Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
(Mansjoer, 1999)
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus
atau alveolus. (Corwin, 2001)
Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksius terutama menyerang
parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lain, termasuk
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner & Suddart, 2002 )
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.
2. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 um dan tebal
0,3 0,6 um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut
bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan
O2 pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
(Soeparman, 1999)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu
yang sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)
3. Tanda dan Gejala
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah muncul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu
makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan
keringat malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.
4. Fatofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang
bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan
dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka pejamu akan
melakukan respons imun dan peradangan yang kuat. Karena respons yang
hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang
yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif. Penderita TBC
yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap
infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila
telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun
adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk
mematikannya. Respons selular melibatkan sel T serta makrofag.
Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa
membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan
mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat
memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara
ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat
bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel
pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan
bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini
kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.
Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung
dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil
serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan
pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak
untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas
menurun. (Corwin, 2001)
5. Pathway Tuberculosis Paru
Droplet nucler/dahak yang mengandung
basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar: Batuk, bersin


- Faktor toksik Faktor dari
(alkohol, rokok) dalam:
- Sosial ekonomi - Usia
rendah Dihirup masuk muda/bayi
- Terpapar - Gizi
paru
penderita TBC

Mycobacterium
menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman

Kurang Membentuk sarang TB


pengetahuan

Bronchus Pleura
Infiltrasi
setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak
infiltrasi pleura
napas
Peradangan pada bronkus

Terjadi gesekan inspirasi dan eksperasiDistres pernapasan

Malaise Batuk Pembuluh darah pecah

Skret kental Nyeri dada


Anoreksi
a
Batuk darah Resiko kerusakan pertukaran gas

Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Gangguan Bersihan jalan


Penurunan
tumbuh kembang napas tidak efektif
status gizi

Sumber : (Corwin, 2001; Soeparman, 1998 &


6. Pemeriksaan Penunjang
Doengoes, 2000)
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
a. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan
apakah anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang
dianjurkan adalah Uji Mantoux, yang menggunakan derifat protein
murni (PPD, Purified protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit
tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara intradermal.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan
di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap
positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-
9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas
positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk
diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan
juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis
tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
bakteriologis ialah :
Bilasan lambung
Sekret bronkus
Sputum (pada anak yang besar)
Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan
berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan
tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan
besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C
serta pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan
secara injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau
injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit
menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :
Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu
dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.
Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis
vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.

Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga,
BTA (-) atau
tidak tahu,
BTA tidak
jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan merah (KMS) buruk (Bb/U
gizi (menurut atau BB/U < < 60%)
KMS) 80%
Demam tanpa 2 minggu
sebab jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1cm , jumlah
kelenjar limfe 1, tidak nyeri
leher. Axila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor 6, ( scor maksimal 13)

7. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada
anak bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basili. Pembesaran
fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang
berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-
mula keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura
atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe
dari limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi
primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis
tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila
robekan satu atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil
tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran
corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis
skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi
perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.

8. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong,
diberikan selama 6-9 bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang
buruk.
b. Non farmakologi
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien
agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua,
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi
PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda
dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula
2. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia,
icterus.
3. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah
sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik
tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai
membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah
keadaannya parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk
diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di
ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu
diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi,
pada bagian apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
udara atau makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat
sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di
beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di
diamkan saja.

g. Imunisasi
Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh
anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan
bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan
lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat
anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat
dalam kandungan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus
dan tidak bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi,
demam dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat
badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi
tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan
sekret atau tidak, simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang
tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata,
ada cairan atau tidak, uji pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk
ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah
ada kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji
bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter
ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum,
mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian
tubuhnya.
Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-
balok bangunan secara konstruktif.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental,
upaya batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak
adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap
informasi yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3. Intervensi keperawatan
4.
D 5. Tujuan 6. Intervensi 7. Rasional

8. Bersihan jalan 10. Setelah 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, 1. Untuk mengetahui tingkat sakit dan
napas tidak efektif dilakukan kecepatan, kedalaman dan tindakan apa yang harus dilakukan
12.
berhubungan dengan tindakan penggunaan otot aksesori.
2. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
2. Catat kemampuan untuk
secret kental, upaya keperawata
pasien
mengeluarkan secret atau batuk
batuk buruk. n 13.
efektif, catat karakter, jumlah 14.
9. selama .......
3. Semi fowler memudahkan pasien untuk
sputum, adanya hemoptisis.
x24 jam,
3. Berikan pasien posisi semi atau bernafas
bersihan 4. Untuk mencegah penyebaran infeksi
fowler,
15.
jalan napas 4. Bersihkan sekret dari mulut dan
5. Untuk membantu mengencerkan secret
efektif trakea, suction bila perlu.
sehingga mudah untuk dikeluarkan.
5. Berikan obat : agen mukolitik,
dengan
bronkodilator sesuai indikasi
kriteria :
11.
Sekret berkurang sampai dengan
hilang
Pernafasan dalam batas normal :
0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit
2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 x/menit
12 bln-60bln : 30 s/d < 40
x/menit
16. 17. Setelah 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
H dilakukan fungsi tubuh ( adanya infeksi)
19. 2. merangsang pusat pengatur panas untuk
tindakan
keperawata 2. Berikan kompres hangat menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
n
20. 22.
selama ......
3. Kolaborasi pemberian antipirektik 23.
x24 jam,
24.
suhu tubuh 21.
kembali
normal,
dengan
kriteria
hasil :
Suhu tubuh 36-37,5 o C
18.
25.
D 26. Tujuan 27. Intervensi 28. Rasional

29. Perubahan 31. setelah 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status gizi pasien
2. Sajikan makanan dalam porsi kecil 2. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit
nurisi kurang dari dilakukan
tapi sering dan mencegah muntah
kebutuhan tubuh tindakan
3. Sajikan makanan yang dapat 3. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu
berhubungan dengan perawatan
menimbulkan selera makan makan pasien
anoreksia selama ....... 4. Berikan makanan tinggi TKTP 4. Protein mempengaruhi tekanan osmotik
30. .x 24 jam, (tinggi kalori tinggi protein) pembuluh darah
5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
kebutuhan
penyebab malnutrisi, kebutuhan penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
nutrisi
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pemulihan klien sehingga dapat meneruskan
terpenuhi,
pengolahan makanan sehat upaya terapi diet yang telah diberikan
dengan
seimbang, tunjukkan contoh jenis selama hospitalisasi.
kriteria sumber makanan ekonomis sesuai 33.
hasil : status sosial ekonomi klien. 34.
6. Laksanakan pemberian roboransia
Nafsu makan meningkat 6. Roborans, meningkatkan nafsu makan,
sesuai program terapi.
proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
BB meningkat atau normal sesuai umur menyertai keadaan malnutrisi.

32.
35. Resiko tinggi 37. Setelah 1. Kaji patologi penyakit dan potensial 1. Membantu klien/keluarga agar mau
penyebaran infeksi pada dilakukan penyebaran infeksi melalui droplet mengerti dan menerima terhadap terapi
39.
diri sendiri maupun tindakan yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Identifikasi orag lain yang beresiko
2. Pengetahuan dan terapi dapat
orang lain berhubungan perawatan
(anggota keluarga/teman)
meminimalkan kerentanan terjadinya
dengan virulensi selama ....... 40.
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin penyebaran
kuman, pertahanan ..x24 jam,
3. Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
pada tisu dan menghindari meludah
primer tidak adekuat, penyebaran
4. Lakukan tindakan isolasi sebagai penularan infeksi.
kurang pengetahuan infeksi 4. Mencegah infeksi yang bersumber dari
pencegahan
untuk menghindari tidak 5. Pertahankan teknik aseptic saat susceptible host
5. Mencegah terjadinya cross infection
terjadi, melakukan tindakan perawatan
pemajanan pathogen. 42.
6. Beritahu klien dan keluarga tentang
dengan 6. Pengobatan tuntas sangat penting untuk
36. pentingnya pengobatan yang tuntas
kriteria mencegah resistensi kuman terhadap abat
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Untuk membunuh kuman TBC
hasil :
tuberculosis 43.
Klien/keluarga dapat 41.
mengidentifikasi tindakan untuk
mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Klien/keluarga menunjukkan
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang
aman.
38.
44. Kurang 46. Setelah 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
48.
pengetahuan mengenai dilakukan keluarga pasien sampai mana
2. Berikan pendidikan kesehatan
2. Agar keluarga pasien mengetahui dan tidak
kondisi, aturan tindakan tindakan
berkaitan dengan penyakit pasien
cemas
dan pencegahan perawatan 3. Jelaskan setiap tindakan keperawatan
3. Untuk mengurangi kecemasan keluarga
penyakit berhubungan selama ....... yang akan dilakukan
pasien
49.
dengan kurang/tidak ..x24 jam,
lengkap informasi yang pengetahua
ada. n
45.
klien/keluar
ga
meningkat,
dengan
kriteria
hasil :
Klien/keluarga memahami proses
penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Klien/keluarga melakukan
perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan
47.
50.
51.

52.
D 53. Tujuan 54. Intervensi 55. Rasional

56. 58. Setelah 1. Kenali kekhawatiran dan 1. Dapat menurunkan stress


P dilakukan kebutuhan orang tua untuk informasi 60.
tindakan dan dukungan 61.
57. perawatan 2. Gali perasaan dan masalah 2. Memudahkan dalam pemilihan
selama ....... seputar hospitalisasi dan penyakit intervensi
..x24 jam, anak 62.
terjadi 3. Berikan informasi seputar 3. Untuk menurunkan ansietas yang
penguranga kesehatan anak dialami keluarga
n ansietas4. Berikan dukungan sesuai 4. Meningkatkan kemampuan koping
keluarga, kebutuhan 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
dengan 5. Anjurkan perawatan yang
kriteria berpusat pada keluarga dan anjurkan
hasil : anggota keluarga agar terlibat dalam
perawatan.
Kecemasan keluarga berkurang

Secara verbal keluarga mengatakan
cemas berkurang
59.
63.
64.DAFTAR PUSTAKA

65. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.


Jakarta: EGC; 2001.
66.
67. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.
68.
69. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih
bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001.
70.
71. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarths textbook of medical-
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC;
2000.
72.
73. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2001.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA An
N
105. DENGAN DIAGNOSA MEDIS
106. TUBERCULOSIS PARU
107. DI POLI ANAK RSUD Dr. R. SOEDJONO
SELONG LOMBOK TIMUR
108.
109.
110. Nama mahasiswa : Abdul Hanan
111. Tempat praktek : Poli Anak
112. Tanggal pengkajian : 03 April 2017
113.
A. IDENTITAS PASIEN
114. Nama : An N
115. Tempat tanggal lahir : Cengok, 20 Juni 2008
116. Tanggal pemeriksaan : 03 April 2017
117. Umur : 9 Tahun
118. Anak ke : Pertama
119. Nama ayah : Tn S
120. Nama ibu : Ny R
121. Pendidikan ayah : Sarjana
122. Pendidikan ibu : Sarjana
123. Pekerjaan ayah : Mengajar
124. Pekerjaan ibu : Mengajar
125. Agama : Islam
126. Suku /Bangsa : Sasak/Indonesia
127. Nomer Rekam Medis : 12-02-85
128. Tanggal masuk rumah sakit/poli : 03 April 2017
129. Alamat : Suralaga
130. Diagnose medis : TBC
131. Sumber informasi : Orang tua Ayah dan Ibu
132.
133.
134.
135.
136.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
137. Orang tua mengatakan anaknya batuk sudah satu bulan
yang lalu
2. Riwayat kesehatan sekarang
138. Orang tua mengatakan ke rumah sakit atau poli anak untuk
mengontrol kesehatan anaknya dikarenakan batuk batuk terus.
3. Riwatat kehamilan dan persalinan
a. Prenatal
139. Ibu mengatakan tidak memiliki kelainan khusus selama
hamil, ibu mengatakan tidak memiliki penyakit atau pendarahan saat
kehamilan, ibu mengatakan rutin memeriksa kehamilannya secara
teratur.
b. Natal
140. Ibu mengatakansaat melahirkan anak pertama maupun anak
ke dua secara normal kemudian saat lahir bayi langsung menangis.
c. Post natal
141. Orang tua mengatakan anaknya tidak pernah menderita
penyakit yang parah hanya saja pernah menderita penyakit ringan
seperti panas dan demam pada saat bayi
4. Riwayat penyakit keluarga
142. Orang tua mengatakan ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien yaitu ayah. Ayah
mengatakan pernah menderita penyakit TBC tetapi setelah meminum obat
selama 6 bulan penyakit yang diderita sembuh sampai sekarang.
5. Riwayat penyakit dahulu
143. Orang tua mengatakan anaknya pernah menderita penyakit
yang sama seperti yang diderita sekarang ini tetapi setelah meminum obat
selama enam bulan penyakit yang diderita sembuh. Tapi sekarang penyakit
itu kambuh lagi dan harus minum obat lagi.
144.
145.
146.
147.
148.
6. Genogram
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163. Keterangan :
164.
165. : Laki-Laki
166. : Perempuan
167. : Laki-Laki meninggal
168. : Perempuan meninggal
169. : Pasien
170. : Garis pernikahan
171. : Garis keturunan
172. : Tinggl serumah
173.
7. Riwayat imunisasi
174. Orang tua mengatakan selalu dating ke tempat imunisasi
dan anaknya mendapat imunisasi lengkap.
8. Riwayat sosisal dan lingkungan
a. Yang mengasuh
175. Orang tua mengatakan anaknya diasuh oleh dia sendiri dan
kadang kadang diasuh juga oleh kakek dan neneknya.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
176. Ayah mengatakan anaknya selalu berhubungan dengan
harmonis baik dengan orang tuanya maupun dengan anggota keluarga
yang lain.
177.
c. Hubungan dengan teman sebaya
178. Ayah mengatakan anaknya suka berain dengan teman
sebayanya dirumah, di sekolah maupun tempat yang lainnya.
d. Pembawaan secara umum
179. Ayah mengatakan anaknya aktif dan dapat bersosialisasi
dengan teman-temannya di sekolah maupun dirumah.
e. Lingkungan rumah
180. Ayah mengaatakan lingkungan rumah cukup bersih,
halaman yang bersih, memiliki ventilasi yang selalu dibuka di pagi
hari dan di tutup di malam hari, memiliki pencahayaan yang cukup.
181.
C. HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan antropometri
a. Berat badan : 23 Kg
b. Tinggi badan : 123 Cm
c. Indek Massa Tubuh
BB 23 23
= = =15,20
182. TB X TB 123 x 123 15129
183. Status gizi pasien baik menurut Standar penilaian status gizi
umur 8 sampai 18 tahun berdasarkan IMT menurut umur ( WHO 2007)
2. Pemriksaan fisik
184. Keadaan umum baik
185. Kesadaran Compos Mentis , E : 4 , V : 5, M : 6,
GCS : 15
186. Tanda tanda Vital : Suhu 36,7 C, nadi 76 x/menit,
napas 18 x/menit
a. Kepala
187. Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tekstur rambut
halus, warna rambut hitam, tidak mudah rontok, kebersihan rambut
bersih.
b. Mata
188. Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor,
sclera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Hidung
189. Hidung bilateral, tidak terdapat secret, kebersihan hidung
bersih.
190.
d. Telinga
191. Telinga normal simetris, tidak terdapat nyeri tekan, lubang
telinga bersih, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
e. Mulut
192. Mukosa mulut lembab, bibir normal, kebersihan rongga
mulut bersih, tidak terdapat karies pada gigi.
f. Leher
193. Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis
tidak membesar.
g. Ekstremitas
194. Tidak terdapat fraktur kanan dan kiri, tidak ada dislokasi
kanan dan kiri, kekuatan otot kuat kanan dan kiri.
h. Integument
195. Kulit normal, akral hangat, turgor kulit baik, kelembapan
normal, tidak terdapat odem, suhu 36,7 C.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
222. Pemeriksaan darah lengkap
223.

224.

225.

226.

227.

228. Pemeriksaan imunologi dan serologi


229.

230.

231.
232.

233.

E. PENATALAKSANAAN TERAFI
234.
235. 236. Terafi 237. Dos 238. Frek 239. Je
No is uensi nis
240. 241. cefixi 242. 1 243. 2 x 244. Si
1 cth sehari rup
245. 246. Caviflex 247. 1cth 248. 2 x 249. Si
2 sehari rup
250. 251. Salbutamol 252. 2 253. 3 x 254. Pu
3 mg sehari yer
255. 256. Dexametason 257. 0,25 258. 3 x 259. Pu
4 mg sehari yer
260. 261. Cetirizine 262. 4 263. 3 x 264. Pu
5 mg sehari yer
265. 266. Ambroxol 267. 11 268. 3 x 269. Pu
6 mg sehari yer
270. 271. OAT fase intensif 272. 5 273. 1 x 274. Ta
7 00 sehari blet
275.
276. System Skoring OAT
277.
278. ANALISA DATA

279. Nama Klien : An N Tanggal


Pengkajian : 03 April 2017
280. Register : 12-02-85 Diagnosa
Medis : TBC

281. 282. Data 283. Etiolo 284. Masala


gi h
285. 286. DS : 291. Droplet 307. Resiko tinggi penyebaran infeksi
287. Orang tua nucler/dahak pada diri sendiri maupun orang lain
mengatakan yang
berhubungan dengan virulensi kuman,
mengandung
anaknya batuk basil TBC pertahanan primer tidak adekuat, kurang
sudah 1 bulan (Mycobacteriu pengetahuan untuk menghindari
dan m
pemajanan pathogen.
Tuberculosis)
amengatakan 292. 308.
keluar dahak 293. Dihirup
warna putih masuk paru
294.
288.
295. Mycoba
289. DO : cterium
Tanda tanda Vital : Suhu 36,7 C, nadi menetap/dorma
76 x/menit, napas 18 x/menit nt
Mantoux test : 20 mm 296.
3
WBC : 15,99 10 /mL 297. Imunitas
tubuh menurun
290. 298.
299. Membe
ntuk sarang TB
300.
301. Batuk,
bersin
302.
303. Resiko
tinggi
304. Penyeba
ran kuman
305.
306.
309. 310. 311. 312.
313. 314. 315. 316.
317. 318. 319. 320.
321.
322. DIAGNOSA KEPERAWATAN
323.
324. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

365. Nama Klien : An N Tanggal


Pengkajian : 03 April 2017
366. Register : 12 02 85 Diagnosa Medis :
TBC
369. 370. T
371. Interve
D ujuan
368. T nsi
367. Dan 372. Rasional
gl Keperawata
Kriteri
n
a Hasil
373. 374.
375. Resiko 377. Se 1. Kaji patologi penyakit dan potensial 1. Membantu klien/keluarga
03/04/1
tinggi telah penyebaran infeksi melalui droplet agar mau mengerti dan
penyebaran dilakuka 379. menerima terhadap terapi
infeksi pada diri n 2. Identifikasi orag lain yang beresiko yang diberikan untuk
sendiri maupun tindakan (anggota keluarga/teman) mencegah komplikasi.
380. 2. Pengetahuan dan terapi dapat
orang lain perawata
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin
berhubungan n selama meminimalkan kerentanan
pada tisu dan menghindari meludah
dengan virulensi 1 x 30 terjadinya penyebaran
381.
kuman, menit, 3. Kebiasaan ini untuk
4. Beritahu klien dan keluarga tentang
pertahanan penyebar mencegah terjadinya
pentingnya pengobatan yang tuntas
primer tidak an 382. penularan infeksi.
5. Kolaborasi pemberian obat anti 4. Pengobatan tuntas sangat
adekuat, kurang infeksi
tuberculosis penting untuk mencegah
pengetahuan tidak
resistensi kuman terhadap
untuk terjadi,
menghindari dengan 383. abat
pemajanan kriteria 5. Untuk membunuh kuman
pathogen. hasil : TBC

376.
Klien/keluarga dapat 384.
mengidentifikasi tindakan
untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Klien/keluarga menunjukkan
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan
yang aman.

378.
385. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

386. Nama Klien : An N Tanggal Pengkajian :


03 April 2017
387. Register : 12 02 85 Diagnosa Medis : TBC

390. 393. Resp


389. 391. 392. Implementa 394.
388. D on Hasil
si Keperawatan

395. 396.
397. Resiko tinggi 399.
1. Mengkaji patologi penyakit dan potensial 1. Ayah pernah mengalami 410.
03/04/1
penyebaran infeksi penyebaran infeksi melalui droplet penyakit yang sama
2. Mengidentifikasi orag lain yang beresiko
pada diri sendiri 400. seperti anaknya
(anggota keluarga/teman) 2. Ayah pernah mengalami
maupun orang lain 401.
3. Menganjurkan klien untuk batuk / bersin
penyakit yang sama
berhubungan dengan
pada tisu dan menghindari meludah
virulensi kuman, 4. Memberitahu klien dan keluarga tentang seperti anaknya
402.
3. Anak tampak mengerti
pertahanan primer 403. pentingnya pengobatan yang tuntas
5. Berkolaborasi pemberian obat anti dan paham dengan
tidak adekuat,
tuberculosis penjelasan perawat
kurang pengetahuan 404. 4. Orang tua tampak
untuk menghindari 405. 409. mengerti dengan
pemajanan penjelasan perawat
pathogen. 5. Pasien mendapat obat
406.
anti tbc di minum pada
407.
398.
pagi hari 5 tablet

408.
411.
412. EVALUASI KEPERAWATAN
413.
414. Nama Klien : An N Tanggal Pengkajian :
03 April 2017
415. Register : 12 02 85 Diagnosa Medis : TBC
418. Di 420.
417. agnosa Par
416. 419. Evaluasi Keperawatan
Keperaw
atan
421. 422.
423. Resiko tinggi 425. S: 434.
03/04/ 426. Orang tua mengatakan anaknya
penyebaran infeksi pada diri
batuk sudah 1 bulan dan
sendiri maupun orang lain amengatakan keluar dahak warna
putih
berhubungan dengan virulensi
427. O:
kuman, pertahanan primer tidak Tanda tanda Vital : Suhu 36,7 C, nadi 76 x/menit,
adekuat, kurang pengetahuan 428. napas 18 x/menit
Mantoux test : 20 mm
untuk menghindari pemajanan 3
WBC : 15,99 10 /mL
pathogen.
429. A:
430. Masalah belum teratasi
424.
431. P:
432. Intervensi dilanjutkan
433.
435. 436. 437. 1. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari 439.
meludah
2. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang
tuntas
3. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
438.
440. 441. 442. 443. 444.
445.

Anda mungkin juga menyukai