Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

KONDISI FISIK WILAYAH STUDI

3.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan


Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas Wilayah 1.112,29
km2 atau 111.229 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata rata 8 meter
diatas permukaan Laut. Secara Geografis Kabupaten Pangkajene dan
kepulauan terletak diantara 40 40 LS Sampai 8000 LS dan diantara 1100 BT
sampai dengan 11904867 BT .
Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Pangkajene
Kepulauan adalah:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten
Maros
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki 13 Kecamatan.
Kecamatan Terjauh dari Ibu kota Kabupaten adalah Kecamatan Liukang
Tangaya yaitu sejauh 291,29 KmKabupaten Pangkajene dan Kepulauan
merupakan daerah yang mempunyai Iklim Tropis Basa ( Type B ) dengan
musim kemarau. Curah Hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim geografi dan
perputaran/pertemuan arus udara, oleh karena itu jumlah curah hujan
beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan. Pada tahun 2012
rata-rata curah hujan perbulan sekitar 201,33 mm.
Dalam RTRW dijelaskan bahwa pada wilayah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan terdapat beberapa sungai Besar yang melitansi kabuapten
Pangkajene dan Kepulauan yaitu Sungai Tabo-tabo, Sungai Segeri, Sungai
Leang Londrong, Sungai Binti Mala, Sungai Kali Bone (Gambar. 3.1)

13 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
14 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Gambar 3.1. Peta administrasi Kabupaten Pangkep3.2 Potensi
Sumberdaya Alam
3.2.1 Kondisi Topograf
Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan
permukaan bumi secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk
suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian
kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas
muka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan
geomorfologi yang bekerja.
Lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut
miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel
beda tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang
relatif lebih rata atau datar.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mempunyai kondisi topografi
yang relatif bervariasi secara garis besar dapat dibagi dalam 4 (empat)
bagian yaitu :
1. Dataran rendah (0-25 Mpdl) sebagian besar terletak di Kecamatan
Pangkajene, Kecamatan Minasa Tene, Kecamatan Bungoro, Kecamatan
Labakkang, Kecamatan Marang, Kecamatan Segeri dan Kecamatan
Mandalle.
2. Dataran Tinggi (25-100 Mpdl) terletak di sebahagian wilayah Kecamatan
Balocci, Kecamatan Tondong Tallasa, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa
Tene dan Kecamatan Mandalle, terutama dibagian utara.
3. Dataran Pegunungan (500-1000 Mpdl), sebahagian besar di Kecamatan
Balocci, Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri dan Kecamatan Tondong
Tallasa atau pada bagian timur Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
4. Daerah Pesisir terletak di bagian pantai barat Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan terutama pada Kecamatan Pangkajene, Labakkang, Marang,
Segeri dan Mandalle, serta kecamatan kepulauan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan yang tergolong sebagai daerah datar terletak pada Kecamatan
15 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Liukang Tupabiring, Liukang Tupabiring Utara, Liukang Tangaya, dan Liukang
Kalmas.

3.2.2 Kemiringan Lereng


Berdasarkan kriteria potensi kerusakan lahan, kemiringan lahan dapat
dibagi dalam 5 kelas yaitu kurang dari 8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan
lebih dari 40% yang secara berturut turut bergradasi dari sangat ringan
sampai dengan sangat tinggi. Terdapat tiga jenis lereng yang memiliki
potensi kerusakan lahan di Kabupaten Pangkep. Presentase kerusakan ringan
dengan kemiringan lereng 0-8% dengan luas wilayah 40490,05 (51,84 %).
Untuk kategori sedang dengan kemiringan lereng 15-25 dengan luas wilayah
565,00 (0.72 %), sedangkan yang kerusakan paling tinggi dengan
kemiringan lereng >40 seluas 37049,13 (47,44%). data kemiringan lereng
disajikan pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kemiringan lereng Kabupaten Pangkep


Potensi Simbo Rating Skor Luas
No. Lereng kerusak l Persentase
an
Sangat L1 1 3 40490,
1 0-8 51,84
ringan 05
2 15-25 Sedang L3 3 9 565,00 0,72
Sangat L5 5 15 37049,
3 >40 47,44
tinggi 13
78104,
Jumlah 100
18
Sumber: Hasil pengolahan data lapangan

16 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
Ga
mbar.3.2. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Pangkep
17 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
3.2.3. Iklim
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kondisi tipe iklim ini menjadi iklim
tipe C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3
bulan, dan iklim dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan
basah antara 5-6 bulan secara berturut-turut dalam satu tahun dengan curah
hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak
basah.
Temperatur udara di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berada pada
kisaran 21o 31o atau rata-rata suhu udara 26,4 oC. Keadaan angin berada
pada kecepatan sedang, dimana pada daerah ketinggian kelembaban udara
rendah sedangkan pada wilayah pesisir kelembaban udara tinggi.
Tabel 3.2 curah hujan 10 tahun di kabupaten Pangkep
No Tahun
Stasiun
. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Leang
1 Lonrong/Kabba 199,3 113, 244,0 112, 357,2 291,2 280,8 301,3 365,3 252,4
/ Bungoro 3 67 8 83 5 5 3 3 3 2
336, 263, 456,7 285,4 675,2 326,8
2
tabo-tabo 306 17 377,5 75 461 5 380,5 2 5 3
Pangkajene/ 251, 231,7 346,2 310,4 212,3 259,5 215,0
3 298,5
Minasatene 92 5 243 5 2 285 3 8 8
Stasium 285, 316,0 200, 279,2 228,7 268,5 222,1 348,6
4 434,5
Padaelo 42 8 58 5 5 8 7 7 295
1238, 987, 1169, 820, 1443, 1287, 1214, 1021, 1648, 1089,
Total 33 17 42 17 75 17 92 25 83 33

Tabel 3.3 rata-rata jumlah curah hujan kabupaten Pangkep


Potensi Simb Rati Skor
Kerusak ol ng pembobot
No. Curah Hujan Luas Persentase
an an
Tanah
2000-3000 Sedang H3 3 9 26875,
1 34,14
mm/tahun 26
3000-4000 tinggi H4 4 12 51835,
2 65,86
mm/tahun 30
78710,
Jumlah 100,00
56

18 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
Curah hujan baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi jenis dan pola intensitas penggunaan tanah dan tersedianya
air pengairan. Hujan merupakan salah satu komponen penting yang memicu
terjadinya erosi lahan. Intensitas hujan tinggi dalam waktu singkat akan
memicu terjadinya banjir. Demikian pula, kejadian hujan dengan intensitas
rendah dalam waktu yang lama juga akan memicu terjadinya banjir.
Limpasan air banjir akan mengangkut tanah yang tererosi. Sehingga bahwa
hujan memiliki potensi terhadap kerusakan lahan yang berdasarkan
kriterianya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kerusakan
sedang dan tinggi, seperti tabel 3.3.

Berdasarkan data total hujan tahunan selama 10 tahun dari tahun 2003-
2012 pada tabel 3.2. curah hujan minimum terjadi pada tahun 2006 di
stasiun Padaelo sedangkan jumlah curah hujan maksimum tejadi pada tahun
2011 di stasiun Tabo tabo. Total rata-rata hujan pada seluruh stasiun hujan
tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 1648,83 mm dan yang terendah
terjadi pada tahun 2004 sebesar 987,17 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi fluktuasi tinggi hujan setiap tahunnya dimana terjadi musim kemarau
yang panjang pada tahun 2004, sebaliknya pada tahun 2011 terjadi hujan
yang tinggi.

Di kabupaten Pangkep terdapat 4 stasiun hujan yang tersebar di seluruh


wilayah Kabupaten yaitu Leang Lonrong/Kabba/ Bungoro,Tabo tabo,
Pangkajene/ Minasatene, dan Padaelo. Berdasarkan hasil klasifikasi tinggi
hujan selama 10 tahun yang berpotensi terhadap kerusakan lahan di
Kabupaten Pangkep memiliki 2 potensi kejadian yaitu sedang dan tinggi.
Potensi kerusakan sedang sebesar 34.14 % dan 65,86 % yang memiliki
potensi kerusakan tinggi.

19 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
20 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Ga

21 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
mbar 3.3. Peta curah hujan Kabupaten Pangkep

3.2.4. Kedalaman efektif tanah

Kedalaman efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan


sampai bahan induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman
tidak dapat atau tidak mungkin menembusnya. Secara umum kedalaman
tanah efektifnya > 90 cm. Kedalamann tanah efektif yang demikian sangat
baik sekali untuk tanaman semusim dan cukup baik untuk tanaman
keras/tahunan. Dengan demikian kedalaman tanah efektif yang ada bukan
menjadi hambatan bagi pertumbuhan perakaran tanaman.
Terdapat 7 tingkatan kedalaman efektif tanah yaitu none, very shallow (0-
10), Shallow (11-25 cm), moderately shallow (26-50 cm), moderate deep (51-
75 cm), deep (76-100cm), very deep (101-150 cm), extremely deep (>150
cm). Sebagaian besar wilayah kabupaten pangkep masuk dalam kategori
deep sampai extremely deep (Gambar 3.4).

3.2.5 Kondisi Jenis Tanah

Tanah (soil) secara ilmiah didefinisikan sebagai kumpulan benda alam


di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horison. Tanah terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan
media untuk tumbuhnya tanaman. Setiap jenis tanah mempunyai komposisi
dan jumlah yang berbeda pada masing-masing bahan mineral, bahan
organik serta air dan udara yang dikandungnya.

Tanah merupakan sistem ruang, tempat manusia melakukan kegiatan dalam


berbagai bidang baik dalam bidang pertanian maupun non pertanian seperti
permukiman, kerekayasaan, industri dan pertambangan. Tanah bersifat
lepas-lepas hasil transformasi mineral dan bahan organik oleh pengaruh
faktor-faktor lingkungan (iklim, vegestasi, topografi batuan) berlangsung
dalam jangka waktu panjang. Oleh perbedaan faktor lingkungan

22 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
pembentukan tanah akan menimbulkan perbedaan jenis, sifat, kesuburan
dan potensi tanah untuk pertanian. Tanah merupakan analisa utama
lingkungan fisik yang menentukan potensi lahan untuk pertanian. Sifat-sifat
tanah yang menentukan potensi tanah untuk pertanian meliputi : jeluk
(kedalaman), tekstur, struktur, konsistensi, permeabilitas, pH, KTK (kapasitas
tukar kation), KB (kejenuhan basa) dan kandungan unsur hara.

Tabel 3.4. Jenis tanah Kabupaten Pangkep menurut USDA

No. Jenis Tanah Luas Persentase


1 Alfisol 9910,24 12,50
2 Entisol 3337,35 4,21
3 Inceptisol 23672,98 29,85
4 Ultisol 37905,76 47,80
5 Oxisol 4474,63 5,64
Jumlah 79300,96 100,00

Jenis tanah di Kabupaten Pangkep dibagi menjadi 9 jenis yaitu Komplex


Mediteran Coklat regosol&li, Regosol Coklat, Aluvial Kelabuan Kekuningan,
Regosol Coklat Kekelabuan, Aluvial Kelabu, Litosol, Lateritik Merah
Kekuningan, Aluvial_Hidromorf (daerah_kering),
Mediteran_Coklat_Kemerahan. Sedangkan berdasarkan USDA dapat
dibedakan Alfisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, Oxisol. Tanah afisol merupakan
jenis tanah kompleks mediteran coklat/coklat kemerahan & litosol/litosol
volkan/litosol bukit lipatan; dan vertisol merupakan jenis tanah latosol coklat
kemerahan volkan basis; entisol merupakan gabungan jenis tanah aluvial
kelabu/kecoklatan dengan litosol dan mediterania; inceptisol (aquept)
merupakan jenis tanah aluvial hidromorf; inceptisol merupakan jenis tanah
andosol coklat kekuningan, andosol coklat & regosol coklat/kelabu dan
grumusol kelabu endapan; ultiosol merupakan jenis tanah kompleks latosol
coklat kekuningan/kemerahan & litosol intrusi/volkan;.

23 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
Tanah entisol, inceptisol (aquept), dan inceptisol mempunyai potensi
terhadap kerusakan tanah yang tinggi. Tanah ultisol, dan alfisol mempunyai
potensi terhadap kerusakan tanah yang sedang. Jika di kelompokkan, potensi
kerusakan tanah di Kabupaten Pangkep dapat dikategorikan menjadi 2 jenis
yaitu berpotensi tinggi sebesar 34,06 % dan yang berpotensi sedang sebesar
65,95%.
Berdasarkan sistem klasifikasi tanah dari Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor terdiri
dari Latosol, Litosol, Regosol, Grumusol, Aluvial, Andosol dan Mediteran. Adapun
uraian jenis tanah tersebut sebagai berikut.
1. Tanah Latosol
Ciri dan sifat tanah, sudah berkembang, terbentuk horison secara lengkap A,
B, C, R, tekstur geluh lempungan, struktur gumpal, terbentuk konsistensi
teguh bila Basahan lekat agak liat, pH 5,5 6,0 KTK dan kejenuhan Basahan
sedang-rendah, jeluk (kedalaman) tanah sedang, kesuburan dan potensi
untuk pertanian rendah-sedang. Sebagian besar jenis tanah ini telah
mengalami erosi berat, tinggal tipis bahkan muncul singkapan batuan indah
(rock out crops) yang disebut tanah litosol. Tanah latosol terdapat pada
elevasi 800 m dengan bahan induk abu volkan dan tuff. 2. Tanah Regosol Ciri
dan sifat tanah, tanah masih muda belum terbentuk horison tanah, profil
homogen, tekstur tanah pasir-pasir geluhan, struktur berbutir tunggul,
konsistensi lepas-lepas, kaya mineral batuan belum lapuk, permeabilitas
tanah cepat, kesuburan dan potensi tanah untuk pertanian sedang-tinggi.
Tanah regosol terdapat pada wilayah perbukitan.
2. Grumusol
Grumusol merupakan tanah lempung berat (lempung > 30 %), kerak kali
berwarna gelap, didataran luas yang mempunyai musim kering tegas.
Selama musim kering tanah ini mengerut dan meretak lebar dan dalam
dengan pola polygonal. Dalam musim kering agregat tanah kecil-kecil dari
lapisan permukaan jatuh ke dalam retak dan mengisinya sebagian. Waktu
hujan dating, tanah menjadi basah dan lempung membengkak. Oleh karena
retak terisi tanah guguran, terjadi tekanan dari dalam lapisan tanah bawahan
yang menyebabkan sebagian lapisan tanah ini terdorong kea rah permukaan.
Hal ini mengakibatkan pembentukan timbulan mikro yang tidak beraturan.
Kadar bahan organic 1 %.

24 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
3. Andosol
Andosol adalah abu dan pasir vulkanik yang nberasal dari tanah stabil yang
dalam dan bertekstur ringan sampai sedang yang terdapat pada dataran
tinggi vulkanik utama. Horison permukaan yang dibentuknya berwarna
hitam kelam sampai coklat sangat tua, terdapat bahan organik yang
biasanya terletak di atas subsoil yang berwarna coklat sampai coklat tua
kekuningan. Fraksi liat terutama terdiri dari senyawa alofan sehingga sering
menyulitkan jika mengadakan klasifikan tekstur di lapangan. Tanah-tanah ini
sangat permeabel mempunyai vokume kerap[atan (bulk density) yang
rendah serta kemampuan menahan air tinggi dan strukturnya remah.
Kebanyakan eteksturnya lempung berpasir. Andosol mempunyai erodibilitas
tinggi kjika sangat terganggu. Lapisan hard-pan dapat terbentuk yang terdiri
dari bahanbahan pemaceous atau Gritty. Tingkat kesuburannya sedang
sampai tinggi dengan kandungan fosfat terfiksasi cenderung banyak sekali.
4. Tanah Aluvial
Ciri dan sifat tanah, berlapis oleh proses pengendapan, tekstur geluh
lempung debuan-lempung pasiran, struktur pejal, konsistensi teguh bila
Basahan lekat, permeabilitas lambat, drainage jelek, pH 6,0 6,5, kapasitas
tukar kation dan kejenuhan Basahan tinggi, kesuburan dan potensi tanah
untuk pertanian sedang-tinggi. Tanah Aluvial terdapat pada wilayah yang
didominasi oleh bentuklahan dataran aluvial dan dataran aluvial pantai.
5. Tanah Mediteran
Ciri dan sifat tanah, tanah telah berkembang susunan harison A, B, C, R,
tekstur geluh lempungan, struktur granuler-gumpal, konsistensi teguh bila
Basahah lekat, warna merah kekuningan (5YR 4/6), permeabilitas agak
lambat-sedang, pH 6,5 7,0, KTK dan kejenuhan Basahah sedang, kesuburan
dan potensi tanah untuk pertanian rendah-sedang. Tanah Mediteran terdapat
pada wilayah yang didominasi pelipatan dan patahan dan batuan induk

25 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
Ga
mbar 3.4. Peta kedalaman batuan induk Kabupaten Pangkep
26 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Gambar 3.5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pangkep
27 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Gambar 3.6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Pangkep
28 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
3.2.6 Penggunaan Lahan
Keragaman penggunaan lahan di Kabupaten Pangkep cukup
bervariasi yang sebagian besar merupakan kawasan hutan seperti yang
tertera pada tabel 3.3, terdiri atas hutan (35,67 %), hutan bakau (14,98 %),
sawah irigasi (23,49 %), hutan mangrove sekunder (1,34 %), hutan tanaman
(3,65 %), perkebunan (8,03 %), semak belukar/alang-alang (13,10 %), dan
tegalan (6,76), kebun/perkebunan (4,22), sedangkan presentase yang paling
kecil yaitu pemukiman (1,77). Sebagian wilayahnya juga termasuk wilayah
pesisir. Wilayah daratan ini sebagian besar memiliki tanah yang tergolong
subur dengan penyebaran relatif merata pada sebagian besar wilayah.
Kondisi ini tidak terlepas dari keadaan hidrologi yang ditandai oleh
banyaknya mata air dan sungai besar berupa Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang terus mengalir sepanjang tahun.

Tabel 3.5. Tabel penggunaan lahan

Potensi Simb Rati Skor


Penggunaan kerusakan ol ng pemb Persenta
No. Luas
Lahan tanah obota se
n
1 Pemukiman 1369,62 1,77
Sangat T1 1 2 27546,4
2 Hutan 35,67
rendah 3
Sedang T3 3 6 11564,5
3 Hutan Bakau 14,98
9
4 Tegalan Tinggi T4 4 8 5223,24 6,76
Sangat T1 1 2 18140,2
5 Sawah Irigasi 23,49
rendah 7
Semak Sangat T1 1 2
10113,7
6 belukar/Alang rendah 13,10
2
alang
Kebun / Rendah T2 2 4
7 3261,63 4,22
Perkebunan
8 Pasir pantai 2,70 0,00
77222,2
Jumlah 100,00
0
Berdasarkan tabel 3.5. potensi kerusakan tanah dalam kategori sangat
rendah yaitu Hutan, sawah irigasi dan semak belukar/alang-alang dengan
luas total 55800,42 Ha, kategori kerusakan rendah yaitu kebun/perkebunan
29 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
dengan luas 3261,63 Ha, kategori sedang terjadi pada hutan bakau dengan
luas 27546,43 Ha, sedangakan kategori kerusakan tanah yang paling
berpotensi paling tinggi yaitu tegalan seluas 5223, 24 Ha.

3.2.6. Penentuan Zonasi Rencana Survey Kerusakan Tanah Tahun 2016

Dalam pengambilan sampling tanah untuk verifikasi lapangan, diprioritaskan


pada kelas potensi kerusakan tanah sedang dan tinggi. Penentuan pengambilan titik
sampel berdasarkan peta hasil overlay peta 4 faktor penentu potensi kerusakan
tanah yaitu lereng, curah hujan, tanah dan penggunaan lahan. Peta rencana
pengambilan titik sampel potensi kerusakan tanah Kabupaten Pangkep dapat
dilihat pada gambar 3.7. Jumlah titik sampel yang diambil sebanyak 15 sampel
merupakan perwakilan dari kelas potensi kerusakan tanah sedang dan tinggi.

30 |PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN
Ga
mbar 3.7. Peta zonasi titik sampel kabupaten Pangkep
31 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN

Anda mungkin juga menyukai