Bab 1
Bab 1
LAPORAN KEGIATAN
Rabu tanggal 13 Juli 2016. Kegiatan di mulai dari jam 08.00 14.00 WIB. Awal
kegiatan kami menuju kantor administrasi di pandu oleh petugas ibu nunik untuk
Kemudian kami di beri pengarahan oleh dr. Edi Cahyono dan dr. santi pada
1. Definisi
menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf
pusat.
2. Endemis Kusta
ketiga terbanyak di dunia setelah Brazil dan India. Untuk di Jawa Timur
4. Gejala
Pada kelainan saraf tepi : sensorik (hipoestesi ataupun anastesi pada lesi kulit
atas, bawah, muka dan otot mata) dan autonomy (kelenjar keringat sehingga
lesi terserang tampak lebih kering). Gejala lain dari pembesaran saraf tepi :
adanya gangguan estesi yng jelas. Bila gejala berlanjut dapt timbul fasies
5. Cardinal sign
jelas
- BTA +
a. Pausibasiler nodul 1-5, asimetris, batas tegas, kering dan kasar, anastesi
anastesi tidak jelas, eritematus, penebalan syaraf tepi terjadi lanjut, BTA +
7. Tipe kecacatan
0 : tidak ada kecacatan
1 : cacat tidak terlihat kasat mata
2 : cacat bisa di lihat langsung dengan kasat mata
8. Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit
nyeri tekan. Bila berat dapat membengkak sampai pecah. Gejala syaraf
atau beberapa syaraf tepi ( paling sering pada nervus ulnaris dan nervus
medianus, dengan gejala nyeri yang hebat dan atau adanya gangguan
fungsi.
- Reaksi tipe 2 : terjadi karena kompleks imun (reaksi antigen antibody yang
digunakan pada lesi kulit yang berupa nodul-nodul eirtematous. Dapat terjadi
sebelum, selama ataupun setelah pengobatan. Gejala terutama pada ENL yaitu
nodul kemerahan yang nyeri, pada perabaan dapat superfisial atau dalam.
Pada reaksi tipe 2 berat, lesi ENL menjadi vesicular atau bula dan pecah,
Karena jika tidak, pada beberapa pasien yang diberikan steroid, bercaknya dapat
menjadi kabur.
Berat ringannya penyakit Kusta/MH yang dialami oleh pasien dilihat dari
Prevention of Dissability dari pasien (POD). Beberapa poin POD yang penting
adalah :
- Apakah ada nyeri raba
- Apakah terdapat kemunduran otot sebelum 6 bulan terakhir
- Apakah ada 2 titik mati rasa sebelumnya dalam 6 bulan terakhir
- Apakah terdapat lagoftalmus 6 bulan terakhir
- Apakah terdapat bercak aktif di sekitar saraf tepi, yang diperiksa diantaranya
menyerang hingga ke saraf (neuritis), jika gejala yang dialami lebih dari 6 bulan,
10. Terapi MH
Pengobatan Kausal : MDT-WHO
bulan dan diselesaikan dalam waktu maksimal 9 bulan. Setelah selesai minum
dinyatakan RFT, meskipun secara klinis lesi masih aktif dan BTA +.
Lalu setelah sesi penjelasan dan diskusi berakhir, kami melihat beberapa
pemeriksaan yang dilakukan oleh dr. Santi dan Pak Purwoto. Salah satu pasien yang
diperiksa adalah pasien yang rawat inap. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan POD kepada pasien laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pak
Kemudian, digunakan juga pulpen kecil yang nantinya berfungsi untuk melakukan
pemeriksaan POD yaitu dengan menekan secara halus ujung pulpen ke telapak tangan
radialis. Untuk pemeriksaan itu, jari kelingking pasien digerakkan keluar sambil
tangan pemeriksa menahannya. Untuk ibu jari, penderita mendorong ibu jarinya
kearah telapak tangan dan tangan pemeriksa menahannya. Lalu untuk memeriksa n.
radialis, penderita diminta untuk mengepalkan tangan lalu menirukan gaya seolah-
olah akan mengegas sepeda motor, dan pemeriksa menahan gerakan tersebut di
Lalu kemudian dilakukan pemeriksaan saraf yang lain, salah satunya adalah
pemeriksaan nervus peroneus communis dan nervus tibialis posterior. Diraba dan
dirasakan bersamaan, manakah yang lebih tebal atau apakah terdapat rasa nyeri ketika
dilakukan penekanan di salah satu sisi. Saat pemeriksaan tersebut, kaki penderita
menggunakan pulpen pada titik-titik tertentu di telapak tangan dan kaki. Syaratnya
adalah tangan pemeriksa harus menopang seluruhnya tangan penderita dan penderita
diminta untuk rileks serta tidak tegang. Penderita dijelaskan jika nanti saat ditekan
dengan pulpen, penderita menutup mata. Sambil menutup mata, penderita diminta
telunjuk tangan yang tidak diperiksa (jika tangan kiri yang diperiksa, penderita
menunjuk dengan telunjuk tangan kanan). Hal itu berlaku juga untuk pemeriksaan
Kemudian, kami diajak oleh dr. Santi untuk menuju kantor ruang melati dan
ruang rawat inap melati. Disana kami diberitahu untuk dapat melihat status pasien
dan setelah itu kami dicarikan sebuah kasus oleh dr. Santi sebagai pembelajaran yang
nantinya akan di anamnesis, pemeriksaan fisik hingga edukasi kepada pasien. Kasus
tersebut disusun dan dibuat di lembar terpisah agar dibuat seperti laporan kasus.
Setelah selesai, lalu kami menuju ruang diskusi untuk menyusun kasus dan
Kemudian setelah dr. Ivony datang, kami dijelaskan kembali morbus Hansen, dimulai
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Obyektif
- Pasien diminta untuk membuka bajunya (seluruhnya)
- Sebaiknya pemeriksaan di bawah sinar matahari langsung
- Pemeriksaan kepala : bercak di wajah, nodul
Alis : madarosis
Mata : lagoftalmus
Hidung : saddle nose
Telinga : infiltrate
Leher : pembesaran n. auricularis magnus
Corpus : ginekomastia
Testis : orchitis
- Pemeriksaan sensoris pada bercak
Sebelumnya penderita dijelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan
kappa (dipilin kecil-kecil) untuk rangsang raba, jarum (nyeri) dan yang
3. Pemeriksaan POD
Pemeriksaan POD dilakukan diantaranya saat: pasien datang, saat mengambil
obat, setiap 2 minggu setelah pemberian steroid, setiap 2 minggu kalau sedang
reaksi kusta.
- Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan kekuatan menutup kelopak mata
tibialis posterior dengan cara membandingkan kanan dan kiri di bawah dari
menahannya.
4. Cardinal Sign
- Bercak putih kemerahan disertai hipoestesi/anestesi
- Penebalan saraf tepi disertai dengan gangguan fungsi
- BTA (+)
5. Perbedaan Morbus Hansen Tipe PB dan MB
PB MB
Bercak < 5 Bercak > 5
Hipopigmentasi Hiperpigmentasi
Batas Batas tidak jelas
Asimetris Simetris
Penebalan saraf (single) Penebalan saraf (multiple)
Distribusi penebalan saraf asimetris Distribusi penebalan saraf simetris
BTA (-) BTA (+)
6. Penatalaksanaan
Pemberian MDT dengan waktu pemberian yang telah ditentukan. Pemberian MDT
terlebih dulu
- Harus minum rifampisin (memfragmentasi 93% bakteri sehingga bakteri cepat
rusak)
8. Edukasi
- Keteraturan minum obat
- Rutin kontrol
- Cara minum obat (saat awal pertama kali di depan petugas)
- Obat lamprene efek sampingnya kulit bisa menjadi hitam
- Obat rifampisin dapat menyebabkan BAK berwarna merah
- Perawatan diri (jangan lupa pakai pelindung kaki, menggunakan sarung
tangan, dan jika terdapat luka harus segera diarawat serta dibersihkan)
9. Rehabilitasi
- Pembuatan sandal khusus
- Menggunakan cruch (tongkat)
- Bedah reonstruksi seperti drop hand atau drop foot
Dengan syarat yaitu : usia produktif, tidak dalam pengobatan kusta/bebas
Pembahasan selesai pukul 15.15. Lalu kemudian dr. Edy Cahyono meminta untuk
foto bersama dengan staf yang lainnya. Dan acara hari itu ditutup dengan foto