Kasus Bedah
Kasus Bedah
Tekananintra
Tekanan
abdomen meningkat
Dinding abdomen
melemah
X
X
Hernia
Muntah Nyeri
Abdomen lambung
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut
melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia, jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia
akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kantong hernia
terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus
juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi.
Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah
benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).
Pengobatan yang umum dilakukan pada penderita hernia adalah operasi.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi (Grace dan Borley 2002).
III.2 Identitas Pasien
Nama : Tn. K
No. Rekam Medik : 56298
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 2 Maret 1970
Usia : 45 tahun
Masuk RSUKT : 23 November 2015
Ruang Rawat : Mawar
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Proyek
Alamat : Rawa Lini RT 002 RW 006 Desa Teluk Naga
Assessment
Asesmen gizi merupakan suatu proses pengkajian secara sistematis
terhadap pasien untuk mendapatkan, memverifikasi, dan menginterprestasikan
data yang dibutuhkan untuk mengetahui masalah terkait gizi pada pasien. Proses
asesmen merupakan proses yang dinamis, tidak linear yang tidak hanya berupa
pengumpulan data awal saja melainkan juga dilakukan proses re-assesment. Ada
lima hal yang dapat diidentifikasi pada proses asesmen yaitu, antopometri,
biokimia, fisik, pola makan dan riwayat personal pasien (Academyc of Nutrition
and Dietetics 2013).
Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Pengukuran
yang dilakukan dapt berupa pengukuran berat badan, tinggi badan/panjang badan,
lingkar lengan, lingkar kepala, dan tinggi lutut. Hasil pengukuran ini kemudian
dibandingkan dengan standar untuk menilai dan menentukan status gizi pasien,
sehingga dapat diberikan intervensi yang sesuai dengan keadaan pasien. Data
antropometri yang diperoleh terdiri dari berat badan dan tinggi badan. Berikut ini
merupakan hasil pengukuran antropometri pada pasien Tn.K.
Tabel 2 Nilai antropometri tanggal 16 November 2015
No Antropometri Nilai Ket.
1 BB 49 kg -
2 TB 160 cm -
3 BB ideal 54 kg -
5 Usia 45 tahun -
2
6 IMT 19.1 kg/cm Normal (WHO 2004)
Biokimia
Data biokimia diperoleh dari hasil pemeriksaan yang berguna untuk
mengetahui kelainan fisiologis tubuh pasien. Data biokimia meliputi hasil
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status
metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi
harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap,
termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu
proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat
mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi
pertimbangan (PGRS 2013). Berikut hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada
tanggal 2 Oktober 2015.
Tabel 3 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Oktober 2015
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Keterangan
Hemoglobin (g/dl) 13.2 17.3 13.6 Normal
Hematokrit (%) 40-52 40 Normal
Leukosit (103/L) 3.8-10.6 6.9 Normal
Trombosit (103/L) 150-440 40 Normal
LED (mm/jam) 0-10 7 Normal
GDS (mg/dl) 0<180 93 Normal
SGOT (U/L) 0-50 14 Normal
SGPT (U/L) 0-50 11 Normal
Ureum (mg/dl) 10-50 29 Normal
Creatini (mg/dl) 0<13 0.8 Normal
Natrium (mEq) 135-147 144 Normal
Kalium (mEq) 3.5-5 3.8 Normal
Klorida (mEq) 96-105 115 Tinggi
Sumber : Rekam medik No 64228 Rawat Inap Cempaka, RSU Kabupaten Tangerang
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa hasil pemeriksaan hematologi
pasien yang terdiri dari hemoglobin, leukosit, trombosit, dan hematoktrit
tergolong normal. Hasil pemeriksaan karbohidrat yaitu GDS tergolong normal,
hasil pemeriksaan fungsi hati yaitu SGPT dan SGOT tergolong normal, hasil
pemeriksaan fungsi ginjal yaitu kadar ureum dan kreatinin pun tergolong normal
selain itu hasil pemeriksaan elektrolit yaitu natrium dan kalium tergolong normal
namun klorida tergolong tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh dehidrasi,
peningkatan natrium, penggunaan obat kortison dan asetazolamin. Secara
keseluruhan keadaan hematologi, fungsi hati, ginjal dan gula darah pasien
tergolong baik.
Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa tanda fisik pasien yang terdiri
dari tekanan darah, pernafasan, suhu tubuh serta nadi tergolong normal, ini
menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan yang baik.
Riwayat Gizi
Riwayat gizi pasien diperoleh melalui proses wawancara dengan pasien.
Wawancara ini meliputi alergi makanan, makanan yang disukai dan tidak disukai
oleh pasien, serta pola makan pasien sehari-hari sebelum masuk rumah sakit.
Pengkajian gizi ini bertujuan untuk menentukan jenis makanan yang akan
diberikan ke pasien saat intervensi.
Tabel 6 Riwayat gizi An. SN
Bahan Makanan Alergi
Telur -
Susu/Produk olahannya -
Gluten/Gandum -
Udang -
Ikan -
Kacang-kacangan -
Lainnya -
Keterangan : () = alergi, (-) = tidak alergi
Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui bahwa asupan energi dan zat gizi
pasien tergolong baik dilihat dari persentase asupan energi dan zat gizi pasien
telah mencapai lebih dari 80% kebutuhan. Pasien biasanya dalam sehari dapat
mengonsumsi nasi 4P, lauk hewani 3P, lauk nabati 2P, buah 2P, 1P roti dan 3P
kopi.
Riwayat Personal
Pasien tinggal bersama istri dan dua orang anak, serta aseorang adik.
Pasien merupakan lulusan SD, dan bekerta sebagai buruh rebutan. Istri pasien
merupakan ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi pasien tergolong menengah
kebawah. Pasien memiliki riwayat asam urat dari ibu.
Preskripsi Diet
Diberikan diet : NB 1700
Bentuk : Makanan biasa
Jalur : Oral
Frekuensi : 3 kali makan utama 2 kali makan selingan
Implementasi
Diberikan diet biasa sesuai dengan kebutuhan pasien dengan energi
sebesar 1700 kkal pada hari pertama dan kedua pengamatan, kemudian
ditingkatkan menjadi 2080 kkal namun diberikan secara bertahap dimulai dari
80% kebutuhan pasien yaitu 1700 kkal pada hari ketiga. Perencanaan pemberian
makan pasien dijadwalkan 3 kali makan utama yaitu makan pagi, siang dan malan
serta 2 kali makan selingan yaitu selingan pagi dan selingan sore. Berikut
pembagian makan sehari pasien dalam satuan penukar dan tingkat ketersedian gizi
pasien.
Tabel 8 Pembagian makan intervensi hari ke-1 Tn.K
Golongan Pembagian Porsi Makan (P)
Makanan Pagi Selingan I Siang Selingan II Malam
Makanan Pokok 1.0 0.0 1.5 0.0 1.5
Protein Hewani 0.6 0.0 3.1 0.0 1.5
Protein Nabati 0.4 0.0 0.0 0.0 0.5
Sayuran 0.2 0.0 0.8 0.0 1.0
Buah-buahan 0.0 0.0 0.5 0.0 1.3
Gula 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Minyak 1.0 0.0 1.4 0.0 1.0
Susu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Snack 0.0 0.7 0.0 1.5 0.0
Tabel 9 Tingkat ketersediaan intervensi hari ke-1
Zat Gizi Kebutuhan Ketersediaan % Ketersedian Keterangan
Energi (kkal) 1601 1704 106.4 Baik
Protein (g) 60.0 58 96.7 Baik
Lemak (g) 44.5 48 107.9 Baik
Karbohidrat (g) 240.2 299 124.6 Lebih
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa tingkat ketersediaan energi dan zat
gizi pasien selama tiga hari intervensi tergolong baik, telah mencapai 90%
kebutuhan.
Konseling Gizi
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diketahui bahwa pasien selalu
melewatkan makan malam, pasien juga tidak menyukai sayuran. Pasin sudah
mengetahui jenis makanan yang dihindari terkait dengan penyakit asam urat yang
diderita pasien. Berdasarkan hasil wawancara tersebut pasien diberikan konseling
mengenai gizi seimbang, pola makan yang baik, serta jenis makanan yang
anjurkan dan dihindari terkait penyakit asam urat pasien. Konseling dilakukan
dengan tatap muka langsung dan tanya jawab.
III.5.4 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring Asupan
Monitoring asupan sangat penting untuk mengetahui tingkat kecukupan
gizi pasien selama intervensi, selain itu untuk menilai asupan makanan pasien
meningkat atau menurun sehingga dapat dikoreksi. Berikut Tabel 14 tingkat
kecukupan gizi pasien selama tiga hari intervensi.
Tabel 14 Tingkat kecukupan gizi pasien
Zat Gizi Kebutuhan Asupan
1&2 3 Ke-1 % Ke-2 % Ke-3 %
E (kkal) 1601 1664 1528 95.4 1535.4 95.9 1368 82.2
Monitoring Antropometri
Monitoring antropometri digunakan untuk menentukan status gizi pasien.
Pengukuran atropometri hanya dilakukan sekali yaitu pada hari pertama intervensi
sehingga antropometri pasien tidak dapat dimonitoring, hal ini dikarenakan pasien
kesulitan untuk berdiri untuk ditimbang karena baru selesai menjalani operasi
pada bagian selangkang pasien, sedangkan pengukuran melalui LILA
dikhawatirkan hasilnya akan menjadi bias karena pengukuran BB sebelumnya
dilakukan langsung dengan timbangan.
Monitoring Biokimia
Monitoring biokimi ditujukan untuk melihat perkemabangan nilai
biokimia pasien terutama hasil biokimia yang berkaitan dengan gizi. Hasil
pemeriksaan biokimia pasien hanya dilakukan satu kali selama tiga hari intervensi
yaitu pada hari pertama intervensi tanggal 24 November 2015. Berikut hasil
pemeriksaan laboratorium pasien disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 November 2015
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Keterangan
Hemoglobin (g/dl) 13.2 17.3 14.6 Normal
Hematokrit (%) 40-52 43 Normal
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Keterangan
Leukosit (103/L) 3.8-10.6 7.1 Normal
Trombosit (103/L) 150-440 263 Normal
Sumber : Rekam medik No 64228 Rawat Inap Cempaka, RSU Kabupaten Tangerang
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa hasil pemeriksaan hematologi
pasien yang terdiri dari hemoglobin, leukosit, trombosit, dan hematoktrit
tergolong normal.
Nilai Hasil
Pemeriksaan
Rujukan 25/11/15 26/11/15 27/11/15
Takanan darah (mmHg) 80-120 110/80 110/80 110/70
Suhu (C) 36-37 37 36 36
Pernapasan (kali/menit) 18-20 20 20 20
Mual - - -
Nafsu makan berkurang - -
Lemas - - -
Pusing - - -
Nyeri pada benjolan hernia
Perubahan warna pada area - - -
selangkangan
Sumber : Rekam medik No 00063488 Rawat Inap Anyelir Atas, RSU Kabupaten Tangerang
Keterangan : () = ada, (-) = tidak ada
III.6 Resume
Pasien Tn.K didiagnosa medis Hernia scrotalis dextra reponible dengan
diagnosa gizi utama NI.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi berkaitan dengan
pembedahan yang dialami pasien ditandai dengan peningkatan kebutuhan energi
sebesar 30% dari kebutuhan menjadi 2080 kkal. Hari pertama dan kedua
intervensi atau sebelum operasi diet pasien masih diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien ketika sehat namun setelah operasi atau intervensi hari ketiga
kebutuhan pasien meningkat. Operasi yang dijalani pasien menyebabkan
peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi pasien menjadi energi 2080 kkal,
protein 78 g, lemak 57.8 g dan karbohidrat 312 g, diet diberiak secara bertahap
dimulai dari 80% kebutuhan setelah operasi yaitu energi 1664 kkal, protein 62.4 g,
lemak 46.2 g, dan karbohidrat 249.6 g. Selama tiga hari intervensi tingkat
ketersedian energi dan zat gizi pasien mencapai 90% kebutuhan sedangkan asupan
mencapai 80% kebutuhan pasien. Hasil pemeriksaan biokimi, fisik dan klinis
pasien selama tiga hari intervensi tergolong normal, pasien pun memeatuhi
anjuran gizi yang telah disampaikan.