Anda di halaman 1dari 4

Pelanggaran Kemasan Terasi Udang

Mutu dan keamanan pangan dalam kemasan sangat tergantung dari mutu
kemasan yang digunakan, baik kemasan primer, sekunder maupun tertier. Oleh
karena itu diperlukan adanya peraturan-peraturan mengenai kemasan pangan,
yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
Sistem standarisasi produk pangan yang dikembangkan oleh Direktorat
Standarisasi Produk pangan melibatkan tim ahli di bidang terkait dalam megkaji
regulasi yang berkaitan dengan keamanan pangan. Pertimbangan nasional menjadi
pertimbangan utama dalam penyusunan regulasi kemasan produk pangan,
sehingga produk pangan Indonesia dapat bersaing dengan produk dari pasar
global. Produsen pangan berkewajiban menjaga mutu dan keamanan produk
pangan yang dihasilkan serta melengkapi dan menyampaikan protokol
pengawasan dan pemeriksaan yang berkaitan dengan penjaminan tersebut.
Regulasi mengenai kemasan, yang ditinjau dari segi keamanan bahan kemasan
pangan menyangkut tentang sifat toksiknya terutama yang bersifat kronis. Pada
dasarnya terdapat persyaratan-persyaratan yang dapat ditetapkan berkaitan dengan
mutu kemasan sehubungan dengan keamanan pangan, diantaranya adalah:
1. Jenis bahan yang digunakan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
2. Bahan tambahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
3. Cemaran
4. Residu
5. Migrasi
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 pasal 97 ayat (3), label
kemasan sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal berikut:
1. nama produk;
2. daftar bahan yang digunakan;
3. berat bersih atau isi bersih;
4. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
5. halal bagi yang dipersyaratkan;
6. tanggal dan kode produksi;
7. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
8. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
9. asal usul bahan Pangan tertentu.
Keterangan pada label sebagaimana dimaksud pada pasal 97 ayat (3) ditulis,
dicetak, atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat. Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada
label kemasan adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara
penggunaan, petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau
pernyataan khusus.
Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD,
sedangkan produk luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi tanggal
produksi dan angka atau huruf lain yang mencirikan batch produksi. Nilai gizi
juga harus dicantumkan pada kemasan produk pangan. Informasi gizi yang harus
dicantumkan meliputi: energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral atau
komponen lain.
Kemasan terasi udang yang dibahas adalah terasi udang mateng 69 dan
terasi udang ABC. Kedua terasi ini memiliki label di kemasannya, tetapi terdapat
beberapa perbedaan dan pelanggaran yang terjadi. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai pelanggaran label kemasan terasi udang:
1. Terasi udang mateng 69
Label kemasan terasi udang mateng 69 hanya memuat nama produk,
keterangan halal, izin Depkes RI, dan nama dan alamat pihak yang memproduksi.
Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2012. Beberapa
pelanggaran yang dilakukan produsen terasi udang mateng 69 antara lain:
a. Komposisi
Produsen terasi udang mateng 69 tidak mencantumkan komposisi yang
digunakan dalam membuat terasi ini. Warna dari terasi udang ini adalah
keunguan, karena tidak dicantumkan komposisi maka konsumen tidak mengetahui
pewarna yang digunakan untuk membuat terasi ini. Ingredient penyusun produk
termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan harus dicantumkan secara
lengkap. Urutannya dimulai dari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan
mineral.
b. Keterangan halal dari LPPOM MUI
Keterangan halal yang dicantumkan pada kemasan ini tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dimana tidak ada nomor sertifikat

halal dari LPPOM MUI. Kemasan ini hanya mencantumkan logo halal dan
No. MUI- JB 010610/2391205 sebagai keterangan halal dari MUI.
c. Berat bersih atau isi bersih
Label kemasan terasi udang mateng 69 tidak mencantumkan berat bersih
dari produk terasi udang tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No.
18 Tahun 2012, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah
satunya memuat keterangan berat bersih dari produk tersebut.
d. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
Terasi udang mateng 69 tidak mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun
kadaluarsa pada label kemasannya. Sehingga konsumen tidak dapat mengetahui
kapan produk ini sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
e. Nomor izin edar

Produk terasi mateng 69 tidak mencantumkan nomor izin edar pada


kemasannya. Nomor Izin Edar (NIE) Pangan diawali dengan kode BPOM RI
diikuti kode 2 huruf dan diikuti dengan 12 digit angka. Produk dalam negeri diberi
kode MD, sedangkan produk luar negeri diberi kode ML.

2. Terasi udang ABC


Label kemasan terasi udang ABC sudah cukup lengkap menurut Undang-
Undang No. 18 Tahun 2012. Akan tetapi ada beberapa hal yang tidak tercantum di
dalam label kemasan terasi udang ABC, antara lain:
a. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
Kemasan primer yang digunakan untuk mengemas produk terasi udang
ABC tidak mencantumkan tanggal, bulan ,daan tahun kadaluarsa. Tanggal, bulan,
dan tahun kadaluarsa ini hanya dicantumkan dalam kemasan sekunder dari produk
ini. Sehingga konsumen yang membeli produk dalam jumlah satuan tidak dapat
mengetahui tanggal kadaluarsa dari produk terasi udang ABC.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan
dan tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah
pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3
bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang
memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.
b. Keterangan halal dari LPPOM MUI
Produk terasi udang ABC sudah mencantumkan logo halal MUI akan
tetapi tidak ada nomor sertifikat halal dari LPPOM MUI. Label kemasan produk

ini hanya mencantumkan logo saja. Pencantuman tulisan halal diatur oleh
keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama Mo.
427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak
mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah
menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal
pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya
makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk
harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh
LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama.
Berdasarkan penjelasan tersebut, produsen terasi udang mateng 69 dan
terasi udang ABC melanggar ketentuan pasal 97 ayat (3) Undang-Undang No. 18
Tahun 2012. Selain itu, pasal 100 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
menyatakan:
(1) Setiap label Pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai
Pangan dengan benar dan tidak menyesatkan.
(2) Setiap Orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan yang tidak
benar dan/atau menyesatkan pada label.
Produsen produk terasi mateng 69 melanggar ketentuan pasal 100,
sehingga dapat dikenai sanksi administratif. Sanksi administratif tersebut dapat
berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. ganti rugi; dan/atau
e. pencabutan izin.

Anda mungkin juga menyukai