Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Budi
Anna Keliat, 2007).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan
dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).

2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki
harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu
kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif.
4. Proses terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri,
harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons individu terhadap konsep
dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering
gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama
adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik
diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan
tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor
pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian yang
mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009), menyimpulkan bahwa
harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
5. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada
masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada
diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil,
Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan
terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998:728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005:13).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan
klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi
antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
C. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga
diri rendah adalah sebagai berikut:
isolasi social diri : menarik diri

Gangguan Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh

D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e. Risiko perilaku kekerasan
f. Keputusasaan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau
toileting).
b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
E. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
1. Gangguan harga diri
2. Gangguan citra tubuh
3. Ideal diri tidak realistis
4. Gangguan identitas personal
5. Perubahan penampilan peran
6. Ketidakberdayaan
7. Keputusasaan
8. Isolasi sosial : menarik diri
9. Resiko perilaku kekerasan

F. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIK
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN TINDAKAN RASION
KEPERAWAT TUJUAN KRITERI KEPERAWAT AL
AN A AN
EVALUA
SI
Harga Diri TUM :
Klien
Rendah
memiliki
konsep diri
yang positif

TUK 1 Setelah 1. Bina1.


Klien dapat interaksi hubungan Hubungan
membina selama 1 x saling percaya saling
hubungan 15 menit dengan percaya
saling diharapkan menggunakan menjadi
percaya. : prinsip dasar
Ekspresi komunikasi keterbuka
wajah terapeutik : an klien
klien a. Sapa klien kepada
bersahabat, dengan nama perawat.
menunjukk baik verbal
a.
an rasa maupun non Memulai
senang, verbal. pertemuan
ada kontak dengan
mata, maub. Perkenalkan menyapa
berjabat diri dengan klien
tangan,ma sopan. dengan
u sopan.
menyebutk b. Saling
an nama,c. Tanyakan berkenala
mau nama lengkap n akan
menjawab klien dan nama menimbul
salam, panggilan yang kan rasa
mau duduk disukai klien. keakraban
berdampind. Jelaskan dengan
gan tujuan klien.
dengan pertemuan c.
perawat, Menimbul
mau kan rasa
mengutara kenyaman
kan e. Jujur dan an klien
masalah menepati janji saat
yang berinterak
dihadapi si.
f. Tunjukkand. Klien
sikap empati mengerti
dan menerima maksud
klien apa perawat
adanya. melakuka
n interaksi
denganny
a.
g. Berikan
e.
perhatian Menamba
kepada klien h rasa
dan perhatikan percaya
kebutuhan klien
dasar kepada
perawat.
f.
Menimbul
kan
kenyaman
an klien
karena
perawat
menerima
keadaan
mereka.
g. Dengan
memberi
perhatian,
klien akan
merasa
nyaman
saat
berinterak
si.

TUK 2 Setelah 1. Diskusikan1.


Klien dapat kemampuan Mengetah
interaksi
mengidentifi dan aspek ui
kasi selama positif yang kemampu
kemampuan dimiliki klien. an yang
1x15 menit
dan aspek 2. Bersama dimiliki
positif yang diharapkan klien buat klien
di milikinya. daftar tentang2.
klien
aspek positif Mengetah
menyebutk dan ui
kemampuan berbagai
an aspek
yang dimiliki macam
positif dan klien. kemampu
3. Beri pujian an yang
kemampua
yang realistik dimiliki
n yang dan hirdarkan klien.
memberi 3. Pujian
dimiliki
penilaian yang akan
klien negatif. menamba
h motivasi
klien
untuk
mengungk
apkan
kemampu
annya.

TUK 3 Setelah 1. Diskusikan1.


Klien dapat dengan klien Mengetah
interaksi
menilai kemampuan ui
kemapauan selama yang masih kemampu
yang dapat an apa
1x15 menit
digunakan. digunakan saja yang
diharapkan selama sakit. masih bisa
2. Diskusikan dilakukan
klien
kemampuan selama
menilai yang dapat dirawat.
dilajutkan di2.
kemampua
rumah sakit Merencan
n yang akan
3. Beri kemampu
dapat
reinforcement an yang
digunakan positif akan
dilakukan
di RSJ,
di rumah
klien 3. Pujian
akan
menilai
menamba
kemampua h notivasi
klien
n yang
beraktifita
dapat s.
digunakan
dirumah
TUK 4 Setelah 1. Meminta1.
Klien dapat klien untuk Merencan
interaksi
menetapkan memilih satu akan
dan selama 1 x kegiatan yang kegiatan
merencanaka 15 menit mau dilakukan yang
n kegiatan di rumah sakit. dapat
diharapkan
sesuai 2. Bantu klien dilakukan
dengan klien melakukannya di rumah
kemampuan jika perlu beri sakit.
memiliki
yang contoh. 2.
dimiliki. kemampua Memperm
3. Beri pujian udah klien
n yang
atas dalam
akan keberhasilan memaham
klien. i
dilatih,
kegiatann
klien 4. Diskusikan ya.
jadwal kegiatan3.
mencoba
harian atas Menamba
sesuai kegiatan yang h motivasi
telah dilatih. klien
jadwal
untuk
harian. melakuka
n kegiatan
lain
4.
Membuat
jadwal
kegiatan
sesuai
kemampu
an klien.

TUK 5 Setelah 1. Beri1.


Klien dapat kesempatan Mengetah
interaksi
melakukan pada klien ui
kegiatan selama untuk mencoba kemampu
sesuai kegiatan yang an klien
1x30 menit
kondisi sakit telah dalam
dan diharapkan direncanakan. melakuka
kemampuan 2. Beri pujian n suatu
Klien
nya. atas kegiatan.
melakukan keberhasilan 2.
klien. Menamba
kegiatan
h motivasi
yang telah
3. Diskusikan klien
kemungkinan untuk
dilatih,
pelaksanaan di melalakua
mampu rumah. n kegiatan
lain.
melakukan
3. Bertukar
beberapa pikiran
tentang
kegiatan
kegiatan
secara yang akan
dilakukan
mandiri
dirumah.

TUK 6 Setelah 1. Beri1.


Klien dapat pendidikan Menamba
interaksi
memanfaatk kesehatan pada h
an sistem selama 1 x keluarga pengetahu
pendukung tentang cara an
15 menit
yang ada. merawat klien keluarga
diharapkan dengan harga tentang
diri rendah. cara
Keluarga
merawat
memberi 2. Bantu klien
keluarga dengan
dukungan
memberikan harga diri
dan pujian, dukungan rendah.
selama klien2.
keluarga
dirawat. Membant
memahami u keluarga
untuk
jadwal
3. Jelaskan cara memotiva
kegiatan pelaksanaan si klein
jadwal kegiatan selama
harian
klien di rumah. dirawat di
klien rumah
sakit jiwa.
4. Anjurkan3. Keluarga
keluarga mengerti
memberi pujian tentang
pada klien beberapa
setiap berhasil. kegiatan
yang akan
dilakukan
klien
dirumah
4. Pujian
akan
menamba
h motivasi
klien
untuk
melakuka
n berbagai
aktifitas
lain.

Rencana Tindakan Keperawatan


a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk membantu
pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikiya, perawat dapat
melakukan hal-hal berikut ini :
1. Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
2. Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.
b. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
1. Diskuskan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan saat ini.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
1. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau
dengan bantuan minimal.
d. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:
1. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.
2. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
3. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
e. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksaan kemampuan yang dilatih
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
4. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
5. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
SP 1 pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Orientasi
Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar bagaimana kalo kita
bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan? Setalh itu kita
akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan dirumah sakit. Setelah itu kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?
Kerja
T, apakah saja kemampuan yang dimiliki T? bagus,apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula keguatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar?
Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan
yang T miliki!
T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih di kerjakan dirumah sakit? (missal ada
tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan
dirmah sakit ini!
sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini. Baik,
yang nomer satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur. T, mari kita lihat tempat tidur T! coba lihat, sudah rapikah
tempat tidurnya?
nah, kalau kita mau merapikan tempat, kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus!
Sekranag kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi
seprainya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, Tarik dan masukan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan disebelah atas atau
kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!
T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan dengan
sebelum dirapikan! Bagus!
Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M (mandiri)
kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau melakukan dengan dibantu, dan tulis T
(tidak kalau T tidak melakukan) perawat memberi kertas berisi daftar data kegiatan harian.
Terminasi
Bagaimana perasaan T setalah kita bercakap-cakap dan latian merapikan tempat tidur? Ya, T
ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit ini. Salah satunya,
merapikan tempat tidur yang sudah T praktikan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini
dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang. Sekarang mari kita masukan pada jadwal
harian. T mau berapa hari sekali merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.
Besok pagi kita latihan pagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apalagi yang
mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan ini sehabis makan
pagi. Sampai jumpa ya!.
SP2 Pasien :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan
dapat dilanjutkan untuk kemapuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan
yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien. Ragakan komunikasi dibawah ini.
Orientasi
Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah! Bagaimana T, sudah
mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi bagus kalau sudah dilakukan ( kita pasien belum
mampu melakukanya, ulang dan bantu kembali) sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T ?
Ya benar, sekarang kita akan latihan cuci piring di dapur.
waktunya sekitar 15 menit, mari kita kedapur!
Kerja
T, sebe;um mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya, yaitu sabun/spon untuk
membersihakan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya, jangan lipa sediakan tempat sampah
untuk membuang sisa makanan.
sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T
ambil 1 piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian T membersihkan piring tersebut dengan menggunakan spon yang sudah
diberikan sabun pencuci piring setelah selesai di sabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikitpun dipiring tersebut. Setelah itu, T bisa mengeringkan piring yang
sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai!
Sekarang coba T yang melakukan
Bagus sekali, T dapat mempraktikkan mencuci piring dengan baik ! sekarang di lap
tangannya.
Terminasi
bagaimana perasaan T setelah latihan mencuci piring ?
bagaimana jika kegiatan mencuci piring ini di masukkan menjadi kegiatan sehari-hari.
T. mau berapa kali T mencuci piring ? bagus sekali T mencuci piring 3 kali setelah makan.
besok kita akan latihan untuk kemampuan ke 3, seteah merapikan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan mengepel.
mau jam berapa ? sama seperti sekarang ? sampai jumpa?
H. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu :
Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis: Mosby Year
Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai