LATAR BELAKANG
Tabel 1.1
NO DESA AWAL BULAN INI LAHIR MENINGGAL DATANG PIND
L P L+P L P L+ L P L+P L P L+ L
P P
1 KOPER 2144 2381 4525 2 2 4 1 2 3 - - - -
2 PATRASAN 2649 4092 6741 1 1 2 2 - 2 - - - 1
A
3 RENGED 3784 3871 7655 - - - - - - - - - -
4 TALOK 3199 3358 6557 - - - - - - - - - -
Grafik 1.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Puskesmas Kresek Tahun 2016
7000
5250
1750
1.5
Region 1
1
0.5
0
a b c d e f g h i
Keterangan :
A. Kresek (198)
B. Talok (116)
C. Renged (174)
D. Patrasana (95)
E. Pasirampo (50)
F. Koper (55)
G. Jengkol (36)
H. Kemuning (29)
I. Rancailat (10)
Grafik 1.2
33%
Laki-laki Perempuan
67%
4500
3000
Region 1
1500
0
a b c d e f g h i j
1.2.2
Jumlah Angka Kesakitan
Sepuluh Besar Penyakit
Grafik 1.3
10 Besar Penyakit di Puskesmas Kresek
Keterangan :
a ISPA (5477)
b Gastritis dan Duodenitis (1347)
c Hipertensi dan Duodenitis (1227)
d Faringitis Akut (1074)
e Faringitis (1035)
f Kehamilan dan Persalinan (1010)
g Demam Yang Tidak DIketahui Penyebabnya (979)
h Dermatitis Lainnya (944)
i Gangguan Perkembangan (870)
j Diare dan Gastroenteritis (852)
Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas) berada di posisi teratas yaitu 5477, diikuti gastritis
sebanyak 1347 dan hipertensi 1227, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) yaitu penyakit
diare sebanyak 852 kasus.
Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gastritis juga banyak
terjadi di wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang berulang-ulang.
1.2.3 Penyakit Menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari :
a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada
kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di semua wilayah.
Tabel 1.2
Data Kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2016
4.5
Region 1
3
1.5
0
a b c d e f g h i
Grafik
1.4
Jumlah Penderita DBD Per Desa Puskesmas Kresek Tahun 2016
Keterangan :
a. Kresek (6)
b. Talok (2)
c. Renged (6)
d. Patrasana (0)
e. Pasirampo (1)
f. Koper (0)
g. Jengkol (2)
h. Kemuning (0)
i. Rancailat (3)
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh protozoa parasit
golongan Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan Nyamuk Anopheles. Di
wilayah kecamatan Kresek sampai sekarang belum ditemukan penderita malaria.
c. Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang bersifat kronik
(menahun) disebabkan oleh cacing filariasis ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Penderita filariasis dari 2011 s.d 2014 tidak ditemukan.
Tabel 1.3
Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
250
200
150
Region 1
100
50
0
a b c d e f g h i
Grafik
1.5
Jumlah Diare Yang DI Tangani Perdesa di Wilayah Puskesmas Kresek
Keterangan :
a. Kresek (198)
b. Talok (116)
c. Renged (174)
d. Patrasana (95)
e. Pasirampo (50)
f. Koper (55)
g. Jengkol (36)
h. Kemuning (29)
i. Rancailat (10)
Dari grafik di atas Desa Kresek menempati urutan pertama sebanyak 198 penderita, diikuti
terendah Desa Renged 174 penderita, dan Desa Talok 116 penderita. Adapun daerah terendah
penderita diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat sebanyak 10 penderita.
b. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan
Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata-rata 3-5 tahun. Di wilayah kerja
puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit kusta baru sebanyak 20
penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering sebanyak 2 orang dan kusta
Multi Basiler (MB) / Kusta Basah sebanyak 18 orang.
Grafik 1.6
10%
PB MB
90%
d. Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan oleh iritasi
kimia/fisik dari paru-paru akibat penyakit lain.
Pada tahun 2016 di Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia
ditemukan dan ditangani sejumlah 112 kasus.
Grafik 3.7
Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun
48%
P 52% L
a. TB Paru
Penderita tuberkulosis paru (TB Paru) di puskesmas Kresek tahun 2016
ditemukan suspek 431 kasus sedangkan TB paru BTA + dan diobati sebanyak 58
kasus.
Grafik 1.8
Penderita Kasus Suspek TB Paru BTA +
300
225
150
Region 1
75
0
L = suspek L = BTA+ P = suspek P = BTA +
Puskesmas Kresek
Tahun 2016
1.2.5 Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,
pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Laki-laki = 12 Perempuan = 22
65%
Grafik 1.9
Kasus Balita Gizi Yang Ditemukan dan Di Rawat
1200
800
Region 1
400
K1
K4
Grafik 1.10
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi
d. Melakukan MD
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.394 ibu bersalin, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 1.391 orang.
0%
100%
Grafik 1.11
Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kresek
Grafik 1.13
Jumlah Kunjungan Neonatal KN1 dan KN Lengkap
Puskesmas Kresek Tahun 2016
44%
Perempuan Laki-laki
56%
Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2016 sebanyak 71
atau mencapai (5.2%).
712.5
700
687.5
Laki-laki Perempuan
675
662.5
650
637.5
Jumlah Bayi 1.366
Grafik 1.14
Jumlah BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas Kresek Tahun 2016
Pembiayaan Kesehatan
Selain sumber daya manusia dan sarana dalam suatu kesehatan juga
memerlukan biaya operasional yang merupakan salah satu factor pendukung dalam
peningkatan pelayanan, baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. Adapun
sumber biaya yang dipergunakan Puskesmas Kecamatan Kronjo untuk menunjang
pelaksanaan Program Puskesmas berasal dari APBD Kabupaten, (Operasional),
Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) juga terdapat sumber biaya dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Berikut gambaran persentase sumber biaya sebagai berikut:
14%
4%
82%
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Kaji yang tinggal di RT 020 RW 001 Desa Kresek,
Kampung Bojong Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari seorang
kepala keluarga, istri dan 4 orang anak. Tn. Kaji bekerja sebaga buruh harian lepas dengan
latar belakang pendidikan SD. Penghasilan Tn. Kaji tidak menentu tergantung pekerjaan
yang dikerjakannya, jika sedang ada kerjaan Tn. Kaji mendapatkan penghasilan sebesar
Rp. 100.000 per hari. Istrinya, Ny. Akilah bekerja sebagai ibu rumah tangga dan latar
belakang pendidikan Ny. Akilah hanya sampai bangku SD. Pernikahan Tn. Kaji dan Ny.
Akilah dikaruniai empat orang anak bernama Nn.Fitriyani yang sekarang berusia 21 tahun,
Tn. Ahmad Roni yang sekarang berusia 17 tahun, An. M.Uham Adifirman yang sekarang
berusia 13 tahun dan An. Afrijal yang sekarang berusia 5 tahun.
2) Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Kaji terletak di pemukiman yang padat yang tidak ada jarak dari rumah satu
dengan yang lainnya. Di bagian depan terdapat jalan yang bisa dilewati motor, bagian belakang
terdapat tanah kosong. Di bagian kiri terdapat tanah kosong yang berisi tumpukan sampah.
Terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair.
3) Pola Makan
Keluarga Tn. Kaji memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Menu yang biasa
dimakan adalah tahu, tempe dan terkadang lauk berupa ikan serta sayur. Keluarga Tn. Kaji
sesekali mengkonsumsi buah-buahan pepaya, jika ada uang lebih.
5) Kebiasaan Berobat
Menurut Tn. Kaji, Biasanya apabila sakit mereka terbiasa berobat ke klinik, bidan
terdekat atau puskesmas kresek.
6) Riwayat Penyakit
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek,
dan diare.
5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring, terdapat tempat buang
air besar.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya seperti mandi, memasak, mencuci baju
keluarga Tn. Kaji menggunakan air satelit (air tanah). Air satelit (air
tanah) yang digunakan berwarna keruh, sedikit berbau, dan terdapat
ampas. Keluarga Tn. Kaji jarang membersihkan bak mandi. Sumber
air yang digunakan untuk minum dengan membeli air gallon isi
ulang.
7. Saluran Air Limbah rumah tangga di buang ke saluran yang akan menembus
pembuangan ke tempat khusus pembuangan limbah. Akan tetapi jarak dari rumah
limbah ke tempat pembuangan limbah sedikit jauh.
8. Tempat Sampah rumah tangga di kumpulkan didalam rumah menggunakan
pembuangan plastik. Jika plastik sampah sudah penuh, sampah akan dibuang ke
sampah tanah kosong di sebelah kiri rumah dan ditumpuk.
9. Lingkungan Di samping kanan rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan
sekitar rumah sekitar rumah keluarga Tn. Kaji masih banyak sampah yang
berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan
lingkungannya, karena jarang gotong royong.
Masalah Medis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Diare
b. Masalah Non Medis
Tingkat pendidikan yang kurang.
Membuang sampah di samping rumah.
Kurangnya pencahayaan di dalam rumah.
Ventilasi yang tidak baik.
Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
Kurangnya kesadaran dalam penggunaan air bersih.
Kurang sadarnya akan perilaku olahraga
Kurangnya perilaku hidup bersih sehat
Kurangnya perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar
v. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Aksan berobat ke sebuah puskesmas kresek
atau pun bidan desa dekat dengan rumahnya untuk berobat jika terdapat salah satu
anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, diare, demam. Menurut Ny. Rida jika penyakit
yang dialami tidak dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sahab yang beranggotakan tujuh orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Tujuh anggota tersebut di antaranya :
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sahab yang tinggal di RT 20 RW 01 Desa Kresek,
Kampung Bojong Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari seorang
kepala keluarga, seorang istri, seorang nenek, seorang sepupu ,dan tiga orang anak. Tn.
Sahab kepala keluarga berusia 60 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SD. Tn.
Sahab sebagai pekerja serabutan dipasar membantu orang lain berjualan di pasar. Untuk
keperluan sehari-hari Tn. Sahab menggunakan uang yang didapat hari itu juga.
KAMAR 1 DAPUR
TERAS
RUANG
KAMAR
2. Ruangan dalam Dalam rumah terdapat, satu ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi
rumah dan dapur.
3. Ventilasi Terdapat ventilasi pada seluruh ruangan rumah.
5. MCK Terdapat kamar mandi dan toilet. Lantai yang sudah dikeramik.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Tn. Sahab menggunakan air yang
berasal dari sungai
7. Saluran Air Limbah rumah tangga di buang ke parit belakang rumah dan air
pembuangan selalu menggenang
limbah
8. Tempat Sampah rumah tangga di buang di tanah kosong dekat rumah dan
pembuangan kemudian di bakar
sampah
9. Lingkungan Tidak terdapat perkarangan untuk menanam tanaman
sekitar rumah
Masalah Medis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Diare
Masalah Non Medis
Tingkat pendidikan yang kurang.
Membuang sampah tidak pada tempatnya
Kurangnya pencahayaan di dalam rumah.
Ventilasi yang tidak baik.
Menggunakan air sungai sebagai kebutuhan mandi dan mencuci
Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
Kurang sadarnya akan perilaku olahraga
Kurangnya perilaku hidup bersih sehat
Kurangnya perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar
4. Keluarga Binaan 4 Ny. Muflikah
5. Keluarga Binaan 5 Ny. Kholila
v. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Ny. kholila berobat ke sebuah puskesmas kresek
atau pun bidan desa dekat dengan rumahnya untuk berobat jika terdapat salah satu
anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek dan demam. Menurut Ny. kholila jika penyakit
yang dialami tidak dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.
Masalah Medis
1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2) Hipertensi
3) Demam
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan
Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya. (Harold, et all, 1975).
Gambar 1.9 Proses Metode Delphi
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga
binaan yang bertempat tinggal di RT 020/RW 001, Kampung Bojong, Desa Kresek,
Kelurahan kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka
dilakukanlah diskusi kelompok danmerumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
Perilaku penggunaan Air bersih, Desa Kresek, Kelurahan kresek, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Metode Delphi dalam penelitian
ini digunakan sebagai penentu area masalah.
Dari hasil presurvey yang kami lakukan, didapatkan data bahwa kelima
keluarga binaan kami memiliki masalah mengenai cara penggunaan serta pengelolaan
air bersih yang baik. Karena berdasarkan data dari keluarga binaan kami, beberapa
warga mengetahui bahwa air yang selama ini digunakan tidak baik bagi kesehatan
Namun karena tidak banyak yang dapat mereka lakukan, maka mereka menampung air
tersebut pada sebuah tempat penampuan air, yang tidak mereka kelola dengan baik,
Berdasarkan hasil kunjungan, presurvey dan observasi pada waktu yang berbeda kami
melihat keluarga binaan kami mempunyai masalah dengan perilaku dalam penggunaan
dan pengelolaan air.
Kebiasaan perilaku ini dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai
penyakit saluran cerna maupun penyakit lain seperti demam berdarah dengue (DBD).
Berdasarkan data skunder yang kami dapatkan dari Puskesmas Kresek, diare dan
demam berdarah dengue merupakan 10 penyakit tertinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kresek. Dan berdasarkan hasil presurvey kami temukan banyak anggota keluarga
binaan kami yang pernah mengalami penyakit diare dan demam berdarah dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur
atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan
diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas
sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini
lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku &
norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan
(Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku.
Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan
menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk
tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif.
Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara komponen yang
ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi
fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Menurut Hermawan (1988 : 41) air yang memenuhi syarat kesehatan air yang bersih,
jernih tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung kuman atau bahan lain yang berbahaya
bagi kesehatan. Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi 3 macam:
2. Air permukaan misalnya: air sungai, danau, laut, air yang diolah secara ilmiah
seperti air kali yang dibersihkan menjadi air minum.
c. Air hujan yaitu air yang jatuh langsung dari ruang angkasa.
Untuk pencegahan jenis air permukaan, bila air dipermukaan ini jenis air sungai yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari harus dijaga kebersihannya dari pencemaran.
Menurut Hermawan (1988 : 42) menjelaskan cara untuk menjaga air sungai ialah :
b. Jangan mengadakan penebangan pohon pohon yang berada di hulu sungai dan di
samping sungai sepanjang sungai itu.
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dari air hujan yang mengalir melalui saluran-
saluran ke dalam sungai. Air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai ini
sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air
minum harus diolah terlebih dahulu (Entjang, 1998:74).
Sumber air dapat berasal dari (i) air permukaan yang merupakan air sungai,
dan danau. (ii) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah
dangkal atau air tanah dalam. (iii) Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfer,
seperti hujan dan salju. Kualitas berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai
dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada disekitarnya. Air tanah dangkal
dan permukaan dapat berkualitas baik andai kata tanah sekitarnya tidak tercemar,
oleh karenanya air permukaan dan air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya
(Soemirat,2009)
Air adalah sumber penghidupan. Air memiliki peran yang sangat penting, organisme hidup
tidak dapat lepas dari air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Demikian pula
kebutuhan akan air bersih. Air bersih adalah air yang digunakan sehari-hari untuk kebutuhan
rumah tangga dasar. Ketersediaan air bersih menjadi langka saat ini karena disebabkan oleh
tercemarnya sumber-sumber air, penggunaan air sungai dan hujan, serta sumur-sumur yang
dibuat seadanya tanpa pelindung. (Samin, 2011, h. 55). Kondisi tersebut menyebabkan
masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan akses air bersih yang layak dari segi kualitas dan
kuantitas. Menurut Susilastuti (2011, h. 21) bahwa air bersih adalah air langsung dapat
diminum dengan syarat air tersebut aman (sehat) dan baik untuk diminum, tidak berwarna,
tidak berbau dengan rasa yang segar.
c) Berkurangnya ketersediaan air bersih (water supply) karena penurunan kapasitas dan
kualitas air di satu sisi, dan meningkatnya kebutuhan air (water demand) disebabkan
kenaikan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan ekonomi.
d) Kerugian dan kerusakan luar biasa yang diakibatkan oleh kekeringan (menimbulkan
kelangkaan air) dan kelebihan air (menimbulkan banjir, tanah longsor, dan erosi).
f) Efesiensi pemakaian air yang masih rendah. Sebagai, contoh untuk sektor pertanian
pemakai air sekitar 60 persen, sektor air bersih sekitar 65 persen dan pemakaian industri
sekitar 70 persen.
Untuk menjawab faktor permasalahan diatas supaya dapat menwujudkan kebijakan dan
strategi pengembangan air bersih, maka membutuhkan peran dari kelembagaan lokal dalam
penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih di masyarakat berkontribusi meningkatkan
derajat kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Nilai-nilai lokal masyarakat yang di
institusionalisasikan pada kelembagaan berupa norma, regulasi, dan kultural-kognitif menjadi
pedoman kelembagaan lokal dalam mengelola sumber daya air bersih berdasarkan atas
kearifan dan potensi lokal masyarakat. Untuk itu, pemanfaatan kelembagaan lokal dalam
kegiatan pembangunan sarana air bersih merupakan salah satu strategi yang efektif dalam
menanggunlangi permasalahan sosial akibat rendahnya akses air bersih dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
Bila dikaitkan dengan pengelolaan air bersih berbasis komunitas sebagaimana yang
dikemukakan Adi (2002, h. 154), maka keberadaan anggota masyarakat secara bersama-sama
menanggulangi permasalahan melalui kelembagaan lokal memiliki tujuan mengembangkan
kemandirian dan, pada dasarnya, memantapkan rasa kebersamaan sebagai suatu komunitas
berdasarkan basis pertetanggaan (neighbourhood) meskipun bukan secara eksklusif. Dasar
sebuah kelembagaan lokal dibentuk karena adanya konsensus masyarakat bersama aktor yang
berada di kelembagaan. Konsensus tersebut sebagai upaya untuk mengikat setiap anggota
masyarakat guna menghimpun aset komunitas untuk mendapatkan sumber daya berupa air
bersih. Tanpa adanya konsensus di masyarakat, pendistribusian sumber daya air tidak akan
berjalan efektif. (Wibowo, 2011, h. 136).
Dengan demikian, pengelolaan sarana air bersih melalui kelembagaan lokal berbasis
masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar (air bersih dan
sanitasi) manusia guna meningkatkan derajat kesejahteraan sosial. Khususnya untuk mencapai
standar kehidupan yang layak terkait terpenuhinya air bersih dan kesempatan sosial untuk
memperoleh sarana sanitasi dasar demi peningkatan derajat kesehatan di masyarakat.
Sehingga, ketika kebutuhan manusia untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi dapat terpenuhi
dan apabila kesempatan sosial untuk dapat mengakses air bersihdan sanitasi dapat
dimaksimalkan melalui kebijakan pembangunan kesehatan dan layanan institusi atau
kelembagaan lokal, maka usaha untuk mencapai kualitas hidup dan aspek kesehatan akan
menjadi lebih baik, sehingga kondisi tersebut berkontribusi bagi pembangunan kesejahteraan
sosial. Selain itu, jika air bersih dan sanitasi ditinjau disiplin ilmu kesejahteraan sosial, maka
kajian keilmuan ini dapat mengembangkan kerangkan pemikiran dan metodologi berupa
intervensi sosial (pengembangan masyarakat) untuk meningkatkan kualitas hidup
(terpenuhinya standar air bersih dan sanitasi yang layak) masyarakat dengan mengelola
masalah sosial akibat rendahnya kesehatan lingkungan dan minimnya kesadaran masyarakat
sehingga memunculkan solusi untuk pemunuhan kebutuhan hidup (pelayanan air bersih dan
sanitasi) dan pemaksimalan partisipasi anggota masyarakat agar dapat berkembang.
2.6 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
Faktor
Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Nilai-nilai
Faktor Pendukung
Prasarana
Faktor Pendorong
Sikap dan
Perilaku
Petugas
Pengetahuan responden
mengenai air bersih Perilaku Pengelolaan air
bersih Di Keluarga
Binaan Di RT 020/ RW
001 Kampung Bojong,
Desa Kresek, Kelurahan
Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi
Sarana dan Prasarana
Banten
Kesehatan
Lingkungan responden
terhadap air bersih
Buruk : bila
skor < 5