Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH ASEAN TRADE FACILITATION TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN

PRODUK UNGGULAN JAWA TIMUR

Oleh:
Perdana Rahardhan, SE., MSi.
Adi Kusumaningrum, SH., MH.
Fuad Aulia Rahman, SE., MSi.AK.

Abstrak:
Kerangka aliran bebas barang yang termuat dalam cetak biru MEA 2015 menjelaskan
mengenai arah dan cara mencapai MEA 2015 yang meliputi penghapusan hambatan tariff,
penghapusan hambatan non -tarif, dan fasilitas perdagangan lainnya. ASEAN Trade Facilitation
tersebut dimaksudkan untuk memberikan berbagai kemudahan perdagangan di kawasan ASEAN,
yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan antar negara -negara ASEAN. Jawa
Timur sebagai salah satu sentra industri di Indonesia khususnya di bidang produksi p ertanian,
industri berat dan sektor-sektor manufaktur yang lain, seperti industri pengolahan, perikanan dan
peternakan, tentunya dapat mengharapkan manfaat dari fasilitasi perdagangan ASEAN. Berkaitan
dengan kemampuan Jawa Timur dalam menghasilkan produk y ang siap diekspor ke negara -negara
ASEAN tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari fasilitasi perdagangan
ASEAN (ASEAN Trade Facilities) terhadap volume perdagangan produk unggulan Jawa Timur di
pasar ASEAN. Analisis dalam penel itian menggunakan pendekatan Model Gravitasi (Gravity
Model) yang merupakan suatu model untuk mengukur laju perdagangan antar daerah atau negara
secara makroekonomik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada tahun 2007 nilai ekspor Jawa
Timur mencapai 2,5 Milyar Dollar Amerika. Sejak tahun 2000, produk Jawa Timur terutama dijual
untuk negara tujuan Malaysia. Adapun arus perdagangan internasional produk Jawa Timur, dari
hasil olah statistik diketahui naik sebesar 0,99 US Dollar sejak diberlakukannya Fasil itasi
Perdagangan ASEAN .

Kata kunci : Pengaruh Fasilitasi Perdagangan ASEAN, Volume Perdagangan, Produk


Unggulan Jawa Timur.

PENDAHULUAN
Proses regionalisasi (dalam bidang ekonomi) kawasan ASEAN diawali dengan
disepakatinya Preferential Trading Agreemen t (PTA) tahun 1977, dilanjutkan dengan ASEAN Free
Trade Area (AFTA) tahun 1992, dan akan berakhir dengan terbentuknya ASEAN Economic
Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. MEA ini merupakan
realisasi dari integrasi ekonomi yang term uat dalam visi ASEAN 2020. Salah satu pilar utama MEA
adalah aliran bebas barang ( free flow of goods) di mana pada tahun 2015 perdagangan barang di
kawasan ASEAN dilakukan secara bebas tanpa mengalami hambatan, baik tarif maupun non -tarif.
Upaya untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan dengan aliran barang yang bebas dalam
skema MEA merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari skema yang ada sebelumnya, yaitu
preferential Trading Agreement (PTA) tahun 1977 dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun
1992. Perbedaan paling mendasar antara skema PTA, AFTA, dan MEA dalam mendorong
terjadinya aliran barang yang bebas di ASEAN adalah PTA dan AFTA lebih menekankan pada
pengurangan dan penghapuan hambatan tarif, sedangkan MEA lebih menekankan pada
pengurangan dan penghapua n hambatan non-tarif (Sjamsul Arifin dkk, 2008: 71).
Kerangka aliran bebas barang yang termuat dalam cetak biru MEA 2015 menjelaskan
mengenai arah dan cara mencapai MEA 2015 yang meliputi penghapusan hambatan tariff,
penghapusan hambatan non -tarif, dan fasilitas perdagangan lainnya. Cetak biru aliran bebas barang
MEA 2015 tersebut dimaksudkan untuk memberikan berbagai kemudahan perdagangan di kawasan
ASEAN yang dikenal sebagai ASEAN Trade Facilitation.
Kebijakan tentang ASEAN Trade Facilitation antar negara ASEAN diatas tidak lain
bertujuan untuk memacu perekonomian di kawasan Asia Tenggara, khususnya anggota -anggota
ASEAN. Kemudahan-kemudahan yang diberikan diharapkan akan meningkatkan volume
perdagangan antar negara -negara ASEAN.
Jawa Timur sebagai salah s atu sentra industri di Indonesia khususnya di bidang produksi
pertanian, industri berat dan sektor -sektor manufaktur yang lain, seperti industri pengolahan,
perikanan dan peternakan, tentunya dapat mengharapkan manfaat dari fasilitasi perdagangan
ASEAN tersebut. Berbagai daerah di propinsi ini, yang memiliki komoditi atau produk unggulan
dapat mengharapkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto, apabila daerah tersebut mampu
untuk menghasilkan produk yang siap diekspor ke negara -negara ASEAN.
Berkaitan dengan kemampuan Jawa Timur dalam menghasilkan produk yang siap diekspor
ke negara-negara ASEAN tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari
fasilitasi perdagangan ASEAN ( ASEAN Trade Facilities) terhadap volume perdagangan produk
unggulan Jawa Timur di pasar ASEAN. Adapun ASEAN Trade Facilities yang dimasud dalam
penelitian ini adalah fasilitasi perdagangan ASEAN yang dapat diukur karena telah dijalankan dan
dirasakan manfaatnya oleh negara -negara ASEAN khususnya para Eksportir dan Importir.

METODE PENELITIAN
Analisis dalam penelitian menggunakan pendekatan Model Gravitasi ( Gravity Model) yang
merupakan suatu model untuk mengukur laju perdagangan antar daerah atau negara secara
makroekonomik. Model Gravitasi dikembangkan oleh Tinbergen pada 1962 dan Linnemann pada
1966 (Hermers dan Pasteels, 2005) ini menunjukkan bahwa perdagangan mengiku ti prinsip-prinsip
fisik dari gravitasi yakni dua kekuatan yang bertentangan menentukan volume perdaganagn
bilateral di antara Negara-negara melalui (i) tingkat aktivitas dan pendapat ekonomi, dan (ii) tingkat
hambatan perdagangan. Hambatan perdagangan yan g dipakai dalam persamaan model gravitasi
dalam penelitian ini adalah (1) Jarak, (2) penghapusan hambatan tarif, (3) penghapusan hambatan
non tarif, (4) kerjasama kepabeanan.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif menggunakan kaidah -kaidah
ilmu statistika, yaitu regresi linier berganda dengan mengaplikasikan model gravitasi perdagangan
internasional. Adapun model yang diusulkan disesuaikan dengan penelitian terdahulu, sebagai
berikut:
LOG (FIJ) = + LOG(MI) +LOG(MJ) LOG(DIJ) + E
Dimana:
Log (Fij) = Logaritma dari Arus Perdagangan antara Wilayah Republik Indonesia dengan
suatu wilayah negara lain di ASEAN.
Log (Mi)= Massa ekonomi dari wilayah Indonesia.
Log(Mj) = Masa Ekonomi dari wilayah atau zona perdagangan di negara ASEA N yang
lain.
Log (Dij)= Jarak relatif antara wilayah Indonesia dengan Zona Perdagangan ASEAN.
E = Variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam permodelan.
Selanjutnya model tersebut dialih simbolkan dalam bentuk persamaan baku regresi linier
sebagai berikut:
Yflow = a+BX Mi + BXMj + BXDIJ + E
Variabel-variabel berupa kebijakan fasilitasi perdagangan, yang meliputi: penghapusan
hambatan tarif, penghapusan hambatan non tarif, kerjasama kepabeanan, dimasukkan sebagai
variabel dalam permodelan sehingga model baku tersebut menjadi:
Yflow = a+BX Mi + BXMj + BXDIJ + BXt + BXc + BXnt + E
Dimana :
T = Tarif
C = Bea Cukai
NT = Non-Tarif
Untuk menghindari tingginya tingkat kebiasan (biased) dari hasil penelitian maka digunakan
kaidah statitistik berupa uji asumsi statistik klasik bagi kesesuaian metode penelitian, alat ukur,
kecukupan serta sebaran data.
Uji asumsi statistik klasik yang d igunakan adalah:
1. Uji Normalitas Data
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteroskedastisitas
Variabel kebijakan fasilitasi perdagangan ASEAN adalah data tentang persepsi dan sikap
serta perilaku eksportir dalam merespon keberadaan kebi jakan tersebut. Untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam tentang variabel yang paling dominan dalam memberikan
kontribusi pengaruhnya kepada volume perdagangan ASEAN dilakukan pengambilan data primer
dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada tahun 2007, nilai ekspor Jawa Timur mencapai
2,5 Milyar Dollar Amerika. Nilai ini merupakan nilai tertinggi dari ekspor produk Jawa Timur
untuk seluruh ASEAN sejak tahun 2000 hingga 2007.
Secara grafikal, total nilai produk ekspor Jawa Timur ke negara -negara ASEAN sejak tahun
2000 hingga tahun 2007, digambarkan pada gambar berikut ini:

Produk Jawa Timur terutama dijual untuk negara tujuan Malaysia, sejak tahun 2000.
Dimana nilainya pada tahun 2000 mencapai hampir 400 juta dollar Amerika dan pada tahun 2007
mencapai 1 milyar dollar Amerika. Fakta tersebut ditampilkan pada gambar berikut ini.
N ilai Ekspor Jatim ke Negara ASEAN

1,200,000,000
Nilai Ekspor (U S$)
1,000,000,000
Malays ia
800,000,000 Fil ipina
600,000,000 Singapura
400,000,000 Thai land
Brunei Daruss al am
200,000,000
-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
T ahun

Pada gambar diatas tampak bahwa nilai ekspor Jawa Timur terbesar adalah dengan negara
tujuan Malaysia disusul dengan Thailand, Singapura, dan Filipina. Urutan ini sempat berubah pada
tahun 2006 dimana ekspor produk Jawa Timur bernilai lebih tinggi di Singapura dibandingkan
Thailand yang sejak 2000 hingga 2005 selalu pada urutan kedua setelah Malaysia. Brunei
Darussalam juga merupakan negara dimana produk Jawa Timur dipasarkan, tetapi nilainya sangat
rendah sehingga dalam skala pengukuran unt uk penyusunan diagram ini nilai ekspor produk Jawa
Timur untuk negara tujuan Brunei Darussalam tidak terukur. Besaran arus perdagangan produk
Jawa Timur ke negara-negara ASEAN tersebut diatas secara tabular dapat dirinci sebagai berikut:
Nilai Ekspor Jawa Timur ke kawasan ASEAN dalam US Dollar
Tahun 2000-2007

Trade Flow (Nilai Ekspor Jatim)


Brunei
Malaysia Filipina Singapura Thailand Darussalam
2000 344,885,885 64,581,146 181,629,849 197,186,543 1,807,896
2001 315,241,592 59,030,144 166,018,053 180,237,588 1,652,500
2002 358,951,799 67,215,040 189,037,488 205,228,650 1,881,630
2003 305,016,044 62,780,342 168,869,464 181,418,174 1,725,604
2004 344,774,593 92,920,770 191,832,804 202,733,183 2,692,805
2005 481,404,044 96,894,009 229,435,996 278,190,422 2,676,825
2006 638,260,213 92,085,316 316,729,309 297,807,833 2,750,636
2007 983,478,175 120,856,795 547,193,357 632,296,974 3,015,464
Sumber: Biro Pusat Statistik

TINGGINYA ARUS PERDAG ANGAN YANG BERBEDA -BEDA ANTAR NEGARA TUJUAN EKSPOR PRODUK JAWA TIMUR
MENUNJUKKAN SECARA S EDERHANA BAGAIMANA K EKUATAN ATAU MASSA E KONOMI MAMPU MENYEBA BKAN TARIKAN

ARUS PRODUK YANG BER BEDA -BEDA SESUAI DENGAN BESAR KEMAMPUAN EKONO MI MASING-MASING NEGARA . SELAIN

PERBEDAAN MASSA EKON OMI, SECARA LOGIS ADANYA KEBIJAKAN YANG MEMUDAHKAN TERLAKSANANYA PERDAGANGAN

INTERNASIONAL JUGA A KAN TURUT MEMPERBESA R ARUS PERDAGANGAN Y ANG TERJADI . KEBIJAKAN -KEBIJAKAN
TERSEBUT YANG DIRUMU SKAN DALAM MEA DITUJUKAN UNTUK MENINGKATKAN ARUS PERDAGANGAN , DIMANA SEGALA
ELEMEN YANG MENGHAMB AT ATAU MEMPERLAMBAT ARUS PERDAGANGAN BE RUSAHA UNTUK DIMIMAL ISASI.

KEBIJAKAN -KEBIJAKAN INI PULA D APAT DIIKUTKAN DALAM MODEL ARUS PERDAGAN GAN YANG DIDERIVASI DARI TEORI

GRAVITASI UNTUK PERDAGANGAN INTER NASIONAL .

Data yang termuat dalam tabel dibawah ini menunjukkan arus perdagangan ekspor produk
Jawa Timur dari tahun ke tahun sejak sebelum adanya AFTA sampai dengan setelah AFTA hingga
pada saat beberapa kebijakan yang menuju kearah M EA diterapkan.
Total Nilai Ekspor Produk Jawa Timur dari Tahun 2000 -2007

Tahun Total Nilai Ekspor


2000 790,091,319

2001 722,179,877
2002 822,314,607
2003 719,809,628
2004 834,954,155
2005 1,088,601,296
2006 1,088,601,296
2007 2,286,840,765
Sumber: Biro Pusat Statistik

Pada tahun 2000 total nilai ekspor Jawa Timur adalah sebesar USD 790,091,319 dan
mengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi USD 722,179,877. Selanjutnya mengalami
kenaikan pada tahun 2003 sebesar USD 822,314,607. Secara garis besar nilai ekspor Jawa Timur
mengalami fluktuasi tiap-tiap tahunnya. Peningkatan yang cukup besar terjadi dari tahun 2003 ke
tahun 2004, dimana pada tahun 2004 mencapai USD 834,954,155. Peningkatan yang cukup tinggi
terjadi pada tahun 2004 ke 2005, dimana pada tahun 2005 mencapai USD 1,088,601,296.
Peningkatan yang cukup besar ini dimungkinkan apabila terdapat katalis berupa kebijakan yang
mampu menaikkan arus perdagangan. Selain itu peningkatan perdagangan menjadi semakin besar
pada tahun 2007, dimana nilai ekspor Jawa Timur mencapai USD 2,286,840,765.
Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa Fasilitasi Perdagangan ASEAN, sebagai
salah satu variabel pembentuk arus perdagangan memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai
arus perdagangan internasional. Hasil Analisis ditunjuk kan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3
Hasil Olah Statistik

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOGPCGDPI? 4.035871 1.521850 2.651951 0.0122


LOGPCGDPJ? -0.678353 0.342444 -1.980919 0.0560
LOGDIST? -0.449749 1.072235 -0.419450 0.6776
D? 1.623044 5.314703 0.305387 0.7620
DLOGPCGDPI? 0.990809 0.136044 7.283015 0.0000
DLOGPCGDPJ? -3.936917 1.752263 -2.246761 0.0315
DLOGDIST? 0.574098 0.326968 1.755822 0.0884

R-squared 0.689402 Mean dependent var 7.926946


Adjusted R-squared 0.632930 S.D. dependent var 0.849286
S.E. of regression 0.514551 Akaike info criterion 1.666584
Sum squared resid 8.737171 Schwarz criterion 1.962138
Log likelihood -26.33168 F-statistic 12.20780
Durbin-Watson stat 0.418195 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Eviews Output

Dari hasil olah statistik diatas, dapat d iketahui bahwa nilai Ajusted R squared sebesar
0,632930, yang artinya bahwa semua variabel seperti GDP Per kapita Negara Indonesia yang
dihasilkan Jawa Timur, GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor dan Jarak geografis merupakan
variabel-variabel yang menentukan atau menyusun Arus Pedagangan Internasional Produk Jawa
Timur. Kesertaan variabel kualitatif dummy, yang dalam penelitian ini adalah Fasilitasi
Perdagangan ASEAN prosedur kepabeanan, peraturan tarif dan non tarif, inilah yang juga
menyebabkan nilai R Squared sebesar 0,63. Secara statistik variabel -variabel termasuk variabel
dummy merupakan variabel yang tepat untuk dimuatkan guna menyusun perhitungan arus
perdagangan internasional.
Secara bersama-sama variabel-variabel seperti GDP Per kapita Negara Indon esia yang
dihasilkan Jawa Timur, GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor dan Jarak Geografis Antar Negara
serta Fasilitasi Perdagangan ASEAN, mempengaruhi besarnya Arus Perdagangan Internasional
Produk Jawa Timur. Hal ini ditunjukkan dengan besaran nilai F (Di stribusi Fisher) adalah sebesar
12,2078. Sedangkan secara parsial, kontribusi atau pengaruh dari GDP per Kapita Indonesia yang
dihasilkan Jawa Timur, semakin meningkat di saat fasilitasi perdagangan diterapkan. Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya nilai sta tistik t (distribusi student), yaitu sebesar 7.283015 atau 7,3
dan memberikan kontribusi untuk menggandakan nilai Arus Perdagangan sebesar 0,99. Berarti
dengan adanya Fasilitasi Perdagangan ASEAN, Arus Perdagangan Internasional Produk Jawa
Timur akan naik sebesar 0,99 US Dollar.

Dari hasil indepth interview, variabel yang memberikan pengaruh paling dominan dalam
menentukan laju perdagangan produk unggulan ekspor Jawa Timur adalah sebagai berikut:
1. Penghapusan Hambatan Tarif
a. Masalah prosedur kepabean yang mudah, cepat dan transparan
b. Selisih tarif (MOP) yang besar seiring dengan semakin menurunnya tarif MFN
c. Faktor pengurusan Formulir D yang tidak membutuhkan proses yang lama
d. Informasi mengenai CEPT di kalangan dunia usaha yang mudah diperoleh
2. Penghapusan Hambatan Non -Tarif
a. Berkurangnya hambatan/kendala dalam pemberian lisensi/surat izin
impor suatu barang secara otomatis
b. Berkurangnya hambatan/kendala berkenaan dengan regulasi teknis,
spesifikasi teknis tertentu yang harus dipenuhi
c. Berkurangnya hambatan/kendala dalam pemberian lisensi/surat izin
impor suatu barang yang tidak diterbitkan secara otomatis
d. Turunnya/berkurangnya biaya -biaya dan pajak tambahan, meliputi antara
lain pajak transaksi valuta asing, meterai, biaya lisensi imp or, dan
lainnya.
3. Kerjasama Kepabeanan
a. Proses custom clearance dalam kegiatan perdagangan dan lalu lintas
barang saat ini dapat menekan biaya
b. Proses custom clearance dalam kegiatan perdagangan dan lalu lintas
barang yang lebih cepat dan sederhana
c. Kerjasama yang baik antar instansi pemerintah yang terlibat dalam
kegiatan ekspor/impor

KESIMPULAN DAN SARAN


Pembahasan secara statistik menunjukkan bahwa setelah penerapan beberapa kebijakan
yang terkait dengan MEA terjadi kenaikan arus perdagangan produk Jawa Timur ke pasar ASEAN.
Hal ini menunjukkan bahwa pembukaan barrier to entry akan memperkuat arus Perdaga ngan.
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa rekomendasi dapat diusulkan, melihat elemen -elemen
dalam MEA ini berupa kebijakan ( policy).
Kesepakatan pasar ASEAN dalam Skema MEA ini merupakan salah satu peluang bagi
perkembangan produk Jawa Timur untuk mamp u diterima di pasar internasional. MEA merupakan
pintu masuk bagi produk-produk Jawa Timur. Selain produk industri yang sudah mapan, peluang
ini juga harus mampu diraih oleh industri kecil di Jawa Timur.
Konsekuensi logis dari hal ini adalah, daya saing pr oduk Jawa Timur di setiap level industri
haruslah tinggi. Untuk mencapai hal tersebut perlu industri kecil perlu dilatih untuk mampu
memenuhi peluang tersebut dengan cara menciptakan kemitraan antara industri besar dan kecil yang
diupayakan mampu menciptak an simbiosis mutualisme. Industri kecil akan dilatih oleh industri
besar dan kelak industri kecil mula -mula akan menjadi subsidiary (cabang) dari industri besar.
Industri kecil dapat menjadi penyedia komponen -komponen yang dibutuhkan oleh industri besar.
Sedangkan industri besar secara tidak langsung akan menjadi agen bagi penjualan produk industri
kecil karena produk tersebut termuat sebagai komponen produk industri besar.
Berkaitan dengan kebijakan ASEAN dalam penyediaan fasilitasi perdagangan, perlu
dilakukan peningkatan upaya pemerintah hal -hal sebagai berikut ini:
1. Penghapusan Hambatan Tarif
a. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang akuntabel
b. Pengurusan persyaratan asal barang ( rules of origin/roo melalui formulir
yang mudah dan sederhana serta biaya yang murah
2. Penghapusan Hambatan Non -Tarif
a. Dikuranginya dominasi perusahaan atau badan tertentu yang dimiliki
pemerintah atas impor komoditas tertentu,
b. Berkurangnya inspeksi kualitas, kuantitas, dan harga bar ang di negara
eksportir sebelum dikirim, dengan inspektur dari hak otoritas di negara
importer
c. Dikuranginya larangan/batasan impor
3. Kerjasama Kepabeanan
a. Kerjasama yang baik antar instansi pemerintah yang terlibat dalam
pengurusan perizinan ekspor /impor
b. Prosedur perizinan pengurusan ekspor/impor yang mudah
c. Waktu pemrosesan perizinan ekspor -impor dan dokumen perizinan
ekspor/impor yang sederhana
Selain kebijakan-kebijakan tersebut diatas berkaitan dengan fasilitasi perdagangan ASEAN,
Pemerintah dapat menetapkan kebijakan yang bersifat mendorong terjadinya kemitraan. Kebijakan
tersebut dapat memuat reward yang bisa mendorong minat bermitra bagi industri besar dan minat
untuk mengembangkan diri bagi industri kecil.
Perbankan sebenarnya merupaka n pihak yang sangat dekat perannya dalam rangka MEA ini,
melihat fungsi perbankan adalah sebagai lembaga intermediasi dari pihak surplus dana kepada
pihak defisit dana. Perbankan merupakan penghubung antara investor dengan industri. Sehingga
dalam hal ini perbankan merupakan nahkoda dari lajunya industri.
Dalam Skema MEA perbankan dapat berperan dengan mengucurkan kredit kepada industri
kecil untuk pengembangan kualitasnya. Kredit yang disalurkan selain untuk memperluas usaha juga
untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Bank Sentral selaku pemegang kebijakan tertinggi moneter dan perbankan Indonesia,
berwenang menetapkan kebijakan kredit perbankan bagi usaha kecil yang dapat juga memuat
rewards dan punishment bagi industri perbankan terkait dengan pengucuran kredit bagi usaha kecil.
Bank sentral juga berwenang memberikan kebijakan untuk mendorong arus investasi perbankan
dari sektor finansial menuju kearah sektor produksi, melihat sektor produksi barang dan jasa inilah
yang benar-benar menarik arus devisa ke dalam cadangan devisa Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak suatu kebijakan secara kuantitatif dengan
tujuan agar hasil dari kebijakan benar-benar dapat ditunjukkan secara eksak dan terukur sehingga
memudahkan bagi pengambilan keputusan lebih lanjut. Pada tataran ini, semua variabel penelitian
haruslah bersifat terukur terlebih dahulu, barulah dampak dari suatu kebij akan bisa diamati secara
kuantitatif.
Untuk selanjutnya penelitian -penelitian mengenai dampak kebijakan secara kuantitatif
sangat diperlukan, melihat sampai saat ini dirasakan penelitian kuantitatif mengenai dampak
kebijakan sangat kurang dilaksanakan. Pen elitian selanjutnya diharapkan mampu mengukur
dampak kebijakan serta elemen kuantitatif yang menyertai suatu kebijakan, misalnya: kebijakan A
akan menyebabkan waktu pelayanan lebih singkat sehingga arus barang menjadi lebih cepat karena
semakin singkatnya waktu. Kebijakan yang dapat diukur secara kuantitatif akan memudahkan bagi
pengambilan keputusan secara lebih tepat bagi banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Sjamsul dkk, 2007, Kerjasama Perdagangan Internasional , Alex Media Komputindo
Jakarta.

Arifin, Sjamsul dkk,, 2008, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 , Alex Media Komputindo Jakarta.

Dedi Budiman Hakim, 2004, Dampak ASEAN Trade Facilitation terhadap Daya Saing Daerah ,
Institut Pertanian Bogor.

Hamilton, Bob, 2003, Utilizing the Gravity Model to Evaluate Grocery Store Expansion in
Southern Palm Beach, Florida , University of Florida.

Melitz, Jacques, 2005, Norh, South, And Distance in The Gravity Model , Institute National de La
Statistique et Des Estudes Economiques, Centre de Recherche en Economi que et Statistique,
Francais.

Rose, Andrew K, 2003, Estimating Protectionism Through Residuals from The Gravity Model ,
Haas School of Business, University of California Berkeley, USA.

Anda mungkin juga menyukai