh kembang kasus dari segi pediatri sosial Narasumber ue sumber adalah seorang ahli di suatu bidang yang dimintai pendapat dan saran di bidangnya ani su kasus longitudinal diperlukan narasumberl dari Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sostel umber TIPS memberi bimbingan dan arahan tentang pengamatan tumbuh kembang serta on aspek pediatri sosial yang benar dan tepat. Narasumber TK-PS kelak juga menjadi salah satu anggota tim penilai pada saat sajian hasil studi kasus longitudinal. Selain narasumber TK-PS, jika diperlukan dapat dimintai narasumber lain sesual dengan kasusnya, Narasumber lain tersebut dapat berasal dari departemen IKA atau dari luar departemen Ika, Materi dan alat bantu pengamatan Sebelum melaksanakan pengamatan, pengamat harus membuat rencana kerja yang meliputi: + Mempelajari berbagai informasi yang berhubungan dengan studi kasus longitudinal + Mempelajari katalog dan Buku Panduan Program Studi IKA. ‘+ Mempelajari petunjuk pelaksanaan studi kasus longitudinal. * Diskusi dan informasi dari PS/SPS, staf pediatri sosial ‘+ Menyiapkan alat bantu pengamatan sesuai kebutuhan seperti - buku catatan kesehatan pasien ~ buku catatan keluarga = action poster ~ _kalender tumbuh kembang bayi dan anak = grafik lingkar kepala = Denver It - kamera dan lain-lain ‘+ Menyusun tabel waktu (time table) pengamatan yang meliputi antara lain Jadwal: ~ kunjungan rumah pertama. - pertemuan rutin (di rumah pasien, di rumah sakit, atau tempat lain). = pemeriksaan medis rutin (usia tulang, laboratorium, dan lain-ain). = imunisasi dan konsultasi gizi. - pemeriksaan skrining perkembangan (Denver Il). = observasi lingkungan pasien (mikro, mini, meso, makro). - penyuluhan kepada keluarga, masyarakat/tetangga, guru sekolah. - _ pertemuan dan diskusi dengan pembimbing medis. = pertemuan dan diskusi dengan narasumber tumbuh kembane/ narasumber lain. Cara pengamatan Di dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota dan juga dengan lingkungan fisikobiopsikososial di sekelilingnya sehingga yang diamati bukan hanya pasien sebagai individu melainkan pasien dengan seluruh ekosistemnya, termasuk keluarganya dengan berbagai masalah yang timbul dalam keluarga tersebut. Dengan demikian kakak atau adik subyek utama pengamatan yang masih dalam proses tumbuh kembang juga ikut dipantau tumbuh kembangnya walau tidak secermat subyek utama Dalam kunjungan pertama PPDS: + Menerangkan kepada orangtua pasien dan keluarganya bahwa dirinya mendapat tugas dari Ketua Departemen IKA untuk melakukan pengamatan jangka panjang terhadap pasien, sambil menyerahkan surat tugas, + Menerangkan konsep proses tumbuh kembang dan pemenuhan kebutuhan dasar anak. + Menerangkan potensi gangguan tumbuh kembang anaknya akibat penyakit/ kelainan yang dideritanya. + Mengumpulkan data dasar pasien dan keluarga. + Mengidentifikasi masalah pada subyek dan anggota keluarganya, baik dari sudut pandang orangtuanya maupun dari sudut pandang pengamat. + Mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat berperan dalam pemecahan masalah tumbuh kembang dan masalah lainnya. 21 Dalam kunjungan rumah berikutnya PPDS melakukan: © Pemeriksaan dan pencatatan data tumbuh kembang pasien. ‘© Identifikast morbiditas dan intervensl yang diperlukan pada pasien dan keluarganya. + Bersama orangtua pasien melakukan identifikasi masalah pasien dan masalah anggota keluarga Jain serta alternatif pemecahan masalah. + Dokumentasi (foto, video) tentang pasien, keluarga, rumah dan lingkungan sekitarnya. ‘© Penyuluhan berkesinambungan terhadap keluarganya baik yang berhubungan dengan masalah ‘medis pasien, higiene pribadi dan kebersihan lingkungan maupun masalah kesehatan lainnya. + Melakukan penyuluhan kepada tetangga pasien, atau guru pasien tentang penyakit/kelainan yang dialami pasien dan berbagai konsekuensinya (bila dianggap perlu). + Membicarakan rencana pengamatan lanjutan sesuai dengan tabel waktu yang telah disusun. Penyajian hasil pengamatan f ‘+ Pelaksanaan sajian hasil pengamatan menggunakan waktu dan tata cara sajian kasus biasa ‘namun tanpa kata akhir dari guru besar dan tanpa pembacaan resume sajian kasus sebelumnya. + Penyajian hasil studi kasus longitudinal dilaksanakan setelah PPDS menyelesaikan semua tugas pengamatannya. + Format makalah sajian hasil studi kasus longitudinal sesuai dengan format baku pembuatan ‘makalah sajian kasus. Sajian kasus sulit Tujuan Pengajuan kasus sulit bertujuan untuk membahas diagnosis dan tatalaksana pasien yang tidak dapat diselesaikan di unit rawat jalan atau rawat inap. asus yang diajukan Kasus yang akan diajukan berasal dari:, * _ kasus yang diusulkan oleh Supervisor in charge / DPJP dan ditentukan oleh supervisor subdisiplin atau kepala divisi untuk kasus rawat inap, + kasus yang diusulkan oleh supervisor poliklinik atau kepala poliklinik untuk kasus rawat jalan. + kasus yang berasal dari hasil diskusi kelompok atau laporan jaga yang dianggap sult. Penyaji + Untuk kasus rawat inap: penyaji adalah PPDS senior di unit bersangkutan. ‘+ Untuk kasus rawat jalan di poliklinik spesialis: penyaji adalah PPDS senior yang bekerja di unit Poli-RRS. * Untuk pasien rawat jalan di poliklinik subspesialis, penyaji adalah PPDS senior atau PPDS madya di modul bersangkutan. Moderator ‘Moderator penyajian kasus sulit adalah kepala divisi atau supervisor subdisiplin bersangkutan untuk pasien rawat inap dan kepala poliklinik atau supervisor poliklinik yang bertugas hari itu untuk pasien rawat jalan. Sajian kasus kematian Penyajian kasus kematian adalah kegiatan akademik melalui pembahasan penyebab kematian pasien forum ilmiah. 22 Tujuan * Membahas penyebab kematian pasien © Menilai apakah tata laksana yang dilakukan tel procedure (SOP). ; ‘* Melatih PPDS untuk melakukan telaah kritis terhadap tata laksana pasien. 2 Sebagat umpan balik untuk perbaikan tatalaksana pasien yang meliputi diagnosis, pemeriksaan penunjang, perawatan, terapi dan tindak lanjut. © Menerapkan ICD X pada kasus yang disajikan Jah memadai sesuai dengan standard operating Kasus yang diajukan Kasus yang akan diajukan adalah: ‘+ semua pasien yang meninggal di ruang rawat © pasien yang meninggal di unit gawat darurat. Penyaji © Untuk pasien yang meninggal di IGD, penyaji adalah PPDS yang menal diIGD. © Untuk pasien rawat inap, penyaji adalah PPDS senior yang bertugas di unit tersebut Untuk pasien yang meninggal tetapi belum sempat ditata laksana oleh PPDS senior atau madya bersangkutan, maka penyaji adalah PPDS yang sedang tugas jaga. ta laksana pasien tersebut Moderator Moderator laporan jaga adalah supervisor in charge di unit bersangkutan. Sekretaris Sekretaris adalah adalah salah seorang PPDS senior dari unit bersangkutan. Peserta Laporan kasus kematian dihadiri oleh semua PPDS yang bekerja di unit tersebut, supervisor in charge, wakil subdisiplin, chef d’clinic dan narasumber/pembicara ahli bila diperlukan. Laporan jaga terbuka bagi staf atau PPDS di unit/modul lain yang berminat. Tata cara Persiapan + Pengelola kasus kematian mengumpulkan semua kasus yang meninggal di Departemen limu Kesehatan Anak untuk diinformasikan di depan forum. + Pengelola kasus kematian menetapkan kasus yang akan diajukan di masing-masing unit dan menetapkan PPDS yang akan mengajukannya secara bergiliran. + PPDS senior dan PPDS yunior mempersiapkan kasus dengan membuat ringkasan kasus dan permasalahannya dan melaporkannya kepada pengelola kasus kematian, = PPDS bersangkutan menghubungi supervisor in charge dan supervisor subdisiplin /DPJP divisi terkait dan memberikan ringkasan kasus kematian minimal 1 (satu) hari sebelumnya. + Penyajian dilakukan dengan transparansi atau media audiovisual lainnya. Pelaksanaan + Penyajian kasus kematian dipimpin oleh moderator dan sekretaris. * PPDS bersangkutan menyajikan ringkasan kasus, sebab kematian, dan. permasalahannya. 23 Diskusi dimulat dengan meminta pertanyaan atau tanggapan dari PPDS dan dilanjutkan dengan staf pengajar. © Supervisor subdisiplin / OPJP memberikan klarifikasi mengenai hal-hal yang didiskusikan. Pada akhir diskusi ditentukan penyebab kematian sesuai dengan ketentuan di rekam medik. ‘+ Sebab kematian dituliskan di rekam medik oleh sekretaris sajian kasus kematian. © Jika penyebab kematian belum dapat diputuskan pada diskusi, maka penyajian kasus dapat dilanjutkan pada waktu yang ditentukan kemudian dengan penyaji, moderator, dan sekretaris yang sama, Kuliah pasca-sarjana Kuliah pasca-sarjana ialah kegiatan akademik melalui kuliah oleh pakar yang membahas substansi ilmu tertentu. Tujuan + Meningkatkan pengetahuan dan wawasan staf dan PPDS terutama dalam pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran. * Masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian departemen. + Masukan untuk peningkatan hubungan antar manusia a. dokter-pasien, dokter-perawat, dan antar dokter ‘+ Masukan atau sumber informasi untuk kerjasama dengan institusi terkait baik nasional, regional ‘maupun internasional Jenis kuliah pasca-sarjana + Kuliah tamu Diberikan oleh pembicara ahli dari luar departemen IKA, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. © Kuliah khusus Diberikan oleh staf IKA yang membahas berbagai topik tertentu. Waktu dan tempat Kuliah pasca-sarjana umumnya diselenggarakan hari Senin atau Rabu pukul 13.00 -14.00. Journal reading/Reterat Journal reading atau pembacaan makalah ilmiah ialah kegiatan akademik melalui pembahasan makalah ilmiah di depan forum. Tujuan + Mendapat kemampuan menganalisis makalah ilmiah secara kritis (critical appraisal) sesuai tata cara baku, sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai bobot (mutu penulisan) makalah dan materi yang terkandung di dalamnya, + Mampu memahami makalah ilmiah secara teliti dan benar, sesuai prinsip Kedokteran Berbasis Buti + Mampu memahami format dan disain metodologis makalah. + Mampu memahami materi makalah ilmiah. + Mampu menyajikannya dalam bentuk atau formulasi sendiri. + Mampu mendiskusikan materi dan metodologis penulisan makalah. Penyaji Penyaji ialah PPDS madya sekurang-kurangnya 1 kali setiap divisi 24 Moderator Yang bertindak sebagai moderator ialah: = PPDS madya yang ditunjuk oleh kordinator modu. © Staf modul bersangkutan. Sekretaris Salah seorang PPDS ditunjuk oleh koordinator modul. Peserta Pembacaan makalah dihadiri oleh semua PPDS madya supervisor in charge, narasumber atau pembicara ahli lain dapat diundang bila diperlukan. Juga terbuka bagi para staf dan peserta program di unit atau di modul lain yang berminat. di modul bersangkutan. Chef d'clinic, Tata cara Pembacaan makalah dilakukan secara bergiliran antara PPDS di modul masing-masing. Pemberian judul dan jadwal penyajian dikoordinasi oleh pengelola modul, Makalah yang dipilihkan untuk dibaca PPDS diberikan beberapa hari sebelumnya dan ditulis pada papan pengumuman pembacaan makalah agar diketahui oleh semua staf dan semua PPDs. PPDS mengajukan ringkasan makalah dengan memakai proyektor lembar bening atau flipchart, kemudian diadakan diskusi bebas. Evaluasi Penilaian pembacaan makalah dilakukan dengan menggunakan formulir penilaian baku. Penilaian ‘mengenai substansi makalah terutama dilakukan oleh staf modul bersangkutan. Presentasi di luar institusi sendi Yang di maksud presentasi di luar institust sendiri ialah menyajikan makalah ilmich di luar institusi pendidikan sendiri. Penyajian dilakukan di forum ilmiah seperti simposium, seminar baik nasional maupun internasional. Penyajian dapat berupa presentasi oral maupun presentasi poster. PPDS didorong untuk menyajikan makalah ilmiah di Pertemuan llmiah Tahunan IDAI atau KONIKA, misalnya hasil penelitian sendiri (tesis). Disamping kegiatan akademik terjadwal terdapat berbagai kegiatan akademik yang tidak terjadwal, seperti: + Pelaksanaan penelitian ‘+ Tugas baca (reading assignment) © Tugas tulis (written assignment) ‘+ Tugas observasi (observation assignment) + Diskusi kasus, topik, masalah, dan sebagainya + Konsultasi pasien + Brainstorming + Dan lain-lain. Sertifikat Kelulusan Kegiatan Pelatihan Keprofesian Setelah lulus pelatihan keprofesian dan menyelesaikan tugas non modul di tiap tahap, PPDS akan mendapatkan sertifikat per tahapnya yakni sertifikat tahap yunior, sertifikat tahap madya, dan sertifikat tahap senior. Sertifikat kelulusan ditandatangani oleh Ketua Departemen dan Ketua Program Studi, sertifkat kelulusan ini merupakan prasyarat untuk mengikuti Evaluasi Nasional. TUGAS JAGA PPDS junior, madya dan senior secara terencana dan terjadwal ditugaskan bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan maksud mendapat keterampilan (skil) menatalaksana pasien gawat dan atau darurat. Di samping itu ditugaskan pula di luar jam kerja sebagai dokter jaga di ruang-ruang rawat inap dengan maksud memantau secara cermat perjalanan penyakit pasien rawat inap BUKU LOG Setiap PPDS dilengkapi dengan buku log yang digunakan untuk mencatat setiap kegiatan (baik kegiatan akademik, kegiatan pelatihan keprofesian, maupun kegiatan ko-dan ekstra kurikular) segera setelah kegiatan tersebut dilakukan dan ditanda tangani oleh staf terkait. Manfaat buku log. + Membantu PPDS mencatat setiap kegiatan yang dilakukan dengan maksud mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dan merencanakan kegiatan tambahan untuk menutupi kekurangan tersebut. + Membantu supervisor menilai kegiatan PPDS agar dapat memberikan kegiatan tambahan untuk PPDS bersangkutan Penggunaan buku log Buku log sudah harus digunakan sejak dari kegiatan awal PPDS di pendidikan (setiap pertanyaan mengenai cara pengisian buku log yang masih belum dimengerti, harap ditanyakan ke Sekretariat Program Pendidikan). Penulisan dan konfirmasi setiap kegiatan yang akan diisikan kedalam buku log sebaiknya dibicarakan lebih dahulu kemudian diparaf oleh supervisor terkait. Oleh karena itu diingatkan kepada PPDS agar segera mencatat semua kegiatan di buku log segera setelah kegiatan itu selesai hal ini dimaksud agar setiap kegiatan tersebut tidak terlupakan, Pada akhir bulan buku log dibicarakan dengan supervisor terkait dan setiap 3 bulan dibicarakan dengan perwalian tahap sebagai bahan untuk laporan pada Evaluasi Berkala 3 bulanan. Di samping itu buku log yang diisi lengkap merupakan prasyarat untuk mengikuti Evaluasi Nasional. Kerahasiaan Untuk menjaga kerahasiaan pasien, nama pasien tidak boleh ditulis, tetapi hanya inisial, nomor dokumentasi medik, jenis kelamin, umur, diagnosis, jenis tindakan dan lain-lain yang dianggap perlu. KEGIATAN KO-KURIKULAR DAN EKSTRA-KURIKULAR k dan kegiatan pelatihan keprofesian setiap PPDS lar dan ekstra-kurikular. Kegiatan ko-kurikular ialah an dan langsung berhubungan dengan Di samping melakukan kegiatan akademil diharapkan aktif dalam kegiatan_ko-kurikul kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan pendidik: ’ kurikulum. sida Kegiatan ekstra kurikular ialah kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan tetapi tidal berhubungan langsung dengan kurikulum. Prosedur meninggalkan sekolah (Absen) Ketentuan umum Bila meninggalkan tugas pada hari kerja di unit atau modul 2 20% dari total jumlah hari kerja, tidak perlu berturut-turut, maka unit atau modul tersebut dianggap belum selesai, PPDS diharuskan mengulang penuh + Total lama studi yang diperkenankan ialah n +% n.n=8 semester. Setiap permohonan absen yang diajukan PPDS, pertama-tama harus diketahui dan disetujui terlebih dahulu oleh supervisor atau penanggung jawab kegiatan (di unit atau di modul) tempat PPDS bertugas saat itu. © Semua absensi PPDS di catat di buku log masing-masing untuk dilaporkan pada setiap rapat evaluasi. Peraturan yang berlaku PDS yang akan meninggalkan tugas kependidikan (cuti, absen, izin, dan lain-lain) diharuskan : ‘+ Mematuhi peraturan akademik (tata tertib fakultas) untuk semua PPDS tanpa kecuali + Mempertimbangkan peraturan cutiinstitusi pengirim sebgai berikut ‘+ Peraturan cuti pegawai negeri sipil untuk PPDS yang berstatus pegawai negeri sipil + Peraturan cuti BUMN/institusi pemerintah lainnya/institusi swasta untuk PPDS yang berstatus pegawai BUMN/institusi pemerintah/swasta. + Peraturan cuti TNI dan POLRI untuk PPDS yang berstatus TNI dan POLRI. Peraturan Cuti (Selalu disesuaikan dengan peraturan IPDSA setempat) PPDS yang meninggalkan tugas (absen), harus memenuhi ketentuan yang berlaku sestiai dengan kategori cuti terbagi menjadi : 1. Cuti Tahunan Cuti Akademik Cuti Sakit Cuti Bersalin Cuti karena Alasan Penting Cuti Lain-lain » 1. Cuti Tahunan 1. Yang termasuk cuti tahunan adalah cuti biasa, cuti nikah, cuti umrah, 27 2. Setiap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang telah lulus ujian proposal hak atas cuti tahunan. . aa cuti tahunan adalah 10 (sepuluh) hari kerja (termasuk cuti bersama pemerintah) ipecah (tidak diambil sekaligus) dengan jangka waktu minimal 3 (tiga) hari kerja catieninan ond ‘ea diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil on ma berikutnya untuk paling lama 15 (lima belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam ng berjalan annie ea tidak diambil secara penuh dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya paling lama 25 (ima belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan. 6. Oleh karena sesuatu hal sehingga cuti tahunan dijalankan melebihi 10 har kelebihan hari akan diperhitungkan pada cuti tahun berikutnya ; 7. Peserta PPDS yang berhak atas cuti tahunan dan bermaksud akan mengambil cuti tahunan tersebut, harus mengajukan permintaan secara tertulis minimal 2 minggu sebelum Perputaran modul atau unit kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui saluran hirarki yang berlaku, 8. Cuti tahunan dihitung masa pendidikan dengan mengikuti aturan meninggalkan modul dan unit yang berlaku, 9. Cuti tahunan diberikan oleh Ketua Program Studi Iimu Kesehatan Anak (KPS) secara tertulis. kerja, maka N. Cuti Akademik 1. Peserta PPDS yang telah menjalankan pendidikan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berhak atas cuti akademik selama 2 semester selama masa pendidikannya 2. Cuti akademik hanya diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) semester. 3. Peserta PPDS yang mengambil cuti akademik kurang dari 2 (dua) semester, maka sisa cuti akademik yang menjadi haknya hapus. 4. Peserta PPDS yang berhak atas cuti akademik dan bermaksud mengambil cuti akademik tersebut, wajib mengajukan permintaan cuti akademik secara tertulis dengan mencantumkan alasan yang kuat minimal 1 (satu) bulan sebelumnya kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui saluran hirarki. 5. Cuti akademik diberikan oleh KPS secara tertulis dan dilaporkan ke Dekan 5. Cuti akademik dapat digunakan oleh peserta PPDS, misalaya mengikuti suami / isteri yang bertugas di luar negeri, peserta PPDS bersangkutan mendapat kesempatan pendid‘kan tambahan di luar negeri, dan hal lain yang memerlukan penyelesaian dalam kurun waktu lama dan berkesinambungan. 7 Peserta PPDS yang menjalankan cuti akademik tetap harus melaksanakan registrasi administrasi 8. Peserta PPDS yang telah selesai menjalankan cuti akademik berkewajiban melapor kembali secara tertulis kepada KPS, selanjutnya KPS melapor kepada Dekan. 9. Cuti akademik diperhitungkam dalam masa pendidikan Il, Cuti Sakit 1. Setiap peserta PPDS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit 2 Peserta PPDS yang sakit selama kurang dari 2 (dua) hari harus memberitahukan secara 4, Peserta PPDS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti ‘melalui hirarki yang berlaku dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah maupun dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan Ri. Cuti sakit tersebut diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan RI. 5. Peserta PPDS yang telah menderita sakit selama 1 (satu) tahun dan belum sembuh dari penyakitnya, maka peserta PPDS tersebut dihentikan pendidikannya dengan hormat, 6. Untuk mendapatkan cuti sakit, kecuali cuti sakit yang waktunya tidak lebih dari 2 (dua) hari, peserta PPDS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis, kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui jalur hirarki yang telah ditentukan. 7. Cuti sakit diberikan oleh KPS secara tertulis. IV. Cuti Bersalin 1. Selama masa pendidikan peserta PPDS diperbolehkan hamil maksimal sebanyak 2 (dua) kali dan berhak mendapat cuti bersalin 2. Lamanya cuti bersalin adalan 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. Apabila terdapat seorang peserta PPDS yang mengambil cuti bersalin 2 (dua) minggu sebelum persalinan, maka haknya sesudah persalinan tetap 2 (dua) bulan, 3. Peserta PPDS yang akan bersalin harus mengajukan permintaan cuti bersalin secara tertulis, kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui saluran hirarki yang telah ditentukan. 4. Cuti bersalin di n oleh KPS secara tertulis. V. Cuti karena Alasan Penting 1. Peserta PPDS dapat memperoleh cuti karena alasan penting untuk paling lama 2 (dua) bulan Lama cuti karena alasan penting ditetapkan sedemikian rupa agar benar-benar dimanfaatkan sesuai keperluan. 2. Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, peserta PPDS yang bersangkutan harus ‘mengajukan permintaan cuti kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui hirarki yang telah ditentukan secra tertulis dengan menyebut alasanCuti karena alasan penting diberikan oleh KPS secara tertulis. 3. Cuti karena alasan penting: mengantar orangtua, suami/isteri, atau anak berobat ke luar negeri, menjalankan ibadah haji. 4, Cuti untuk alasan penting diperhitungkan dalam masa pendi V1. Cut Lain Permohonan meninggalkan tugas yang tidak dapat dikelompokkan dalam kategori cuti di atas, harus menyertakan alasan yang kuat dan diajukan kepada kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui saluran hirarki yang berlaku. Hirarki jin Cuti 41. Peserta PPDS yang akan mengambil cuti harus mendapat jin secara tertulis dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, yaitu: a. Penanggung jawab pendidikan: . Ketua Divisi atau Unit atau Modul * Penanggung jawab rotasi Unit atau Modul * _Pemimbing materi tesis (bagi peserta PPDS yang telah selesai modul) ._ Ketua Program Studi llmu Kesehatan Anak ©. Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak 29 Setelah_mendapat ijin dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, peserta PPDS bersangkutan akan mendapat surat cuti dari KPS. 3, Surat cuti akan diteruskan kepada Dekan Penyaringan Peserta Program Persyaratan peserta program Calon peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) harus memenuhi beberapa persyaratan yang terdiri atas: 1. Persyaratan akademik 2. Persyaratan kesehatan 3. Persyaratan administratif |. Persyaratan akademik Syarat wajib (keharusan) * Usia saat seleksi program kurang dari35 tahun. + Memiliki ijazah dokter dan Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku. + Mampu berbahasa inggris yang dibuktikan dengan nilai TOEFL > 500. + Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) $1 akademik dan S1 profesi pendidikan dokter sekurang- kurangnya 2,75. + Memiliki pengalaman kerja klinis mandiri sekurang-kurangnya selama 1 tahun. jasuk (ujian tulis soal dari KIKAI dan ujian lisan/wawancara). + Lulus selet Il. Persyaratan kesehatan + Berbadan sehat, dengan surat keterangan dokter + Bebas buta warnatotal * — Bebas narkoba. Il. Persyaratan administratit + Memenuhi persyaratan administratif yang ditentukan oleh Fakultas. + Membayar biaya pendidikan Biaya pendidikan Peserta program yang mengikuti pendidikan sejak terdaftar sampai selesai masa studi wajib membayar biaya pendidikan sesuai dengan ketentuan Universitas tempat IPDSA berada

Anda mungkin juga menyukai