Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
com/ind/culture/dig/1703
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari 3000
tahun yang lampau atau di zaman Neolitik, hingga saat ini. Budaya makan
sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini terdiri dari pelbagai
golongan, meliputi masyarakat bawah, pembesar negara, serta kalangan
istana.
Tradisi makan sirih tidak diketahui secara pasti dari mana berasal. Dari
cerita-cerita sastra, dikatakan tradisi ini berasal dari India.
Tepak sirih digunakan sebagai perangkat yang tidak boleh dilupakan dalam
upacara-upacara resmi adat. Oleh karena tepak sirih merupakan simbol
yang memiliki arti penting, maka pemakaiannya tidak
boleh sembarangan.
Komponen yang melengkapi tepak sirih terdiri atas combol, bekas sirih,
kacip, gobek, celepa, ketur, dan bujam epok. Tetapi pada saat ini, bujam
epok sudah jarang dipakai sebagai peralatan pelengkap tepak sirih.
Sedangkan combol diisi dengan pinang, gambir, tembakau, cengkih, dan
kapur.
a. Combol
Combol merupakan komponen tepak sirih yang berjumlah empat atau lima
buah, untuk menyimpan pinang, kapur, gambir, tembakau, dan bunga
cengkih. Combol berbentuk bulat dan bertutup, pada bagian bawah datar
agar dapat diletakkan dengan baik. Biasanya combol untuk kapur berbentuk
silinder atau agak berbeda dengan yang lain. Combol dibuat dari bahan
logam seperti tembaga, perak, atau berlapis emas. Agar lebih indah, pada
bagian luar dan tutup combol dihias dengan ukiran berbagai corak seperti
bunga petola, sirih emas, daun candik kacang, tampuk manggis, bunga
melur, dan motif-motif lain sesuai dengan kreasi dan kemahiran tukang ukir.
Pada saat ini, motif ukiran sudah berkembang mengikuti zaman dan cita
rasa orang, sehingga banyak dijumpai combol dengan corak grafis serta
objek tertentu dan corak-corak budaya yang lain.
b. Bekas Sirih
Ada kalanya sirih tidak dimasukkan menjadi satu ke dalam tepak sirih, tetapi
ditempatkan tersendiri dalam bekas sirih. Bekas sirih biasanya dibuat dari
logam atau perak, walaupun ada juga yang terbuat dari gading gajah. Agar
bekas sirih tampak cantik, ada kalanya disalutkan emas dan diukir dengan
berbagai corak ukiran Melayu seperti awan larat, bunga kundur, bunga
ketang guri, bunga petola, pucuk rebung, ukiran tebuk, dan corak-corak lain.
Untuk menambah keindahan, pada bagian badan dan di sekeliling mulutnya
dibuat berlekuk-lekuk. Bekas sirih berbentuk pipih, dengan bagian mulut
(atas) agak lebar dan sedikit menguncup di bagian bawah. Ukuran bekas
sirih pada umumnya sekitar 8 cm pada bagian mulut, 6 cm pada bagian
bawah, dan tinggi 10 cm.
c. Kacip
Kacip dibuat dari logam keras, namun ada juga yang dibuat dari tembaga
atau perak sehingga tidak hanya berfungsi sebagai pemotong melainkan
juga sebagai peralatan yang indah. Kacip dibuat dalam berbagai ukuran,
antara 10 cm hingga 22 cm, walaupun ada juga yang berukuran lebih dari
itu. Pada dasarnya bentuk kacip serupa, yaitu terdiri atas dua bilah mata
yang bertaut dan mempunyai hulu atau tangkai pada kedua bilahnya.
Ragam hias pada bagian hulu dan badan kacip amat unik, ada kalanya
menyerupai kepala binatang seperti kuda, kerbau, gajah, monyet, burung,
ayam, manusia, atau dewa-dewa. Terdapat juga kacip yang diukir dengan
motif flora pada tangkai dan badannya dengan menggunakan salutan perak
atau emas. Kacip juga dikenal sebagai kacip jantan dan betina, walaupun
ada juga yang tidak jelas jenisnya dengan bentuk segi atau kebulat-bulatan.
Masyarakat Melayu menamakan alat pemotong ini kacip, sementara di Bali
masyarakat menamakannya caket. Di negeri Deccani (India), Kannada
(Karnataka) alat ini disebut adakottu, sedangkan di Marathi (Maharastra)
dinamakan adekitta, walaupun banyak juga yang lebih mengenalnya dengan
nama serota. Masyarakat Bengali menamakan alat ini yanti, sedangkan
orang Gujarat menyebutnya sudi atau sudo. Di Sri Langka, kacip disebut
gire atau giraya.
Di dalam tepak sirih, kacip disusun bersebelahan dengan daun sirih yang
tersusun rapi. Kacip merupakan perkakas penting selain gobek untuk
melengkapi keserasian sebuah tepak sirih.
Kacip juga dijadikan sebagai perkakas penting dalam perbagai upacara adat
resam Melayu. Dalam adat melenggang perut, kacip digunakan sebagai
persyaratan yang harus ada. Ketika bayi baru lahir, kacip diletakkan di
bagian atas kepala atau di bawah bantal pada saat si bayi tidur. Ada
kepercayaan, bahwa kacip akan menjauhkan bayi dari segala macam
gangguan makhluk halus.
d. Gobek
Gobek terbuat dari logam dan terdiri atas dua komponen. Komponen
pertama berbentuk silinder yang berlubang di bagian tengahnya. Pada
bagian ujung, silinder ini ditutup dengan sumbat kayu dengan ukuran yang
sama besarnya dengan lubang silinder. Komponen ini disebut ibu gobek.
Komponen yang satu lagi dinamakan anak gobek, memiliki ukuran yang
lebih kecil, terdiri atas besi padu yang di bagian ujungnya berbentuk seperti
mata kapak serta mempunyai hulu di bagian pangkalnya. Pada bagian ibu
dan hulu anak gobek diukir dengan berbagai corak yang menarik, sesuai
dengan budaya setempat. Alat ini berfungsi seperti antan dan lesung. Daun
sirih yang telah dilengkapi dengan pinang, gambir, kapur, dan cengkih
dimasukkan ke dalam gobek dan ditumbuk hingga lumat. Setelah lumat,
tutup kayu di ujung silinder didorong dengan anak gobek, sehingga bisa
dikeluarkan dan siap dimakan. Gobek dipakai oleh para nenek yang sudah
tidak mempunyai gigi dan tidak bisa lagi mengunyah
sirih.
e. Ketur
Ketur berbentuk seperti labu sayung, dengan bagian mulut agak lebar
berkeluk-keluk atau bulat seperti pinggan makan, menggelembung di bagian
tengah serta mempunyai kaki yang berbentuk setengah bola. Tetapi ada
kalanya, bekas kaleng yang terbuat dari seng atau timah dipakai sebagai
ketur. Ketur yang khusus dibuat untuk tempat berludah biasanya dibuat dari
tembaga.
a. Sirih
Dalam ilmu biologi, sirih dikenal dengan nama Piper Betle Linn dalam
keluarga Piperaceae. Nama betel adalah dari bahasa Portugis - betle, berasal
dari kata vettila dalam bahasa Malayalam di negeri Malabar. Dalam bahasa
Hindi, sirih lebih dikenal dengan nama pan atau paan dan dalam bahasa
Sunskrit disebut tambula. Bahasa Sri Lanka menyebut sirih dengan bulat,
sedangkan dalam bahasa Thai disebut plu.
Sirih tumbuh menjalar dan memanjat pada batang pohon atau para-para.
Bentuk daunnya bulat lonjong dengan ujung agak lancip. Daun sirih yang
subur memiliki ukuran lebar 8 cm - 12 cm, dan panjang 10 cm - 15 cm. Sirih
sesuai ditanam di cuaca tropis, di tanah yang gembur dan tidak terlalu
lembap, serta cukup air.
Daun-daun sirih yang terdapat di bagian bawah dan berukuran kecil dipakai
sebagai obat oleh dukun-dukun Melayu. Sirih bertemu urat adalah jenis yang
dipilih oleh bidan untuk pengobatan tradisional. Pada saat ini, sirih masih
menjadi bagian penting bagi masyarakat Melayu, walaupun tidak banyak lagi
orang yang memakannya.
b. Pinang
Arekolin adalah pembasmi parasit dan cacing, serta bersifat seperti asetil
kolin. Pinang mengandung lebih kurang 15% tanin merah dan 14% lemak.
Buah pinang muda dikunyah dan airnya ditelan untuk mengobati darah
dalam air kencing. Jus pinang muda digunakan sebagai obat luar untuk
rabun.
c. Gambir
d. Tembakau
Tanah liat yang padat dan subur akan menghasilkan daun-daun tembakau
yang berukuran lebar. Daun tembakau seperti ini cocok untuk dibuat cerutu
dan tembakau pipa. Pada tanah yang berpori serta berhumus akan
dihasilkan daun-daun tembakau yang kecil serta lembut, yang cocok untuk
tembakau rokok. Pohon tembakau yang subur bisa mencapai ketinggian 2
meter, dengan lebar daun 30 cm - 40 cm serta
panjang 40 cm - 50 cm.
e. Cengkih
150 - 250 mm per tahun, dan suhu 15o - 38oC. Tanah yang paling cocok
untuk cengkih adalah tanah gembur yang mengandung humus dan tanah
laterit.
f. Kapur
Kapur berwarna putih, liat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang siput
laut yang telah dibakar. Serbuk cangkang tersebut dicampur air agar mudah
dioleskan di atas daun sirih. Selain kapur jenis ini, terdapat kapur yang tidak
bisa dimakan, yaitu kapur yang digunakan dalam bangunan rumah.
Kapur juga bisa diperoleh dengan membakar batu kapur
(kalsium karbonat/CaCO3). Apabila dibakar dengan suhu
tertentu kapur akan mengeluarkan gas yang disebut
karbon dioksida (CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO).
Kalsium oksida ini jika dicampur dengan sedikit air akan
mengembang serta menjadi serbuk kapur yang dikenal
sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
a. Sirih
b. Kapur
Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan
memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah. Kapur
diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu
kapur. Secara fisik, warnanya putih bersih, tetapi reaksi kimianya bisa
menghancurkan.
c. Gambir
d. Pinang
Pinang merupakan lambang keturunan orang yang baik budi pekerti, jujur,
serta memiliki derajat tinggi. Bersedia melakukan suatu pekerjaan dengan
hati terbuka dan bersungguh-sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon
pinang yang tinggi lurus ke atas serta mempunyai buah yang lebat dalam
setandan.
e. Tembakau
Tembakau melambangkan hati yang tabah dan bersedia berkorban dalam
segala hal. Ini karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan
memabukkan bila diiris halus sebagai tembakau, dan tahan lama disimpan.
(MAM/bdy/01/26-07)
Mahyudin Al Mudra, SH. MM., adalah pendiri dan pemangku Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM), serta pemimpin Umum (PU)
MelayuOnline.com
Sumber :
http://www.pnm.my.