Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam gelaran Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas)


2016 di Jakarta, pelaksanaan dari Millenium Development Goals (MDGs)
telah berakhir pada tahun 2015 dilanjutkan ke Sustainable Development
Goals (SDGs) hingga tahun 2030 yang lebih menekankan kepada 5P yaitu:
People, Planet, Peace, Prosperity, dan Partnership. Seluruh isu kesehatan
dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor 3, yaitu
menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia, tutur Menkes. Menurut Menkes, selain permasalahan
yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian
penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta peningkatan akses kesehatan
reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru yang menjadi perhatian,
yaitu: 1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM); 2)
Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3) Kematian dan cedera akibat
kecelakaan lalu lintas; 4) Universal Health Coverage; 5) Kontaminasi dan
polusi air, udara dan tanah; serta penanganan krisis dan kegawatdaruratan.
Menkes mengingatkan bahwa pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs
sangat tergantung kepada peran aktif seluruh pemangku kepentingan baik
pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha, media massa,
lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra
pembangunan serta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Guna mencapai
kesuksesan dalam implementasi SDGs diperlukan internalisasinya ke
dalam agenda pembangunan kesehatan nasional. Indikator-indikator SDGs
perlu diselaraskan ke dalam visi misi Presidan dan seluruh Kepala Daerah,
visi dan misi tersebut yang selanjutnya akan dijabarkan melalui RPJMN,
RPJMD serta Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Daerah. Pada
hakikatnya, bila kita dapat melaksanakan seluruh program dan kegiatan
yang telah kita susun bersama maka dengan sendirinya target-target yang
terdapat dalam SDGs akan dapat kita penuhi, tandas Menkes.(www.
Depkes RI.go.id).
Tingginya angka kematian ibu (AKI ) saat melahirkan di pengaruhi
banyak hal. Dibutuhkan pengawalan dan tindakan cepat dalam mengatasi
penyebab tingggi nya AKI tersebut. Program Pemerintah dalam penurunan
AKI dan AKB sudah ada namun pelaksanaan nya belum optimal.Perlu nya
pelibatan Institusi Pendidikan Kesehatan.Sejak Mahasiswa sudah di
libatkan dalam kontribusi penurunan AKI dan AKB.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dalam
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (2010) kehamilan merupakan suatu
keadaan fisiologis atau alami yang dialami seorang wanita. Setiap
kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi sehingga keadaan fisiologis tersebut dapat
berubah menjadi patologis yang dapat mengancam keadaan ibu dan janin.
Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai
standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Asuhan
antenatal dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu. Sehingga penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan asuhan
kehamilan agar dapat mengenali dengan baik perubahan-perubahan yang
normal atau tidak normal yang terjadi akibat kehamilan tersebut
(Saifuddin, 2010).
Continuity of care perlu dilakukan agar keadaan ibu dan
perkembangannya dapat terpantau dengan baik serta apabila ditemukan
risiko segera mendapatkan penanganan. Continuity of care adalah asuhan
kebidanan komprehensif yang diberikan oleh bidan kepada seorang wanita
yang berfokus pada asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
serta KB. Asuhan yang diberikan selalu memperhatikan kebutuhan dan
keinginan setiap klien yang ingin diperlakukan dengan dihormati dan
dihargai (Green et al, 2000 in Barker, 2011).
Derajat kesehatan suatu sistem dapat dilihat dari jumlah angka kematian
ibu dan angka kematian bayi di sistem tersebut. Berikut angka kematian
bayi dalam 3 periode terakhir di Indonesia:
Tabel 1. 1 Angka Kematian Ibu Indonesia Berdasarkan Hasil Survei
Demogafi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012
Tahun Angka Kematian Ibu (per 100.000 Kelahiran Hidup)
2002 307
2007 228
2012 359
Sumber: Kementrian Kesehatan RI dalam Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014: 2015
Berdasarkan data diatas diperoleh informasi angka kematian ibu di
Indonesia dalam 3 periode belum stabil dan masih jauh dari target
Millennium Development Goals (MDGs) yaitu 102/ 100.000 kelahiran
hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa program yang
dilaksanakan oleh pemerintah antara lain pada tahun 2010 melakukan
penempatan bidan di desa-desa agar mempermudah akses masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak; tahun 2012
program EMAS dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan
emergensi systemic dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit
(PONEK) dan 300 puskesmas/ balkesmas (PONED), memperkuat sistem
rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit belum
memberikan hasil yang maksimal dalam penurunan angka kematian ibu di
Indonesia. Dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu
dengan memberikan asuhan kebidanan komprehensif sehingga tiga
penyebab utama kematian yaitu hipertensi dalam kehamilan (HDK),
perdarahan, dan infeksi dapat dicegah.
Tabel 1. 2 Angka Kematian Bayi Indonesia Berdasarkan Hasil Survei
Demogafi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012
Tahun Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup)
2002 35
2007 34
2012 32
Sumber: Kementrian Kesehatan RI dalam Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014: 2015
Sedangkan untuk angka kematian bayi dalam 3 periode terus mengalami
penurunan tetapi belum mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) yaitu 23/ 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut menunjukkan
bahwa program pemerintah sudah berjalan dengan baik dan diperlukan
asuhan kebidanan yang komprehensif untuk menjaga agar angka kematian
bayi tetap menurun hingga tidak ditemukan kasus angka kematian bayi
kembali.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penyumbang
angka kematian ibu dan angka kematian ibu di Indonesia. Berikut angka
kematian ibu di Jawa Tengah dalam 4 tahun terakhir:
Tabel 1. 3 Angka Kematian Ibu Jawa Tengah
Tahun Angka Kematian Ibu (per 100.000 Kelahiran Hidup)
2012 116,43
2013 118,62
2014 126,55
2015 116,16
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Sesuai data diatas angka kematian ibu selalu mengalami kenaikan 4
tahun terakhir. Namun di tahun 2015 mengalami penurunan dibanding
tahun 2014,yaitu 126,55/100.000 KH di tahun 2014 dan di tahun 2015
menjadi 111,16/100.000 KH.Hal tersebut menunjukkan bahwa program
pemerintah yaitu memberikan pelayanan antenatal yang memenuhi standar
kualitas yaitu mencangkup 10 T sekurang-kurangnya empat kali selama
masa kehamilan (minimal satu kali pada trimester I, minimal satu kali
pada trimester II, dan minimal dua kali pada trimester ke III); persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan; memberikan penanganan komplikasi
kebidanan pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan sehingga dapat segera
di deteksi dan ditangani oleh tenaga kesehatan belum mampu untuk
menurunkan angka kematian ibu di Jawa Tengah . Sebagai langkah untuk
menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan melakukan asuhan
kebidanan komprehensif. Asuhan kebidanan komprehensif diharapkan
mampu mencegah penyebab terjadinya angka kematian ibu yaitu terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil
tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil
yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu
muda 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya
> 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun
telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40
tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data
yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia
yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang
telah kawin. (Kemenkes RI, 2015)
Untuk penyebab kematian ibu di Jawa Tengah
Tabel 1. 4 Penyebab kematian ibu Jawa Tengah tahun 2015
Penyebab Persen
Perdarahan 21.14
Hipertensi 26,34
Infeksi 2,76
Gangguan Sistem Peredaran Darah 9,27
Lain-lain 40,49
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa penyebab kematian ibu
tertinggi di Jawa Tengah adalah lain-lain sebesar 40,49%,diikuti Hipertensi
26,34%,untuk perdarahan 21,14% , gangguan sistem peredaran darah
9,27% dan terendah sebesar 2,76 disebabkan oleh infeksi. Menunjukkan
bahwa kematian ibu yang dulu terbanyak adalah perdarahan ,namun
sekarang mengalami pergeseran penyebab lain-lain yang menyumbang
angka kematian ibu terbesar , yaitu berupa penyakit penyerta pada ibu
hamil di tahun 2015.
Tabel 1.5 Angka Kematian Bayi Jawa Tengah
Tahun Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran Hidup)
2012 10,75
2013 10,41
2014 10,08
2015 11,30
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Dari data yang diperoleh angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah
dalam 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Angka kematian bayi
yang terus menurun tersebut diharapkan dapat dipertahankan hingga kasus
angka kematian bayi tidak ditemukan kembali dengan memberikan asuhan
kebidanan komprehensif. Namun di tahun 2015 mengalami kenaikan
angka kematian bayi dibanding tahun 2014 yaitu 11,30/1.000KH di tahun
2015,sedangkan tahun 2014 10,38/1.000KH.
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di tingkat Kabupaten
Purworejo juga turut andil dalam jumlah angka kematian ibu dan bayi di
tingkat Indonesia. Berikut jumlah angka kematian bayi di Kabupaten
Purworejo:
Tabel 1. 6 Angka Kematian Ibu Kabupaten Purworejo
Tahun Jumlah Kematian Ibu
2013 7
2014 5
2015 7
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
Menurut profil kesehatan Kabupaten Purworejo tahun 2014
didapatkan jumlah kematian ibu pada tahun 2014 yaitu 5 kasus dengan
rincian 2 kasus perdarahan, 1 kasus eklamsi dan 2 kasus lain-lain.Berdasar
data di atas angka kematian ibu di Purworejo di tahun 2015 mengalami
peningkatan. Peningkatan angka kematian ibu tersebut menunjukkan
bahwa program pemerintah dengan memberikan pelayanan antenatal yang
sesuai standar paling sedikit empat kali selama kehamilan yang
mencakup 10T, persalinan di tenaga kesehatan serta pelayanan kesehatan
pada masa nifas yaitu dilakukan kunjungan paling sedikit empat kali pada
masa nifas belum memberikan dampak yang signifikan terhadap
penurunan angka kematian ibu. Beberapa penyebab terjadinya angka
kematian ibu yaitu perdarahan, meningkatnya penyakit penyerta dalam
kehamilan, kurangnya peran serta masyarakat dalam pengawasan terhadap
ibu hamil berisiko tinggi serta kurangnya pemahaman tentang risiko
kehamilan dengan penyakit penyerta diharapkan mampu dicegah dengan
asuhan kebidanan komprehensif.
Tabel 1. 7 Angka Kematian Bayi Kabupaten Purworejo
Angka Kematian Bayi (per 1000 Kelahiran
Tahun
Hidup)
2012 13,20
2013 11,54
2014 12,57
2015 11,30
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
Angka kematian bayi Kabupaten Purworejo berdasarkan data
diatas tahun 2015 (11,30/1.000 KH) mengalami penurunan dibanding
tahun 2014 (12,57/1.000 KH). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Kabupaten Purworejo Tahun 2014 sebesar 12,57/1.000 kelahiran hidup.
Penyebabnya masih didominasi oleh BBLR dan Asfiksia Penurunan angka
kematian bayi ini didukung oleh program pemerintah yang berjalan
dengan baik, meningkatnya deteksi dini pada ibu hamil, kompetensi bidan
dalam penatalaksanaan bayi risiko tinggi, system rujukan dan tindakan pra
rujukan semakin baik. Angka kematian bayi tersebut diharapkan tetap
mengalami penurunan hingga tidak ditemukan kasus angka kematian bayi
kembali.
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%, pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS). Upaya
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui
program EMAS dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan
emergensi obstetric dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit
(PONEK) dan 300 Puskesmas/ Balkesmas (PONED) serta memperkuat
system rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit
(Kemenkes RI, 2014).
Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab
untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga
berencana (Kemenkes RI, 2014).
Salah satu puskesmas yang terdapat di Kabupaten Purworejo yang
juga digunakan sebagai tempat pengambilan data yaitu Puskesmas Bener.
Berikut data mengenai situasi derajat kesehatan yang ada di Kecamatan
Bener:
Tabel 1. 7 Jumlah Kasus Kematian Ibu Puskesmas Bener
Tahun Jumlah Kasus Kematian Ibu
2013 1
2014 1
2015 0
2016 1
Sumber: Puskesmas Bener dalam Profil Kesehatan Puskesmas
Bener dalam kurun waktu tahun 2013 - 2016
Data diatas menunjukkan terjadi kematian 1 ibu hamil di tahun
2013 yang disebabkan karena adanya kelainan pembekuan darah (DIC),
pada tahun 2014, kematian ibu hamil disebabkan oleh perdarahan post
partum, dan 2016 yang disebabkan oleh penyakit penyerta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa program pemerintah dengan melakukan pengawasan
terhadap ibu hamil dengan faktor risiko maupun risiko tinggi perlu
ditingkatkan serta pemahaman masyarakat tentang kehamilan dengan
penyakit penyerta belum begitu baik. Oleh sebab itu diperlukan
pendampingan berupa asuhan komprehensif untuk menurunkan AKI
tersebut.
Tabel 1. 8 Jumlah Kasus Kematian Bayi Puskesmas Bener
Tahun Jumlah Kasus Kematian Bayi
2013 3
2014 2
2015 0
2016 1
Sumber: Puskesmas Bener dalam Profil Kesehatan Puskesmas
Bener tahun 2016
Berdasarkan informasi diatas, angka kematian bayi di Puskesmas
Bener selama 4 tahun ini mengalami penurunan. Penyebab AKB terbesar
di Puskesmas Bener yaitu BBLR. Berkaitan dengan penanganan BBLR,
pemerintah telah melakukan upaya pencegahan secara dini dengan
pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri (siswi SMA), sehingga
dapat mempersiapkan ibu hamil yang sehat di masa yang akan datang.
Untuk mencegah meningkatnya kematian bayi di tahun mendatang hingga
tidak ditemukan lagi kasus kematian bayi diperlukan upaya pendampingan
terhadap ibu sejak masa kehamilannya.
Menurut Runjati (2010) bidan merupakan ujung tombak untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Peran bidan dalam
masyarakat salah satunya adalah melaksanakan pelayanan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan KB,
pelayanan kesehatan bayi, dan pembinaan dukun bayi. Menurut Soepardan
(2007: 38) bidan mempunyai peran yaitu sebagai pelaksana yang meliputi
tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan (merujuk).
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada
perempuan (woman centeredcare) secara berkelanjutan (Continuity of
Care). Selain itu, bidan pun memberikan asuhan komprehensif, yaitu
asuhan yang memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan
kesehatan atau pada keadaan krisis (Hamid, 2008; h.1). Dengan demikian,
asuhan kebidanan yang dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan
(Continuity of Care) sejak hamil, bersalin, nifas dan KB, serta bayi baru
lahir diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB maupun mencegah
terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi yang menyebabkan kematian.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R di
Wilayah Kerja Puskesmas Bener Kabupaten Purworejo. Asuhan
kebidanan akan dilakukan secara komprehensif dari mulai ibu hamil pada
TM III, ibu bersalin, ibu nifas hingga pelayanan KB dan juga bayi baru
lahir (BBL).

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan BBL secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil fisologis secara
komprehensif.
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin fisologis secara
komprehensif.
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisologis Memberikan
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir fisologis secara
komprehensif.

B. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Subjek yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah ibu hamil trimester
III dengan usia kehamilan minimal 36 minggu yang tidak mengalami
komplikasi dan atau penyulit dalam kehamilan diikuti asuhan ibu bersalin,
asuhan ibu nifas serta asuhan bayi baru lahir.
2. Tempat
Lokasi pengambilan kasus ini yaitu di BPM Sri Murti, Bener, Purworejo.
3. Waktu
Waktu pengambilan kasus yaitu mulai 9 Januari 2017 sampai dengan 21
Januari 2017
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Klien
Hasil studi kasus ini dapat menjadi bahan motivasi bagi ibu hamil
untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya secara rutin dan mandiri
sebagai upaya preventif serta dapat melakukan persalinan di tenaga
kesehatan sehingga komplikasi dapat diatasi.
b. Institusi Pelayanan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
bidan praktik swasta dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya asuhan kebidanan.
c. Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
menambah pengetahuan dan informasi serta sebagai bahan yang akan
dijadikan parameter keberhasilan menciptakan sumber daya manusia.
d. Penulis
Memberikan kemampuan mengaplikasikan teori dan praktik pada
kasus nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, pelayanan KB dan BBL secara komprehensif.

D. Metode Pengambilan Data


Cara atau metode yang dilakukan dalam studi kasus ini untuk memperoleh
data yang dibutuhkan yaitu dengan melakukan wawancara, pengamatan
(observasi), dokumentasi dan tinjauan kepustakaan.

E. Sistematika Penulisan
Studi kasus ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penulisan, tujuan penyusunan proposal,
ruang lingkup, manfaat penulisan, metode pengambilan data dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berupa tinjauan teori medis dan tinjauan teori asuhan kebidanan.
Tinjauan medis berisi pengertian, fisiologi atau patofisiologi, tanda
dan gejala, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis
pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas dan pelayanan
KB, serta BBL. Tinjauan teori asuhan kebidanan memuat tentang
pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk mengidentifikasi
diagnose atau masalah, menyusun rencana asuhan yang
menyeluruh, pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan
aman dan mengevaluasi perkembangan dengan SOAP.

BAB III METODE PENELITIAN


Berupa metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian,
subyek penelitian, pengumpulan data dan analisa data serta
masalah etika.

Anda mungkin juga menyukai