ACARA 1
UJI AMBANG (THRESHOLD TEST)
Penanggung Jawab :
Rachmat Afif Ardianto (A1M014055)
A. Latar Belakang
Manusia pada umumnya mempunyai kemampuan membedakan apakah
suatu produk mempunyai sifat sensoris yang sama atau tidak, namun akan
sangat sulit apabila diminta untuk mengidentifikasinya. Hal ini disebabkan
hampir semua sifat sensoris suatu produk terdiri dari banyak jenis senyawa.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk kehidupan
manusia. Produk pangan sendiri memiliki sifat yang dapat dinilai
berdasarkan respons obyektif dari instrument fisik, dan sebagai sifat
subyektif atau respons pribadi manusia atau biasa disebut sifat organoleptik
atau evaluasi sensori. Dalam penilaiannya, organoleptik didasarkan pada
rangsangan saraf sensoris pada alat indera manusia. Evaluasi sensoris ini
sangat penting untuk memilih makanan sehat yang bermutu dan bergizi.
Kita sebagai konsumen tentunya menginginkan pangan yang terbaik untuk
dikonsumsi. Bagi pihak produsen evaluasi sensoris ini juga sangat penting
dalam sebuah industri pangan.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-
sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang
berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental
(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau
kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk
mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda
penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan
adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif.
Setiap senyawa mempunyai nilai ambang batas (threshold) tertentu untuk
dapat menimbulkan sensasi. Makin rendah nilai threshold suatu senyawa
dan makin tinggi konsentrasinya dalam produk maka makin tinggi
rangsangan pada indra yang ditimbulkannya.
Untuk dapat menetapkan nilai ambang batas (threshold) dari suatu
rangsangan, terdapat bermacam-macam cara analisis, diantaranya analisis
rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis
pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji
menggunakan sejumlah panelis semi terlatih. Panelis dipilih dari mereka
yang dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk
yang diuji.
Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk
pengujian panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk
menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat
dideteksi (absolute threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu
substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference threshold).
Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni, dan panelis
diminta untuk menilai sample mana yang berbedadengan air, dalam hal ini
air murni juga disajikan sebagai pembanding. Prinsip dari percobaan uji
ambang batas (threshold) adalah berdasarkan sensitivitas panelis dalam
menentukan rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan
rangsangan.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan nilai ambang batas dan
nilai ambang pengenalan pada sampel atau produk pangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
B. Prosedur Kerja
Sajikan satu seri jenis sampel (11 sampel) pada nampan dan letakkan di atas
meja
Sampel diuji oleh panelis satu persatu dengan cara dicicipi, setiap berpindah
ke sampel dengan kadar konsentrasi yang berbeda, harus didahului
berkumur dengan air putih
A. Hasil
1. Data Pengamatan
a. Bahan : Larutan Kafein
Kode Sampel
Panelis
581 374 372 251 339 818 776 477 916 799 232
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
15 18 16 15 10 13 10 18 20 20
Terdeteksi
Tidak 3 2 4 5 10 7 10 20 2
Terdeteksi
% 75 90 80 75 50 65 50 0 90 100 100
Terdeteksi
Keterangan :
= terdeteksi
= tidak terdeteksi
Kode sampel :
Larutan Kafein
477 = 0
776 = 0,003
339 = 0,004
818 = 0,005
251 = 0,006
916 = 0,007
581 = 0,008
232 = 0,009
372 = 0,01
374 = 0,015
799 = 0,02
Kode Sampel
Panelis
938 486 274 369 681 276 791 795 774 458 461
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Terdeteksi
Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
Terdeteksi
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Terdeteksi
Keterangan :
= terdeteksi
= tidak terdeteksi
Kode sampel :
Kode Sampel
Panelis
396 298 635 113 917 365 498 665 663 552 332
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
20 20 20 20 20 19 20 20 18 20
Terdeteksi
Tidak 20 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0
Terdeteksi
% 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Terdeteksi
Keterangan :
= terdeteksi
= tidak terdeteksi
Kode sampel :
Larutan Garam
396 = 0
522 = 0,02
498 = 0,04
298 = 0,06
665 = 0,08
635 = 0,1
663 = 0,12
113 = 0,14
917 = 0,16
365 = 0,18
332 = 0,2
Kode Sampel
Panelis
123 891 771 282 226 235 767 637 761 811 371
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
20 20 20 20 20 0 20 20 20 13 20
Terdeteksi
Tidak 0 0 0 0 0 20 0 0 0 7 0
Terdeteksi
% 100 100 100 100 100 0 100 100 100 65 100
Terdeteksi
Keterangan :
= terdeteksi
= tidak terdeteksi
Kode sampel :
Larutan Gula
235 = 0 %
811 = 0,05 %
761 = 0,1 %
226 = 0,2 %
637 = 0,3 %
282 = 0,4 %
711 = 0,5 %
767 = 0,6 %
891 = 0,7 %
371 = 0,8 %
123 = 1
2. Perhitungan
a. Bahan : Larutan Kafein
15
0 : 100 =75
20
10
0,003 : 100 =50
20
10
0,004 : 100 =50
20
13
0,005 : 100 =65
20
18
0,007 : 100 =90
20
15
0,008 : 100 =75
20
20
0,009 : 100 =100
20
16
0,01 : 100 =80
20
18
0,015 : 100 =90
20
% sampel terdeteksi 60
40
20
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03
konsentrasi
20
0,02 : 100 =100
20
b. Bahan : Larutan Asam Sitrat
0
0 : 100 =0
20
20
0,01 : 100 =100
20
20
0,012 : 100 =100
20
20
0,014 : 100 =100
20
20
0,016 : 100 =100
20
20
0,018 : 100 =100
20
20
0,02 : 100 =100
20
20
0,022 : 100 =100
20
20
0,024 : 100 =100
20
20
0,026 : 100 =100
20
20
0,003 : 100 =100
20
% sampel terdeteksi 60
40
20
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04
konsentrasi
% sampel terdeteksi 60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
konsentrasi
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji ambang batas (threshold) untuk
menentukan ambang batas dan ambang pengenalan pada masing masing
jenis sampel, yaitu dengan menggunakan 4 buah jenis sampel dengan rasa
yang berbeda, larutan gula yang mewakili rasa manis, larutan garam yang
mewakili rasa asin, larutan kafein yang mewakili rasa pahit, dan larutan
asam sitrat yang mewakili rasa asam. Pada uji ambang batas (threshold) ini
menggunakan panelis dari 20 mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan
Unsoed yang mengikuti praktikum mata kuliah evaluasi sensoris.
Setiap 4 jenis sampel tersebut yang mewakili 4 rasa, terdapat 11 seri
sampel dengan kadar konsentrasi yang berbeda beda. Setiap sampel diberi
kode sampel sebanyak 3 digit angka acak dengan kadar konsentrasi yang
berbeda di setiap kode sampel.
Uji ambang batas (threshold) diawali dengan mempersilahkan para
panelis untuk menguji sebanyak 11 seri sampel di setiap jenis sampelnya,
dengan cara dicicipi, lalu mencatat hasilnya pada formulir yang sudah
disediakan, reaksi positif jika terdeteksi rasa ( ), dan reaksi negatif jika
tidak dapat terdeteksi rasa ( ) .Setiap para panelis akan berpindah ke
sampel berikutnya, para panelis diharuskan untuk berkumur dengan air
putih agar rasa yang tertinggal pada sampel sebelumnya dapat hilang
sehingga tidak terjadi bias dalam penentuan hasil pengujian sampel.
Nilai ambang mutlak ditunjukan dengan nilai yang diperoleh dari
persentil 50%, sedangkan untuk nilai ambang pengenalan didasarkan pada
75% panelis dapat mengenali rangsangan.
1. Larutan Kafein
Pada jenis sampel ini, diuji 11 seri sampel kafein dengan kadar
konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan nilai ambang batas mutlak
dan nilai ambang pengenalan. Terdapat 11 seri sampel dengan kadar
konsentrasi kafein yang berbeda beda, mulai dari 0; 0,003; 0,004;
0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009; 0,01; 0,015; dan 0,02.
Berdasarkan hasil dari uji ambang batas (threshold) dengan 20 panelis,
pada kadar konsentrasi kafein 0, total 100% panelis tidak dapat
mendeteksi adanya rasa pahit. Sementara, nilai ambang batas mutlak dari
kafein didapat pada kadar konsentrasi kafein 0,003; 0,004; dan 0,005,
dengan total persen panelis yang mendeteksi rasa pahit ada 50%, 50%,
65%. Nilai ambang batas pengenalan untuk larutan kafein didapat pada
kadar 0,006 dengan total persen panelis yang mendeteksi rasa pahit ada
75%. Pada kadar konsentrasi kafein 0,007, total persen panelis yang
dapat mendeteksi adanya rasa pahit meningkat tajam menjadi total 90%.
Sementara, pada kadar konsentrasi kafein 0,008, total persen panelis
yang dapat mendeteksi adanya rasa pahit menurun menjadi total 75%
panelis, lalu meningkat tajam lagi menjadi 100% total panelis dapat
mendeteksi rasa pahit pada kadar konsentrasi kafein 0,009. Pada kadar
konsentrasi kafein 0,01, total persen panelis yang dapat mendeteksi
adanya rasa pahit yaitu 80%. Pada kadar konsentrasi kafein 0,015, total
persen panelis yang dapat mendeteksi adanya rasa pahit meningkat
menjadi 90%. Pada kadar konsentrasi kafein 0,02, total persen panelis
yang dapat mendeteksi adanya rasa pahit yaitu 100%.
Nilai ambang pengenalan dari 11 seri sampel kafein didapat pada
kadar konsentrasi 0,006; 0,007; dan 0,008 dengan total persen panelis
yang dapat mendeteksi rasa pahit yaitu 75%, 90%, dan 75%.
Berdasarkan grafik hubungan antara kadar konsentrasi dengan total
persen panelis yang dapat mendeteksi rasa pahit (reaksi positif) yang
diperoleh, dapat diketahui total persen panelis yang dapat mendeteksi
rasa pahit naik dan turun secara signifikan pada kadar konsentrasi 0,006;
0,007; 0,008; 0,009; dan 0,01, dengan total persen panelis 75%, 90%,
75%, 100%, dan 80% yang dapat mendeteksi rasa pahit.
Hasil uji ambang batas (threshold) yang bias ini disebabkan karena
adanya kesalahan panelis dalam memberikan respon uji terhadap sampel,
contohnya seperti lupa berkumur dengan air putih untuk menghilangkan
rasa yang tertinggal pada sampel sebelumnya. Kondisi lingkungan saat
panelis melakukan uji juga turut mempengaruhi hasil dari uji ambang
batas (threshold), seperti kondisi saat dilakukan uji ambang batas
(threshold) tidak dilakukan secara terpisah/terisolasi, dan tidak kedap
suara yang menyebabkan konsentrasi panelis terganggu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suswi (2009), dimana persyaratan
laboratorium penilaian uji organoleptk memiliki persyaratan khusus
seperti ruang yang terisolasi dan kedap suara agar para panelis bisa tetap
berkonsentrasi selama penilaian uji sensoris.
2. Larutan Asam Sitrat
Pada jenis sampel ini, diuji 11 seri sampel larutan asam sitrat dengan
kadar konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan nilai ambang batas
mutlak dan nilai ambang pengenalan. Jenis sampel ini mewakili rasa
asam. Terdapat 11 seri sampel larutan asam sitrat dengan kadar
konsentrasi yang berbeda beda, yaitu dengan kadar 0; 0,01; 0,012;
0,014; 0,016; 0,018; 0,02; 0,022; 0,024; 0,026; 0,03.
Pada sampel larutan asam sitrat dengan kadar konsentrasi 0, total
persen panelis yang dapat merasakan rasa asam adalah 0% panelis. Pada
sampel larutan asam sitrat dengan kadar konsentrasi 0,01, total persen
panelis yang dapat merasakan rasa asam melonjak tajam menjadi 100%
panelis, begitu juga dengan kadar seterusnya, mulai dari 0,01; 0,012;
0,014; 0,016; 0,018; 0,02; 0,022; 0,024; 0,026; hingga ke tingkat kadar
larutan asam sitrat paling tinggi yaitu 0,03, semuanya menghasilkan total
persen panelis yang dapat merasakan rasa asam sebesar 100% panelis.
Berdasarkan hasil uji ambang (threshold) tersebut, maka nilai ambang
batas mutlak didapat pada sampel larutan asam sitrat dengan kadar
konsentrasi 0,01 dengan total persen panelis sebesar 100%, lebih dari
50%. Sementara untuk nilai ambang pengenalan didapat pada sampel
larutan asam sitrat dengan kadar konsentrasi 0,01 dengan total persen
panelis yang dapat merasakan rasa asam mencapai total 100% panelis,
diatas 75% panelis.
Berdasarkan grafik hubungan antara kadar konsentrasi dengan total
persen panelis yang dapat mendeteksi rasa asam (reaksi positif) yang
diperoleh, dapat diketahui besarnya kadar konsentrasi berbanding lurus
dengan total persen panelis yang dapat mendeteksi rasa asam (reaksi
positif) yang diperoleh. Semakin tinggi konsentrasi yang dimiliki sampel,
maka semakin tinggi total persen panelis yang dapat mendeteksi rasa
asam (reaksi positif). Akan tetapi, total persen panelis yang bereaksi
positif terhadap rasa asam terdapat kejanggalan dimana titik total persen
panelis yang bereaksi positif mulai konstan berada pada 100% dimulai
sejak kadar 0,01 hingga kadar asam sitrat 0,03.
Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan panelis pada saat pengujian.
Rasa asam sulit dihilangkan dengan air putih yang bersifat netral,
sementara panelis berkumur dengan sedikit air putih sehingga masih
menyisakan rasa asam pada indra pengecap yang digunakan sebagai alat
uji ambang batas (threshold).
3. Larutan Garam
Pada jenis sampel ini, diuji 11 seri sampel larutan garam (NaCl)
dengan kadar konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan nilai ambang
batas mutlak dan nilai ambang pengenalan. Jenis sampel ini mewakili
rasa asin. Terdapat 11 seri sampel larutan garam (NaCl) dengan kadar
konsentrasi yang berbeda beda, yaitu dengan kadar 0; 0,02; 0,04; 0,06;
0,08; 0,08; 0,1; 0,12; 0,14; 0,18; 0,2.
Berdasarkan hasil uji ambang batas (threshold), pada sampel dengan
kadar NaCl sebesar 0, total persen panelis yang dapat merasakan rasa
asin adalah 0% / tidak ada. Pada kadar konsentrasi NaCl sebesar 0,02,
total persen panelis yang dapat mendeteksi adanya rasa asin meningkat
tajam menjadi 90%. Pada sampel dengan kadar konsentrasi NaCl 0,04,
total persen panelis yang dapat mendeteksi adanya rasa asin pada sampel
sebanyak 95%. Pada sampel 0,06; 0,08; 0,08; 0,1; 0,12; 0,14; 0,18; dan
0,2 , total persen panelis yang dapat merasakan rasa asin sebesar 100%.
Dengan begitu, nilai ambang batas mutlak didapat pada sampel kadar
konsentrasi NaCl sebesar 0,02 dengan total persen panelis yang dapat
mendeteksi rasa asin pada sampel sebesar 90%, lebih dari 50 %. Nilai
ambang batas pengenalan didapat pada sampel dengan kadar NaCl
sebesar 0,02, total persen panelis yang dapat merasakan rasa asin sebesar
90%, diatas 75% panelis. Berdasarkan grafik hubungan antara kadar
konsentrasi dengan total persen panelis yang dapat mendeteksi rasa asin
(reaksi positif) yang diperoleh, dapat diketahui besarnya kadar
konsentrasi berbanding lurus dengan total persen panelis yang dapat
mendeteksi rasa asin (reaksi positif) yang diperoleh. Semakin tinggi
konsentrasi yang dimiliki sampel, maka semakin tinggi total persen
panelis yang dapat mendeteksi rasa asin (reaksi positif).
4. Larutan Gula
Pada jenis sampel ini, diuji 11 seri sampel larutan gula dengan kadar
konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan nilai ambang batas mutlak
dan nilai ambang pengenalan. Jenis sampel ini mewakili rasa manis.
Terdapat 11 seri sampel larutan gula dengan kadar konsentrasi yang
berbeda beda, yaitu dengan kadar 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6;
0,7; 0,8; 1.
Berdasarkan hasil uji ambang batas (threshold), pada sampel dengan
kadar gula sebesar 0, total persen panelis yang dapat mendeteksi rasa
manis sebesar 0% / tidak ada. Sementara pada seri sampel dengan kadar
gula sebesar 0,05, total persen panelis yang dapat merasakan rasa manis
sebesar 65%. Pada sampel 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; dan 1, total
persen panelis yang dapat merasakan rasa manis melonjak tajam dan
berada pada titik konstan yaitu sebesar 100% panelis.
Berdasarkan hasil uji ambang batas (threshold) , maka didapat nilai
ambang batas mutlak jenis sampel larutan gula berada pada sampel
dengan kadar konsentrasi 0,05 dengan total persen panelis yang dapat
mersakan rasa manis sebesar 65%, diatas 50% panelis. Nilai ambang
batas pengenalan sendiri didapat pada sampel dengan kadar larutan gula
sebesar 0,1, total persen panelis yang dapat merasakan rasa manis sebesar
100%, diatas 75% panelis.
Berdasarkan grafik hubungan antara kadar konsentrasi dengan total
persen panelis yang dapat mendeteksi rasa manis (reaksi positif) yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa total persen panelis yang bereaksi
positif pada rasa manis berada di titik konstan sebesar 100% mulai dari
sampel dengan kadar gula 0,1 hingga 1. Besarnya kadar konsentrasi
berbanding lurus dengan total persen panelis yang dapat mendeteksi rasa
manis (reaksi positif) yang diperoleh. Semakin tinggi konsentrasi yang
dimiliki sampel, maka semakin tinggi total persen panelis yang dapat
mendeteksi rasa manis (reaksi positif).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Nilai ambang batas mutlak untuk larutan kafein didapat pada kadar
konsentrasi kafein 0,003 dengan total persen panelis yang mendeteksi
rasa pahit ada 50%. Dan nilai ambang batas pengenalan untuk larutan
kafein didapat pada kadar 0,006 dengan total persen panelis yang
mendeteksi rasa pahit sebesar 75% panelis.
Nilai ambang batas mutlak untuk larutan asam sitrat didapat pada sampel
larutan asam sitrat dengan kadar konsentrasi 0,01 dengan total persen
panelis bereaksi positif sebesar 100%, lebih dari 50%. Nilai ambang
batas pengenalan didapat pada sampel dengan kadar larutan asam sitrat
sebesar 0,01, total persen panelis yang dapat merasakan rasa asam
sebesar 100%, diatas 75% panelis.
Nilai ambang batas mutlak untuk larutan NaCl didapat pada sampel
kadar konsentrasi NaCl sebesar 0,02 dengan total persen panelis yang
dapat mendeteksi rasa asin pada sampel sebesar 90%, lebih dari 50 %.
Nilai ambang batas pengenalan didapat pada sampel dengan kadar NaCl
sebesar 0,02, total persen panelis yang dapat merasakan rasa asin sebesar
90%, diatas 75% panelis.
Nilai ambang batas mutlak untuk larutan gula didapat pada sampel
dengan kadar konsentrasi 0,05 dengan total persen panelis yang dapat
merasakan rasa manis sebesar 65%, diatas 50% panelis. Nilai ambang
batas pengenalan sendiri didapat pada sampel dengan kadar larutan gula
sebesar 0,1, total persen panelis yang dapat merasakan rasa manis sebesar
100%, diatas 75% panelis.
Bias yang terdapat pada hasil uji ambang batas (threshold) pada
praktikum kali ini disebabkan oleh kesalahan dari panelis dan dari
penyelenggara uji.
B. Saran
Pada praktikum mata kuliah evaluasi sensori acara uji ambang batas
(threshold) kali ini, sebaiknya praktikan lebih disiplin ketika berperan
menjadi panelis karena bias bias pada hasil uji disebabkan oleh
ketidakdisiplinan para panelis. Penyelenggara uji juga diharapkan dapat
menyediakan tempat untuk uji ambang batas (threshold) agar sesuai dengan
persyaratan khusus seperti ruang yang terisolasi dan kedap suara agar para
panelis bisa tetap berkonsentrasi selama penilaian uji sensoris sehingga
tidak menimbulkan bias pada hasil uji
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Foto