Anda di halaman 1dari 6

GALENIKA Journal of Pharmacy Vol.et1 al.

/Galenika
Herslambang (1) : 59 - 64 Journal of Pharmacy ISSN : 2442-8744
March 2015

AKTIVITAS SEDIAAN GEL KUERSETIN TERHADAP Staphylococcus Epidermidis

THE ACTIVITY OF QUERSETIN GEL AGAINTS Staphylococcus Epidermidis

Rina Apriana Herslambang1, Dina Rahmawanty1, Mia Fitriana1


1
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Received 20 Januari 2015, Accepted 20 Februari 2015

ABSTRAK

Jerawat adalah abnormalitas produksi sebum pada kelenjar sebasea yang dapat disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu bakteri yang dapat
meningkatkan keparahan jerawat. Kuersetin adalah kelompok flavonoid yang memiliki senyawa fenol yang
dapat menghambat Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 0,05% b/b. Ada beberapa bentuk sediaan yang
dapat digunakan sebagai sediaan untuk mengobati jerawat, salah satunya adalah sediaan gel. Sediaan gel lebih
mudah dibersihkan dari permukaan kulit dan tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan
jerawat serta mempunyai kadar air yang tinggi, sehingga dapat menghidrasi stratum corneum dan mengurangi
resiko timbulnya peradangan akibat akumulasi minyak ke pori-pori. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menetapkan konsentrasi hambat minimum gel kuersetin terhadap Staphylococcus epidermidis. Basis gel yang
digunakan adalah HPMC. Variasi kuersetin yang ditambahkan ke dalam gel adalah 0,05% b/b (F1), 0,15% b/b
(F2), dan 0,25% b/b (F3). Sediaan gel yang sudah diformulasi diuji aktivitasnya terhadap Staphylococcus
Epidermidis dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat pada
F1, F2, dan F3 yaitu 7,83 mm, 6,53 mm, 4,56 mm dan hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan
bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan konsentrasi hambat minimum gel kuersetin yang
menggunakan basis HPMC adalah sebesar 0,05% b/b dengan zona hambat sebesar 7,83 mm.

Kata kunci : Jerawat, Kuersetin, Staphylococcus epidermidis.

ABSTRACT

Acne is the abnormality production of sebum in the sebaceous glands which are usually caused by
Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus epidermidis one of bacterial that caused acne. Quercetin have a
phenolic compound that can inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis at 0,05% w/w. The purpose of
this study was to determine the minimum inhibitory concentration of quercetin gel. HPMC was used as gel base.
The concentrations of quercetin that was added to gel were 0,05% w/w, 0,15% w/w, and 0,25% w/w. The
antibacterial activity of the gels was determined using agar diffusion method. The results showed that the
inhibition zone on the F1, F2, and F3 were 7,83 mm , 6,53 mm , 4,56 mm and the result showed that quercetin
gels significantly effected the growth of Staphylococcus epidermidis (p<0,05). The minimum inhibitory
concentration of quercetin gel was 0,05% w/w with inhibition zone of 7.83 mm.

Key words: Acne, Quercetin, Staphylococcus epidermidis

*Correspondence author: Rina Apriana Herslambang, herslambang.92@gmail.com , miafitriana@farmasi-


unlam.ac.id

59
Herslambang et al./Galenika Journal of Pharmacy

PENDAHULUAN diasumsikan bahwa mekanisme hambatnya


Jerawat adalah penyakit kulit kronis terhadap pertumbuhan bakteri sama
akibat abnormalitas produksi sebum pada dengan flavonoid (Maulita et al, 2009).
kelenjar sebasea yang muncul saat kelenjar Menurut penelitian Rauha, et al (2000),
minyak di kulit terlalu aktif. Jerawat dengan konsentrasi 0,05% b/b kuersetin
ditandai dengan adanya komedo dan nodul mampu menghambat bakteri
(Vera, 2010). Sekitar 75-80% orang Staphylococcus epidermidis.
dewasa pernah menderita jerawat, Ada beberapa bentuk sediaan yang
terutama pada usia remaja, lesi jerawat dapat digunakan sebagai sediaan untuk
sering menjadi kronis dan meninggalkan mengobati jerawat, salah satunya adalah
bekas jaringan parut di wajah sehingga sediaan gel. Sediaan dalam bentuk gel
menimbulkan gangguan estetika dan lebih mudah dibersihkan dari permukaan
psikologis. Masalah psikologis ini cukup kulit dan tidak mengandung minyak yang
serius karena menyangkut penampilan dapat meningkatkan keparahan jerawat
seseorang sehingga mengakibatkan depresi serta mempunyai kadar air yang tinggi,
dan kegelisahan (Sutono, 2013). sehingga dapat menghidrasi stratum
Salah satu penyebab terjadinya corneum dan mengurangi resiko timbulnya
jerawat pada kulit adalah bakteri peradangan akibat akumulasi minyak ke
Staphylococcus epidermidis, bakteri ini pori-pori, maka dari itu cocok digunakan
merupakan salah satu spesies bakteri dari sebagai sediaan dalam formulasi obat
genus Staphylococcus yang diketahui jerawat (Susanti, 2012). Bentuk gel
dapat menyebabkan infeksi oportunistik. memiliki beberapa keuntungan diantaranya
Bakteri ini secara alami hidup pada kulit tidak lengket, tidak mengotori pakaian,
dan membran mukosa manusia. mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak
Staphylococcus epidermidis merupakan meninggalkan lapisan berminyak pada
salah satu penyebab infeksi pada kulit kulit, viskositas gel tidak mengalami
yang ditandai dengan pembentukan abses perubahan yang berarti selama
(Madani, 2010). Staphylococcus penyimpanan (Lachman, 1994).
epidermidis dapat mengubah diasigliserol Viskositas gel yang tinggi
dan triasigliserol sebaseus menjadi gliserol menyebabkan adanya halangan kuersetin
dan asam lemak yang dapat menyebabkan untuk lepas dari gel. Sehingga, diperlukan
proliferasi hiperkeratosis pada bagian uji daya hambat kuersetin dalam sediaan
folikuler sehingga menimbulkan jerawat gel. Tujuan penelitian ini adalah untuk
(Sylvia, 2011). menetapkan konsentrasi hambat minimum
Kuersetin adalah kelompok gel kuersetin terhadap Staphylococcus
flavonoid berasal dari bahan alam yang epidermidis.
memiliki senyawa fenol yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. METODE PENELITIAN
Senyawa kuersetin memiliki lima gugus Alat yang digunakan dalam
hidroksi (-OH) yang mengakibatkan penelitian ini adalah alat-alat gelas
senyawa ini memiliki kepolaran tinggi. (Pyrex), hot plate (Stuart), mortir,
Kuersetin dan flavonoid memiliki struktur termometer (Onemed), pot gel, sendok
kimia yang hampir mirip sehingga dapat tanduk, stamper, timbangan analitik

60
Herslambang et al./Galenika Journal of Pharmacy

(Ohaus), beban, kaca objek, kaca persegi, Pembuatan Media Muller Hinton Agar
pH meter (Millipore) viskometer Uji Kadar Hambat terhadap bakteri
Brookfield LR 99102 (LVT 110629), dengan menggunakan media Muller
cawan petri, jangka sorong, penggaris, Hinton agar dengan cara melarutkan 7
spuit injeksi, inkubator, kaca objek dan gram bubuk media Muller Hinton agar
ose. dalam 200 mL aquadest sampai homogen,
Bahan-bahan yang digunakan dalam kemudian masukkan dalam erlenmeyer
penelitian ini adalah isolat kuersetin dan dimasukan ke dalam otoklaf pada
(Sigma-Aldrich), propilen glikol, HPMC tekanan 1 atm 121 0C selama 15 menit,
E15 (ILE), metil paraben (Brataco), kemudian suhu diturunkan sampai 50-
propil paraben (Brataco) dan aquadest 600C, media Muller Hinton agar yang
bebas CO2, media Muller hinton agar dan sudah dingin dituang kedalam 10 cawan
bakteri Staphylococcus epidermidis FNCC petri steril hingga padat. Cawan yang
0048. berisikan media Muller Hinton agar
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
Formulasi Gel Kuersetin Hari berikutnya dilakukan kontrol, jika
Proses pertama yaitu bening berarti media sudah bisa digunakan
menggembangkan gelling agent yaitu untuk penanaman bakteri Staphylococcus
HMPC dengan menggunakan aquadest epidermidis (Dewi, 2010).
panas disertai pengadukan yang konstan
hingga mengembang. Metil paraben, propil Pembenihan Bakteri
paraben dan propilen glikol dicampurkan Bakteri Staphylococcus epidermidis
secara bersamaan hingga homogen. biakan murni diambil sebanyak satu ose,
Tahapan selanjutnya setelah semua kemudian digoreskan pada media agar
komponen metil paraben, propil paraben darah. Pemindahan bakteri dengan
dan propilen glikol homogen, kemudian menggunakan kawat inokulasi, ujung
dimasukan campuran metil paraben, propil kawat dipijarkan sedangkan sisanya
paraben dan propilen glikol tersebut sampai tangkai hanya dilewatkan nyala
kedalam campuran HMPC dan lakukan api. Setelah dingin, ujung kawat
pengadukan hingga homogen. Isolat disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung
kuersetin dengan konsentrasi 0,05 (% b/b); tempat pemeliharaan inokulum (yaitu
0,15 (% b/b); 0,25 (% b/b) masing-masing sampel bakteri) dipanaskan kembali
dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 aduk setelah digunakan kemudian disumbat
hingga terlarut. Kemudian setelah seperti semula menggunakan kapas.
campuran isolat kuersetin terlarut masukan Inokulum yang terdapat diujung kawat
kedalam campuran HMPC gerus hingga digoreskan ke dalam media agar darah.
homogen dan menambahkan aquadest Bakteri pada media agar darah diinkubasi
bebas CO2 ad 100 mL hingga terbentuk pada suhu 370C selama 24 jam (Wardhani
konsistensi gel yang baik. et al, 2010).

Penentuan Efektivitas Sediaan Gel Uji efektivitas gel kuersetin terhadap


Kuersetin terhadap Staphylococcus Staphylococcus epidermidis.
Epidermidis Pemeriksaan gel kuersetin terhadap
Staphylococcus epidermidis dapat

61
Herslambang et al./Galenika Journal of Pharmacy

dilakukan dengan mengambil satu ose terjadi struktur jaringan tiga dimensi
bakteri pada media agar darah karena adanya ikatan hidrogen. Adanya
disuspensikan kedalam tabung berisi 3 ml struktur jaringan atau sambung silang
suspension medium dan diinkubasi 3 jam tersebut menyebabkan larutan HPMC
pada suhu 37C. Suspensi bakteri yang menjadi gel dan viskositasnya meningkat
didapat memiliki konsentrasi 107CFU/ml (Baumgartner et al, 2002).
(colony forming units per milliliter) setara Uji efektivitas sediaan gel kuersetin
dengan standar Mc.Farland 0,5. Kapas lidi ini menggunakan cara difusi agar dengan
steril dimasukkan ke dalam tabung yang menggunakan media Mueller Hinton agar.
berisi bakteri, kemudian ditekan di dinding Metode difusi agar merupakan analisis
tabung agar tidak terlalu basah. Kapas potensi antibiotika dengan cara yang
tersebut diusapkan pada Muller-Hinton sederhana dan hasil yang diperoleh cukup
agar sampai rata dan setipis mungkin, teliti. Prinsip penetapannya, yaitu
kemudian dibuat lubang pada media mengukur zona hambatan pertumbuhan
dengan diameter sumuran 7 mm. Sampel mikroba dari bahan yang diujikan. Metode
yang diuji dimasukkan ke dalam sumuran difusi agar memiliki kelebihan yaitu
hingga penuh. Setelah diinkubasi 18-24 sederhana untuk dilakukan dan dapat
jam diukur diameter hambatannya digunakan untuk melihat sensitivitas
menggunakan penggaris atau jangka berbagai jenis mikroba terhadap
sorong (Wardhani et al, 2010). antimikroba pada konsentrasi tertentu.
Hasil uji efektivitas gel kuersetin
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat berdasarkan zona hambat pada uji
Kuersetin merupakan kelas flavonoid difusi agar. Zona hambat adalah zona
kelompok flavonol (Materska, 2008) yang bening yang terbentuk karena
memiliki aktivitas antibakteri dan mampu kemampuan sediaan dalam menghambat
meningkatkan permeabilitas membran sel pertumbuhan bakteri. Cara penghitungan
bakteri sehingga dapat mengubah struktur zona hambat adalah dengan mengukur
dan fungsi membran, menyebabkan zona hambat yang tampak dengan
denaturasi protein membran sehingga menggunakan jangka sorong. Hasil uji
membran sel akan rusak dan lisis. Selain efektivitas gel kuersetin terhadap
itu, kuersetin memiliki molekul yang dapat Staphylococcus epidermidis dapat dilihat
menarik air atau hidrofilik dan molekul pada tabel 2 dan grafik dapat dilihat pada
yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik gambar 1.
sehingga dapat menurunkan tegangan
10
permukaan sel yang akhirnya
zona hambat (mm)

8
menyebabkan kehancuran bakteri (Nurul, 6
2012). 4
Pembuatan sediaan gel digunakan basis 2
0
HPMC 15. Pemilihan basis HPMC E15 ini Formula 1 Formula 2 Formula 3
karena dapat mengembang dalam air dan
menghasilkan viskositas yang sesuai Gambar 1. Grafik uji efektivitas gel
dengan syarat viskositas gel. Selama kuersetin
proses pengembangan HPMC, rantai
makromolekul akan mengabsorpsi air dan

62
Herslambang et al./Galenika Journal of Pharmacy

Tabel 2. Hasil uji Efektivitas Gel daya hambat sedang dan formula 3
Kuersetin terhadap Staphylococcus (4,56mm) mempunyai daya hambat yang
epidermidis. lemah karena memiliki zona hambat yang
Formula Hasil rerata dan standar kurang dari 5 mm. Berdasarkan hasil uji
deviasi zona hambat statistik terdapat perbedaan yang bermakna
minimum Staphylococcus (p<0,05) antara formula 1, 2, dan 3. Hal ini
epidermidis (mm) menunjukkan bahwa ada pengaruh
( SD, n=3)* penambahan kuersetin terhadap daya
Formula 1 7,830,41 hambat bakteri Staphylococcus
Formula 2 6,530,60 epidermidis. Pada penelitian ini sediaan
Formula 3 4,560,85 gel F1 dengan konsentrasi kuersetin 0,05%
Keterangan : * Data yang digunakan sudah b/b merupakan konsentrasihambat
dikurangkan dengan kontrol (-) minimum yang paling efektif menghambat
pertumbuhan staphylococcus epidermidis
Hasil uji efektivitas sediaan gel dengan zona hambat sebesar 7,83 mm.
kuersetin menunjukkan zona hambat
paling besar terdapat pada formula 1 DAFTAR PUSTAKA
dengan nilai konsentrasi kuersetin 0,05 %
b/b sedangkan zona hambat paling kecil Baumgartner, S., J. Kristil., N. A. Peppas.
terdapat pada formula 3 dengan (2002). Network Structure of
konsentrasi paling tinggi 0,50 %b/b, Cellulose Ethers Used in
seharusnya semakin tinggi konsentrasi Pharmaceutical Applications
yang digunakan semakin besar pula zona During Swelling and at
hambat minimum yang diperoleh. Namun Equilibrium. Pharm Res,
hasil yang diperoleh pada penelitian ini 19(8):1084-90.
sebaliknya, semakin besar konsentrasi
yang digunakan semakin kecil zona Dewi, F. K. (2010). Aktivitas Antibakteri
hambat minimumnya. Hal ini disebabkan Ekstrak Etanol Mengkudu
karena pada penelitian gugus fenol (-OH) (Morinda citrifol Linnaeu)
yang dimiliki kuersetin akan terikat Terhadap Bakteri Pembusuk
dengan HPMC menggantikan gugus OH Daging Segar. Skripsi, Jurusan
dari akuades dan mengakibatkan daya Biologi FMIPA Universitas
hambat antibakterinya menurun. Hasil Sebelas Maret, Surakarta.
dapat disimpulkan bahwa terdapat
kemungkinanan bahwa kuersetin tidak Lachman, L., H.A. Lieberman., J. L.
dapat menyebar keluar dari gel karena Kanig. (1994). Teori dan Praktek
gaya kohesinya lebih besar dibandingkan Farmasi Industri Edisi III.
dengan gaya adhesinya sehingga Universitas Indonesia Press,
penyebaran kuersetin tersebut Jakarta.
mempengaruhi efektifitas kuersetin
sebagai antibakteri. Madani, A. (2010). Perbandingan aktivitas
Zona hambat formula 1 (7,83 mm), dan mekanisme penghambatan
formula 2 (6,53 mm) artinya mempunyai antibakteri ekstrak air dengan
ekstrak etil asetat gambir (Uncaria

63
Herslambang et al./Galenika Journal of Pharmacy

gambir Roxb.) Terhadap bakteri Susanti. (2012). Formulasi Gel Anti


staphylococcus Epidermidis, jerawat dari Ekstrak Etil Asetat
Staphylococcus mutans dan Gambir. Skripsi Universitas
staphylococcus pyogenes. Skripsi, Pekanbaru, Riau.
Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Sutono, T. (2013). Efektivitas Ekstrak
Martin, A. (1993). Farmasi Fisika. Edisi Etanol Kulit Buah Manggis
ke-2. Universitas Indonesia Press, (Garcinia mangostana L) Meredam
Jakarta. Stres Oksidatif Penderita Jerawat
(Acne vulgaris) Derajat Ringan
Materska, M. (2008). Kuersetin And Its dan Sedang pada Siswa Di Asrama
Derivatives: Chemical Structure Akademi Perawatan di Jakarta.
And Bioactivity. Department of Tesis, Universitas Indonesia,
Chemistry, Agricultural University, Depok.
58: 407-413.
Sylvia, W. (2011). Daya Hambat Ekstrak
Maulita, C. N., F. Arvin., Sumantri. Ampas Teh Hitam (Camellia
(2009). Uji Aktivitas Antibakteri sinensis L.) Terhadap
Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar Pertumbuhan Staphylococcus
(Jatropha curcas L.) Terhadap epidermidis. Skripsi, Fakultas
Bakteri Staphylococcus aureus Teknobiologi Universitas Atma
ATCC 25923, Escherichia coli Jaya, Yogyakarta.
ATCC 25922, dan Salmonella typhi
ATCC 1408, Mediagro, (5):26-37. Vera, P. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri
Penyebab Jerawat Dari Daun
Nurul, A. R. (2012). Formulasi Sediaan Dewa (Gynura pseudochine (Lour.)
Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol DC.). Skripsi, Universitas Andalas,
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata Padang.
Linn.) dengan Basis HPMC.
Skripsi, Universitas Lambung Wardhani, S.D., P. N. Oki. (2010).
Mangkurat, Banjarbaru. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak
Etanolik Buah Belimbing Wuluh
Rauha, J. P., S. Remes., M. Heinonen. (Averhoa blimbi Linn) dalam
(2000). Antimicrobial Effects Of Variasi Basis Salep dan Uji
Finnish Plant Extracts Containing Antibakteri Pada
Flavonoids And Other Phenolic Propinobacterium jerawat
Compounds. International Journal Penyebab jerawat. Skripsi.
of Food Microbiology, 56: 3-12. Universitas Jendral Soedirman,
Purwokerto.
Rowe, C.R., P.J. Sheskey., S. C. Dwen.
(2006). Handbook of
Pharmaceutical Excipients 5th
Edition. Pharmaceutical Press,
London.

64

Anda mungkin juga menyukai