Mycobacterium
menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman
Bronchus Pleura
Infiltrasi
setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak
infiltrasi pleura
napas
Peradangan pada bronkus
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga,
BTA (-) atau
tidak tahu,
BTA tidak
jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan merah (KMS) buruk (Bb/U
gizi (menurut atau BB/U < < 60%)
KMS) 80%
Demam tanpa 2 minggu
sebab jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1cm , jumlah
kelenjar limfe 1, tidak nyeri
leher. Axila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor 6, ( scor maksimal 13)
7. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada
anak bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basili. Pembesaran
fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang
berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-
mula keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura
atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe
dari limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi
primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis
tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila
robekan satu atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil
tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran
corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis
skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi
perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,
diberikan selama 6-9 bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang
buruk.
b. Non farmakologi
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien
agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua,
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi
PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda
dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula
2. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia,
icterus.
3. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah
sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik
tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai
membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah
keadaannya parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk
diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di
ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu
diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi,
pada bagian apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
udara atau makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat
sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di
beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di
diamkan saja.
g. Imunisasi
Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh
anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan
bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan
lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat
anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat
dalam kandungan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus
dan tidak bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi,
demam dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat
badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi
tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan
sekret atau tidak, simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang
tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata,
ada cairan atau tidak, uji pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk
ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah
ada kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji
bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter
ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum,
mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian
tubuhnya.
Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-
balok bangunan secara konstruktif.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental,
upaya batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak
adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap
informasi yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3. Intervensi keperawatan
4.
D 5. Tujuan 6. Intervensi 7. Rasional
8. Bersihan jalan 10. Setelah 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, 1. Untuk mengetahui tingkat sakit dan
napas tidak efektif dilakukan kecepatan, kedalaman dan tindakan apa yang harus dilakukan
12.
berhubungan dengan tindakan penggunaan otot aksesori.
2. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
2. Catat kemampuan untuk
secret kental, upaya keperawata
pasien
mengeluarkan secret atau batuk
batuk buruk. n 13.
efektif, catat karakter, jumlah 14.
9. selama .......
3. Semi fowler memudahkan pasien untuk
sputum, adanya hemoptisis.
x24 jam,
3. Berikan pasien posisi semi atau bernafas
bersihan 4. Untuk mencegah penyebaran infeksi
fowler,
15.
jalan napas 4. Bersihkan sekret dari mulut dan
5. Untuk membantu mengencerkan secret
efektif trakea, suction bila perlu.
sehingga mudah untuk dikeluarkan.
5. Berikan obat : agen mukolitik,
dengan
bronkodilator sesuai indikasi
kriteria :
11.
Sekret berkurang sampai dengan
hilang
Pernafasan dalam batas normal :
0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit
2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 x/menit
12 bln-60bln : 30 s/d < 40
x/menit
16. 17. Setelah 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
H dilakukan fungsi tubuh ( adanya infeksi)
19. 2. merangsang pusat pengatur panas untuk
tindakan
keperawata 2. Berikan kompres hangat menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
n
20. 22.
selama ......
3. Kolaborasi pemberian antipirektik 23.
x24 jam,
24.
suhu tubuh 21.
kembali
normal,
dengan
kriteria
hasil :
Suhu tubuh 36-37,5 o C
18.
25.
D 26. Tujuan 27. Intervensi 28. Rasional
29. Perubahan 31. setelah 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status gizi pasien
2. Sajikan makanan dalam porsi kecil 2. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit
nurisi kurang dari dilakukan
tapi sering dan mencegah muntah
kebutuhan tubuh tindakan
3. Sajikan makanan yang dapat 3. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu
berhubungan dengan perawatan
menimbulkan selera makan makan pasien
anoreksia selama ....... 4. Berikan makanan tinggi TKTP 4. Protein mempengaruhi tekanan osmotik
30. .x 24 jam, (tinggi kalori tinggi protein) pembuluh darah
5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
kebutuhan
penyebab malnutrisi, kebutuhan penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
nutrisi
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pemulihan klien sehingga dapat meneruskan
terpenuhi,
pengolahan makanan sehat upaya terapi diet yang telah diberikan
dengan
seimbang, tunjukkan contoh jenis selama hospitalisasi.
kriteria sumber makanan ekonomis sesuai 33.
hasil : status sosial ekonomi klien. 34.
6. Laksanakan pemberian roboransia
Nafsu makan meningkat 6. Roborans, meningkatkan nafsu makan,
sesuai program terapi.
proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
BB meningkat atau normal sesuai umur menyertai keadaan malnutrisi.
32.
35. Resiko tinggi 37. Setelah 1. Kaji patologi penyakit dan potensial 1. Membantu klien/keluarga agar mau
penyebaran infeksi pada dilakukan penyebaran infeksi melalui droplet mengerti dan menerima terhadap terapi
39.
diri sendiri maupun tindakan yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Identifikasi orag lain yang beresiko
2. Pengetahuan dan terapi dapat
orang lain berhubungan perawatan
(anggota keluarga/teman)
meminimalkan kerentanan terjadinya
dengan virulensi selama ....... 40.
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin penyebaran
kuman, pertahanan ..x24 jam,
3. Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
pada tisu dan menghindari meludah
primer tidak adekuat, penyebaran
4. Lakukan tindakan isolasi sebagai penularan infeksi.
kurang pengetahuan infeksi 4. Mencegah infeksi yang bersumber dari
pencegahan
untuk menghindari tidak 5. Pertahankan teknik aseptic saat susceptible host
5. Mencegah terjadinya cross infection
terjadi, melakukan tindakan perawatan
pemajanan pathogen. 42.
6. Beritahu klien dan keluarga tentang
dengan 6. Pengobatan tuntas sangat penting untuk
36. pentingnya pengobatan yang tuntas
kriteria mencegah resistensi kuman terhadap abat
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Untuk membunuh kuman TBC
hasil :
tuberculosis 43.
Klien/keluarga dapat 41.
mengidentifikasi tindakan untuk
mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Klien/keluarga menunjukkan
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang
aman.
38.
44. Kurang 46. Setelah 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
48.
pengetahuan mengenai dilakukan keluarga pasien sampai mana
2. Berikan pendidikan kesehatan
2. Agar keluarga pasien mengetahui dan tidak
kondisi, aturan tindakan tindakan
berkaitan dengan penyakit pasien
cemas
dan pencegahan perawatan 3. Jelaskan setiap tindakan keperawatan
3. Untuk mengurangi kecemasan keluarga
penyakit berhubungan selama ....... yang akan dilakukan
pasien
49.
dengan kurang/tidak ..x24 jam,
lengkap informasi yang pengetahua
ada. n
45.
klien/keluar
ga
meningkat,
dengan
kriteria
hasil :
Klien/keluarga memahami proses
penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Klien/keluarga melakukan
perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan
47.
50.
51.
52.
D 53. Tujuan 54. Intervensi 55. Rasional
224.
225.
226.
227.
230.
231.
232.
233.
E. PENATALAKSANAAN TERAFI
234.
235. 236. Terafi 237. Dos 238. Frek 239. Je
No is uensi nis
240. 241. cefixi 242. 1 243. 2 x 244. Si
1 cth sehari rup
245. 246. Caviflex 247. 1cth 248. 2 x 249. Si
2 sehari rup
250. 251. Salbutamol 252. 2 253. 3 x 254. Pu
3 mg sehari yer
255. 256. Dexametason 257. 0,25 258. 3 x 259. Pu
4 mg sehari yer
260. 261. Cetirizine 262. 4 263. 3 x 264. Pu
5 mg sehari yer
265. 266. Ambroxol 267. 11 268. 3 x 269. Pu
6 mg sehari yer
270. 271. OAT fase intensif 272. 5 273. 1 x 274. Ta
7 00 sehari blet
275.
276. System Skoring OAT
277.
278. ANALISA DATA
376.
Klien/keluarga dapat 384.
mengidentifikasi tindakan
untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Klien/keluarga menunjukkan
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan
yang aman.
378.
385. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
395. 396.
397. Resiko tinggi 399.
1. Mengkaji patologi penyakit dan potensial 1. Ayah pernah mengalami 410.
03/04/1
penyebaran infeksi penyebaran infeksi melalui droplet penyakit yang sama
2. Mengidentifikasi orag lain yang beresiko
pada diri sendiri 400. seperti anaknya
(anggota keluarga/teman) 2. Ayah pernah mengalami
maupun orang lain 401.
3. Menganjurkan klien untuk batuk / bersin
penyakit yang sama
berhubungan dengan
pada tisu dan menghindari meludah
virulensi kuman, 4. Memberitahu klien dan keluarga tentang seperti anaknya
402.
3. Anak tampak mengerti
pertahanan primer 403. pentingnya pengobatan yang tuntas
5. Berkolaborasi pemberian obat anti dan paham dengan
tidak adekuat,
tuberculosis penjelasan perawat
kurang pengetahuan 404. 4. Orang tua tampak
untuk menghindari 405. 409. mengerti dengan
pemajanan penjelasan perawat
pathogen. 5. Pasien mendapat obat
406.
anti tbc di minum pada
407.
398.
pagi hari 5 tablet
408.
411.
412. EVALUASI KEPERAWATAN
413.
414. Nama Klien : An N Tanggal Pengkajian :
03 April 2017
415. Register : 12 02 85 Diagnosa Medis : TBC
418. Di 420.
417. agnosa Par
416. 419. Evaluasi Keperawatan
Keperaw
atan
421. 422.
423. Resiko tinggi 425. S: 434.
03/04/ 426. Orang tua mengatakan anaknya
penyebaran infeksi pada diri
batuk sudah 1 bulan dan
sendiri maupun orang lain amengatakan keluar dahak warna
putih
berhubungan dengan virulensi
427. O:
kuman, pertahanan primer tidak Tanda tanda Vital : Suhu 36,7 C, nadi 76 x/menit,
adekuat, kurang pengetahuan 428. napas 18 x/menit
Mantoux test : 20 mm
untuk menghindari pemajanan 3
WBC : 15,99 10 /mL
pathogen.
429. A:
430. Masalah belum teratasi
424.
431. P:
432. Intervensi dilanjutkan
433.
435. 436. 437. 1. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari 439.
meludah
2. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang
tuntas
3. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
438.
440. 441. 442. 443. 444.
445.