Anda di halaman 1dari 65

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM


1.1.1 Keadaan Geografi
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang
terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang, dengan jarak 27 Km dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang. Luass wilayah 27.99 Km2, berupa dataran rendah
dan berupa lahan pertanian dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sbb :
Sebelah Utara : Kecamatan Kronjo
Sebelah Barat : Kecamatan Serang
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya
Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Kaler

Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan/ wilayah kerja diantaranya :


1 Desa Kresek
2 Desa Talok
3 Desa Renged
4 Desa Patrasana
5 Desa Pasirampo
6 Desa Koper
7 Desa Jengkol
8 Desa Kemuning
9 Desa Rancailat
Gambar 1.1
PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRESEK

1.1.2 Keadaan Penduduk


Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Kresek 64.153 jiwa, yang terdiri dari :
Laki-laki : 32.338 jiwa
Perempuan : 31.815 jiwa
Jumlah Rumah Tangga : 17.363 KK. Dengan rata-rata per KK 3,69 jiwa,
tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.292 jiwa per Km2
.

Tabel 1.1
NO DESA AWAL BULAN INI LAHIR MENINGGAL DATANG PIND
L P L+P L P L+ L P L+P L P L+ L
P P
1 KOPER 2144 2381 4525 2 2 4 1 2 3 - - - -
2 PATRASAN 2649 4092 6741 1 1 2 2 - 2 - - - 1
A
3 RENGED 3784 3871 7655 - - - - - - - - - -
4 TALOK 3199 3358 6557 - - - - - - - - - -

5 JENGKOL 2975 3370 6345 - - - - - - - - - -


6 KEMUNING 4549 4802 9351 - - - - - - - - - -
7 RANCAILA 3326 3522 6848 2 2 4 - 1 1 - - - -
T
8 KRESEK 4516 5083 9599 - - - - - - - - - -
9 PASAR 2901 3008 5909 2 1 3 2 1 3 2 2 5
AMPO
JUMLAH 3004 3348 6353 7 6 13 5 4 9 2 2 6
3 7 0
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Kecamatan Kresek April tahun 2017

Grafik 1.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Puskesmas Kresek Tahun 2016
7000

5250

Laki - laki Perempuan Laki - laki + Perempuan


3500

1750

Indeks pembangunan Manusia


IPM merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia
itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sumber daya, baik aspek
fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya
beli) serta partisipasi pembangunan akan meningkat.
Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu angka harapan
hidup (AHH), Angka indeks pendidikan (lama sekolah), dan kemampuan daya beli
(PPP).
1.1. 3 Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan factor yang paling besar pengaruhnya terhadap
derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status derjat kesehatan
akan terpelihara dan dapat lebih meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan
kurang sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana
pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air.
Jumlah rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 12.230
(98.83%) sedangkan jumlah yang memenuhi syarat kesehatan 6.755 (51.06%) dari
jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS.
2. Akses terhadap air bersih
Dari jumlah penduduk 64.153 Jiwa, yang mendapat akses air bersih ada 61.542
Jiwa (95.9%), terdiri dari sumur gali terlindung 1.332 jiwa, sumur bor dengan
pompa 36.228 dan pengguna PDAM sebanyak 23.982 jiwa.
3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah dan
pengelolaan air limbah dari jumlah 12.230 rumah yang diperiksa jumlah yang
memiliki jamban keluarga 6.755 rumah (55.23%).
Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM)
merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi
tempat prsebaran penyakit. TTU meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, stasiun,
tempat rekreasi, dll. Sedangkan TUPM meliputi hotel, restaurant, depot air, dll.
TTU dan TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah
(SPAL), ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah
pengunjung dan memiliki pencahayaan yang cukup.
Jumlah Tempat- tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek 47 unit sedang yang
memenuhi syarat kesehatan 19 unit (40.43%). Untuk Tempat Pengelolaan Makanan
(TPM) berjumlah 133 unit TPM semuanya memnuhi syarat kesehatan (100%).

1.1.4 Keadaan Perilaku Masyarakat


Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat, bersikap)
untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang dapat bersifat pasif
(tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya tindakan. Komponen perilaku terdiri
dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan, dari mulai mengetahui lalu menerima atau
menolak dan melakukan tindakan sebagai perwujudan dari fikiran dan jiwa.
Untuk menggambarkan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
kesehatan digunakan indicator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri
dari 10 indikator.
a. Rumah Tangga Sehat
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau 1.890 rumah, dari numlah rumah
tangga tersebut yang mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya 1.188
rumah tangga (62.9%) menunjukkan bahwa persentase rumah tangga sehat di
Kecamatan Kresek masih kurang jika dibandingkan dengan standar pelayanan
minimal (65%).
b. ASI Ekslusif
Air Susu Ibu diyakini dan terbukti merupakan makanan bayi yang paling tinggi
manfaatnya bagi bayi dan semua aspek di Kecamatan Kresek dari berbagai
kegiatan seperti penyuluhan kepada ibu hamil pembentukan Kelompok Peminat
Keshatan Ibu dan Anak (KPKIA) dari seluruh bayi 0-6 bulan yang ada 774 bayi
yang diberi ASI mencapai 584 bayi (75.5%), cakupan ini sudah melampaui target
pencapaian dibandingkan standar pelayanan minimal yaitu (75%).
c. Desa dengan garam beryodium yang baik
Dari jumlah 9 desa yang ada di Kecamatan Kresek seluruh desa masyarakat masih
ada yang menggunakan garam kasar (krosok) yang kandungan yodiumnya sangat
rendah, ini menunjukkan perilaku masyarakat belum peduli terhadap manfaat
kandungan yodium pada garam yang digunakan sehari-hari.
d. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat berbagai
upay`a dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sangat popular. Posyandu
dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Di Kecamatan
Kresek jumlah Posyandu ada 57 pos, terdiri dari Posyandu Pratama berjumlah 0
Posyandu, Madya 55 Posyandu, Purnama 0 Posyandu, dan Mandiri 2 Posyandu.
Dari data tersebut Posyandu di wilayah Kecamatan Kresek masih di dominasi oleh
Strata Madya.
e. Polindes dan Poskesdes
Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayan
kesehatan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang jauh dari jangkauan
pelayanan kesehatan. Selain Polindes dalam upaya mendukung pelaksanaan desa
siaga di wilayah Kecamatan Kresek terdapat 3 Polindes terdiri dari Desa Pasirampo
dan Desa Jengkol masih berfungsi sedangkan Polindes Desa Renged keadaan
bangunan tidak terawar karena keadaan bangunan sudah rusak.
f. Pelayanan Kesehatan Masyarat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang jauh
Puskesmas Kresek melaksanakan Puskesmas Keliling yang mengjangkau 9 desa
dilaksanakan setiap hari Selasa dengan mobil Puskesmas Keliling.
Grafik 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2016
2.5

1.5

Region 1
1

0.5

0
a b c d e f g h i

Keterangan :
A. Kresek (198)
B. Talok (116)
C. Renged (174)
D. Patrasana (95)
E. Pasirampo (50)
F. Koper (55)
G. Jengkol (36)
H. Kemuning (29)
I. Rancailat (10)
Grafik 1.2
33%

Laki-laki Perempuan

67%

Presentase Jumlah Kematian Bayi


Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kresek Tahun 2016
1.2 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
1.2.1 Jumlah Kematian
Jumlah Kematian Bayi dan Balita
Jumlah kelahiran hidup di Puskesmas Kecamatan Kresek pada tahun 2016
adalah 1.366 bayi dengan jumlah kematian bayi sebanyak 9 bayi atau angka kematian
bayi (yang dilaporkan) adalah 6.59/1.000 kelahiran hidup. Untuk balita berjumlah 4.260
balita tidak ada kematian balita yang dilaporkan sedangkan jumlah ibu maternal 237 di
Puskesmas Kecamatan Kresek tahun 2016, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Jumlah kematian bayi tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kresek
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebelumnya 2 (dua)
kematian.
No. Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 KRESEK 0 0 0
2 TALOK 0 0 0
3 RENGED 1 0 1
4 PATRASANA 1 0 1
5 PASIRAMPO 1 1 2
6 KOPER 1 1 2
7 JENGKOL 1 0 1
8 KEMUNING 1 1 2
9 RANCAILAT 0 0 0
TOTAL 6 3 9
Tabel 1.1
Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2016

Adapun kematian balita di Puskesmas Kresek dalam 3 (tiga) tahun terakhir


rentang 2013-2016 tidak ditemukan.
Kejadian kematian bayi dan balita ini dapat dicegah dengan upaya
meningkatkan pengetahuan ibu pasangan usia subur, ibu hamil, keluarga dan
masyarakat terutama pola hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat serta
pelayanan kesehatan yang baik.

Jumlah Kematian Ibu


Jumlah kematian ibu (AKI) di Puskesmas Kresek dari tahun 2014-2016 tidak
ada. Hal ini
menggambarkan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup
sehat, dan tingat pelayanan kesehatan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.
6000

4500

3000
Region 1

1500

0
a b c d e f g h i j
1.2.2
Jumlah Angka Kesakitan
Sepuluh Besar Penyakit
Grafik 1.3
10 Besar Penyakit di Puskesmas Kresek
Keterangan :
a ISPA (5477)
b Gastritis dan Duodenitis (1347)
c Hipertensi dan Duodenitis (1227)
d Faringitis Akut (1074)
e Faringitis (1035)
f Kehamilan dan Persalinan (1010)
g Demam Yang Tidak DIketahui Penyebabnya (979)
h Dermatitis Lainnya (944)
i Gangguan Perkembangan (870)
j Diare dan Gastroenteritis (852)
Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas) berada di posisi teratas yaitu 5477, diikuti gastritis
sebanyak 1347 dan hipertensi 1227, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) yaitu penyakit
diare sebanyak 852 kasus.
Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gastritis juga banyak
terjadi di wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang berulang-ulang.
1.2.3 Penyakit Menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari :
a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada
kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di semua wilayah.

Tabel 1.2
Data Kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2016

No DESA JUMLAH KASUS MENINGGAL


L P L+P L P L+P
1 KRESEK 2 4 6 0 0 0
2 TALOK 1 1 2 0 0 0
3 RENGED 2 4 6 0 0 0
4 PATRASAN 0 0 0 0 0 0
A
5 PASIRAMP 0 1 1 0 0 0
O
6 KOPER 0 0 0 0 0 0
7 JENGKOL 0 2 2 0 0 0
8 KEMUNIN 0 0 0 0 0 0
G
9 RANCAILA 2 1 3 0 0 0
T
7.5

4.5

Region 1
3

1.5

0
a b c d e f g h i
Grafik
1.4
Jumlah Penderita DBD Per Desa Puskesmas Kresek Tahun 2016
Keterangan :
a. Kresek (6)
b. Talok (2)
c. Renged (6)
d. Patrasana (0)
e. Pasirampo (1)
f. Koper (0)
g. Jengkol (2)
h. Kemuning (0)
i. Rancailat (3)

b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh protozoa parasit
golongan Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan Nyamuk Anopheles. Di
wilayah kecamatan Kresek sampai sekarang belum ditemukan penderita malaria.
c. Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang bersifat kronik
(menahun) disebabkan oleh cacing filariasis ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Penderita filariasis dari 2011 s.d 2014 tidak ditemukan.

1.2.4 Penyakit Menular Langsung


a. Penyakit Diare
Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja
encer dapat juga disertai darah/lendir.

Tabel 1.3
Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan

No DESA DIARE DITANGANI


L P L+P
1 KRESEK 97 101 198
2 TALOK 54 62 116
3 RENGED 87 87 174
4 PATRASANA 38 57 95
5 PASIRAMPO 22 28 50
6 KOPER 29 26 55
7 JENGKOL 19 17 36
8 KEMUNING 14 15 29
9 RANCAILAT 2 8 10
JUMLAH 362 401 763

Puskesmas
250

200

150

Region 1

100

50

0
a b c d e f g h i
Grafik
1.5
Jumlah Diare Yang DI Tangani Perdesa di Wilayah Puskesmas Kresek
Keterangan :
a. Kresek (198)
b. Talok (116)
c. Renged (174)
d. Patrasana (95)
e. Pasirampo (50)
f. Koper (55)
g. Jengkol (36)
h. Kemuning (29)
i. Rancailat (10)
Dari grafik di atas Desa Kresek menempati urutan pertama sebanyak 198 penderita, diikuti
terendah Desa Renged 174 penderita, dan Desa Talok 116 penderita. Adapun daerah terendah
penderita diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat sebanyak 10 penderita.
b. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan
Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata-rata 3-5 tahun. Di wilayah kerja
puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit kusta baru sebanyak 20
penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering sebanyak 2 orang dan kusta
Multi Basiler (MB) / Kusta Basah sebanyak 18 orang.

Grafik 1.6

10%

PB MB

90%

Grafik Penderita Kusta Puskesmas


Kresek
c. HIV/AIDS/IMS
HIV/AIDS/IMS penyakit ini menular melalui hubungan seksual (vaginal,
oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. Semakin sering ganti pasangan
semakin besar kemungkinan untuk tertular. Jumlah kasus HIV/AIDS dan Infeksi
Menular Seksual (IMS) pada tahun 2016 mennurut data tidak ditemukan kasus atau
zero kasus.

d. Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan oleh iritasi
kimia/fisik dari paru-paru akibat penyakit lain.
Pada tahun 2016 di Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia
ditemukan dan ditangani sejumlah 112 kasus.

Grafik 3.7
Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun

48%
P 52% L

a. TB Paru
Penderita tuberkulosis paru (TB Paru) di puskesmas Kresek tahun 2016
ditemukan suspek 431 kasus sedangkan TB paru BTA + dan diobati sebanyak 58
kasus.

Grafik 1.8
Penderita Kasus Suspek TB Paru BTA +
300

225

150
Region 1

75

0
L = suspek L = BTA+ P = suspek P = BTA +
Puskesmas Kresek
Tahun 2016
1.2.5 Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,
pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Balita Dengan Gizi Buruk


Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk.
Dikarenakan akibat kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak
tepat atau dikarenakan seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan.
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan perhatian yang
lebih terhadap penanganan gizi buruk dan pada balita Bawah Garis Merah (BGM) agar
tidak menjadi gizi buruk.
Di wilayah kecamatan Kresek jumlah balita di Bawah Garis Merah (BGM) dari
tahun 2016 terdapat 34 balita.
Jumlah balita gizi buruk ini kebanyakan karena tingkat ekonomi masyarakat dan
juga kesalahan orang tua dalam mengatur pola asuh serta pola makan anaknya.
35%

Laki-laki = 12 Perempuan = 22
65%

Grafik 1.9
Kasus Balita Gizi Yang Ditemukan dan Di Rawat

1.3 SITUASI UPAYA KESEHATAN


1.3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali pada masa
kehamilan dari triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga.
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko terhadap keselamatan ibu hamil dan
janinnya. Pemeriksaan ibu hamil pada trimester 1 di puskesmas dan di posyandu
dilakuakn dengan sistem 10T seperti timbang berat badan, ukur tekanan darah,
imunisasi TT 1, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet Fe1, temu wicara, tes
laboratorium.
Pada tahun 2016 jumlah ibu hamil di puskesmas Kresek terdapat 1.461 ibu
hamil, cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.450 orang (99.2%) dan kunjungan K4 1.191
orang (81.5%).
1600

1200

800
Region 1
400

K1

K4

Grafik 1.10
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan yang aman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi

b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar

c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi

d. Melakukan MD

e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.394 ibu bersalin, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 1.391 orang.
0%

Nakes Non Nakes

100%

Grafik 1.11
Pertolongan Persalinan di Puskesmas Kresek

Cakupan Kunjungan Neonatus KN 1 dan KN Lengkap


Pada usia kurang dari 1 bulan bayi merupakan golongan yang beresiko tinggi
terhadap kejadian gangguan kesehatan, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
mengurangi resiko tersebut dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan pada neonatus dan cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan
kesehatan minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6-48 jam (KN 1), 1 kali 3-7 hari dan
1 kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2016 cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1) sejumlah 1.366
bayi dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.366 bayi. Semua neonatus di wilayah
puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan kesehatan.

Grafik 1.13
Jumlah Kunjungan Neonatal KN1 dan KN Lengkap
Puskesmas Kresek Tahun 2016
44%
Perempuan Laki-laki
56%

Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2016 sebanyak 71
atau mencapai (5.2%).
712.5

700

687.5
Laki-laki Perempuan

675

662.5

650

637.5
Jumlah Bayi 1.366
Grafik 1.14
Jumlah BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas Kresek Tahun 2016

1.3.2 Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah Dan Usia Sekolah


Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI
Dari seluruh jumlah siswa-siswi SD di Puskesmas Kresek terdapat 1.181 siswa
dan dalam penjaringan pemeriksaan kesehatan siswa pada tahun 2016 tingkat SD
sejumlah 1.160 siswa terdiri dari 614 siswa dan 546 siswi.

1.4 SITUASI SUMBER DAYA


1.4.1 Sumber Daya
Sarana Prasarana
UPT Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung tambahan yang
diuraikan sebagai berikut:
a. Gedung Utama / Rawat Jalan :
Ruang Loket / Pendaftaran
Ruang Tunggu
Ruang Periksa BPU
Ruang Periksa Kesehatan Anak
Ruang Gigi
Kamar Obat / Apotik
Ruang Periksa Kesehatan Ibu
Ruang Gudang Farmasi
Ruang Administrasi Bidan
Ruang Tata Usaha
Ruang Pelayanan Terbatas 24 jam (UGD)
Ruang Kepala Puskesmas
Ruang Bendahara
Mushala Untuk Pegawai
Ruangan Kamar Rawat Inap dengan 5 tempat tidur
Ruangan Persalinan (PONED)
Ruang Klinik Gizi
Ruang Aula
Ruang Laboratorium
b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:
Ruang Periksa TB Paru
Dan Pos Satpam
c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
Mobil Puskesmas Keliling 1 Unit,
Mobil Ambulans Untuk Merujuk Pasien Gawat Darurat 1 Unit,
Sepeda motor dinas 4 Unit.
Ketenagaan
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas
Perawatan Kresek mempunyai tenaga 47 orang dengan rincian sebagai berikut:
NO KATEGORI STATUS JUMLAH
TENAGA PNS PTT/TKK HONORER
1. Kepala Puskesmas 1 - -- 1
2. Kepala Tata Usaha 1 - - 1
3. Dokter Umum - 2 - 2
4. Dokter Gigi 1 - - 1
5. S2 Kesehatan 1 - - 1
6. SKM 1 - - 1
7. D IV Kebidanan - - 2
8. D III Kebidanan 5 11 3 18
9. D 1 Kebidanan 1 - - 1
10. S 1 Keperawatan 1 - - 1
11. D IV Keperawatan - - - -
12. D III Keperawatan 4 - 3 7
13. Perawat Kesehatan 1 - - 1
14. Sanitarian 1 - - 1
15. Nutrition - - - -
16. Perawat Gigi - - - -
17. Pekarya - - - -
18. Asisten Apoteker - - - -
19. Analis Kesehatan 1 - - 1
20. SMA / Administrasi - - 3 3
21. Petugas Kebersihan - 2 - 2
22. Sopir - 1 - 1
23. Petugas Keamanan - 5 - 5
Jumlah 21 21 9 51

Tabel 1.14 (Sumber : Puskesmas Kresek Tahun 2016 )


1.4.2 Fasilitas Penunjang Lainnya

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum 0


2. Rumah Sakit Jiwa 0
3. Rumah Sakit Bersalin 0
4. Rumah Sakit Khusus Lainnya 0
5. Puskesmas 1 ( Unit )
6. Poskesdes 9
7. Puskesmas Keliling 13 ( Pos )
8. Posyandu 57 ( Pos )
9. Polindes 3 ( Unit )
10. Posbindu 9 ( Pos )
11. Rumah Bersalin 0
12. Balai Pengobatan / Klinik 4
13. Apotik 3 ( Unit )
14. Toko Obat 0
15. Praktek Dokter Umum 4 ( Unit )
16. Praktek Dokter Gigi 2
17. Praktek Dokter Spesialis 0
JUMLAH 94

Tabel 1.15 (Sumber : Puskesmas Kresek Tahun 2016)

Pembiayaan Kesehatan
Selain sumber daya manusia dan sarana dalam suatu kesehatan juga
memerlukan biaya operasional yang merupakan salah satu factor pendukung dalam
peningkatan pelayanan, baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. Adapun
sumber biaya yang dipergunakan Puskesmas Kecamatan Kronjo untuk menunjang
pelaksanaan Program Puskesmas berasal dari APBD Kabupaten, (Operasional),
Program Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) juga terdapat sumber biaya dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Berikut gambaran persentase sumber biaya sebagai berikut:

14%

4%

Operasional BOK JKN

82%

1.5 Gambaran Keluarga Binaan


Lokasi Keluarga Binaan

Keluarga binaan bertempat di RT 020/RW 001, Kampung Bojong, Desa Kresek,


Kelurahan bojong, KecamatanKresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal ..sampai dengan ... 2017. Adapun
lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah sebagai berikut:
xxx
Gambar 1. Denah rumah keluarga binaan

1.5.1 Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


1. Keluarga Binaan 1 Tn. Kaji
Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat di RT 020/ RW 001 Kampung Bojong, Desa Kresek,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 31
Maret sampai dengan 01 April 2017. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah
sebagai berikut: keluarga Tn. Kaji yang beranggotakan enam orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Enam anggota tersebut di antaranya :
Tabel 1.6. Keluarga Tn. Kaji
No Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan
Keluarga Kelamin
1 Tn. Kaji Kepala Laki-laki 46 th Buruh SD Rp 100.000
Per hari
Keluarga Harian
Lepas
2 Ny. Akilah Istri Perempuan 43 th Ibu SD -
Rumah
Tangga
3 Nn. Anak Perempuan 21 th Buruh SMA Rp 1.000.000
Per Bulan
Fitriyani Pabrik
4 Tn. Ahmad Anak Laki-laki 17 th Tidak SMP -
Roni Bekerja
5 An. M. Anak Laki-laki 13 th Pelajar Belum -
Uham Tamat
Adfirman SMP
6 An. Afrijal Anak Laki-laki 5 th Belum - -
Sekolah

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Kaji yang tinggal di RT 020 RW 001 Desa Kresek,
Kampung Bojong Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari seorang
kepala keluarga, istri dan 4 orang anak. Tn. Kaji bekerja sebaga buruh harian lepas dengan
latar belakang pendidikan SD. Penghasilan Tn. Kaji tidak menentu tergantung pekerjaan
yang dikerjakannya, jika sedang ada kerjaan Tn. Kaji mendapatkan penghasilan sebesar
Rp. 100.000 per hari. Istrinya, Ny. Akilah bekerja sebagai ibu rumah tangga dan latar
belakang pendidikan Ny. Akilah hanya sampai bangku SD. Pernikahan Tn. Kaji dan Ny.
Akilah dikaruniai empat orang anak bernama Nn.Fitriyani yang sekarang berusia 21 tahun,
Tn. Ahmad Roni yang sekarang berusia 17 tahun, An. M.Uham Adifirman yang sekarang
berusia 13 tahun dan An. Afrijal yang sekarang berusia 5 tahun.

1) Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Kaji tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 7 x 10 m 2. Rumah
terdiri dari sebuah ruang tamu bercampur dengan ruang tv dan ruang makan berukuran 2 x
2,5 m2. Ventilasi di rumah tersebut baik. Kemudian terdapat 1 buah kamar tidur, dengan
kamar tidur 1 berukuran 2 x 2,5 m 2, terdapat satu buah tempat tidur serta tidak terdapat
jendela yang mengarah keluar rumah. Di bagian tengah terdapat ruang keluarga sekaligus
ruang makan dengan ukuran 2,5 x 2 m2. Di bagian belakang terdapat 1 dapur dengan
ukuran 2 x 3,5 m2. Rumah ini memiliki kamar mandi dan tempat cuci piring yang terpisah
dari dapur. Kamar mandi berukuran 2 x 2,5 m 2, lantai kamar mandi menggunakan
uubin/keramik, dinding bak mandi menggunakan semen. Didekat dapur terdapat tong
berwarna biru untuk penampungan air yang akan digunakan untuk memasak. Rumah ini
mempunyai 1 pintu depan dan 1 pintu belakang, 2 jendela di ruang tamu (bagian depan
rumah). Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai keramik, dinding rumah terbuat
dari semen dan bata, kemudian atap rumah terbuat dari triplex. Di dalam rumah keluarga
Tn. Kaji tidak terdapat tempat sampah, sampah rumah tangga hanya dikumpulkan
menggunakan plastik atau kardus di dekat pintu belakang rumah kemudian dibunag di
samping rumah.
Keluarga Tn. Kaji sering menggunakan air satelit (air tanah) sebagai sumber air untuk
keperluan mandi, memasak, mencuci baju dan buang air besar. Jika keperluan untuk
minum sehari hari keluarga Tn. Kaji sering menggunakan air isi ulang.

2) Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Kaji terletak di pemukiman yang padat yang tidak ada jarak dari rumah satu
dengan yang lainnya. Di bagian depan terdapat jalan yang bisa dilewati motor, bagian belakang
terdapat tanah kosong. Di bagian kiri terdapat tanah kosong yang berisi tumpukan sampah.
Terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair.

3) Pola Makan
Keluarga Tn. Kaji memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Menu yang biasa
dimakan adalah tahu, tempe dan terkadang lauk berupa ikan serta sayur. Keluarga Tn. Kaji
sesekali mengkonsumsi buah-buahan pepaya, jika ada uang lebih.

4) Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Akilah melahirkan anaknya secara normal di bidan Sofi di daerah tanggerang. Ny.
Akilah memberikan ASI ekslusif selama 7 bulan pada anak pertama sampai keempat. Ny.
Akilah rutin membawa anak nya ke posyandu saat anaknya masih kecil.

5) Kebiasaan Berobat
Menurut Tn. Kaji, Biasanya apabila sakit mereka terbiasa berobat ke klinik, bidan
terdekat atau puskesmas kresek.

6) Riwayat Penyakit
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek,
dan diare.

7) Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Keluarga Tn. Kaji selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun,
maupun sesudah selesai aktivitas tetapi tidak menggunakan sabun hanya menggunakan air
tampungan dan tidak mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar. Keluarga Tn.
Kaji mengaku sama sekali tidak pernah berolahraga.

8) Perilaku Membuang Sampah


Rumah keluarga Tn. Kaji berada di lingkungan perumahan yang padat dibagian kiri
terdapat tanah kosong yang berisi tumpukan sampah. Tn. Kaji mengaku bahwa mereka
membuang sampah di tanah kosong samping rumah bersama dengan tetangga-tetangga
sekitarnya kemudian sampah-sampah tersebut didiamkan sampai menumpuk banyak.
Tabel 1.7 Faktor Internal Keluarga Tn. Kaji
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Keluarga Tn. Kaji tidak memiliki kebiasaan
merokok
2 Olah raga Keluarga Tn. Kaji tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah
melakukan olahraga.
3 Pola Makan Tn. Kaji memasak sendiri untuk makan keluarga,
menu makanan yang sering dimakan adalah tahu dan
tempe, terkadang terdapat lauk berupa ikan.
4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka berobat ke klinik terdekat, ke
bidan didekat rumah Tn. Kaji dan ke Puskesmas
Kresek
5 Menabung Keluarga Tn. Kaji tidak memiliki kebiasaan
menabung
6 Aktivitas sehari-hari a. Aktivitas Tn. Kaji bekerja serabutan jika ada
pekerjaan terkadang.
b. Ny. Akilah tidak bekerja hanya sebagai ibu
rumah tangga
c. Anaknya pertamanya Nn. Fitriyani sudah
bekerja sebagai buruh pabrik.
d. Anak ke duanya Tn. Ahmad Roni sudah tamat
SMP namun belum bekerja.
e. Anak ke tiganya An. M. Uham Adfirman belum
tamat SMP.
f. Anak ke empatnya An. Afrijal belum sekolah.
7 Perilaku mencuci tangan Keluarga Tn, Kaji tidak mengetahui tentang mencuci
tangan yang baik, dan jarang mencuci tangan
Tabel 1.8 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Kaji
N Kriteria Permasalahan
o
1. Luas Luas rumah 7 x 10 m2
Bangunan
2. Ruangan Dalam rumah terdapat, satu ruang tamu, kamar dan dapur.
dalam rumah
3. Ventilasi Terdapat 1 ventilasi pada sisi rumah, di ruang tamu.
4. Pencahayaan a. Terdapat 2 jendela pada ruang tamu dan sering dibuka.
b. Tidak terdapat jendela pada kamar.
c. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih. Lampu
terdapat di ruang tamu, kamar tidur dan dapur.

5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring, terdapat tempat buang
air besar.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya seperti mandi, memasak, mencuci baju
keluarga Tn. Kaji menggunakan air satelit (air tanah). Air satelit (air
tanah) yang digunakan berwarna keruh, sedikit berbau, dan terdapat
ampas. Keluarga Tn. Kaji jarang membersihkan bak mandi. Sumber
air yang digunakan untuk minum dengan membeli air gallon isi
ulang.
7. Saluran Air Limbah rumah tangga di buang ke saluran yang akan menembus
pembuangan ke tempat khusus pembuangan limbah. Akan tetapi jarak dari rumah
limbah ke tempat pembuangan limbah sedikit jauh.
8. Tempat Sampah rumah tangga di kumpulkan didalam rumah menggunakan
pembuangan plastik. Jika plastik sampah sudah penuh, sampah akan dibuang ke
sampah tanah kosong di sebelah kiri rumah dan ditumpuk.
9. Lingkungan Di samping kanan rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan
sekitar rumah sekitar rumah keluarga Tn. Kaji masih banyak sampah yang
berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan
lingkungannya, karena jarang gotong royong.

Masalah Medis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Diare
b. Masalah Non Medis
Tingkat pendidikan yang kurang.
Membuang sampah di samping rumah.
Kurangnya pencahayaan di dalam rumah.
Ventilasi yang tidak baik.
Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
Kurangnya kesadaran dalam penggunaan air bersih.
Kurang sadarnya akan perilaku olahraga
Kurangnya perilaku hidup bersih sehat
Kurangnya perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar

2. Keluarga Binaan 2 Tn. IAksan


i. Data Dasar Keluarga Tn. Aksan
Keluarga binaan Tn. aksan terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Aksan
sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Ridah mempunyai seorang anak bernama
An. Eka, An. Bagas, An. Fahri.

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin

1 Tn. Aksan Suami L 40 SMP Tukang Rp.


Service 500.000/bulan
elektronik

2 Ny. Rida Istri P 35 SMP Ibu rumah -


tangga

3 An. Eka Anak I P 19 SMA Tidak -


berkerja

4 An Bagas Anak II L 14 SMP Tidak -


berkerja

5 An Fahri Anak III L 8 SD Tidak -


berkerja

Tabel 1.16 Data Dasar Keluarga Tn. Aksan

i. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. aksan tinggal di RT 020/RW 001 Kampung Bojong, Desa Kresek.
Di Rumah ini Tn. Aksan tinggal bersama istri dan seorang anaknya. Saat ini Tn. berusia
40 tahun, bekerja sebagai tukan service elektronik dengan penghasilan sekitar Rp
500.000,00/bulan, dengan latar belakang pendidikan SMP. Istrinya Ny. Ridah yang
berusia 35 tahun, tidak bekerja. Tn. aksan memiliki seorang anak 3, yang pertama An
Eka yang berusia 19 tahun, yang kedua An Bagas yang berusia 14 tahun, yang ketiga
An Fahri yang berusia 8 tahun.
Keluarga Tn. Aksan tinggal disebuah bangunan rumah berukuran 3 x 7 m.
Ventilasi di rumah tersebut sangat tidak baik karena hanya terdapat sebuah ventilasi
yang terletak diatas pintu masuk rumah dan itupun tidak pernah terbuka karena rusak
dan tertimpa barang-barang sehonnga tidak ada cahaya matahari yang dapat masuk
lewat ventilasi tersebut. Pada ruang pertama ........ Ruangan tersebut digunakan
sebagai....... Pada ruang kedua,....... Ruangan kedua tersebut juga digunakan
sebagai ....... Diantara kedua ruangan tersebut dipisahkan hanya dengan ......, Pada
ruangan ketiga, terdapat .....dan pada ruang tersebut juga digunakan sebagai .......
Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 daun pintu, 2 jendela di ruang pertama (bagian
depan rumah). Bagian luar rumah lantai terbat dari semen, dan seluruh ruangan
memakai ubin, , dinding rumah terbuat dari bata merah dan sebagan semen, kemudian
atap rumah terbuat dari genteng tanah liat dan bambu. Keluarga Tn.Aksan
menggunakan air sumur sebagai sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci dan
minum dan memasak. Keluarga Tn.Aksan mengaku selalu mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas dan sebelum makan. Namun jarang memakai sabun.
xxx

Gambar 2. Denah rumah Tn.Aksan

ii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Tn.Aksan terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat jalan setapak, di samping kiri terdapat rumah lainnya yang hanya berbataskan
tembok. Terdapat sebuah tempat penampungan sampah bagi warga kontrakan yang
terletak di lahan kosong sebelah rumah tn aksan. Sampah tersebut menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar rumah.

iii. Pola Makan


Ny.Ridah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan sayur-sayuran. Ny. Ridah mengaku makanan tidak bisa sealu bergonta
ganti karna tergantung peghasilan yang didapat. Sehari-harinya mereka makan besar
maksimal 2 kali. Untuk sarapan, Ny. Rida mengaku tidak setiap hari menyiapkan
sarapan pagi. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya sebelum dan
sesudah makan.

iv. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak Tn.Aksan lahir di bidan desa daerah ...... Setiap kehamilan, Ny.Rida
mengaku tidak pernah rutin untuk mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk
imunisasi, Ny. Rida tidak pernah rutin membawa anaknya untuk dilakukan imunisasi di
Posyandu karna tidak tahu jadwal imunisasi. Ny.Arna mengaku anaknya diberikan ASI
eksklusif sampai 6 bulan, kemudian setelah itu anaknya diberikan makanan tambahan
selain ASI. Kemudian saat ini Ny. Arna menggunakan KB implan.

v. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Aksan berobat ke sebuah puskesmas kresek
atau pun bidan desa dekat dengan rumahnya untuk berobat jika terdapat salah satu
anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, diare, demam. Menurut Ny. Rida jika penyakit
yang dialami tidak dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.

vi. Riwayat Penyakit


Istri dari Keluarga Tn. Aksan mempunyai riwayat TB paru, menurut Ny. Ridha
istri dari Tn, aksan pengobatan sudah dilakukan selama 6 bulan. Dan Anak ke III harus
selalu bulak balik puskesmas untuk rutin transfusi darah, karna mengdap thalasemia

vii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Aksan, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu menghabiskan
sebungkus rokok dan sering merokok di dalam rumah. Keluarga Aksan mengaku
mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor. Tn. Aksan beserta istri
dan anak tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Tn. Aksan beserta keluarga memiliki
kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny. Ridha
mengaku membersihkan rumahnya setiap hari.

viii. Perilaku Membuang Sampah


Rumah keluarga Tn. Aksan berada di lingkungan perumahan yang padat,
di belakang rumah tersebut terdapat tanah kosong tempat pembuangan sampah. Tn.
Aksan mengaku bahwa mereka membuang sampah di tanah kosong samping rumah
bersama dengan tetangga-tetangga sekitarnya kemudian sampah-sampah tersebut
dibakar saat sudah menumpuk.

Tabel 1.16. Faktor Internal Keluarga Tn. Aksan

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn.Aksan menghabiskan sebungkus rokok setiap
Tabel
harinya
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan 1.17.
berolahraga Faktor
3 Pola Makan Ny. Ridah mengaku makanan tidak bisa sealu bergonta
ganti karna tergantung peghasilan yang didapat. Sehari-
harinya mereka makan besar maksimal 2 kali. Untuk
sarapan, Ny. Rida mengaku tidak setiap hari
menyiapkan sarapan pagi
4 Pola Pencarian Menurut Ny. Rida jika penyakit yang dialami tidak
Pengobatan dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.

5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena merasa pas-


pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai tukang service elektronk,
bekerja setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam 17.00
sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak sekolah

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Aksan menggunakan implan.


8 Riwayat kesehatan Ny, Rida mempunyai riwayat TB paru, menurut Ny.
Ridha istri dari Tn, aksan pengobatan sudah dilakukan
selama 6 bulan. Dan Anak ke III harus selalu bulak balik
puskesmas untuk rutin transfusi darah, karna mengdap
thalasemia

Eksternal Keluarga Tn. Aksan


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 3x7 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran m, ruang kedua
berukuran m, ruang ketiga berukuran .. m.

3. Jamban Keluarga Tn. Aksan memiliki jamban

4. Ventilasi Tidak ada ventilasi

5. Pencahayaan Terdapat 2 lampu pencahayaan yang kurang baik di


ketiga ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Aksan menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
baju, serta untuk kebutuhan air minum dan memasak
sehari-hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
8. Tempat pembuangan Keluarga Tn.Aksan tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah didepan rumahnya dan
membuang sampahnya di lahan kosong di sekitar
rumahnya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya dibatasi oleh sebuah tembok. Warga
membakar sampahnya yang menimbulkan asap
kelingkungan sekitar kontrakan.

Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


a. Keluarga Tn. Aksan
Masalah Medis
ISPA
Diare
Riwayat Tb paru
Thalasemia

Masalah Non Medis


Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok,
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun diluar rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat rumah,
Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah,
Tidak adanya ventilasi di dalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat tinggal.
Perilaku penggunaan air bersih
Pemahaman tentang kesehatan
Tidak adanya penyuluhan serta organisasi remaja remaja

3. Keluarga Binaan 3 Tn. Sahab

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sahab yang beranggotakan tujuh orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Tujuh anggota tersebut di antaranya :

Tabel 1.6. Keluarga Tn. Sahab


No Nama Status Jenis Usia Pekerjaa Pendidi Penghasilan
Keluarga Kelamin n kan
1 Tn. Sahab Kepala Laki-laki 60 th Kuli SD Rp 4.000.000
Per bulan
Keluarga
2 Ny. Istri Perempuan 45 th Ibu SMP Tidak menentu
Fatimah Rumah
Tangga
3 Ny Ibu dari Perempuan 70 th Ibu SD -
Maisarah Istri Rumah
Tangga
4 Tn. Syarif Anak Laki-laki 22 th Pelajar SMA -
Hidayat
5 Tn. Sepupu Laki-laki 22 th Pelajar SMA -
Ramadhan
6 An. Sylvi Anak Perempuan 12 th Pelajar SD -

7 An. Supina Anak Perempuan 9 th Pelajar SD -

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sahab yang tinggal di RT 20 RW 01 Desa Kresek,
Kampung Bojong Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari seorang
kepala keluarga, seorang istri, seorang nenek, seorang sepupu ,dan tiga orang anak. Tn.
Sahab kepala keluarga berusia 60 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SD. Tn.
Sahab sebagai pekerja serabutan dipasar membantu orang lain berjualan di pasar. Untuk
keperluan sehari-hari Tn. Sahab menggunakan uang yang didapat hari itu juga.

9) Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Sahab tinggal disebuah rumah bangunan permanen seluas 80 m 2. Seluruh
dinding rumah terbuat dari tembok. Sebagian lantainya terbuat dari semen dan tanah, atap
rumah menggunakan langit-langit yang terbuat dari triplek. Rumah Tn. Sahab terdiri dari
sebuah teras, ruang keluarga, kamar tidur 3 buah, sebuah dapur, dan sebuah kamar mandi.
Ruang keluarga beralaskan ubin, terdapat lemari, selain itu merupakan tempat biasanya
keluarga berkumpul. Menurut Ny. Fatimah keluarganya mandi, dan mencuci baju di kamar
mandi dengan menggunakan air sungai yang dialirkan menggunakan pompa.

KAMAR 1 DAPUR

TERAS

RUANG
KAMAR

Gambar 1.3 Denah Rumah Tn. Sahab


10) Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Sahab terletak di pemukiman yang padat yang antara rumah satu dengan
yang lainnya. Di bagian depan terdapat jalan yang bisa dilewati satu mobil, bagian belakang
terdapat sungai. Tidak ada selokan untuk mengalirkan limbah cair yang letaknya di belakang
rumah dan tidak ada tempat sampah disekitar pemukiman.

11) Pola Makan


Keluarga Tn. Sahab memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Menu yang biasa
dimakan adalah tahu, tempe dan terkadang sayur. Keluarga Tn. Sahab sesekali mengkonsumsi
daging dan buah-buahan pepaya, jika ada uang lebih.

12) Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Fatimah melahirkan anaknya secara normal di bidan daerah Kresek. Ny. Fatimah
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pada anak-anaknya. Ny. Fatimah rutin membawa
anak nya ke poyandu saat anaknya masih kecil.

13) Kebiasaan Berobat


Menurut Ny. Fatimah, biasanya apabila sakit mereka terbiasa minum obat warung.

14) Riwayat Penyakit


Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek,
dan demam.

15) Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Keluarga Ny. Fatimah jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun,
maupun sesudah selesai aktivitas tetapi tidak menggunakan sabun hanya menggunakan air
tampungan dan tidak mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar. Keluarga Ny.
Fatmah mengaku sama sekali tidak pernah berolahraga.

16) Perilaku Membuang Sampah


Rumah keluarga Ny. Fatimah berada di lingkungan perumahan yang padat, di belakang
rumah tersebut terdapat tanah kosong tempat pembuangan sampah. Ny. Fatimah mengaku
bahwa mereka membuang sampah di tanah kosong dekat rumah bersama dengan tetangga-
tetangga sekitarnya kemudian sampah-sampah tersebut dibakar saat sudah menumpuk.
Tabel 1.7 Faktor Internal Keluarga Tn. Sahab
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Keluarga Tn. Sahab memiliki kebiasaan merokok
2 Olah raga Keluarga Tn. Sahab tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah
melakukan olahraga.
3 Pola Makan Ny. Fatimah memasak sendiri untuk makan
keluarga, menu makanan yang sering dimakan
adalah tahu dan tempe.
4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung.
Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke
Puskesmas Kresek.
5 Menabung Keluarga Tn. Sahab tidak memiliki kebiasaan
menabung
6 Aktivitas sehari-hari g. Aktivitas Tn. Sahab bekerja serabutan sebagai
kuli di pasar jika ada pekerjaan terkadang.
h. Aktivitas Ny. Fatimah sebagai ibu rumah tangga
dan sesekali berjualan membantu keuangan
keluarga
i. Anak pertama Tn. Syarif Hidayat sudah lulus
SMA tetapi masih kerja serabutan
7 Perilaku mencuci tangan Keluarga Tn. Sahab tidak mengetahui tentang
mencuci tangan yang baik, dan jarang mencuci
tangan
Tabel 1.8 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sahab
N Kriteria Permasalahan
o
1. Luas Bangunan Luas rumah 14x6m2

2. Ruangan dalam Dalam rumah terdapat, satu ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi
rumah dan dapur.
3. Ventilasi Terdapat ventilasi pada seluruh ruangan rumah.

4. Pencahayaan a. Terdapat 3 jendela pada ruang tamu, tetapi jarang dibuka.


b. Terdapat jendela pada kamar.
c. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih. Lampu
terdapat di ruang tamu, dan kamar tidur

5. MCK Terdapat kamar mandi dan toilet. Lantai yang sudah dikeramik.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya keluarga Tn. Sahab menggunakan air yang
berasal dari sungai
7. Saluran Air Limbah rumah tangga di buang ke parit belakang rumah dan air
pembuangan selalu menggenang
limbah
8. Tempat Sampah rumah tangga di buang di tanah kosong dekat rumah dan
pembuangan kemudian di bakar
sampah
9. Lingkungan Tidak terdapat perkarangan untuk menanam tanaman
sekitar rumah
Masalah Medis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Diare
Masalah Non Medis
Tingkat pendidikan yang kurang.
Membuang sampah tidak pada tempatnya
Kurangnya pencahayaan di dalam rumah.
Ventilasi yang tidak baik.
Menggunakan air sungai sebagai kebutuhan mandi dan mencuci
Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
Kurang sadarnya akan perilaku olahraga
Kurangnya perilaku hidup bersih sehat
Kurangnya perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar
4. Keluarga Binaan 4 Ny. Muflikah
5. Keluarga Binaan 5 Ny. Kholila

Tabel 1.16Data Dasar Keluarga Ny. Kholila

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan


Keluarga Kelamin

1 Ny. Kholila Kepala P 43 SMP Karyawan Rp.


Keluarga 3.000.000/bulan

2 Ny. Hj. Nenek P 70 SD Tidak -


astariah berkerja

3 An. Anak I P 16 SMP Tidak -


Chairunnisa berkerja

4 An. Anak II P 14 SMP Tidak -


Norlaela berkerja

Keluarga binaan Ny kholila yang tinggal di RT 020/ RW 001 Desa Kresek,


Kampung Bojong kabupaten tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari 4
anggota keluarga, yaitu Ny kholila yang berusia 43 tahun sebagai kepala keluarga
dengan latar belakang pendidikan terakhir SMP, ibunya yang bernama Ny. HJ. Astariah
yang berusia 70 tahun lalu mempunyai dua orang anak bernama An. chairunnisa dan
An. Norlaela yang masih duduk dibangku SMP.

i. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga binaan Ny kholila yang tinggal di RT 020/ RW 001 Desa Kresek,
Kampung Bojong kabupaten tangerang, Provinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari 4
anggota keluarga, yaitu Ny kholila yang berusia 43 tahun sebagai kepala keluarga
dengan latar belakang pendidikan terakhir SMP, Ny kholila berkerja sebagai karyawan
dengan penghasilan Rp 3.000.000,-/Bulan, ibunya yang bernama Ny. HJ. Astariah yang
berusia 70 tahun tidak memiliki pekerjaan lalu mempunyai dua orang anak, anak
pertama bernama chairunnisa usia 16 tahun dan Norlaela usia 14 tahun yang masih
duduk dibangku SMP.
Keluarga Ny. Kholila tinggal disebuah bangunan permanen rumah berukuran 6
x 8 m. Dinding rumah tersebut terbuat dari kayu, kemudian atap rumah tersebut terbuat
dari gypsum, lalu lantai rumah tersebut sebagian menggunakan ubin dan sebagian
beralaskan tanah. Kondisi ventilasi dirumah tersebut cukup baik, terdapat beberapa
ventilasi pada seluruh kamar dan 4 jendela pada ruang tamu (Bagian depan rumah) dan
selalu dibuka setiap hari dari pagi hari hingga siang hari. Didalam rumah tersebut
terdapat 2 kamar tidur, 2 kamar mandi (1 kamar mandi luar, 1 kamar mandi dalam), 1
buah Dapur, Ruang tamu, Ruang tv dan gudang. Kondisi kamar tidur didalam rumah
tersebut cukup mengkhawatirkan karena tidak adanya jendela, kurangnya pencahayaan
dan cukup lembab. Pada kamar tidur 1 dan kamar tidur 2 dipisahkan dengan tembok
yang terbuat dari kayu. Terdapat 2 kamar mandi, kondisi kedua kamar mandi sangat
mengkhawatirkan terutama pada kamar mandi luar, kamar mandi luar tidak
menggunakan ubin. Keluarnya Ny kholila menggunakan air sumur dan PDAM untuk
kegiatan sehari hari. Ny kholila memiliki 5 penampungan air, 2 diantaranya untuk air
minum dan memasak, 3 lainnya untuk mencuci pakaian dan mandi. Keluarga Ny
kholila mengaku air di rumah tersebut kadang terasa asin, berbau dan berwarna keruh.
Keluarga Ny. kholila mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan, namun terkadang tidak menggunakan sabun.
xxx

Gambar 2. Denah rumah Ny. Kholila

ii. Lingkungan Pemukiman


Rumah Ny. kholila terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat jalan setapak, di samping kiri terdapat rumah lainnya yang hanya
berbataskan tembok. Terdapat sebuah tempat penampungan sampah bagi warga yang
terletak di lahan kosong sebelah rumah Ny. kholila. Sampah tersebut menumpuk yang
menimbulkan asap ke sekitar rumah. Terdapat beberapa hewan unggas yang berkeliaran
disekitar area rumah tersebut.

iii. Pola Makan


Ny.kholila memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan sayur-sayuran dan bahan makanan lainnya. Sehari-harinya mereka
makan besar 3 - 4 kali. Untuk sarapan, Ny. kholila mengaku selalu sarapan setiap pagi.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah
makan.

iv. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


xxxxx

v. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Ny. kholila berobat ke sebuah puskesmas kresek
atau pun bidan desa dekat dengan rumahnya untuk berobat jika terdapat salah satu
anggota keluarganya yang sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek dan demam. Menurut Ny. kholila jika penyakit
yang dialami tidak dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.

vi. Riwayat Penyakit


Keluarga Ny. kholila mengaku memiliki riwayat penyakit darah tinggi yaitu
pada ibunya yg bernama Ny. Hj, Astariah. Namun mengaku jarang diperiksakan ke
puskesmas.

vii. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Ny. kholila, tidak memiliki kebiasaan merokok, maupun salah satu anggota
keluarganya didalam rumah.. Keluarga Ny. kholila mengaku mencuci tangan sebelum
makan dan jika tangan tampak kotor. Ny. kholila memiliki kebiasaan berolahraga yaitu
bersepeda kurang lebih 300 menit setiap harinya. Ny. Kholila beserta keluarga memiliki
kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi setiap kali mandi. Dan juga Ny. kholila
mengaku membersihkan rumahnya setiap hari dan membuka jendela dai pagi hari
hingga siang hari.

viii. Perilaku Membuang Sampah


Rumah keluarga Ny. Kholila berada di lingkungan perumahan yang padat, di
belakang rumah tersebut terdapat tanah kosong tempat pembuangan sampah. Ny.
Kholila mengaku bahwa mereka membuang sampah di dalam rumah lalu
membuangnya di lingkungan rumah yang terdapat pembuangan sampah, bersama
dengan tetangga-tetangga sekitarnya kemudian sampah-sampah tersebut dibakar saat
sudah menumpuk.

Tabel 1.16. Faktor Internal Keluarga Ny. Kholila


No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
merokok
2 Olah raga Ny. kholila memiliki kebiasaan bersepeda setiap harinya
30 menit
3 Pola Makan Ny. kholila mengaku makanan biasa bergonta ganti
tergantung dari bahan makanan yang tersedia. Sehari-
harinya mereka makan besar maksimal 3-4 kali. Untuk
sarapan, Ny. kholila mengaku setiap hari sarapan
4 Pola Pencarian Menurut Ny. kholila jika penyakit yang dialami tidak
Pengobatan dapat sembuh cepat, baru datang ke puskesmas.

5 Menabung Mereka tidak memiliki tabungan khusus


6 Aktivitas sehari-hari a. Ny kholila sebagai karyawan
b. Nenek sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak - anak sekolah

7 Alat kontrasepsi Di keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi


8 Riwayat kesehatan Keluarga Ny. kholila mengaku memiliki riwayat penyakit
darah tinggi yaitu pada ibunya yg bernama Ny. Hj,
Astariah. Namun mengaku jarang diperiksakan ke
puskesmas.

Tabel 1.17. Faktor Eksternal Keluarga Ny. Kholila


No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 6x8 m
2. Ruangan dalam rumah Ruang pertama berukuran m, ruang kedua
berukuran m, ruang ketiga berukuran .. m.

3. Jamban Keluarga Ny. kholila memiliki jamban

4. Ventilasi ada ventilasi

5. Pencahayaan Terdapat lampu pencahayaan yang kurang baik di


setiap ruang tersebut.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Ny. kholila menggunakan air
sumur dan PDAM yang digunakan untuk mandi dan
mencuci baju, serta untuk kebutuhan air minum dan
memasak sehari-hari.
7. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
8. Tempat pembuangan Keluarga Ny. kholila memiliki tempat pembuangan
sampah sampah didalam rumahnya dan membuang
sampahnya di lahan kosong di sekitar rumahnya.
9. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya dibatasi oleh sebuah tembok. Warga
membakar sampahnya yang menimbulkan asap
kelingkungan sekitar rumah.

Masalah Medis
1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2) Hipertensi
3) Demam

Masalah Non Medis


1) Tingkat pendidikan yang kurang.
2) Membuang sampah di samping dan belakang rumah.
3) Membakar sampah di samping rumah.
4) Kurangnya pencahayaan di dalam rumah.
5) Kurangnya kesadaran terdapat membersihkan penampungan air
6) Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
7) Kurangnya perilaku hidup bersih sehat
8) Kurangnya perilaku mencuci tangan dengan baik dan benar

1.3.1. Rumusan Area Masalah

1.3.1.1. Metode Delphi

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan
Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya. (Harold, et all, 1975).
Gambar 1.9 Proses Metode Delphi
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga
binaan yang bertempat tinggal di RT 020/RW 001, Kampung Bojong, Desa Kresek,
Kelurahan kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka
dilakukanlah diskusi kelompok danmerumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
Perilaku penggunaan Air bersih, Desa Kresek, Kelurahan kresek, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Metode Delphi dalam penelitian
ini digunakan sebagai penentu area masalah.

1.3.2. Alasan Pemilihan Area Masalah


Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan
menganalisis perilaku keluarga binaan terhadap pengunaan air bersih di wilayah
Kampung Bojong, Desa Kresek.
Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi pada keluarga
binaan di Kampung Bojong, Desa Kresek terdapat berbagai area permasalahan pada
keluarga binaan tersebut, yaitu :
Terpapar asap pembakaran sampah yang mencemari lingkungan sekitar,
Perilaku Merokok yang masih tinggi terutama pada kaum laki-laki,
Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah maupun diluar rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke lahan kosong dekat rumah,
Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi yang rendah,
Tidak adanya ventilasi di dalam rumah,
Tidak tersedia jamban sehat,
Kurangnya kebiasaan berolahraga,
Letak penampungan sampah yang sangat dekat dengan lingkungan tempat tinggal.
Perilaku penggunaan air bersih
Pemahaman tentang kesehatan
Tidak adanya penyuluhan serta organisasi remaja remaja

Dari hasil presurvey yang kami lakukan, didapatkan data bahwa kelima
keluarga binaan kami memiliki masalah mengenai cara penggunaan serta pengelolaan
air bersih yang baik. Karena berdasarkan data dari keluarga binaan kami, beberapa
warga mengetahui bahwa air yang selama ini digunakan tidak baik bagi kesehatan
Namun karena tidak banyak yang dapat mereka lakukan, maka mereka menampung air
tersebut pada sebuah tempat penampuan air, yang tidak mereka kelola dengan baik,
Berdasarkan hasil kunjungan, presurvey dan observasi pada waktu yang berbeda kami
melihat keluarga binaan kami mempunyai masalah dengan perilaku dalam penggunaan
dan pengelolaan air.
Kebiasaan perilaku ini dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai
penyakit saluran cerna maupun penyakit lain seperti demam berdarah dengue (DBD).
Berdasarkan data skunder yang kami dapatkan dari Puskesmas Kresek, diare dan
demam berdarah dengue merupakan 10 penyakit tertinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kresek. Dan berdasarkan hasil presurvey kami temukan banyak anggota keluarga
binaan kami yang pernah mengalami penyakit diare dan demam berdarah dengue.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur
atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan
diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas
sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.2. Konsep Perilaku


2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.

2.2.3 Domain Perilaku

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini
lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku &
norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan
(Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku.
Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan
menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk
tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif.
Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara komponen yang
ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi
fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden .
Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Di mana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4 Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial
budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor
penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain :

1. Teori World Health Organization (WHO) (1984)


WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah
:
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di
dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia

2. Theory of Reasoned Action (TRA)


Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan
hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan,
dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (Fishbein) yaitu sebuah
usaha untuk mengerti / memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi
sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah
di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap
sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan
norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara
komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.

3. Teori Lawrence Green (1980)


Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
4) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
5) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
6) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

4. Teori Snehandu B. Kar (1983)


Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal au`tonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.5 Konsep Air dan penggunaannya.


2.5.1 Definisi air bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal
karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri
sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55- 60 % berat badan terdiri dari
air, untuk anak-anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 % (Prawirodihardjo, 1987: 11).

Menurut Hermawan (1988 : 41) air yang memenuhi syarat kesehatan air yang bersih,
jernih tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung kuman atau bahan lain yang berbahaya
bagi kesehatan. Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi 3 macam:

1. Air tanah misalnya: mata air, sumur gali, sumur bor.

2. Air permukaan misalnya: air sungai, danau, laut, air yang diolah secara ilmiah
seperti air kali yang dibersihkan menjadi air minum.

c. Air hujan yaitu air yang jatuh langsung dari ruang angkasa.

Untuk pencegahan jenis air permukaan, bila air dipermukaan ini jenis air sungai yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari harus dijaga kebersihannya dari pencemaran.
Menurut Hermawan (1988 : 42) menjelaskan cara untuk menjaga air sungai ialah :

a. Jangan membuang sampah ke sungai.

b. Jangan mengadakan penebangan pohon pohon yang berada di hulu sungai dan di
samping sungai sepanjang sungai itu.

c. Jangan membunag air limbah yang mengakibatkan rusaknya air sungai.

Menurut asalnya sebagian dari air sungai dari air hujan yang mengalir melalui saluran-
saluran ke dalam sungai. Air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai ini
sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air
minum harus diolah terlebih dahulu (Entjang, 1998:74).

2.5.2 Sumber Air dan Sumur Gali

Sumber air dapat berasal dari (i) air permukaan yang merupakan air sungai,
dan danau. (ii) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah
dangkal atau air tanah dalam. (iii) Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfer,
seperti hujan dan salju. Kualitas berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai
dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada disekitarnya. Air tanah dangkal
dan permukaan dapat berkualitas baik andai kata tanah sekitarnya tidak tercemar,
oleh karenanya air permukaan dan air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya
(Soemirat,2009)

2.5.3 Pengelolaan Sumber Daya Air

Air adalah sumber penghidupan. Air memiliki peran yang sangat penting, organisme hidup
tidak dapat lepas dari air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Demikian pula
kebutuhan akan air bersih. Air bersih adalah air yang digunakan sehari-hari untuk kebutuhan
rumah tangga dasar. Ketersediaan air bersih menjadi langka saat ini karena disebabkan oleh
tercemarnya sumber-sumber air, penggunaan air sungai dan hujan, serta sumur-sumur yang
dibuat seadanya tanpa pelindung. (Samin, 2011, h. 55). Kondisi tersebut menyebabkan
masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan akses air bersih yang layak dari segi kualitas dan
kuantitas. Menurut Susilastuti (2011, h. 21) bahwa air bersih adalah air langsung dapat
diminum dengan syarat air tersebut aman (sehat) dan baik untuk diminum, tidak berwarna,
tidak berbau dengan rasa yang segar.

i. Pengelolaan Air Bersih


Akses terhadap air bersih adalah hak asasi manusia (hak tertinggi dalam hukum),
karena air merupakan kebutuhan penting bagi hidup manusia, sehingga membutuhkan
perlindungan kepada setiap masyarakat atas akses untuk mendapatkan air bersih yang
layak. Pengelolaan air bersih menjadi prioritas untuk meningkatkan efisensi penggunaan
dan pendistribusian air di masyarakat agar ketersediaan air dapat dinikmati oleh
masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, peningkatan efisiensi
penggunaan air perlu mendapatkan prioritas masyarakat dan instansi yang berkepentingan
dalam sistem pengelolaannya.
Menurut Helmi (2002) bahwa pengelolaan sumber daya air bersih yang terpadu
mencakup dua variabel yaitu; keterpaduan pada sistem alam (natural system), dan
keterpaduan pada sistem manusia (human system) termasuk sistem penyelenggaraan
(institution) pengelolaan air. Pada variabel sistem alam terdapat enam aspek keterpaduan
yaitu; (1) keterpaduan berbagai kepentingan yang berkaitan dengan air antara daerah hulu
dan hilir; (2) keterpaduan antara pengelolaan kuantitas dan kualitas; (3) keterpaduan antara
pengelolaan air permukaan dan air tanah; (4) keterpaduan antara penggunaan lahan (land
use) dan pengelolaan air (berkaitan dengan siklus hidrologi); (5) keterpaduan antara
pengelolaan air yang digunakan untuk evapotranspirasi dan air yang mengalir; (6)
keterpaduan antara pengelolaan air tawar dengan pengelolaan daerah pantai. Sedangkan
komponen sistem manusia antara lain yaitu: (1) keterpaduan antar sektor dalam pembuatan
kebijakan nasional; (2) keterpaduan semua stake holders dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan; (4) keterpaduan diantara pengelola air bersih dan air bah.
(Susilastuti, 2011, h. 21-22).
Sedangkan dari sudut pandang Sanim (2011, h. 56) bahwa pengelolaan sumber daya
air bersih harus memperhatikan sifat air sebagai common property, dimana air tidak dapat
diprivatisasi karena sifatnya sebagai sumberdaya milik bersama. Artinya prinsip-prinsip
water right harus melibatkan tata kelembagaan sebagai penujang di masyarakat agar dalam
pengelolaannya terdapat pengaturan tentang konservasi, proteksi dan pemanfaatan air
dalam pengelolaan sumberdaya air bersih.
Pengelolaan sumber daya air berpengaruh terhadap ketersediaan air. Ketersediaan air
ditentukan pula oleh perhatian atau perilaku masyarakat terhadap air sebagai komponen
dari stake holder. Oleh sebab itu, interaksi manusia dengan lingkungan adalah
sebagaimana interaksi manusia dengan sistem sosialnya berupa kelembagaan yang
mendorong berperilaku sehat individu melalui penyediaan sarana air bersih. Jika
lingkungan itu sehat maka berdampak pada peningkatan kondisi kesejahteran masyarakat.
Perilaku yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air bersih diantarannya adalah
perilaku ekonomis (economically), perilaku efesien (efficiency), perilaku hemat (thrifty),
perilaku bersih (sanitation) dan perilaku sehat (hygien). (Susilastuti, 2011, h. 26). Dengan
demikian, maka terdapat hubungan timbal balik antara perilaku manusia dengan kualitas
air karena setipa aksi yang berbeda menghasilkan akibat dan konsekuensi yang berbeda
pula. (Marrack, 1981, h. 193).
Untuk meningkatkan kualitas air bersih dan mengurangi pencemaran limbah pada air,
diperlukan perilaku yang mendukung terhadap upaya peningkatan kualitas air bersih.
Menurut Azwar (1983), bahwa perilaku sehat (hygien) mengarah pada aktivitas manusia
berperilaku sehat, sedangkan perilaku bersih (sanitation) menitikberatkan pada
pengawasan faktor-faktor lingkungan untuk membentuk kesehatan lingkungan.(Susilastuti,
2011, h. 25). Dengan demikian, perilaku sehat (hygien behavior) tidak dapat dipisahkan
dari perilaku bersih (sanitation behavior) dan perilaku bersih berkaitan perilaku minum air
yang direbus, cuci tangan sebelum makan dan pengelolaan sarana buangan limbah rumah
tangga. Kegiatan-kegiatan yang mencakup upaya dalam mencegah dan mengendalikan
lingkungan agar tidak menggangu kesehatan disebut sanitasi.
Sanitasi menurut Susilastuti (2011, h. 26), merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Usaha yang berkaitan dengan sanitasi dilakukan
dengan penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan meliputi penyehatan, pengamanan
dan pengendalian. Siswanto, Kasjono, dan Mantariputra, (2010, h.115)
Sanitasi sangat terkait dengan faktor lingkungan yang salah satu komponennya adalah
penyediaan air bersih. Air bersih merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia sehingga
apabila air tidak diperhatikandapat mengganggu kesehatan manusia. Penurunan kualitas air
bersih dapat menyebabkan penurunan kesehatan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui menurunnya kesehatan lingkungan. Dengan demikian hubungan air
bersih dengan kesehatan adalah komplek karena banyak penyakit yang sumber utamanya
air (water born disease), sehingga untuk mengukur derajat kesehatan yang
berkaitandengan air dilakukan melalui penilaian terhadap ada tidaknya penyakit diare
karena diare yang berkaitan dengan penyediaan air, perilaku sehat dan perilaku bersih.
Berkaitan dengan pengelolaan air bersih dan penyediaan sarana sanitasi di masyarakat
maka perlu adanya wadah yang dapat mengatur kegiatanya dilapangan. Untuk mengatur
hal tersebut, maka pendekatan kelembagaan pada pengelolaan air bersih sangat dibutuhkan
untuk mewadahi kegiatan di tingkat masyarakat. Melalui kelembagaan yang mengelola air
bersih diharapkan masyarakat dapat berpatisipasi di dalamnya melalui bentuk kegiatan
yang telah ditetapkan secara bersama. Oleh karena itu, melihat pentingnya pengelolaan air
bersih di masyarakat, maka pendekatan lebih penting dalam menangani masalah
rendahnya akses air bersih pada penelitian ini dengan melihat terbentuknya kelembagaan
pada pengelolaan air, mekanisme yang dilakukan dalam pengelolaa air bersihnya, tahapan
pengembangan masyarakat pada kegiatan penyediaan air bersih sebagai bentuk partisipasi
dari masyarakat, dan manfaat yang diperoleh pada pengelolaa air bersih dengan
pendekatan kelembagaan lokal. Dengan demikian maka keberadaan kelembagaan lokal
dapat menjadi sebuah model pendekatan pada pengelolaan air bersih dengan berbasikan
masyarakat sebagai bentuk partisipasi langsung di tingkat masyarakat lokal.

ii. Pengelolaan Air Bersih Berbasis Kelembagaan Lokal


Ketersediaan air bersih adalah jumlah air bersih yang layak, yang dapat memenuhi segala
kegiatan manusia yaitu melalui suplai air yang terbaharui. Untuk memenuhi ketersediaan air
bersih tersebut diperlukan kebijakan dan strategi dalam pengembangan sumberdaya air melalui
kelembagaan yang diprakarsai masyarakat lokal. Menurut Samin (2011, h. 145-156) terdapat
beberapa faktor penyebab diperlukannya kebijakan dalam pengembangan sumber daya air
bersih antara lain:

a) Perubahan lingkungan strategi internal yang mencakup reformasi,demokratisasi menuju


masyarakat madani (civil society),otonomi daerah, good governance, hak asasi manusia.
b) Keterbatasan kemampuan negara (pemerintah) dalam menejemen sumberdaya air,
khususnya yang menyangkut kemampuan pendanaan dalam pelaksnaaan konservasi dan
penyediaan air bersih.

c) Berkurangnya ketersediaan air bersih (water supply) karena penurunan kapasitas dan
kualitas air di satu sisi, dan meningkatnya kebutuhan air (water demand) disebabkan
kenaikan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan ekonomi.

d) Kerugian dan kerusakan luar biasa yang diakibatkan oleh kekeringan (menimbulkan
kelangkaan air) dan kelebihan air (menimbulkan banjir, tanah longsor, dan erosi).

e) Perumusan dan implementasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam


manejemen sumber daya air biasa-biasa saja. Padahal permasalahan yang dihadapi
berulang kali secara sistemik, berdampak negatif sangat luas terhadap kesejahteraan
(human well being) menyangkut keamanan dan kestabilan nasional.

f) Efesiensi pemakaian air yang masih rendah. Sebagai, contoh untuk sektor pertanian
pemakai air sekitar 60 persen, sektor air bersih sekitar 65 persen dan pemakaian industri
sekitar 70 persen.

Untuk menjawab faktor permasalahan diatas supaya dapat menwujudkan kebijakan dan
strategi pengembangan air bersih, maka membutuhkan peran dari kelembagaan lokal dalam
penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih di masyarakat berkontribusi meningkatkan
derajat kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Nilai-nilai lokal masyarakat yang di
institusionalisasikan pada kelembagaan berupa norma, regulasi, dan kultural-kognitif menjadi
pedoman kelembagaan lokal dalam mengelola sumber daya air bersih berdasarkan atas
kearifan dan potensi lokal masyarakat. Untuk itu, pemanfaatan kelembagaan lokal dalam
kegiatan pembangunan sarana air bersih merupakan salah satu strategi yang efektif dalam
menanggunlangi permasalahan sosial akibat rendahnya akses air bersih dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
Bila dikaitkan dengan pengelolaan air bersih berbasis komunitas sebagaimana yang
dikemukakan Adi (2002, h. 154), maka keberadaan anggota masyarakat secara bersama-sama
menanggulangi permasalahan melalui kelembagaan lokal memiliki tujuan mengembangkan
kemandirian dan, pada dasarnya, memantapkan rasa kebersamaan sebagai suatu komunitas
berdasarkan basis pertetanggaan (neighbourhood) meskipun bukan secara eksklusif. Dasar
sebuah kelembagaan lokal dibentuk karena adanya konsensus masyarakat bersama aktor yang
berada di kelembagaan. Konsensus tersebut sebagai upaya untuk mengikat setiap anggota
masyarakat guna menghimpun aset komunitas untuk mendapatkan sumber daya berupa air
bersih. Tanpa adanya konsensus di masyarakat, pendistribusian sumber daya air tidak akan
berjalan efektif. (Wibowo, 2011, h. 136).
Dengan demikian, pengelolaan sarana air bersih melalui kelembagaan lokal berbasis
masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar (air bersih dan
sanitasi) manusia guna meningkatkan derajat kesejahteraan sosial. Khususnya untuk mencapai
standar kehidupan yang layak terkait terpenuhinya air bersih dan kesempatan sosial untuk
memperoleh sarana sanitasi dasar demi peningkatan derajat kesehatan di masyarakat.
Sehingga, ketika kebutuhan manusia untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi dapat terpenuhi
dan apabila kesempatan sosial untuk dapat mengakses air bersihdan sanitasi dapat
dimaksimalkan melalui kebijakan pembangunan kesehatan dan layanan institusi atau
kelembagaan lokal, maka usaha untuk mencapai kualitas hidup dan aspek kesehatan akan
menjadi lebih baik, sehingga kondisi tersebut berkontribusi bagi pembangunan kesejahteraan
sosial. Selain itu, jika air bersih dan sanitasi ditinjau disiplin ilmu kesejahteraan sosial, maka
kajian keilmuan ini dapat mengembangkan kerangkan pemikiran dan metodologi berupa
intervensi sosial (pengembangan masyarakat) untuk meningkatkan kualitas hidup
(terpenuhinya standar air bersih dan sanitasi yang layak) masyarakat dengan mengelola
masalah sosial akibat rendahnya kesehatan lingkungan dan minimnya kesadaran masyarakat
sehingga memunculkan solusi untuk pemunuhan kebutuhan hidup (pelayanan air bersih dan
sanitasi) dan pemaksimalan partisipasi anggota masyarakat agar dapat berkembang.
2.6 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:

Faktor
Predisposisi

- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Nilai-nilai

Faktor Pendukung

- Lingkungan PERILAKU KESEHATAN


- Sarana dan

Prasarana

Faktor Pendorong

Sikap dan
Perilaku

Petugas

Kesehatan Kerangka Konsep


Sikap responden terhadap
pengendalian lingkungan

Pengetahuan responden
mengenai air bersih Perilaku Pengelolaan air
bersih Di Keluarga
Binaan Di RT 020/ RW
001 Kampung Bojong,
Desa Kresek, Kelurahan
Renged, Kecamatan
Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi
Sarana dan Prasarana
Banten
Kesehatan

Lingkungan responden
terhadap air bersih

Social dan ekonomi responden


terhadap air bersih
2.8 Definsi Operasional

Variabe Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil Variabel


l Operasional Ukur ukur Ukur

1. Perilaku Kuesi Wawa Ordinal Baik : Bila


Penggunaan oner ncara skor > 8,
air bersih
Cukup : bila
skor 5-8,

Buruk : bila
skor < 5

2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor >4)


air bersih yang oner ancara
Buruk (Skor
responden
<4)
ketahui
mengenai air
bersih

3. Sikap Reaksi atau Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor 6)


respon oner ancara
Buruk (Skor
responden
<6)
terhadap
pemakaian air
bersih

4. Keyakinan Sikap yang Kuesi Waw Ordinal Baik (Skor 6)


ditunjukan oner ancara
Buruk (Skor
responden
<6)
setelah merasa
tahu mengenai
penggunaan air
bersih

5. Lingkungan Keadaan Kuesi Wawa Ordinal Mempengaruhi


sekitar oner ncara (Skor 6)
individu yang
Tidak
berpengaruh
Mempengaruhi
terhadap air
(Skor <6)
bersih

6. Sarana dan Segala sesuatu Kuesi Waw Ordinal Mendukung


Prasarana yang dapat oner ancara (Skor 2)
dipakai
Tidak
sebagai alat
Mendukung
serta
(Skor <2)
penunjangnya
untuk air
bersih

7. . Ekonomi Kuesi Waw Ordinal Mendukung


terhadap oner ancara (Skor 2)
pengaruh
Tidak
penggunaan
Mendukung
air bersih
(Skor <2)

Anda mungkin juga menyukai