S1 2014 301106 Introduction - 2
S1 2014 301106 Introduction - 2
Seoul telah menjadi ibukota dari Korea Selatan selama lebih dari 600
tahun. Tetapi baru pada tahun 1970 kota ini menjadi kota modern yang memiliki
populasi yang tinggi dengan industri-industri besar seperti sekarang ini. Beberapa
dekade lalu, Korea Selatan tidak lebih baik dari negara dunia ketiga lainnya dalam
ekonomi dan kondisi penduduknya. Pada tahun 1960 PDB per kapita Korea
Selatan bahkan lebih rendah daripada beberapa negara di Afrika dan Amerika
Latin, dan negara di Asia lainnya (Kim dan Lim dalam Jensen 2008). Namun
sekarang Korea Selatan telah menjadi pusat perhatian akademis maupun politis
karena pada waktu yang bersamaan telah sukses baik dalam perkembangan
ekonomi dan demokrasi. Perekonomian Korea Selatan selama 30 tahun terakhir
(1961-1979) mengalami pertumbuhan yang ajaib di bawah pemerintahan otoriter
Presiden Park Jung-Hee.
1
sederhana. Pada tahun 1970, ekonomi berpindah fokus ke tekstil, kapal dan besi
yang lebih fokus pada sumber daya kapital dan teknologi yang lebih kompleks.
2
Setelah memasuki era industrialisasi besar-besaran dan pertumbuhan
ekonomi selama beberapa dekade terakhir, Korea Selatan mendapat kesempatan
untuk menunjukkan diri di tingkat global. Pada tahun 1988 Korea Selatan menjadi
tuan rumah Olympic Games. Pada masa ini banyak infrastruktur besar terutama
infrastruktur olahraga dibangun. Namun setelah olimpiade berakhir, fungsi
infrastruktur-infrastruktur ini menjadi tidak lagi optimal. Pengaruh yang diberikan
acara besar ini bagi perkembangan Seoul maupun Korea Selatan tidak signifikan.
Namun acara ini berhasil menjadi ajang bagi Korea Selatan untuk memamerkan
wajahnya di tingkat internasional.
Pada tahun 2002 Korea Selatan bersama Jepang menjadi tuan rumah Piala
Dunia FIFA. Acara ini menjadi titik balik krusial bagi Korea Selatan. Acara ini
meningkatkan citra Korea Selatan dan memberikan kesempatan bagi negara ini
untuk unjuk diri pada standar global di bidang politik, diplomasi, ekonomi, sosial
dan budaya. Keuntungan Ekonomi dari Piala Dunia bahkan lebih menjanjikan.
Industri-industri canggih dari sektor TIK, budaya, pariwisata dan olahraga
dinaikkan ke level yang lebih tinggi dan akan meningkatkan daya saing industri
lokal secara keseluruhan (Seoul Development Institute, 2004).
3
Berbagai infrastruktur dengan teknologi mutakhir dalam penerapan konsep
ubiquitous city ini berhasil mengatasi beberapa permasalahan perkotaan yang ada
namun masyarakat merasa bahwa dalam penerapannya, berbagai infrastruktur
yang telah dibangun pada konsep ini hanya memenuhi layanan-layanan
pemerintah untuk masyarakat terutama layanan administrasi namun pemanfaatan
infrastruktur TIK pada berbagai infrastruktur perkotaan tidak memenuhi
kebutuhan masyarakat pada kehidupan sehari-hari (tidak citizen-friendly) dan
tidak mencerminkan bagaimana dalam kehidupan sehari hari masyarakat
berinteraksi di dalam ruang perkotaan. Dengan munculnya persepsi masyarakat
ini juga mulai berkembang teknologi smartphone dimana sebuah perangkat dapat
mengakses berbagai layanan dengan menggunakan berbagai macam aplikasi
dalam satu perangkat smartphone tersebut. Pemerintah Seoul memutuskan untuk
meningkatkan konsep pembangunan kota ini ke tingkat selanjutnya yaitu konsep
smart city. Pada konsep smart city peran masyarakat semakin ditingkatkan.
Layanan yang tadinya bergantung kepada operator menjadi layanan yang dapat
diakses dan dioperasikan dengan mudah oleh pengguna akhir. Pada konsep smart
city di Seoul bukan hanya teknologinya yang cerdas tetapi masyarakatnya juga
menjadi pengguna layanan yang cerdas dalam sebuah sistem perkotaan yang
cerdas. Berbagai kota di dunia menerapkan konsep smart city maupun konse-
konsep lain yang melibatkan TIK untuk mengatasi berbagai permasalahan
keruangannya. Perkembangan Seoul dalam menerapkan TIK pada konsep
pembangunan perkotaannya yang diawali dengan konsep ubiquitous city
kemudian menjadi smart city inilah yang membuat kasus ini unik dan menarik
untuk diteliti.
4
2. Bagaimana Seoul menerapkan konsep ubiquitos city?
5. Apa dampak keruangan dari penerapan ubiquitous city dan smart city
tersebut?
5
2. Tambahan literatur dan informasi ilmiah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang perencanaan berbasis TIK bagi studi Perencanaan
Wilayah dan Kota
Karena keterbatasan waktu dan data yang tersedia untuk penelitian ini
maka penulis membuat batasan-batasan dalam pengerjaan penelitian ini.
1. Batasan Waktu
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2003
dimana konsep u-city mulai diterapkan di Seoul hingga saat ini. Data
mengenai kegiatan sebelum tahun 2003 digunakan sebagai latar belakang.
2. Batasan Analisis
Analisis akan dibatasi pada eksplorasi kegiatan-kegiatan dari penerapan
konsep u-city dan smart city di Seoul dan analisis faktor yang
mempengaruhinya serta implikasinya terhadap kondisi keruangan Seoul
3. Batasan Wilayah
Penelitian ini dibatasi pada wilayah Kota Seoul namun terdapat juga
beberapa data dan analisis menyangkut Korea Selatan sebagai pengantar.
Penelitian mengenai ubiquitous city dan smart city di Seoul telah ada
sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan ubiquitous city
dan smart city di Seoul adalah sebagai berikut:
Bulan-Tahun : 2012
6
Judul : Public Place in The Advanced Hi-technology
Infrastructure of the City: Lessons from Seoul
Penelitian ini juga berlokasi di Kota Seoul namun penelitian ini berfokus
pada ruang terbuka yang ada di Seoul bukan konsep u-city di Seoul
secara keseluruhan. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana individu
dan masyarakat menggunakan TIK pada ruang terbuka publik dan
efeknya pada identitas sosial dan budaya masyarakat.
Bulan-Tahun : 2014
Bulan-Tahun : 2008
7
berbasis TIK kemudian melihat bagaimana Republik Korea
mengaplikasikannya.