PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui golongan obat dan
penggunaan dari Diazepam
2. Mahasiswa dapat mengetahui Reaksi Kimia dari
Diazepam
3. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur sintesis obat
dan identifikasi dari Diazepam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Struktur Kimia
a. Formula : C16H13ClN2O
b. BM : 284,75
c. Golongan : Diazides (diazos), halogenated,
aromatic;
benzodiazepine
d. Sinonim/Nama Dagang :
1) 2H-1,4-Benzodiazepin-2-one, 7-chloro-1,3-dihydro-1-
methyl-5-phenyl-;
2) 7-Chloro-1,3-dihydro-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-
benzodiazepin-2-one;
3) 7-Chloro-1-methyl-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepin-2
(1H) one;
4) Apaurin; Apozepam; Atensine; Atilen; Bialzepam;
Calmpose;
5) Ceregular; Diazemuls; Eridan; Faustan; LA 111;
Methyldiazepinone;
6) Paxate; Vival; Stesolid; Valium; Diazepam methanol
solution; 7-Chloro-1-methyl-5-phenyl-1H-1,4-
benzodiazepin-2(3H)-one;
7) Valisanbe; Diacepin; Alboral; Aliseum; Alupram;
Amiprol.
e. Nomor Identifikasi
1) Nomor CAS : 439-14-5
4
2) Nomor EC : 207-122-5
3) Nomor RTECS : DF1575000
4) Nomor UN : 2811
5
2.2 Reaksi Kimia
6
dan CYP 3A5 serta mengalami konjugasi dengan asam
glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh.
A. Diazepam
1. Identifikasi :
a. Spektrum serapan inframerah hanya menunjukkan
maksimum pada panjang gelombang yang sama
dan mempunyai intensitas relatif yang sama seperti
pada diazepam PK.
b. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,0005% b/v
dalam HCl 0,1 N setebal 2 cm pada daerah panjang
gelombang antara 230 nm dan 350 nm
menunjukkan maksimum pada 241 nm dan 286
nm. Serapan pada 241 nm lebih kurang 1,0;
serapan pada 286 nm lebih kurang 0,48.
7
c. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,0015% b/v
dalam HCl 0,1 N setebal 2cm pada daerah panjang
gelombang antara 325 nm dan 400 nm
menunjukkan maksimum hanya pada 362 nm.
Serapan pada 362 nm lebih kurang 0,44.
d. Bakar 20mg menurut cara pembakaran dengan
oksigen menggunakan cairan jerap 5ml larutan
natrium hidroksida P 5% b/v. Setelah proses
pembakaran selesai asamkan dengan asam sulfat
encer P, panaskan perlahan-lahan selama 2 menit;
larutan menunjukkan reaksi klorida yang tertera
pada Reaksi identifikasi.
2. Titik lebur : 130 - 134
3. Kelarutan : agak sukar larut dalam air; tidak larut dalam
etanol (95%); mudah larut dalam kloroform
B. Diazepam capsulae
1. Identifikasi
a. Spektrum serapan ultraviolet larutan penetapan
kadar pada daerah panjang gelombang antara
230nm dan 350nm menunjukkan maksimum hanya
pada 242nm dan 284nm.
b. Lakukan kromatografi lapis tipis yang tertera pada
kromatografi menggunakan silikagel-G P sebagai
zat jerap dan campuran 10 bagian volume
kloroform P dan 1 bagian volume metanol P
sebagai fase bergerak. Totolkan terpisah masing-
masing 2/l larutan; (1) yang dibuat dengan
mengocok sejumlah isi kapsul dengan metanol P
secukupnya hingga kadar 5mg/ml, biarkan, enap-
tuangkan, ambil beningan (2) mengandung 0,5%
b/v diazepam PK dalam metanol P. Angkat lempeng
keringkan diudara semprot dengan larutan asam
sulfat P 10% v/v dalam metanol mutlak P,
8
panaskan pada suhu 105 selama 10 menit. Amati
letak bercak utama dengan sinar ultraviolet
panjang gelombang lebih kurang 366nm. Bercak
utama yang diperoleh dari larutan (1) sesuai
dengan yang diperoleh dari larutan (2).
C. Diazepam Compressi
1. Identifikasi :
a. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
diperoleh pada penetapan kadar pada daerah
panjang gelombang antara 230nm dan 350nm
menunjukkan pada 242nm dan 284nm.
b. Memenuhi identifikasi B yang tertera pada
Diazepami Capsulae; larutan (1) dibuat dari serbuk
tablet.
D. Diazepam Injectio
1. Identifikasi :
a. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
digunakan untuk pengukuran serapan pada
penetapan kadar menunjukkan maksiman pada
368nm 2nm. Encerkan 15,0 ml dengan asam
sulfat etanol 0,1 N secukupnya hingga 50,0ml;
encerkan menunujukkan serapan maksimum pada
285nm 2nm.
b. Pada lempeng kromatografi yang dilapisi dengan
silikagel kromatografi P setebal 0,25mm,
semprotkan 30l injeksi dan 10l larutan PK 1,5%
b/v dalam aseton P. Biarkan kering, celupkan dalam
etilasetat P hingga merambat tigaperempat
panjang lempeng. Angkat lempeng, biarkan pelarut
menguap. Semprot dengan larutan kalium
iodoplatinat P. Harga Rf bercak utama yang di
peroleh dari injeksi, sesuai dengan bercak utama
yang diperoleh dari larutan pembanding.
9
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Farmakokinetik
Diazepam (N-demethylated) merupakan golongan
benzodiazepin yang larut dalam lemak. Diazepam cepat
diabsorbsi dari saluran gastrointestinal pada saat pemberian
secara oral (penyerapan diazepam lebih dari 90%), dengan
konsentrasi puncak sekitar 60-90 menit pada dewasa tetapi
lebih cepat 15 sampai 30 menit pada anak-anak. Masa kerja
diazepam tidak berhubungan dengan reseptor tetapi
ditentukan laju metabolisme dan eliminasi obat.
Diazepam pada prinsipnya dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati dengan menggunakan jalur N-demethylasi.
Dua metabolit utama diazepam adalah desmethyldiazepam
dan oxazepam. Desmethyldiazepam dimetabolisme lebih
lambat dibandingkan oxazepam. Pengaruh metabolit ini
seperti mengantuk sekitar 6-8 jam setelah pemberian
diazepam. Resirkulasi enterohepatik dapat mengakibatkan
terjadinya efek sedasi yang berulang. Konsentrasi plasma
11
diazepam secara klinis signifikans dan dapat diperkirakan
cepat perubahannya sebagai konjugat asam glukoronat.
32,33
Masa paruh eliminasi diazepam lambat sekitar 21 sampai
37 jam. Sirosis hati berhubungan dengan peningkatan masa
paruh eliminasi diazepam. Masa paruh eliminasi diazepam
juga meningkat cepat dengan penambahan usia karena
peningkatan sensitivitas pasien terhadap efek sedasi obat.
Perpanjangan masa paruh eliminasi diazepam dengan sirosis
hati berhubungan dengan penurunan ikatan protein obat dan
peningkatan volume distribution serta penurunan clearance
hati akibat aliran darah hati yang menurun.
Perpanjangan masa paruh eliminasi pada pasien usia tua
merupakan akibat dari peningkatan volume distribution,
dimana peningkatan lemak tubuh berhubungan dengan usia
yang mengakibatkan peningkatan volume distribution obat
yang larut dalam lemak. Clearance hati tidak berubah dengan
penuaan. Dibandingkan dengan lorazepam, diazepam
mempunyai masa paruh yang lebih lama tetapi masa kerja
yang lebih singkat daripada lorazepam dan berdisosiasi lebih
terhadap reseptor GABAA (Gambar 7). Waktu paruh dan
metabolit aktif benzodiazepin dimuat pada Tabel 2.
12
Gambar 7: Reseptor protein benzodiazepin 32. 21
13
Tabel 2: Waktu paruh dan metabolit aktif benzodiazepin
14
Secara farmakologi, metabolit yang aktif dapat menumpuk di
plasma dan jaringan pada saat penggunaan diazepam yang
kronis. Efek mengantuk yang berkepanjangan berhubungan
dengan dosis diazepam yang besar dan pemecahan ulang
metabolit aktif sehingga kembali sirkulasi darah.
15
3.2. Farmakodinamik
Farmakodinamik terhadap diazepam akan dibahas dalam hal:
1. Sistem Pembuluh Darah
Diazepam dengan dosis 0,5-1 mg/kg iv untuk induksi
anestesi memberikan efek minimal terhadap penurunan
tekanan darah sistemik, curah jantung, dan tahanan
pembuluh darah sistemik yang dipantau pada saat pasien
tertidur. Meskipun efek hipotensi jarang terjadi,
pemberian diazepam harus hati-hati pada pasien dengan
tekanan darah rendah dan pasien usia tua.
2. Sistem Saraf Pusat
Diazepam berikatan dengan gamma-amino butyric
acid (GABA) reseptor sehingga menurunkan aktifitas
neuron di sistem limbik, thalamus dan hipotalamus yang
mengakibatkan efek sedasi dan anti cemas.
3. Sistem Pernafasan
Diazepam, sama seperti golongan benzodiazepin
yang lain, memberikan efek minimal terhadap ventilasi dan
sirkulasi sistemik. Diazepam mengakibatkan efek depresan
yang minimal pada ventilasi dengan peningkatan PaCO2.
Efek depresan ini tidak terjadi pada pemakaian obat
sampai dosis 0,2 mg/kg intravena. Kombinasi diazepam
dengan obat depresan CNS lain (opioid, alkohol) atau pada
pasien dengan penyakit obstruksi saluran nafas kronis
dapat mengakibatkan perpanjangan depresi ventilasi.
16
3.3. Efek Samping Obat
Efek samping yang dapat timbul berupa konstipasi,
hipotensi, mual, skin rash, retensi urin, vertigo, dan mata
kabur. Intoksikasi susunan saraf pusat dapat terjadi pada
konsentrasi plasma lebih dari 1.000 ng/ml. Overdosis yang
masif dapat mengakibatkan koma atau sekuele yang serius,
dan pada neonatus dapat mengakibatkan hiperbilirubinemia
akibat defisiensi G6PD karena pemberian diazepam.
17
intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal juga
memberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.
9. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan
inhibitor protease-HIV, termasuk alprazolam,
clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan
triazolam.
3.5. Perhatian
18
1. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter
lebih dahulu sebelum menggunakan diazepam, karena
apabila digunakan secara bersamaan dapat menurunkan
efektifitas diazepam.
2. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita
glukoma narrowangle karena dapat memperburuk
penyakit
3. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS
atau koma, depresi pernafasan, insufisiensi pulmonari
akut,, miastenia gravis, dan sleep apnea.
4. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot
serta penderita gangguan hati atau ginjal, pasien lanjut
usia dan lemah.
5. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik
atau obsesional states.
19
BAB IV
PENTUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Diazepam merupakan obat penenang sistem saraf
pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku
seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan.
2. Ada 3 macam sediaan obat diazepam (FI edisi III),
yaitu Diazepam capsulae (kapsul diazepam),
Diazepam compressi (tablet diazepam), Diazepam
injectio (injeksi diazepam).
3. Diazepam diindikasikan pada pasien dengan gangguan
cemas. Diazepam juga digunakan pada pasien untuk
pencegahan agitasi, tremor, delirium akut, halusinasi,
ataupun spasme otot dengan dosis yang sesuai
4.2 Saran
1.
20
DAFTAR PUSTAKA
21