Refrat BSK
Refrat BSK
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini dapat terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama
dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan
uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis
maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik
yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter
terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri
kram yang hebat.
Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan dalam bentuk urine (air kemih).
Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter), dan saluran kemih
bawah. Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut:
a. Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan organ yang
berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya
sekitar 2,5 cm. Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di
bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis
renalis ke dalam kandung kemih. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Selama 24 jam
dapat menyaring darah 170 liter. Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring limbah
metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu mengatur tekanan
darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium. Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan
dalam melalui suatu proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif,
dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah
terbentuk. Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari
substansi-substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian
memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama
manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan keseimbangan osmostiknya. Gangguan fungsi
ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus urinearius dan dapat berakibat
disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan dari paremkim ginjal. Berikut ini adalah
gambar anatomi ginjal normal dan ginjal dengan BSK :
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung
kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Saluran
ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati
pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut
dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter). Lapisan
dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah
terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia). Setiap ureter akan
masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur
muskuler yang dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa
lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari
ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.
a. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh
membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung air
kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan
darah. Dalam menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu
untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml. Kandung kemih bersifat elastis,
sehingga dapat mengembang dan mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi,
kandung kemih terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung
kemih akan berada pada abdomen di atas pubis. Dimana ukurannya secara bertahap
membesar ketika sedang menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah.
Apabila kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan
pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung
kemih dan uretra akan membuka dan akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu,
secara bersamaan dinding kandung kemih berkontraksi yang menyebabkan terjadinya
tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih keluar menuju uretra.
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-
kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang pubis ke bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra
prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran
terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih
luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa.
Uretra membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra
kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm. Pada
wanita, uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina dan uretra
disini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-
laki.
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu :
1. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar
terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk
tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan
terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi
dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air
dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah
kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan
pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan
pH air kemih.
2. Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel
tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat
akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga
terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%,
heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu
batu akan semakin membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang
timbulnya batu.
4. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda
sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi
heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang
menempel pada kristal asam urat yang ada.
5. Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa
teori yang ada.
6. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu.
Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit
dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan
molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu
survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang
menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas,
dan Staphiloccocus. Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana
penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram
negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat
mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu,
kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan membesar.
Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah
yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :
1. Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada
orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal
ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah
berubah dari aliran lamine r menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran
turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls
plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu.
2. Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat
sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi). Menurut
Hardjoeno diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam
jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang
menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam
urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian
merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan
nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal
terapi pada penderita BSK.
2.3.2 Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan disekitarnya.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50 tahun,
sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab
pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan
faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk
(2005) di RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49
tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada
usia 30-50 tahun.
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga
kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian
BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada lakilaki yang
lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-
laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air kemih
perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta
adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi
garam kalsium. Insiden BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-
300 per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000
populasi.
3. Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit
BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut
sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan,
dkk (2005) di RS. Sedney Australia berdasarkan keturunan proporsi BSK pada
laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1. Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi
oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung
mineral seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi
menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya.
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi
predoposisi kejadian BSK.
2. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya banyak
ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan
kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan
lebih berisiko menderita penyakit BSK.
3. Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila
jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air
kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK.
4. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya
saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah
600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko
terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama
protein hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam
urat dalam darah akan naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.
5. Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk
dalam melakukan pekerjaannya.
6. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi
dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena
kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. d. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel darah merah bersama
dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat
membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
d. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual
dan muntah.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi
sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar
penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang
cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK
sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin
sesuai dengan kemampuannya.