METODE KB ALAMIAH
PANTANG BERKALA
Efektifitas
Bagi wanita yang siklus haidnya teratur efektivitasnya lebih
tinggi dibandingkan wanita yang siklus haidnya tidak teratur.
Angka kegagalan pada system kalender berkisar antara 6-42,
sedangkan pada system pengukuran suhu basal angka
kegagalannya berkisar 0-7.
Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC
Cara kerja
KB ALAMIAH
Indikasi
Kerugian:
1. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk
mengikuti intruksi
4. Hanya dapat digunakan bila siklus haid teratur sekitar 28-30 hari
Coitus interuptus
- Efektifitas
3. Bila semen tumpah di vulva dan terdapat penumpukan semen, sel mani
dapat masuk kedalam dan menyebabkan kehamilan
Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan demikian semen
sengaja ditumpahkan di luar ruang senggama untuk mencegah sel mani masuk
area fertilisasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa reflex ejakulasi datangnya
dapat disadari oleh sebagian besar pria
Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC
- Indikasi
2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode2 lain
Keuntungan:
1. Efektif bila digunakan dengan benar
Kerugian:
1. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seks
2. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi
masih melekat pada penis
KONDOM
- Efektifitas
Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi bila (a)kondom bocor atau
robek, atau (b) pemakai kurang disiplin dan kurang teliti mematuhi petunjuk
cara pemakaiannya
Angka kegagalan adalah berkisar antara 15-36 %. Efektifitas dapat dipertinggi
dengan jalan:
Memakai kondom berminyak, karenanya jarang koyak
Penis segera ditarik keluar dari vagina setelah ejakulasi
Keuntungan:
Efektif bila digunakan dengan benar
Kerugian:
Efektifitas tidak terlalu tinggi
DIAFRAGMA
Diagfragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks
a. JENIS
flat spring (flat metal band)
coil spring (coiled wire)
arching spring (kombinasi metal spring)
b. CARA KERJA
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida.
c. MANFAAT
Kontrasepsi
efektif bila digunakan dengan benar
tidak menggangu produksi ASI
tidak menggangu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya.
Tidak menggangu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Nonkontrasepsi
Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya bila digunakan
dengan spermisida.
Bila digunakan saat haid bisa menampung darah menstruasi.
Keterbatasan
o Efektifitas sedang
o Keberhasilan kontrasepsi tergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan
o Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap
berhubungan seksual.
o Pemeriksaan pelviks oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasngan.
o Pada beberapa pemasangan menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
o Pada 6 jam pascahubungan seksual alat masih harus berada di posisinya.
e. EFEK SAMPING
f.efektivitas
kurang disukai karena factor-faktor psikis dan hygiene, serta untuk
pemakaian nya memerlukan motivasi dan pengajaran yang memerlukan
pendidikan akseptor.angka kegagalan 9-34.
SPERMASIDA
- Efektifitas
Angka kegagalan berkisar antara 3-30. Efek samping yang teradi biasanya
adalah timbulnya perasaan kurang enak pada kedua pihak yang karena
becek dan kadang kala timbul reaksi alergi
Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC
- Cara kerja
3. Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminya
(vulva dan vagina)
Keuntungan :
Kontrasepsi
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak menggangu prosuksi ASI
Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
Tidak menggangu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Mudah digunakan.
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
Tidak perlu resep dokter.
Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS.
Kerugian :
Efektifitas kurang
Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan.
Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai
setiap melakukan hubungan seksual.
Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film)
Efektivitas aplikasii hanya 1-2 jam.
- Efek samping
Iritasi vagina, iritasi penis da tidak nyaman, gangguan rasa panas di vagina,
kegagalan tablet tidak larut.
Efektivitas
Angka kegagalan berkisar kurang 3-30.
KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesterone.
Jenis
2. Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan
urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama
14 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen
selama 5 7 hari terakhir.
c) Kontrasepsi Implant
Keuntungan Nonkontrasepsi
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi/memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
d. keterbatasan :
g. cara penggunaan :
Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan hubungan seksual, atau menaLunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja.
Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau
gunakan metode 9 kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu
memakai metode kontrasepsi lain.
Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari Mau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari
saja.
Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan z,implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu
dengan benar. Z~
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, imlpan dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan Norplant, insersi Norplant
dapat dilakukan C, menggantinya saat, asal saja diyakini klien tidak hamil.
Tidak perlu menunggu sampaidatangny
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya
dengan implan, Norplant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan
klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.
Kontrasepsi
Sangat efektif
Permanen
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor sanggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius
Pembedahan sederhan, dapat dilakukan dengan anstesi lokal
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium)
Nonkontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium
c. Keterbatasan :
Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
Kliien dapt menyesal dikemudian hari
Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum)
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
Dilakukan oleh dokter yang terlatih
Tidak melindungi diri dari IMS
d. Yang dapat menjalani tubektomi :
Usia >26 tahun
Paritas>2
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
Pascapersalinan
Pascakeguguran
Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
e. Yang sebaiknya tidak melakukan tubektomi :
Hamil
Perdarahan vaginal yang belum terjelas (hingga harus di evaluasi)
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas masa datang
Belum memberikan persetujuan tertulis
f. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
Masalah-masalah medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau
pembekuan darah, PRP sebelumnya/sekarang, obesitas, diabetes)
Anak tunggal dan atau dengan tanpa anak sama sekali.
g. Kapan dilakukan :
Setiap waktu selama siklus mestrusi apabila diyakinkan secara rasional
tersebut tidak hamil.
Hari ke 6 hingga 13 dari siklus menstruasi (fase poliferasi)
Pasaca persalinan :tidak tepat untuk klien pascapersalinan.
Minilap : di dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
Laparoskopi :
Pascakeguguran :
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap atau laparoskopi)
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak da bukti infeksi
perviks (minilap saja)
h. Komplikasi :
Infeksi luka
Demam pascaoperasi (>38 derajat C)
Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
Hematoma (subkutan)
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang)
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan
VASEKTOMI
a. Batasan
Adalah prosedur klinikuntuk meghentikan kapasitas reprosuksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilitas (penyatuan dengan ovum) tidak
terjadi.
b. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya menhentikan fertilitas di mana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan kesehatn pria dan
pasangan serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga
c. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus :
Infeksi kulit pada daerah opersi
Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
Hidrokel atau varikokel yang besar
Hernia inguinalis
Undesensus tertikularis
Massa intraskrotalis
Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antinoagulansia
d. Konseling, informasi dan persetujuan medis
Klien dijelaskan tentang prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon
pria tau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual
7. Apa saja informasi yang digali oleh dokter meliputi life style dan riwayat
medis ?
Perempuan
Stres menyebabkan sekresi meningkat dari hipotalamus faktor
corticotropin-releasing, peningkatan hipofisis pelepasan hormon
adrenokortikotropik, dan sekresi ditambah hormon korteks adrenal,
termasuk kortisol. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa stres
memiliki efek langsung pada tingkat produksi kortisol dan oleh karena itu,
efek negatif pada kesuburan.
Hormon stres yang beredar tinggi dapat mengganggu waktu ovulasi dan
memperpendek fase luteal. Ketersediaan progesteron berkurang fase
luteal pasca-konsepsi mengurangi kemungkinan terjadinya implantasi
sukses; 12-hari phaseand luteal 8 mm ketebalan endometrium telah
diajukan sebagai minimum untuk kesuburan. Oleh karena itu, peredaran
peningkatan kadar hormon stres selama periode antara pra-konsepsi dan
awal kehamilan dapat mencegah implantasi dan pemeliharaan kehamilan
dini dengan mekanisme cacat fase luteal.
Faktor internal
Kondisi patologis atau kelainan anatomi
Salah satu contoh kelainan anatomi pada organ reproduksi laki-laki
adalah varikokel. Varikokel merupakan pelebaran pembuluh darah balik yang
dapat memicu peningkatan tekanan aliran darah dan perubahan suhu dalam
kantong kemaluan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kesuburan karena
kualitas spermatozoa yang rendah (Triyono, 2009).
Stres
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi
sistem reproduksi sebagai faktor penyebab gangguan kesuburan, memicu
disfungsi ereksi, mempengaruhi hormon tertentu yang berperan dalam
pembentukan spermatozoa (Irawan dkk, 2008).
Berat badan
Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas dapat menyebabkan
penurunan kualitas sperma (Dwianti, 2011). Selain itu, menurut Irawan dkk
kekurangan berat badan juga akan mempengaruhi hormon reproduksi
sehingga dapat menurunkan kualitas spermatozoa (Irawan dkk, 2008).
Faktor eksternal:
Rokok
Asap rokok dapat menyebabkan stres oksidatif diakibatkan
peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species) yang akan
mengakibatkan kerusakan DNA yang pada akhirnya terjadi apotosis
spermatozoa (Claudia, 2013). Sehingga pada perokok memiliki kualitas
spermatozoa lebih rendah dibanding pria yang tidak merokok (Triyono,
2009).
Alkohol
Alkohol pada sistem reproduksi pria dapat menyebabkan
kegagalan sintesis hormon testosteron dan kerusakan pada jaringan
testikuler (Katzung, 2002). Alkohol dapat mempengaruhi fungsi hati
yang menyebabkan meningkatnya hormon estrogen, jumlah hormon
estrogen yang terlalu tinggi mempengaruhi kuantitas dan kualitas
spermatozoa (Irawan dkk, 2008).
Obat-obatan terlarang
Pemakaian obat-obatan terlarang seperti ganja dapat menurunan
kualitas spermatozoa dan disfungsi ereksi. Pembentukan spermatozoa
oleh Luteinizing Hormone (LH) dilakukan pada hipofisis di otak, jika
jalur normal otak ke testis terganggu maka dapat mempengaruhi
kualitas spermatozoa (Triyono, 2009).
Peningkatan suhu
Peningkatan suhu pada sistem reproduksi pria contohnya testis,
dapat mencegah proses spermatogenesis yang mengakibatkan
degenerasi pada sebagian besar sel-sel tubulus selain spermatozoa
(Guyton & Hall, 2007). Berendam lebih dari 30 menit di air bersuhu 40
C atau lebih dapat menurunkan kuantitas dan kualitasspermatozoa
(Irawan dkk, 2008).
Makanan
Makanan yang mengandung tinggi lemak menyebabkan
penurunan kualitas spermatozoa. Lemak mempunyai peranan dalam
pembentukan hormon estradiol, semakin tinggi hormon estradiol maka
akan semakin rendah pula produksi hormon testosteron. Hormon
testosteron yang rendah dalam tubuh pria, menyebabkan penurunan
pada kuantitas dan kualitas spermatozoa (Irawan dkk, 2008). Menurut
para ahli kekurangan vitamin C diyakini menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) sperma, sehingga akan berpengaruh terhadap
pergerakan sperma. Vitamin C juga membantu dalam penyerapan zinc,
tembaga, magnesium, natrium dan kalium yang berfungsi
meningkatkan vitalitas dan usia sperma (Triyono, 2009).
Rokok
Kematian spermatozoa
Semakin lama waktu pemaparan asap rokok yang diberikan pada mencit
jantan maka semakin menurunkan rata-rata jumlah spermatozoa hidup. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan spermatozoa mati akibat
paparan asap rokok. Kematian spermatozoa diduga disebabkan oleh
senyawa radikal bebas yang dapat mengakibatkan kematian sel. Kematian
sel disebabkan oleh kerusakan DNA yang diakibatkan pengaruh dari radikal
bebas atau reactive oxygent species (ROS). Kerusakan DNA terjadi akibat
tekanan oksidatif yang meningkatkan pembentukan ROS sehingga merusak
fragmentasi DNA sehingga mengakibatkan apoptosis. Hal ini yang
menyebabkan banyak ditemukannya spermatozoa yang mati setelah
dipaparkan asap rokok. Radikal bebas menyebabkan mutasi DNA dan
sitotoksitas. Sitotoksitas dapat menyebabkan kematian dan penurunan
jumlah sel dalam jaringan. Mekanisme sitotoksitas pada sel salah satunya
dapat disebabkan oleh tekanan oksidatif. Tekanan oksidatif timbul akibat dari
produksi ROS yang berlebihan dan rusaknya mekanisme pertahanan
antioksidan. Jika terjadi ketidakseimbangan antara pro-oksidan (toksin asap
rokok) dengan anti-oksidan atau kegagalan sel untuk memperbaiki diri dari
kerusakan akibat pro-oksidan, maka akan terjadi tekanan oksidatif.
Penurunan motilitas spermatozoa
Penurunan motilitas spermatozoa diduga disebabkan oleh senyawa radikal
bebas pada asap rokok yang dapat mengganggu motilitas spermatozoa.
Radikal bebas yang terkandung pada asap rokok dapat menurunkan
frekuensi gerakan ekor spermatozoa karena menyebabkan berkurangnya
energi pergerakan ekor spermatozoa. Radikal bebas menyebabkan
produksi ATP mitokondria rendah. Mitokondria merupakan tempat proses
perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi bagi pergerakan
ekor spermatozoa. Alat gerak spermatozoa terletak pada bagian ekor
spermatozoa yang disusun oleh aksonema. Aksonema terdiri dari sepasang
mikrotubulus sentral dan dikelilingi 9 pasang mikrotubulus di sebelah
luarnya. Mikrotubulus luar terdiri atas subfibril A dan subfibril B yang disusun
oleh protein dinein. Protein dinein sangat berguna dalam motilitas
spermatozoa karena mempunyai aktifitas ATP-ase yang dapat menghidrolisis
ATP yang dipergunakan sebagai energi motilitas spermatozoa. Penurunan
motilitas spermatozoa akibat paparan asap rokok sejalan dengan
peningkatan abnormalitas spermatozoa mencit perlakuan. Abnormalitas
spermatozoa dapat mempengaruhi motilitas spermatozoa. Spermatozoa
dengan morfologi abnormal akan menghambat pergerakan spermatozoa.
Morfologi spermatozoa yang abnormal menyebabkan kelemahan pergerakan
(motilitas) spermatozoa dan merupakan salah satu faktor infertilitas.
Rendahnya motilitas spermatozoa yang abnormal menyebabkan
spermatozoa kurang mampu melakukan penetrasi ke dalam getah serviks
dan menembus saluran reproduksi secara normal serta tidak dapat
menembus sel telur.
Abnormalitas spermatozoa
Hasil pengamatan mikroskopis ditemukan kelainan pada morfologi
spermatozoa mencit perlakuan seperti kepala pecah, kepala pipih, ekor
putus dan kepala kecil. Abnormalitas pada spermatozoa dibagi menjadi
abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer
yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan pada saat spermatogenesis,
meliputi kepala yang terlampau besar, kepala yang terlampau kecil, kepala
pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda.
Abnormalitas sekunder yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan
setelah meninggalkan tubulus seminiferus, ditandai dengan ekor putus,
kepala pecah, dan kepala tanpa ekor. Paparan asap rokok dapat
mempengaruhi proses spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan
kadar hormon testosteron. Pengaruh asap rokok dapat mempengaruhi
sintesis hormon testoteron melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama
melibatkan komponen logam (kadmium dan nikel) dalam asap rokok yang
dapat mengganggu aktifitas enzim adenil siklase pada membran sel leydig
sehingga mengakibatkan terhambatnya sintesis hormon testosteron.
Mekanisme kedua melibatkan nikotin dalam asap rokok yang dapat
menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan katekolamin. Katekolamin
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu
proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui mekanisme
umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior testis. Hasil penelitian
menunjukkan bahan-bahan racun dan radikal bebas menimbulkan
perubahan DNA pada spermatozoa yang menyebabkan mutasi secara
permanen yang dapat diwariskan pada keturunan.
http://fmipa.unsyiah.ac.id/jurnalnatural/images/pdf/hal_12_17_2_2010.pdf
1. Faktor wanita
a. Faktor vagina & serviks dinilai dengan Post Coital Test (PCT) pra ovulasi
a. Vaginitis/infeksi
1. Trichomonas vaginalis
2. Candida albicans
b. Stenosis serviks/sinekia
c. Hipoplasi serviks
d. Polip serviks
e. Konisasi/kauterisasi/krioterapi
b. Faktor endometrium diperiksa dengan biopsi endometrium & HSG
a. Polip endometrium
b. Adenomiosis
c. Mioma uteri
d. Endometritis (infeksi Chlamydia & Mycoplasma)
e. Sindrom Ashermann
c. Faktor tuba
a. Oklusi tuba
b. Hidrosalping
c. Adenomyosis
d. Infeksi (Actinomyces israelli, Chlamydia trachomatis)
d. Faktor ovarium
a. Hiperandrogenisme/virilisasi
b. Galaktorrhea
e. Faktor peritoneal
a. Endometriosis
b. Adhesi pelvis
f. Faktor imunologis
a. Antibodi anti sperma
g. Faktor psikologis
a. Vaginismus
2. Faktor pria
a. Abnormalitas sperma
b. Varikokel
c. Kegagalan testis, jika dalam pemeriksaan:
a. Testosteron menurun
b. FSH meningkat
c. LH meningkat
d. Hipogonadisme-hipogonadotropik, jika dalam pemeriksaan:
a. Testosteron menurun
b. FSH menurun
c. LH menurun
e. Insensitivitas androgen, jika dalam pemeriksaan:
a. FSH normal
b. Testosteron meningkat
c. LH meningkat
Obstetri-Ginekologi II, FK Undip
DEFINISI:
INFERTILITAS adalah masalah yang dihadapi pasutri yang telah menikah
selama minimal 1 tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
kehamilan.
SUMBER : BUKU AJAR ILMU KANDUNGAN
MACAM:
LangkahPemeriksaan
Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat
kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat
perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur
anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding,
riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Pemeriksaan Khusus
PemeriksaanOvulasi
d) Pemeriksaanendometrium.
Gangguan ovulasidisebabkan :
a) Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan
memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi
(pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise
membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang
diberikan pada wanitaanovulatoir dengan hiperprolaktinemia.Atau dengan
pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin
untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen
yang adekuat.
PemeriksaanSperma
Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk
abnormal 25 %.
Spermatozoapria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc,
steril : 20 juta per cc atau kurang.
PemeriksaanLendir Serviks
Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen
ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test
kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila
terdapat infeksi.
PemeriksaanTuba
PemeriksaanEndometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka :endometrium tidak bereaksi
terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
A Pemeriksaan sperma
Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa,
bentuk dan pergerakannya. Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah
pasangan tidak melakukan coitus sekurang2nya selama 3 hari dan sperma
tersebut hendaknya diperiksa pada 1 jam setelah keluar.
Ejakulat yang normal sifatnya sbb:
Volume 2-5 cc
Jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc
Pergerakan 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan
Bentuk abnormal 25%
Pria yang infertile spermatozoanya 60 juta per cc atau lebih
Subfertil 20-60 juta per cc
Steril 20 juta per cc atau kurang
Untuk pennilaian lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid, gonadotrofin dalam
urin, dan biopsy dari testis.
B Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai pemeriksaan:
1 Pencatatan suhu basal kalau siklus ovulatoar, maka suhu basal bersifat bifasis.
Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan pengaruh progesterone
2 Dengan pemeriksaan vaginal smear; pembentukan progesterone menimbulkan
perubahan2 sitologi pada sel2 superfisial
3 Pemeriksaan lendir serviks adanya progesterone menimbulkan perubahan sifat
lender serviks ialah lendir tersebut menjadi kental, juga gambaran fern (daun
pakis) yang terlihat pada lendir yang telah dikeringkan hilang
4 Pemeriksaan endometrium kuretase pada hari pertama haid haid atau pada
fase premenstrual menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan
gambaran histoogi yang khas
5 Pemeriksaan hormone seperti estrogen, ICSH, pregnadiol
Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah, urin mau-pun liur
(saliva). Kadar normal dalam satu siklus :
Jen Sa Fase siklus haid
is tuan Praovu Ovulas Pasca
hormon lasi i ovulasi
FSH mUI/ml 5-20 15-45 5-12
LH mUI/ml 5-15 30-40 5-15
PRL ng/ml - 5-25 -
E2 pg/ml 25-75 200-600 100-300
P ng <5 5-8 10-30
/ml
A Pemeriksaan infertilitas
Masalah air mani
Penanmpungan air mani
Karakteristik air mani
Px mikroskopik :
Motilitas spermatozoa :
Konsentrasi spermatozoa :
Morfologi spermatozoa : dilakukan dgn pulasan sediaan-
usap air mani, kemudian menghitung jenis spermatozoanya
Uji ketidakcocokan imunologik : uji kontak mani dgn lendir
serviks dpt menunjukkan adanya antibodi lokal pd pria atau wanita
Masalah vagina
Sumbatan psikogen : vaginismus, dispareunia
Sumbatan anatomik : bawaan atau didapat
Peradangan : vaginitis
Masalah serviks
Sumbatan kanalis servikalis
Lendir serviks yg abnormal
Malposisi dr serviks
Kelainan anatomi serviks : cacat bawaan (atresia), polip serviks,
stenosis akibat trauma, peradangan (servisitis menahun), inseminasi
yg tdk adekuat
Uji pascasenggama spermatozoa sdh dpt sampai pd lendir
serviks segera stlh senggama, & dpt hidup di dlmnya sampai 8 hr.
Cara : stlh abstinensi selama 2 hr, pasangan dianjurkan melakukan senggama 2
jam sblm saat yg ditentukan utk datang ke dokter. Dgn spekulum vagina kering,
serviks ditampilkan, kemudian lendir serviks yg tampak dibersihkan dgn kapas
kering. Lendir serviks diambil dgn isapan semprit tuberkulin, kemudian
disemprotkan keluar pd gelas obyek, lalu ditutup dgn gelas penutup. Px
mikroskopik dilakukan dgn LPB.
Uji in vitro
Uji gelas objek : utk mengukur kemampuan spermatozoa masuk ke dlm
lendir serviks
Cara : menempatkan setetes air mani & lendir serviks pd gelas obyek,
kemudian kedua bahan itu disinggungkan satu sama lain dgn meletakkan
sebuah gelas penutup diatasnya. Spermatozoa akan tampak menyerbu ke
dlm lendir serviks, didahului oleh pembentukan phalanges air mani ke dlm
lendir serviks.
Uji kontak air mani dgn lendir serviks
Cara pertama : setetes lendir serviks praovulasi dgn tanda2 pengaruh
estrogen yg baik & pH > 7 diletakkan pd sebuah gelas obyek di samping
setetes air mani. Kedua tetesan itu dicampur & diaduk dgn sebuah gelas
penutup, yg kemudian dipakai utk menutup campuran itu. Setetes mani yg
sama diletakkan pd gelas obyek itu jg, kemudian ditutup dgn gelas
penutup. Penilaian dilakukan dgn membandingkan motilitas spermatozoa dr
kedua sediaan itu. Sediaan itu kemudian disimpan dlm tatakan petri yg
lembab, pd suhu kamar, selama 30 menit, kemudian diamati lg.
Cara kedua : setetes besar lendir serviks diletakkan pd sebuah gelas obyek,
kemudian dilebarkan smp diameternya 1 cm. Setetes air mani diletakkan di
tengah lendir serviks itu, kemudian lendir serviks & air mani ditutup dgn
sebuah gelas penutup, sambil ditekan sedikit supaya air maninya dpt
menyebar tipis di atas lendir serviks. Setetes air mani yg sama diletakkan
pula pd gelas obyek itu, kemudian ditutup dgn sebuah gelas penutup.
Penilaian dilakukan spt cara pertama.
(Hanifa Wiknjosastro.2007.Ilmu Kandungan.Jakarta:YBPSP)