Anda di halaman 1dari 7

DATA MODELING

Pemahaman Model Data


Model data adalah representasi konseptual dari struktur data yang diperlukan oleh database.
struktur data termasuk objek data, asosiasi antara objek data, dan aturan-aturan yang mengatur operasi
pada objek. Sesuai namanya, model data berfokus pada data apa yang dibutuhkan dan bagaimana harus
diatur daripada operasi apa yang akan dilakukan pada data. Dengan analogi umum ,model data sama
dengan rencana pembangunan seorang arsitek.

Design Database
Design Database dapat didefinisikan sebagai proses merancang struktur logis dan fisik dari satu atau
lebih database untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna dalam sebuah organisasi dalam satu set
aplikasi.
Proses Design Database ada lima langkah yaitu:
1. perencanaan dan analisis
2. desain konseptual
3. desain logis
4. desain fisik
5. pelaksanaan

Tujuan Model Data


Tujuan dari model data adalah untuk memastikan bahwa semua objek data yang dibutuhkan oleh
database lengkap dan akurat. Karena model data menggunakan notasi yang mudah dipahami dan
bahasanya sederhana, maka dapat ditinjau dan diverifikasi dengan benar oleh pengguna akhir.

Data Modeling sebagai bagian dari database


Model data adalah salah satu bagian dari proses desain konseptual, sedangkan yang lainnya merupakan
desain fungsional. Model data berfokus pada data apa yang harus disimpan dalam database sementara
design fungsional berfokus pada pengolahan data.
Dalam konteks database relasional, Model fungsional digunakan untuk merancang query yang akan
mengakses dan melakukan operasi pada tabel.
Pemodelan data diawali dengan perencanaan dan analisis. Upaya yang ditujukan untuk tahap ini
sebanding dengan ruang lingkup database. Perencanaan dan analisis database dimaksudkan
memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membangun sebuah model data Meskipun tidak secara
resmi dianggap sebagai bagian dari tahap pemodelan data oleh beberapa metodologi, ternyata
persyaratan analisis dan ER diagram bagian dari model data dilakukan pada waktu yang sama.

Analisa Kebutuhan
Tujuan dari analisis kebutuhan adalah:
untuk menentukan persyaratan data database dalam hal objek primitif
untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan informasi tentang benda-benda
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hubungan antara objek-objek
untuk menentukan jenis transaksi yang akan dijalankan pada database dan interaksi
antara data dan transaksi
untuk mengidentifikasi aturan yang mengatur integritas data

Pemodel atau perancang bekerja dengan pengguna akhir dari suatu organisasi untuk menentukan data
persyaratan database. Informasi yang diperlukan untuk analisis kebutuhan dapat dikumpulkan
dengan beberapa cara:
review dokumen yang ada - dokumen tersebut termasuk bentuk yang ada dan laporan, ditulis
pedoman, deskripsi pekerjaan, narasi pribadi, dan memorandum.
wawancara dengan pengguna akhir - ini bisa menjadi kombinasi dari individu atau kelompok
pertemuan. Mencoba untuk menjaga sesi kelompok di bawah lima atau enam orang. Jika
memungkinkan, cobalah untuk berdiskusi dengan orang yang berfungsi sama dalam satu waktu.
Gunakan papan tulis, flip chart, atau transparansi overhead untuk merekam informasi yang
dikumpulkan dari wawancara.
meninjau sistem otomatis yang ada - jika organisasi sudah memiliki sistem otomatis, maka perlu
peninjauan spesifikasi desain sistem dan dokumentasi.

Analisis kebutuhan biasanya dilakukan pada waktu yang sama sebagai pemodelan data. Informasi yang
dikumpulkan, objek data diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai entitas, atribut, atau hubungan;
Nama-nama yang ditetapkan; dan, didefinisikan dengan menggunakan istilah yang akrab bagi
pengguna akhir. Benda-benda tersebut kemudian dimodelkan dan dianalisis menggunakan diagram ER.
Diagram dapat ditinjau oleh pemodel dan pengguna akhir untuk menentukan kelengkapan dan
akurasinya. Jika model tersebut tidak benar, hal itu dapat diubahdan kadang-kadang membutuhkan
Informasi tambahan yang harus dikumpulkan. Siklus review dan mengedit berlanjut sampai model
dinyatakan benar.

Model Database
Sebuah organisasi dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan file-files dengan
mengimplementasikan model database ke manajemen data. Dengan organisasi data yang berada di
lokasi sentral, semua pemakasi memiliki akses ke data yang mereka perlukan untuk memenuhi tujuan
mereka. Akses ke sumber data di control oleh sistem manajemen database (database management
system-DBMS). DBMS merupakan sistem perangkat lunak khusus yang di program untuk mengetaui
elemen-elemen data yang dapat diotorisasi setiap pemakai untuk diakses. Tujuan DBMS adalah untuk
menyediakan pengendalian akses terhadap basis data.
Program pengguna mengirimkan permintaan data kepada DBMS, yang mengesahkan dan
mengotorisasi akses ke basis data, sesuai dengan tingkat otorisasi pengguna. Jika pengguna meminta
data yang dia tidak punya otoritasnya, permintaan akan ditolak. Prosedur penetapan otoritas pengguna
sistem informasi menjadi sebuah masalah pengendalian penting yang harus diperhatikan oleh seorang
akuntan.
Pendekatan basis data yang paling umum digunakan oleh sistem informasi bisnis adalah model
hierarkis (hierarchical model), Model Jaringan ( Network Model), dan Model Rasional ( Relational
Model). Diantara ketiga model terebut Model rasional lebih fleksibel karena memungkinkan para
penggunanya menciptakan jalur yang lebih luas cakupannya. Model database ini disusun dalam
bentuk tabel dua dimensi yang terdiri dari baris (record) dan (field), pertemuan antara baris dengan
kolom disebut item data (data Value). Tabel-tabel yang ada dihubungkan (relationalship) sedemikian
rupa menggunakan field-field kunci (key field) sehingga dapat meminimalkan duplikasi data. Imam
(2008).

Mendesain Basis Data Relasional

Pendekatan basis data yang paling umum digunakan oleh sistem informasi bisnis adalah model
hierarkis (hierarchical model), Model Jaringan ( Network Model), dan Model Rasional ( Relational
Model). Diantara ketiga model terebut Model rasional lebih fleksibel karena memungkinkan para
penggunanya menciptakan jalur yang lebih luas cakupannya. Model database ini disusun dalam
bentuk tabel dua dimensi yang terdiri dari baris (record) dan (field), pertemuan antara baris dengan
kolom disebut item data (data Value). Tabel-tabel yang ada dihubungkan (relationalship) sedemikian
rupa menggunakan field-field kunci (key field) sehingga dapat meminimalkan duplikasi data. Imam
(2008).

Ada beberapa tahap dalam desain basis data :


1. Mengidentifikasi entitas

Mengidentifikasi entitas dan membuat model data yang menunjukan hubungannya. Hal ini
mencakup analisis peraturan bisnis dan kebutuhan informasi dari semua pengguna. Entitas itu
sendiri merupakan hal-hal yang digunakan oleh perusahaan untuk menangkap data. Entitas
berbentuk kata benda dalam deskripsi sistem. Entitas yang valid harus memenuhi dua kondisi
berikut ini :
a. Entitas tersebut harus terdiri atas dua atau lebih pemunculan.
b. Entitas tersebut harus mengontribusikan minimal satu atribut yang tidak disediakan oleh
entitas yang lain.

2. Membuat Model Data yang menunjukan Asosiasi Entitas

Asosiasi menunjukan peraturan bisnis. Terkadang peraturan tersebut nyata dan sama untuk
semua organisasi. Akan tetapi asosiasi antar entitas tidak tampak nyata karena ada berbagai
peraturan yang bisa diterapkan di organisasi yang berbeda-beda. Agar basis data dapat berfungsi
dengan baik perancangan sistem perlu memahami peraturan bisnis organisasi serta kebutuhan
khusus dari pengguna individual.

3. Menambahkan Kunci Premier dan Atribut ke Model

Menambahkan Kunci Primer. Analisis harus memilih kunci primer yang secara logis
mendefinisikan atribut nonkunci dan secara unik mengidentifikasi setiap kemunculan entitas.
Dengan mendesign secara hati-hati kode blok, kode kelompok, kode alfabetis, dan kode
mnemonic, kunci primer juga dapat memberikan informasi yang berguna mengenai sifat alami
dari suatu entitas. Menambahkan Atribut. Setiap atribut harus muncul secara langsung atau
tidak langsung (nilai yang dihitung) dalam satu atau beberapa tampilan pengguna. Atribut
entitas diperoleh dan dimodel dari tampilan pengguna. Data-data yang disimpan tidak
digunakan dalam dokumen, laporan atau perhitungan yang dilaporkan, maka tidak aka nada
gunanya dan tidak seharusnya menjadi bagian dari basis data.
4. Menormalisasi Model Data dan Menambahkan Kunci Luar
Masalah normalisasi yang perlu diatasi adalah sebagai berikut:
a. Data kelompok yang berulang-ulang dalam pesanan pembelian.
b. Data kelompok yan berulang-ulang dalam laporan penerimaan.
c. Ketergantungan Transitif.

5. Membuat Basis Data Fisik


Hal ini mencakup langkah yang harus direncanakan dan dilaksanakan dengan hati-hati.
Program-program perlu ditulis untuk mentransfer data organisasi yang saat ini disimpan dalam
file datar atau basis data warisan ke dalam tabel relasional yang baru.

6. Menyiapkan Tampilan Pengguna

Tabel yang dinormalisasi harus cukup lengkap agar mendukung tampilan dari semua pengguna
sistem. Program laporan digunakan untuk membuat tampilan menarik secara visual dan mudah
digunakan. Judul kolom bisa ditambahkan, field dijumlahkan, dan rata-rata dihitung untuk
menghasilkan laporan pada layar computer berupa dokumen (hard copy) yang mirip dengan
laporan pengguna asli.

Pendekatan Model REA

Inti dari filosofi REA adalah pengakuan bahwa sistem informasi harus mendukung kebutuhan
informasi semua pengguna informasinya dalam suatu organisasi.
REA model adalah peralatan konseptual khususnya dalam disain untuk memberikan petunjuk dan
struktur dalam mendisain keterhubungan dalam sistem informasi akuntansi. Dalam REA, entitas
dibedakan dalam tiga kategori: sumber daya yang diperoleh dan digunakan organisasi, kegiatan yang
terkait dengan organisasi, dan agen atau pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan.
Pemodelan data (data modeling) REA tidak meliputi berbagai elemen akuntansi tradisional tradisional
seperti jurnal, buku besar, daftar akun, dan akuntansi pembukuan berpasangan (debit dan kredit),
walaupun dapat digunakan untuk menciptakan salah satu atau semua elemen tersebut jika dibutuhkan.
Elemen penting dalam model REA

a. Sumber Daya (Resource)

Sumber Daya (resource) ekonomi adalah aktiva dari organisasi. Mereka didefinisikan sebagai objek
yang jarang sekaligus dikendalikan oleh perusahaan. Definisi ini berangkat dari model tradisional
karena definisi ini tidak memperhitungkan piutang dagang yang merupakan record historis yang
hanya digunakan untuk menyimpan dan mentrasmisikan data. Karena akun ini bukan merupakan
elemen yang esensial dalam sistem, ia tidak perlu dimasukan dalam database. Melainkan piutang
dagang diambil dari perbedaan antara penjualan ke pelanggan dengan kas yang diterima dari
pembayaran penjualan.

b. Peristiwa (Event)

Peristiwa-peristiwa ekonomi merupakan fenomena yang mempengaruhi perubahan sumber daya,


yang mana dihasilkan dari kegiatan-kegiatan seperti produksi, pertukaran, konsumsi, dan distribusi.
Peristiwa-peristiwa ekonomi merupakan elemen informasi yang kritikal dari sistem akuntansi dan
harus ditangkap secara rinci untuk menyediakan database yang lengkap.

c. Agent (Agents)

Agen-agen ekonomi adalah para individu dan departemen-departemen yang berpartisipasi baik
dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai kemampuan sendiri untuk menggunakan atau
membuang sumber daya ekonomi.

Keuntungan Model REA

a. Operasional yang lebih efisien


b. Peningkatan Produktivitas
c. Keunggulan kompetitif
Proses Pengembangan Model REA
Sebelum melakukan pengembangan REA Peristiwa-peristiwa harus diklasifikasikan terlebih dahulu.
Klasifikasinya sebagai berikut:
a. Peristiwa Operasi, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa
b. Peristiwa Informasi, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan pencatatan, pemeliharaan, dan
pelaporan informasi
c. Peristiwa Keputusan/manajemen, yaitu aktivitas yang mengarah pada pembuatan keputusan dan
implementasinya.

Tahapan Pengembangan Model REA


1. Mengidentifikasikan peristiwa operasi yang akan dimasukan kedalam model.
Berbagai peristiwa ini adalah peristiwa yang mendukung tujuan strategis perusahaan dan yang perlu
dikumpulkan informasinya.
2. Mengatur urutan terjadinya peristiwa operasi yang telah diidentifikasi.
3. Mengidentifikasi setiap sumber daya dan pelaku untuk setiap peristiwa.
4. Mengidentifikasi berbagai hubungan antara sumber daya, peristiwa dan pelaku.
5. Menetapkan kardanalitas (cardanility) semua hubungan entitas
Terdapat 5 bentuk hubungan yang digunakan ketika membuat model REA yaitu:
a. Nol ke satu (0,1)
b. Nol ke banyak (0, M)
c. Satu ke satu (1,1)
d. Satu ke Banyak (1, M) dan,
e. Banyak ke banyak (M, M)

Diagram ER (Entity-Relationship)
Metode ini dikembangkan oleh Chen pada tahun 1976. Merupakan teknik grafis yang digunakan untuk
menggambarkan skema database. ER diagrams mengilustrasikan stuktur logic atas database dengan
memperhatikan entitas-entitas dalam sistem.
Entitas (entity) dalam model REA dan ER disajikan dalam bentuk persegi empat, dan terdapat garis
yang menghubungkan satu sama lain. Garis yang menghubungkan berbagai entitas dalam diagram ER
diberi label kata kerja yang menunjukan apa yang terjadi dalam hubungan tersebut. Akibatnya, tiap
garis mewakili sebuah peristiwa. Diagram ER menyajikan rangkaian peristiwa yang lebih luas daripada
model REA. Hal ini meliputi peristiwa operasi, peristiwa informasi (membuat, memperbaharui) dan
peristiwa keputusan (meninjau kembali).
Digram RE adalah alat pemodelan data yang memungkinkan perusahaan memastikan adanya
keselarasan antara berbagai proses bisnis serta tabel basis data tempet data yang berkaitan dengan
berbagai proses bisnis tersebut disimpan.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi berbagai atribut data yang mewakili tampilan konseptual
pengguna yang harus didukung oleh tabel-tabel dasar.

Daftar Pustaka
Hall, James A.2009. Accounting Information Systems. Four Edition. Salemba Empat.
Hall, James A.2001. Accounting Information Systems. Third Edition. Salemba Empat
Mamenko,Jelena .Lecture Notes.INFORMATION RESOURCES.Part I.Vilnius Gediminas Technical
University

Anda mungkin juga menyukai