Anda di halaman 1dari 1

Barat-modern serta dikaitkan pada tataran kekinian.

Konsep ini sangat relevan


ditinjau dari persoalan umat Islam pada masa lalu hingga kini.

Bab 1 Ilmu Usuluddin

Ilmu Usuluddin adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji obyek tertinggi (Allah) dan
arah kebutuhan terhadap ilmu ini adalah restrukturisasi teoretisasi ideologi dan hipotesis dalil-
dalil pasca kematian rasul yang berpegang teguh pada rasio dan naql.
Paling tidak ada lima nama lain dari ilmu Ushuluddin. Pertama, Ilm'Ushul ad-Din: (melakukan
analogisasi terhadap ideologi religius dan dibangun dalam rasio). Kedua,Ilm al-Kalam
(menggunakan firman Allah, Al Quran sebagai objek yang disebut ilmu pengetahuan adalah
kalam yang berpengaruh dalam hati. Ketiga,Ilm al - Aqaid al-Islamiyah (ilmu ideologi Islam
secara sistematis: ilmu pengetahuan ini disebut sebagai al-Fiqh al-Akbar vis a vis al-Fiqh al-
Asghar (merupakan nilai-nilai bagi tindakan atau perbuatan praksis kehidupan manusia).
Keempat, Ilm at-Tauhid: (ilmu pengetahuan yang menempatkan tauhid sebagai keyakinan
utama. Kelima,Ilm adz-Dzat wa as-Shifah: (menjadikan persoalan zat/esensi dan sifat/atribut
sebagai hal utama). Menurut pemahaman ini kedudukan naql lebih utama dari rasio (paham
kasb).

Epistemologi dan Ontologi

Otentisitas epistemologi studi Islam muncul dalam analisa materi-materi argumentasi yakni
rasional (aqliyyah) dan tekstual (naqliyyah). Pada intinya, konstruksi ilmu pengetahuan
diklasifikasikan kedalam konsepsi (tashawwur) berupa pernyataan yang jelas dan konfirmasi
(tashdiq) yang berupa argumen atau dalil. Masing-masing klasifikasi pengetahuan itu dibagi
menjadi badihi (yang terbukti dengan sendirinya) bersifat fitrah dan kasbi (perolehan) yang
datang melalui indera dan pengalaman (empiris). Argumentasi terdiri dari argumen rasional
(aqliyah) dan argumen tekstual (naqliyah). Argumentasi rasional terdiri atas yang pasti-definitif
(qath'iyyah) berpegang pada bukti (burhan) dan dalil atau argumentasi spekulatif (zhanniyyah).
Epistemologi berkembang mulai dari keraguan aksetik, taklid, estimasi dan inspirasi sumber
pengetahuan subyektif seperti transendensi, inderawi, empirik, badihiyyah dan mutawatirat
(periwayatan yang valid dan shahih) hingga menjadi teori ilmu pengetahuan yang komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai