Anda di halaman 1dari 3

Windhiastri Nur Aini Pramesti

942016015

HIKMAH FILSAFAT

Dari segi bahasa, filsafat atau filosofi berasal dari bahasa Yunani dari
kata Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Filosofi berarti cinta akan
kebijaksanaan. Dari sinilah sebuah filosofi dikatakan sebagai ilmu yang menjadi
dasar dari seluruh ilmu yang menjadi panutan manusia.

Seperti halnya dari apa yang dikemukakan oleh Imanuel Kant ( 1724
1804 ), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

1. Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )


2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )

Dalam hakikat pengetahuan filsafat, Hatta mengatakan bahwa


pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang telah
banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa
filsafat itu (Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, I:3). Langeveld juga sependapat
dengan apa yang disampaikan oleh Hatta. Ia mengatakan bahwa, setelah orang
berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, makin dalam ia berfilsafat
akan semakin mengerti ia apa filsafat itu (Langeveld, Menuju ke Pemikiran
Filsafat, 1961:9). Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu: ontologi,
epistimologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu
kesatuan :

- Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa


pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. Ontologi berpusat pada
kebenaran yang memberikan informasi tentang apa. Ontology ini
mencakup banyak sekali filsafat, seperti misalnya Logika, Metafisika,
Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan,
Filsafat Hukum dan lain-lain.

Di dalam ontology, terdapat tiga tingkatan pengamatan ontology,


yakni:
a. pengamatan phisik

b. pengamatan bentuk

c. pengamatan metafisika

- Epistimologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu.


Sedangkan pada epistimologi hanya mencakup satu bidang saja.
Epistimologi ini disebut juga sebagai theory of knowledge. Ilmu itu
didapat dari proses, sedangkan prosesnya disebut sebagai metode.
Ilmu itu bersifat rasional, sedangkan pengetahuan sendiri
mengajarkan kita bagaimana berpikir empiris.

- Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu. Seperti halnya


dengan epistimologi, aksiologi juga hanya mencakup satu bidang
filsafat. Albert Einstein mengatakan bahwa perbedaan pendapat
tersebut hanya hakikat, dan yang penting adalah manusianya, yakni
moral manusia itu sendiri.

Lain halnya di Indonesia, terdapat salah satu tokoh filsafat yang


mengemukakan sebuah filsafat dalam dunia pendidikan yakni Ki Hadjar
Dewantara yang berbunyi.

Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani,
yang dapat diartikan sebagai:

- Ing ngarso sung tulodho : Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa
memberikan contohatau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga
atau peserta didik).
- Ing madyo mangun karso : Seorang pemimpin apabila berada di tengah-
tengah masyarakatharus bisa membangkitkan semangat atau memberi
motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik.
- Tut wuri handayani : Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus
bisa mendorong yangdipimpin supaya senantiasa lebih maju.

Dari sini kita mengetahui akan ilmu filsafat dalam kaitannya dengan
pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, ingin tahu akan
sesuatu hal yang baru yang ada di sekitar kita. Kemudian , dari rasa ingin tahu
tersebut muncul rasa ragu-ragu kan akebenaran dan kepastian dari hal yang
baru tersebut. Filsafat dimulai dengan kedua-duanya, yakni pengetahuan dan
kepastian. Berfilsafat sendiri didorong untuk mengetahui apa yang telah kita
ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Dari hal tersebut, kita akan
mengetahuinya dengan menggunakan cabang filsafat yakni dengan ontologi,
epistimologi, dan aksiologi. Namun, berfilsafat juga mengajarkan bagaimana
kita harus berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam semesta yang tiada batasnya ini. Berfilsafat juga berarti mengoreksi diri,
keberanian berterus terang seberapa jauh pengetahuan yang telah kita
ketahui. Dalam hal ini, akan muncul beberapa pertanyaan yang terkait dengan
pengetahuan yang kita ketahui.
- Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya
kita ketahui dalam kehidupan ini?
- Di batas manakah ilmu mulai dan berhenti?
- Kemanakah kita harus berpaling di batas ketidaktahuan ini?
- Apakah kelebihan dan kekurangan ilmu yang kita miliki?
Dari hal tersebut kita akan mulai memikirkan hal-hal tersebut dengan berpikir
filsafat. Berpikir filsafat adalah berpikir menyeluruh dari berbagai segi ilmu,
berpikir mendasar dengan tidak percaya bergitu saja bahwa suatu ilmu itu
benar, dan berspekulasi.

Anda mungkin juga menyukai