Oleh:
Perdana Rahardhan, SE., MSi.
Adi Kusumaningrum, SH., MH.
Fuad Aulia Rahman, SE., MSi.AK.
Abstrak:
Kerangka aliran bebas barang yang termuat dalam cetak biru MEA 2015 menjelaskan
mengenai arah dan cara mencapai MEA 2015 yang meliputi penghapusan hambatan tariff,
penghapusan hambatan non -tarif, dan fasilitas perdagangan lainnya. ASEAN Trade Facilitation
tersebut dimaksudkan untuk memberikan berbagai kemudahan perdagangan di kawasan ASEAN,
yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan antar negara -negara ASEAN. Jawa
Timur sebagai salah satu sentra industri di Indonesia khususnya di bidang produksi p ertanian,
industri berat dan sektor-sektor manufaktur yang lain, seperti industri pengolahan, perikanan dan
peternakan, tentunya dapat mengharapkan manfaat dari fasilitasi perdagangan ASEAN. Berkaitan
dengan kemampuan Jawa Timur dalam menghasilkan produk y ang siap diekspor ke negara -negara
ASEAN tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari fasilitasi perdagangan
ASEAN (ASEAN Trade Facilities) terhadap volume perdagangan produk unggulan Jawa Timur di
pasar ASEAN. Analisis dalam penel itian menggunakan pendekatan Model Gravitasi (Gravity
Model) yang merupakan suatu model untuk mengukur laju perdagangan antar daerah atau negara
secara makroekonomik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada tahun 2007 nilai ekspor Jawa
Timur mencapai 2,5 Milyar Dollar Amerika. Sejak tahun 2000, produk Jawa Timur terutama dijual
untuk negara tujuan Malaysia. Adapun arus perdagangan internasional produk Jawa Timur, dari
hasil olah statistik diketahui naik sebesar 0,99 US Dollar sejak diberlakukannya Fasil itasi
Perdagangan ASEAN .
PENDAHULUAN
Proses regionalisasi (dalam bidang ekonomi) kawasan ASEAN diawali dengan
disepakatinya Preferential Trading Agreemen t (PTA) tahun 1977, dilanjutkan dengan ASEAN Free
Trade Area (AFTA) tahun 1992, dan akan berakhir dengan terbentuknya ASEAN Economic
Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. MEA ini merupakan
realisasi dari integrasi ekonomi yang term uat dalam visi ASEAN 2020. Salah satu pilar utama MEA
adalah aliran bebas barang ( free flow of goods) di mana pada tahun 2015 perdagangan barang di
kawasan ASEAN dilakukan secara bebas tanpa mengalami hambatan, baik tarif maupun non -tarif.
Upaya untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan dengan aliran barang yang bebas dalam
skema MEA merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari skema yang ada sebelumnya, yaitu
preferential Trading Agreement (PTA) tahun 1977 dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun
1992. Perbedaan paling mendasar antara skema PTA, AFTA, dan MEA dalam mendorong
terjadinya aliran barang yang bebas di ASEAN adalah PTA dan AFTA lebih menekankan pada
pengurangan dan penghapuan hambatan tarif, sedangkan MEA lebih menekankan pada
pengurangan dan penghapua n hambatan non-tarif (Sjamsul Arifin dkk, 2008: 71).
Kerangka aliran bebas barang yang termuat dalam cetak biru MEA 2015 menjelaskan
mengenai arah dan cara mencapai MEA 2015 yang meliputi penghapusan hambatan tariff,
penghapusan hambatan non -tarif, dan fasilitas perdagangan lainnya. Cetak biru aliran bebas barang
MEA 2015 tersebut dimaksudkan untuk memberikan berbagai kemudahan perdagangan di kawasan
ASEAN yang dikenal sebagai ASEAN Trade Facilitation.
Kebijakan tentang ASEAN Trade Facilitation antar negara ASEAN diatas tidak lain
bertujuan untuk memacu perekonomian di kawasan Asia Tenggara, khususnya anggota -anggota
ASEAN. Kemudahan-kemudahan yang diberikan diharapkan akan meningkatkan volume
perdagangan antar negara -negara ASEAN.
Jawa Timur sebagai salah s atu sentra industri di Indonesia khususnya di bidang produksi
pertanian, industri berat dan sektor -sektor manufaktur yang lain, seperti industri pengolahan,
perikanan dan peternakan, tentunya dapat mengharapkan manfaat dari fasilitasi perdagangan
ASEAN tersebut. Berbagai daerah di propinsi ini, yang memiliki komoditi atau produk unggulan
dapat mengharapkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto, apabila daerah tersebut mampu
untuk menghasilkan produk yang siap diekspor ke negara -negara ASEAN.
Berkaitan dengan kemampuan Jawa Timur dalam menghasilkan produk yang siap diekspor
ke negara-negara ASEAN tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari
fasilitasi perdagangan ASEAN ( ASEAN Trade Facilities) terhadap volume perdagangan produk
unggulan Jawa Timur di pasar ASEAN. Adapun ASEAN Trade Facilities yang dimasud dalam
penelitian ini adalah fasilitasi perdagangan ASEAN yang dapat diukur karena telah dijalankan dan
dirasakan manfaatnya oleh negara -negara ASEAN khususnya para Eksportir dan Importir.
METODE PENELITIAN
Analisis dalam penelitian menggunakan pendekatan Model Gravitasi ( Gravity Model) yang
merupakan suatu model untuk mengukur laju perdagangan antar daerah atau negara secara
makroekonomik. Model Gravitasi dikembangkan oleh Tinbergen pada 1962 dan Linnemann pada
1966 (Hermers dan Pasteels, 2005) ini menunjukkan bahwa perdagangan mengiku ti prinsip-prinsip
fisik dari gravitasi yakni dua kekuatan yang bertentangan menentukan volume perdaganagn
bilateral di antara Negara-negara melalui (i) tingkat aktivitas dan pendapat ekonomi, dan (ii) tingkat
hambatan perdagangan. Hambatan perdagangan yan g dipakai dalam persamaan model gravitasi
dalam penelitian ini adalah (1) Jarak, (2) penghapusan hambatan tarif, (3) penghapusan hambatan
non tarif, (4) kerjasama kepabeanan.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif menggunakan kaidah -kaidah
ilmu statistika, yaitu regresi linier berganda dengan mengaplikasikan model gravitasi perdagangan
internasional. Adapun model yang diusulkan disesuaikan dengan penelitian terdahulu, sebagai
berikut:
LOG (FIJ) = + LOG(MI) +LOG(MJ) LOG(DIJ) + E
Dimana:
Log (Fij) = Logaritma dari Arus Perdagangan antara Wilayah Republik Indonesia dengan
suatu wilayah negara lain di ASEAN.
Log (Mi)= Massa ekonomi dari wilayah Indonesia.
Log(Mj) = Masa Ekonomi dari wilayah atau zona perdagangan di negara ASEA N yang
lain.
Log (Dij)= Jarak relatif antara wilayah Indonesia dengan Zona Perdagangan ASEAN.
E = Variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam permodelan.
Selanjutnya model tersebut dialih simbolkan dalam bentuk persamaan baku regresi linier
sebagai berikut:
Yflow = a+BX Mi + BXMj + BXDIJ + E
Variabel-variabel berupa kebijakan fasilitasi perdagangan, yang meliputi: penghapusan
hambatan tarif, penghapusan hambatan non tarif, kerjasama kepabeanan, dimasukkan sebagai
variabel dalam permodelan sehingga model baku tersebut menjadi:
Yflow = a+BX Mi + BXMj + BXDIJ + BXt + BXc + BXnt + E
Dimana :
T = Tarif
C = Bea Cukai
NT = Non-Tarif
Untuk menghindari tingginya tingkat kebiasan (biased) dari hasil penelitian maka digunakan
kaidah statitistik berupa uji asumsi statistik klasik bagi kesesuaian metode penelitian, alat ukur,
kecukupan serta sebaran data.
Uji asumsi statistik klasik yang d igunakan adalah:
1. Uji Normalitas Data
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteroskedastisitas
Variabel kebijakan fasilitasi perdagangan ASEAN adalah data tentang persepsi dan sikap
serta perilaku eksportir dalam merespon keberadaan kebi jakan tersebut. Untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam tentang variabel yang paling dominan dalam memberikan
kontribusi pengaruhnya kepada volume perdagangan ASEAN dilakukan pengambilan data primer
dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview).
Produk Jawa Timur terutama dijual untuk negara tujuan Malaysia, sejak tahun 2000.
Dimana nilainya pada tahun 2000 mencapai hampir 400 juta dollar Amerika dan pada tahun 2007
mencapai 1 milyar dollar Amerika. Fakta tersebut ditampilkan pada gambar berikut ini.
N ilai Ekspor Jatim ke Negara ASEAN
1,200,000,000
Nilai Ekspor (U S$)
1,000,000,000
Malays ia
800,000,000 Fil ipina
600,000,000 Singapura
400,000,000 Thai land
Brunei Daruss al am
200,000,000
-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
T ahun
Pada gambar diatas tampak bahwa nilai ekspor Jawa Timur terbesar adalah dengan negara
tujuan Malaysia disusul dengan Thailand, Singapura, dan Filipina. Urutan ini sempat berubah pada
tahun 2006 dimana ekspor produk Jawa Timur bernilai lebih tinggi di Singapura dibandingkan
Thailand yang sejak 2000 hingga 2005 selalu pada urutan kedua setelah Malaysia. Brunei
Darussalam juga merupakan negara dimana produk Jawa Timur dipasarkan, tetapi nilainya sangat
rendah sehingga dalam skala pengukuran unt uk penyusunan diagram ini nilai ekspor produk Jawa
Timur untuk negara tujuan Brunei Darussalam tidak terukur. Besaran arus perdagangan produk
Jawa Timur ke negara-negara ASEAN tersebut diatas secara tabular dapat dirinci sebagai berikut:
Nilai Ekspor Jawa Timur ke kawasan ASEAN dalam US Dollar
Tahun 2000-2007
TINGGINYA ARUS PERDAG ANGAN YANG BERBEDA -BEDA ANTAR NEGARA TUJUAN EKSPOR PRODUK JAWA TIMUR
MENUNJUKKAN SECARA S EDERHANA BAGAIMANA K EKUATAN ATAU MASSA E KONOMI MAMPU MENYEBA BKAN TARIKAN
ARUS PRODUK YANG BER BEDA -BEDA SESUAI DENGAN BESAR KEMAMPUAN EKONO MI MASING-MASING NEGARA . SELAIN
PERBEDAAN MASSA EKON OMI, SECARA LOGIS ADANYA KEBIJAKAN YANG MEMUDAHKAN TERLAKSANANYA PERDAGANGAN
INTERNASIONAL JUGA A KAN TURUT MEMPERBESA R ARUS PERDAGANGAN Y ANG TERJADI . KEBIJAKAN -KEBIJAKAN
TERSEBUT YANG DIRUMU SKAN DALAM MEA DITUJUKAN UNTUK MENINGKATKAN ARUS PERDAGANGAN , DIMANA SEGALA
ELEMEN YANG MENGHAMB AT ATAU MEMPERLAMBAT ARUS PERDAGANGAN BE RUSAHA UNTUK DIMIMAL ISASI.
KEBIJAKAN -KEBIJAKAN INI PULA D APAT DIIKUTKAN DALAM MODEL ARUS PERDAGAN GAN YANG DIDERIVASI DARI TEORI
Data yang termuat dalam tabel dibawah ini menunjukkan arus perdagangan ekspor produk
Jawa Timur dari tahun ke tahun sejak sebelum adanya AFTA sampai dengan setelah AFTA hingga
pada saat beberapa kebijakan yang menuju kearah M EA diterapkan.
Total Nilai Ekspor Produk Jawa Timur dari Tahun 2000 -2007
2001 722,179,877
2002 822,314,607
2003 719,809,628
2004 834,954,155
2005 1,088,601,296
2006 1,088,601,296
2007 2,286,840,765
Sumber: Biro Pusat Statistik
Pada tahun 2000 total nilai ekspor Jawa Timur adalah sebesar USD 790,091,319 dan
mengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi USD 722,179,877. Selanjutnya mengalami
kenaikan pada tahun 2003 sebesar USD 822,314,607. Secara garis besar nilai ekspor Jawa Timur
mengalami fluktuasi tiap-tiap tahunnya. Peningkatan yang cukup besar terjadi dari tahun 2003 ke
tahun 2004, dimana pada tahun 2004 mencapai USD 834,954,155. Peningkatan yang cukup tinggi
terjadi pada tahun 2004 ke 2005, dimana pada tahun 2005 mencapai USD 1,088,601,296.
Peningkatan yang cukup besar ini dimungkinkan apabila terdapat katalis berupa kebijakan yang
mampu menaikkan arus perdagangan. Selain itu peningkatan perdagangan menjadi semakin besar
pada tahun 2007, dimana nilai ekspor Jawa Timur mencapai USD 2,286,840,765.
Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa Fasilitasi Perdagangan ASEAN, sebagai
salah satu variabel pembentuk arus perdagangan memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai
arus perdagangan internasional. Hasil Analisis ditunjuk kan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Olah Statistik
Dari hasil olah statistik diatas, dapat d iketahui bahwa nilai Ajusted R squared sebesar
0,632930, yang artinya bahwa semua variabel seperti GDP Per kapita Negara Indonesia yang
dihasilkan Jawa Timur, GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor dan Jarak geografis merupakan
variabel-variabel yang menentukan atau menyusun Arus Pedagangan Internasional Produk Jawa
Timur. Kesertaan variabel kualitatif dummy, yang dalam penelitian ini adalah Fasilitasi
Perdagangan ASEAN prosedur kepabeanan, peraturan tarif dan non tarif, inilah yang juga
menyebabkan nilai R Squared sebesar 0,63. Secara statistik variabel -variabel termasuk variabel
dummy merupakan variabel yang tepat untuk dimuatkan guna menyusun perhitungan arus
perdagangan internasional.
Secara bersama-sama variabel-variabel seperti GDP Per kapita Negara Indon esia yang
dihasilkan Jawa Timur, GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor dan Jarak Geografis Antar Negara
serta Fasilitasi Perdagangan ASEAN, mempengaruhi besarnya Arus Perdagangan Internasional
Produk Jawa Timur. Hal ini ditunjukkan dengan besaran nilai F (Di stribusi Fisher) adalah sebesar
12,2078. Sedangkan secara parsial, kontribusi atau pengaruh dari GDP per Kapita Indonesia yang
dihasilkan Jawa Timur, semakin meningkat di saat fasilitasi perdagangan diterapkan. Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya nilai sta tistik t (distribusi student), yaitu sebesar 7.283015 atau 7,3
dan memberikan kontribusi untuk menggandakan nilai Arus Perdagangan sebesar 0,99. Berarti
dengan adanya Fasilitasi Perdagangan ASEAN, Arus Perdagangan Internasional Produk Jawa
Timur akan naik sebesar 0,99 US Dollar.
Dari hasil indepth interview, variabel yang memberikan pengaruh paling dominan dalam
menentukan laju perdagangan produk unggulan ekspor Jawa Timur adalah sebagai berikut:
1. Penghapusan Hambatan Tarif
a. Masalah prosedur kepabean yang mudah, cepat dan transparan
b. Selisih tarif (MOP) yang besar seiring dengan semakin menurunnya tarif MFN
c. Faktor pengurusan Formulir D yang tidak membutuhkan proses yang lama
d. Informasi mengenai CEPT di kalangan dunia usaha yang mudah diperoleh
2. Penghapusan Hambatan Non -Tarif
a. Berkurangnya hambatan/kendala dalam pemberian lisensi/surat izin
impor suatu barang secara otomatis
b. Berkurangnya hambatan/kendala berkenaan dengan regulasi teknis,
spesifikasi teknis tertentu yang harus dipenuhi
c. Berkurangnya hambatan/kendala dalam pemberian lisensi/surat izin
impor suatu barang yang tidak diterbitkan secara otomatis
d. Turunnya/berkurangnya biaya -biaya dan pajak tambahan, meliputi antara
lain pajak transaksi valuta asing, meterai, biaya lisensi imp or, dan
lainnya.
3. Kerjasama Kepabeanan
a. Proses custom clearance dalam kegiatan perdagangan dan lalu lintas
barang saat ini dapat menekan biaya
b. Proses custom clearance dalam kegiatan perdagangan dan lalu lintas
barang yang lebih cepat dan sederhana
c. Kerjasama yang baik antar instansi pemerintah yang terlibat dalam
kegiatan ekspor/impor
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sjamsul dkk, 2007, Kerjasama Perdagangan Internasional , Alex Media Komputindo
Jakarta.
Arifin, Sjamsul dkk,, 2008, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 , Alex Media Komputindo Jakarta.
Dedi Budiman Hakim, 2004, Dampak ASEAN Trade Facilitation terhadap Daya Saing Daerah ,
Institut Pertanian Bogor.
Hamilton, Bob, 2003, Utilizing the Gravity Model to Evaluate Grocery Store Expansion in
Southern Palm Beach, Florida , University of Florida.
Melitz, Jacques, 2005, Norh, South, And Distance in The Gravity Model , Institute National de La
Statistique et Des Estudes Economiques, Centre de Recherche en Economi que et Statistique,
Francais.
Rose, Andrew K, 2003, Estimating Protectionism Through Residuals from The Gravity Model ,
Haas School of Business, University of California Berkeley, USA.