Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME TUMBUHAN

IDENTIFIKASI UMUM TERHADAP MINYAK ATSIRI

Disusun oleh :
Andika Nursetiaji
1301070017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2016

Selasa, 14 juni 2016


IDENTIFIKASI UMUM TERHADAP MINYAK ATSIRI

A. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi bahan alam nabati yang mengandung atsiri melalui pengamatan
secara morfologis.
2. Untuk mengetahui kandungan kemurnian minyak atsiri dengan ujicoba kertas saring
dan penampakan pada permukaan air.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri minyak atsiri.
B. DASAR TEORI
Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan
teknologi di bidang minyak atsiri, maka usaha penggalian sumber-sumber minyak atsiri dan
pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak
digunakan sebagai obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak atsiri
diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri (Sipahelut, 2010).
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak
gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena minyak
atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri
tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan
membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya
tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan
dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga
tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di
tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti
akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada
suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman
penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air
(Gunther, 1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring),
antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya
penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang
devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ
tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim
(pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae
dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar
wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-
komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang
komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi
senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan
minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar
untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman
oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Minyak atsiri
digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika,
farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren,
1985).
Ciri-ciri minyak atsiri :

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan
senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga
seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek
tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh
psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-
kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Pipet tetes
2. Cawan petri
3. Kertas saring
BAHAN :
1. Minyak goreng
2. Minyak kayuputih
3. Minyak telon
4. Air

D. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan 3 cawan petri yang akan digunakan
3. Mengisi cawan petri dengan air sampai rata
4. Meneteskan 1 tetes berbagai minyak yang digunakan seperti minyak goreng, minyak
kayuputih dan minyak telon keatas cawan yang telah diisi air
5. Meneteskan berbagai minyak yang digunakan pula keatas kertas saring
6. Mengamati penyebaran penyebaran minyak diatas permuakaan air beserta kekeruhanya
7. Mengamati penyebaran minyak atsiri beserta pengupanya yang terdapat pada kertas
saring

E. HASIL PENGAMATAN
N
PENGAMATAN JENIS MINYAK KETERANGAN
O
Minyak goreng Menggumpal, keruh
Minyak Menyebar, air tidak
Percobaan 1
1. kayuputih keruh
Cawan Petri
Menggumpal, sedikit
Minyak telon
keruh
Tidak mudah menguap,
Minyak goreng meyebar lambat dan
meninggalkan noda
Mudah menguap, dan
Percobaan 2 Minyak
2. tidak menimbulkan noda
Kertas saring kayuputih
(cepat menguap)
Menguap,
Minyak telon meninggalkankan noda
menyebar

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum pertama metabolisme tumbuhan kami melakukan identifikasi
kandungan kadar minyak atsiri di berbagai minyak yang biasa digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Berbagai minyak tersebut merupakan minyak nabati atau minyak yang berasal
dari tumbuhan. Minyak tersebut antara lain minyak goreng, minyak kayu putih dan minyak
telon. Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sifat morfologis yang
nampak dari minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang kandungannya
sebagian besar bersifat volatile atau mudah menguap dan juga bersifat peka terhadap cahaya,
suhu panas, udara, dan kelambaban. Adapun serangkaian pemeriksaan yang dilakukan berupa
pengamatan minyak dalam air, serta pengamatan minyak pada kertas saring. Air digunakan
untuk mengidentifikasi kekeruhan minyak dan penyebarannya, sedangkan kertas saring
digunakan untuk menguji penguapan serta pembekasan atau penebaran minyak dalam kertas.
Pada pengamatan atau perlakuan pertama yaitu pengamatan minyak dalam air, tiga
jenis minyak yang digunakan yaitu minyak kayu putih, minyak telon, dan minyak goreng.
Kesemua minyak mendapat perlakuan yang sama yaitu dengan cara meneteskan atau
memasukkan minyak kedalam air. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa minyak kayu putih
paling cepat menyebar dalam air dengan tidak menunjukkan perubahan warna atau tidak
keruh (tetap bening). Minyak kayu putih tidak larut dalam air, akan tetapi menyebar karena
adanya sifat minyak atsiri yang mudah menguap (Volatile).
Hal berbeda ditunjukkan pada minyak telon, minyak ini terlihat menyebar namun
dengan sangat lambat serta menunjukkan perubahan warna menjadi sedikit keruh dan
terbentuk gumpalan cairan. Minyak telon merupakan minyak hasil dari perpaduan tiga
minyak yang berbeda yaitu minyak kayu putih, minyak kelapa dan minyak adas manis.
Ketiga minyak ini digabungkan dengan kadar atau koposisi yang berbeda-beda. Berdasarkan
data kadar komposisi, minyak kayu putih sebanyak 32 %; minyak kelapa sebanyak 55%; dan
minyak adas manis sebesar 13%. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penyebaran serta
penggumpalan pada air. Baik tingkat penyebaran maupun tingkat penggumpalan minyak
telon diperngaruhi oleh besarnya kadar atau komposisi minyak atsiri (kayu putih) atau
minyak kelapa yang dicampurkan.
Lalu pada pada minyak goreng diperoleh hasil minyak yang diteteskan menunjukkan
penggumpalan dengan warna keruh. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan kepolaran
antara minyak dan air. Secara umum, minyak goreng bersifat tidak larut dalam pelarut polar,
contohnya air. Akan tetapi, minyak lemak bersifat dapat larut dalam pelarut organik lain.
Untuk minyak yang memiliki kadar minyak atsiri tinggi maka tidak akan menyebabkan keruh
dan dapat menyebar dengan sempurna. Sehingga dapat dikatakan minyak goreng tidak
mengandung minyak atsiri.
Pada pengamatan yang kedua yaitu menguji kandungan minyak atsiri dengan
menggunakan kertas saring. Kertas saring digunakan untuk mengidentifikasi kandungan
minyak atsiri dengan melihat penguapan yang terjadi. Hasil pengamatan menunjukkan kertas
saring atau tissue yang ditetesi minyak kayu putih lebih cepat menguap dan tidak
meninggalkan bekas noda atau noda bening. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
bahwa minyak atsiri bersifat volatil atau mudah menguap, utamanya pada suhu kamar.
Sedangkan hasil yang ditunjukkan oleh minyak telon pada kertas saring meninggalkan bekas
dengan noda bening dan menyebar (terjadi penguapan). Hal ini karena kandungan/komposisi
minyak telon yang terdiri dari tiga minyak yang berbeda. Pada minyak goreng yang
meninggalkan noda bening yang jelas dan tidak terjadi penyebaran atau penguapan tidak jelas
teramati. Hal tersebut disebabkan karena minyak goreng tidak mudah menguap pada suhu
kamar.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada uji identifikasi minyak atsiri dapat
disimpulkan bahwa:
Minyak atsiri termasuk kedalam golongan terpenoid karena memiliki sifat volatil
(mudah menguap)
Minyak kayu putih memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup banyak, hal ini
terbukti pada uji coba di dalam air ataupun dengan menggunakan kertas saring, minyak
kayu putih mengalami penguapan dan penyebaran yang paling cepat.
Minyak telon memiliki kandungan minyak atsiri yang tidak begitu banyak, hal ini
dikarenakan minyak telon terbuat dari tiga jenis minyak yang berbeda, sehingga
banyaknya minyak atsiri tergantung dengan kadar komposisi minyak penyusun minyak
telon.
Pada minyak goreng tidak memiliki kandungan minyak atsiri, terbukti dari hasil
pengamatan, minyak goreng tidak mudah mengalami penguapan dalam suhu kamar.

DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Diterjemahkan Oleh S. Ketaren.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Sipahelut, Sophia grace, 2010, Isolasi dan Identifikasi Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala
(MyrisTICA Fragrans Houtt), Jurnal Agroforestri, Vol.5, No.2, Ambon.
Widiyastuti, Kiki dkk. 2001. Farmakognosi Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai