Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session Rotasi II

ISCHIALGIA

Oleh :
Canna Milia 07923040

Preseptor :
Dr. Yuniar Lestari, MKes

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS PADANG PASIR PADANG
2012
NYERI PUNGGUNG BAWAH

DEFINISI

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa
di antara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-
sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari
6 bulan disebut kronik.

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.

Tulang vertebrae merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi),
dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior
tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang
menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset).

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis
serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan
beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung
pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus,
dan hamstring.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nucleus pulposusnya adalah


bangunan yang tidak peka nyeri. Sedangkan bagian yang peka nyeri adalah:

Lig. Longitudinale anterior


Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum.
Fasia dan otot

PATOFISIOLOGI NYERI PUNGGUNG BAWAH

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,


penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.

ETIOLOGI

Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

1. Nyeri spondilogenik
a. Proses degeneratif
i. Degenerasi diskus
Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada regio lumbal.
Penyakit degenerasi pada diskus ini dapat menyebabkan entrapment pada
akhiran syaraf pada keadaan keadaan tertentu seperti herniasi diskus,
kompresi pada tulang vertebra dan sebagainya.
ii. Osteoarthrosis dan spondylosis
Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran klinis yang hampir
sama, meskipun spondilosis mengarah pada proses degenerasi dari diskus
intervertebralis sedangkan osteoarthrosis pada penyakit di apophyseal
joint.
iii. Ankylosing hyperostosis
Dikenal juga sebagai Forestier`s. Penyebab pastinya belum diketahui.
Merupakan bentuk spondylosis yang berlebihan, terjadi pada usia tua dan
lebih sering pada penderita Diabetes Melitus.
b. Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis sering muncul pada awal tahapan proses pertumbuhan
( pada laki laki).
c. Infeksi
Proses infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa pada
vertebra, typhoid, brucelosis, dan infeksi parasit. Sulitnya mengetahui onset dan
kurangnya informasi dari foto X-ray dapat menyebabkan keterlambatan
diagnosis 8 10 minggu. Dengan progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang
belakang dapat dirasa semakin meningkat intensitasnya, menetap dan terasa saat
tidur.
d. Osteokhondritis
Osteokhondritis pada vertebra (Scheuermann`s disease) sama seperti
osteokhondritis pada bagian selain vertebra. Ia mempengaruhi epiphyse pada
bagian bawah dan bagian atas dari vertebra lumbal. Gambaran radiologi
menunjukan permukaan vertebra yang ireguler, jarak antar diskus yang
menyempit dan bentuk baji pada vertebra.
e. Proses metabolik
Penyakit metabolik pada tulang yang sering menimbulkan gejala nyeri pinggang
belakang adalah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik, dapat bertambah buruk
dengan adanya crush fracture. Gambaran radiologi terlihat adanya typical
porosity dengan pencilled outlines pada vertebra.
f. Neoplasma
Sakit pinggang sebagai gejala dini tumor intraspinal berlaku untuk tumor
ekstradural di bagian lumbal. 70 % merupakan metastase dan 30 % adalah primer
atau penjalaran perkontinuitatum neoplasma non osteogenik. Jenis tumor ganas
yang cenderung untuk bermetastase ke tulang sesuai dengan urutan frekuensinya
adalah adenocarsinoma mammae, prostat, paru, ginjal dan tiroid. Keluhan mula-
mula adalah pegal di pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur menjadi
nyeri pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur menjadi nyeri pinggang
yang tidak tertahankan oleh penderita. Kadang metastase yang masih kecil
mendasari fraktur tulang lumbal oleh trauma yang tidak berarti sehingga pada
kasus-kasus dimana didapatkan ketidaksesuaian antara intensitas trauma dan
derajat fraktur maka kecurigaan ke arah keganasan perlu dipikirkan.
g. Kelainan struktur
i. Kongenital
Kelainan kongenital yang menimbulkan keluhan low back pain adalah :
Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan dan suatu ruas
vertebra. Biasanya sering mengenai L5. Keadaan ini banyak terjadi
pada masa intra uterin. Keluhan baru timbul pada usia menjelang 35
tahun disebabkan oleh kelainan sekunder yang terjadi pada masa itu,
bersifat pegal difus. Tapi spondilolistesis juga dapat terjadi oleh
karena trauma.
Spondilolisis
Ialah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas tulang belakang
terputus sehingga terdapat diskontinuitas antara prosesus artikularis
superior dan inferior. Kelainan ini terjadi oleh karena arcus neuralis
putus tidak lama setelah neonatus dilahirkan. Sering juga terapat
bersama dengan spondilolistesis. Sama halnya dengan spondilolistesis,
keluhan juga baru timbul pada umur 35 tahun karena alasan yang
sama.
Spina bifida
Adalah defek pada arcus spinosus lumbal / sakral akibat gangguan
proses pembentukan sehingga tidak terdapat ligamen interspinosus
yang menguatkan daerah tersebut. Hal ini menyebabkan mudah
timbulnya lumbosacral strain yang bermanifestasis sebagai sakit
pinggang.
Ketiga kelainan di atas didiagnosis dari pemeriksaan rontgenologis.

ii. Akuisita
Sakit pinggang akibat sikap tubuh yang salah
Sakit pinggang akibat trauma
Spondilosis : spondiloartrosis deformans lumbal
Merupakan penyakit degenerasi dimana didapatkan rarefikasi korteks
tulang, osteofit, penyempitan / pelebaran, osteolisis, osteosklerosis,
penyempitan jarak antar corpus vertebra dan kadang fraktur kompresi.
Penyebabnya multifaktorial dengan faktor herediter memegang
peranan penting. Pada umumnya terjadi pada orang dengan umur 50
tahun ke atas dengan keluhan pegal, ngilu, kaku, capek di seluruh
daerah pinggang. Keluhan bertambah berat pada gerakan pinggang
terlebih setelah duduk atau berbaring.
Spinal stenosis
Adalah perubahan sekunder pada kanalis vertebra dimana terjadi
penyempitan ruang canalis vertebra yang bermanifestasi sebagai nyeri
radikuler pada waktu berjalan dengan sikap tegak sehingga penderita
berusaha meringankan sakitnya dengan membungkuk.
2. Nyeri viserogenik
Nyeri ini dapat muncul akibat gangguan pada ginjal, bagian viscera dari pelvis dan tumor
tumor peritoneum.
3. Nyeri vaskulogenik
Aneurisma dan penyakit pembuluh darah perifer dapat memunculkan gejala nyeri. Nyeri
pada aneurisma abdominal tidak ada hubungannya dengan aktivitas dan nyerinya
dijalarkan ke kaki. Sedang pada penyakit pembuluh darah perifer, penderita sering
mengeluh nyeri dan lemah pada kaki yang juga diinisiasi dengan berjalan pada jarak
dekat.
4. Nyeri neurogenik
Misal pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor tumor pada spinal
duramater dapat menyebabkan nyeri belakang.
5. Nyeri psikogenik
Pada ansietas, neurosis, peningkatan emosi , nyeri ini dapat muncul.

Pada nyeri punggung bawah perlu diwaspadai adanya Red Flags, yaitu tanda dan gejala yang
menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flags dapat diketahui melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Kelainan Red Flags

Kanker atau infeksi Usia < 20 tahun atau > 50 tahun


Riwayat kanker
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Terapi imunosupresan
Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam,
menggigil
Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra Riwayat trauma bermakna
Penggunaan steroid jangka panjang
Usia > 70 tahun
Sindroma kauda ekuina atau Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
defisit neurologik berat Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
Saddle anesthesia
Paraparesis progresif atau paraplegia

Faktor risiko

Faktor risiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura > 80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik),
getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.

DIAGNOSIS KLINIS NYERI PUNGGUNG BAWAH

Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta
pemeriksaan penunjang

Anamnesis

Dalam anamnesis perlu diketahui:


Awitan

Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang
merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi.
Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

Lama dan frekuensi serangan

NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus
bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Lokasi dan penyebaran

Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah lumbosakral.
Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar
saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka.
Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

Faktor yang memperberat / memperingan

Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada penderita
HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan
memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

Kualitas / intensitas

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan


berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan
adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih
banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan
juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah lama dan intermiten,
diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara
mekanis.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,
dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari
bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga
bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.


Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini
akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan
ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan
nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.

Palpasi

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan
pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus
spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat / level yang terkena. Penekanan dengan jari
jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini
dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.

Pemeriksaan motoris harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom
yang mempersarafinya.

Pemeriksaan sensorik Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan


perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik
lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

Tanda-tanda perangsangan meningeal

Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau
S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan
ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque
yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi
diskus.

Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui
bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita
yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang
positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.

Tes Bragard, modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.

Tes Sicard, sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki. Tes
valsava, pasien diminta mengejan / batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri.

TES DIAGNOSTIK

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap darah (LED), kadar Hb,
jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan
kemungkinan karena kelainan tulang.

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai
prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG
untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.

MRI sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas


kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Mielografi atau CT mielografi dan / atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga pada
diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi
pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi
adanya suatu tumor.

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh nukleus pulposus mengalami
penonjolan ke dalam kanalis spinalis.

Nukleus pulposus adalah gel viskus yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung
kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai
bantalan. Dengan bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
berkurang sehingga diskus mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi sehingga diskus menjadi
kurang elastis. Pada diskus yang sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan beban secara
merata ke segala arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan mendistribusikan beban
secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan pada anulus.
MANIFESTASI KLINIK

Ischialgia, nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah lutut.
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai
ke tungkai.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.

Pasien dengan keluhan NPB dan nyeri yang dijalarkan ke tungkai, pemeriksaan awal cukup
meliputi:

1. Tes laseque
2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan menunjukkan
gangguan akar saraf L4-5
3. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1
4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP. Bila tes ini positif, berarti
ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP.

Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90% kejadian
HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L2-3 dan L3-4
yang secara klinis sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.

PENATALAKSANAAN HNP

Penatalaksanaan NPB diberikan untuk meredakan gejala akut dan mengatasi etiologi. Pada kasus
HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif dan bedah.
Terapi konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan
melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan
membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.

Terapi konservatif untuk NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:

1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

2. Medikamentosa
a. Analgetik dan NSAID
b. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
c. Opioid, tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
d. Kortikosteroid oral, pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
e. Analgetik ajuvan, dipakai pada HNP kronis

Terapi fisik

1. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset, dan traksi dengan tirah baring dan
korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
2. Diatermi / kompres panas / dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.
Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
3. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
4. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral
tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan
kencang.
Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi
meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai
tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari
lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah
bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini
sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3
kali gerakan, 2 kali sehari.
Latihan penguatan
o Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring.
o Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser
tumit).
o Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut
dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung
ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai,
dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk
meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
o Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10 20 cm,
kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari
dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk
memperkuat muskulus kuadriseps.
o Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting
karena otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra
lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot
erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan
dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan
ini dapat dilakukan dengan berdiri.
o Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada
2 kaki, kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti
semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
o Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20
cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini
diulang 10 kali.
5. Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang
baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal ini akan
menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada saat
akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat dengan
bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok, punggung tetap
dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurus, beban
diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat
mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus berubah
posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.

Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur maka
diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40% dibandingkan saat
NPB akut.

Terapi operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga nyeri dan
gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa:

Defisit neurologik memburuk.


Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi tekanan
terhadap nervus. Laminectomy dapat dilakukan sebagai dekompresi.

ISCHIALGIA
Ischialgia atau juga dikenal dengan Sciatica (Sciatic) yaitu suatu kondisi dimana saraf
Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah nyeri punggung bawah, nyeri
daerah bokong, rasa kaku/terik pada punggung bawah, nyeri yang menjalar atau seperti rasa
tersetrum, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis, bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan
aktivitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan
berjalan. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Jika
dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota gerak bawah / tungkai
bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor yaitu antara lain: kontraksi/radang
otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang, atau adanya keadaan yang disebut
dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Ketiga sebab di atas adalah kasus yang banyak
terjadi sehingga menyebabkan ischialgia. Menurut Sidharta (1984) ischialgia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis.
Ini terjadi karena dalam perjalanan menuju tepi n. Ischiadikus terperangkap dalam proses
patologik di berbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya. Jaringan dan bangunan
yang membuat n. Ischiadikus terperangkap, antara lain: (1) Pleksus lumbosakralis yang
diinfiltrasi oleh sel-sel sarcoma reproperitonial, karsinoma uteri dan ovarii, (2) garis
persendian sakroilliaka dimana bagian-bagian dari pleksus lumbosakralis sedang
membentuk n. Ischiadikus mengalami proses radang (sakrolitis), (3) Bursitis di sekitar
trochantor mayor femoris, (4) Bursitis m. piriformis (5) Adanya metatasis karsinoma
prostat di tuber ischii. Tempat dari proses patologi primer dari Ischialgia ini dapat
diketahui dengan adanya nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan
dengan penekanan langsung pada sendi panggul, trochantor mayor, tuber ischii, dan
spina ischiadika. Sedangkan nyeri gerak dapat diprovokasi dengan cara melakukan tes
Patrick dan tes Gaenslen.
b. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis dan radikulopati.
Ischialgia ini dapat terjadi karena nucleus pulposus yang jebol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP), osteofit, herpes zoster (peradangan) atau karena adanya tumor pada
kanalis vertebralis. Pada kasus ini pasien akan meraskan nyeri hebat, dimulai dari daerah
lumbosakral menjalar menurut perjalanan n. Ischiadikus dan lanjutannya pada n.
peroneus communis dan n. tibialis.
Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia radikulopati, antara
lain : (1) Nyeri punggung bawah (low back pain), (2) Adanya peningkatan tekanan di
dalam ruang arachnoidal, seperti : batuk, bersin dan mengejan, (3) Faktor trauma, (4)
lordosis lumbosakral mendatar, (5) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS)
lumbosakral, (6) Nyeri tekan pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes laseque selalu positif.
c. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer.
Ischialgia ini dapat disembuhkan dengan menggunakan NSAID (non-steroid anti
inflammatory drugs). Gejala utama neuritis Ischiadikus primer adalah adanya nyeri yang
dirasakan berasal dari daerah antara sacrum dan sendi panggul, tepatnya pada foramen
infrapiriforme atau incisura ishiadika dan menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadikus
dan lanjutannya pada n. peroneus communis dan n. tibialis. Neuritis ischiadikus primer
timbul akut, sub akut dan tidak berhubungan dengan nyeri punggung bawah kronik.
Ischialgia ini sering berhubungan dengan diabetes meilitus (DM), masuk angin, flu, sakit
kerongkongan dan nyeri pada persendian. Neuritis ischiadikus dapat diketahui dengan
adanya nyeri tekan positif pada n. Ischiadikus, m. tibialis anterior dan m. peroneus
longus.

Penatalaksanaan untuk Ischialgia, yaitu:


1. Konservatif
a. Tirah baring 2 3 minggu di atas alas yang keras.
b. Medikamentosa :
Analgetik dan NSAID
Muscle relaxan: tidak dianjurkan karena memiliki efek depresan
Obat pemulihan saraf
c. Program Rehabilitasi Medik terapi fisik
Traksi pelvis
Termoterapi
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Korset lumbal
Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang
berlebihan
Conditioning exercise

2. Pembedahan / operatif
a. Indikasi terapi operatif antara lain sebagai berikut:
Terapi konservatif gagal mengatasi rasa nyeri hebat sehingga
mengakibatkan aktivitas penderita terbatas
Kompresi radiks yang disertai gangguan motorik progresif
Serangan berulang-ulang sehingga mengganggu pekerjaan penderita
Dijumpai tanda-tanda kompresi kauda equina
b. Jenis operasi: disektomi, yaitu membuang jaringan diskus intervertebra yang
mengalami herniasi yang menekan radiks saraf.
c. Komplikasi:
Infeksi seperti discitis / abses epidural spinal
Pseudomeningokel akibat sobeknya duramater
Defisit motorik malah meningkat
Failed back syndrome, penderita menjalani operasi namun nyeri pinggang
dan tungkainya tidak mengalami perbaikan

Pencegahan
Cara yang dapat membantu dan mencegah nyeri punggung bawah dan herniasi diskus
vertebra antara lain:
1. Gunakan teknik mengangkat dan bergerak dengan benar dan minta bantuan jika barang
yang diangkat terlalu berat
2. Pertahankan postur yang benar saat duduk dan berdiri
3. Berhenti merokok karena dapat menyebabkan aterosklerosis yang dapat menimbulkan
Low Back Pain dan kelainan degeneratif diskus
4. Hindari situasi yang menegangkan sebisa mungkin karena dapat menyebabkan
ketegangan otot
5. Pertahankan berat badan ideal.
DAFTAR PUSTAKA

DSS, Harsono. 2007. Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press. Hal 265 - 284

Ginsberg, Lionel. 2007. Medula Spinalis. Dalam: Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga.
Hal 134 142.

Lumbantombing, S. M. 2012. Saraf Otak. Dalam: Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mardjono, mahar. 2008. Iskialgia. Dalam: Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 95
105.
UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien

Nama/Kelamin/Umur : Ny. E/wanita/44 tahun

Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Jeruk

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah Anak : 2 orang

Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan Rp2.000.000/bulan

KB : Tidak ada

Kondisi Rumah :

Rumah permanen milik sendiri, terdiri dari 3 kamar tidur, lantai keramik

Perkarangan cukup luas

Listrik ada

Sumber air : PDAM, air minum: air galon

Jamban ada 1 buah, di dalam rumah, lantai keramik


Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara dan diangkut
oleh petugas setiap harinya

Kesan : higiene dan sanitasi baik

Kondisi Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya, anak pertama laki-laki
mahasiswa di universitas negeri, anak kedua perempuan pelajar SMA
negeri.

Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk.

3. Aspek Psikologis di Keluarga

Hubungan dengan anggota keluarga lain baik.

Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga

Pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, dan ginjal tidak ada.

Riwayat sakit maag tidak ada.

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien.
5. Keluhan Utama

Nyeri pada pinggang bawah kanan yang menjalar ke bokong dan paha kanan sejak 2 hari
yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri pada pinggang bawah kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri awalnya
dirasakan di pinggang bawah kanan lalu menjalar ke bokong dan paha kanan.
Nyeri dirasakan meningkat saat pasien berjalan, batuk, maupun saat mengejan.
Nyeri dirasakan seperti tersetrum. Pasien merasa lebih enak ketika berbaring
telentang.

Sebelumnya, 3 hari yang lalu pasien terpeleset di kamar mandi dan jatuh
terduduk. Setelah jatuh pasien dapat berdiri dan berjalan kembali seperti biasa.
Besoknya, pasien mulai merasa pinggang bawah kanannya sering nyeri dan nyeri
tersebut menjalar ke bokong dan paha kanan, apalagi setelah melakukan
pekerjaan seperti mengepel atau mengangkat beban, misalnya mengangkat air
atau belanjaan dari pasar.

Rasa kesemutan pada kaki kanan tidak ada.

Kelemahan anggota gerak tidak ada.

Riwayat sakit kepala hebat tidak ada.

Demam tidak ada.

Riwayat mendapat penyinaran tidak ada.

Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.

Kebiasaan mengangkat beban berat ada, misalnya saat belanja di pasar, atau
mengangkat air untuk mengepel rumah.
Riwayat kebiasaan merokok tidak ada.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 78x/menit
Nafas : 20x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : afebris
BB : 60 kg
TB : 162 cm
BMI : 22,9 (normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung :
kiri : 1 jari medial LMCS RIC
kanan : LSD
atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Corpus Vertebrae :
Inspeksi : deformitas (-), gibbus (-), tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan pada sekitar vertebra L4-5 (+)
Anggota gerak : status neurologis

Status Neurologis
GCS 15 (E4 M6 V5)
Tanda rangsangan meningeal :
Kaku kuduk (-) Brudzinsky II (-)

Brudzinsky I (-) Kernig (-)

Tanda peningkatan tekanan intrakranial :


Muntah proyektil (-)

Sakit kepala progresif (-)

Nn. Kranialis :
NI : penciuman baik

N II : reflek cahaya +/+

N III, IV, VI : pupil bulat, diameter 3-3 mm, gerakan bola mata bebas ke segala arah

NV : bisa membuka mulut dan menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan

N VII : bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris

N VIII : fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

N IX, X : arkus faring simetris, uvula di tengah


N XI : mengangkat bahu simetris dan bisa melihat kiri dan kanan

N XII : deviasi lidah tidak ada

Motorik :
555 555
555 555

Tungkai kanan:

o Laseque (+) o Patrick (-)

o Cross Laseque (+) o Kontra Patrick (-)

o Naffziger (+) o Valsava (+)

Tungkai kiri : dalam batas normal

Sensorik
Eksteroseptif : rasa raba, tekan, dan nyeri baik

Proprioseptif : rasa getar dan posisi sendi baik

Fungsi otonom : BAK dan BAB normal

Reflek fisiologis :
Reflek biseps ++/++

Reflek triseps ++/++

Reflek KPR ++/++

Reflek APR ++/++


Reflek patologis :
Reflek Hoffman Trommer -/-

Reflek Babinsky Group -/-

8. Laboratorium : Tidak Dilakukan

9. Pemeriksaan anjuran :

Rontgen lumbo-sakral AP-lateral

MRI lumbo-sakral

10. Diagnosis Kerja : Ischialgia ec suspek HNP

11. Diagnosis Banding : -

12. Manajemen

Preventif :
Hindari mengangkat beban yang berat.

Usahakan postur tubuh yang benar, hindari membungkuk.

Perhatikan kebersihan lantai kamar mandi agar tidak licin dan jaga kerapian
rumah agar tidak ada barang berceceran yang bisa membuat pasien ataupun
anggota keluarga lain terpeleset.

Lebih berhati-hati dan memperhatikan jalan, misalnya tangga atau permukaan


lantai yang tidak sama tinggi dan licin.

Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa sakit pinggang yang menjalar ke kaki
kanannya tersebut disebabkan oleh saraf yang terjepit, dan untuk mendapatkan
penyebab yang lebih pastinya bisa dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut
seperti rontgen atau MRI dan merujuk ke bagian neurologi.
Menjelaskan kepada pasien bahwa obat hanya akan mengurangi gejala, dan
penyakitnya tersebut dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup
sehat, seperti membiasakan postur tubuh yang baik saat duduk dan berdiri,
menghindari posisi membungkuk, dan menghindari mengangkat beban berat.

Menjelaskan kepada pasien bahwa sakit pinggangnya bisa kambuh jika pasien
membungkuk atau mengangkat beban berat. Berikan penjelasan kepada anak-
anak dan suami pasien mengenai penyakit pasien, sehingga diharapkan adanya
pengertian dari keluarga pasien, misalnya pekerjaan sehari-hari pasien seperti
mengangkat air atau mengepel atau pekerjaan berat lainnya yang membutuhkan
posisi membungkuk, bisa dibantu oleh anak atau suaminya, untuk ini lebih
diutamakan kepada anak perempuan pasien agar membantu pekerjaan ibunya, dan
jika pasien berbelanja ke pasar, agar ditemani oleh anak atau suaminya sehingga
ada yang membantu untuk membawakan barang belanjaan.

Jika menyapu atau mengepel, gunakan gagang sapu atau pel yang panjang, karena
gagang yang pendek akan menyebabkan postur tubuh dalam keadaan
membungkuk yang dapat membangkitkan gejala. Saat ini pasien menggunakan
pel yang gagangnya sudah patah, sehingga bisa memperberat gejala.

Jika ingin mengambil barang di lantai, usahakan punggung tetap lurus, dan tekuk
kedua lutut untuk menggapai barang tersebut, dan hindari posisi membungkuk.

Makan makanan yang tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, agar
buang air besar pasien tetap lancar, karena mengejan dapat membangkitkan
gejala.

Jika pasien menderita flu, hindari membuang ingus dengan cara meniup keras-
keras, cukup dilap, karena jika ditiup keras-keras, sama dengan mengejan, bisa
membangkitkan gejala.

Segera istirahat (berbaring) jika pinggang/bokong/paha terasa nyeri saat berdiri,


berjalan, atau bekerja.
Selalu ingat untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri, karena
bila nyeri, pasien akan membatasi pergerakan kakinya. Jika hal tersebut dibiarkan
dalam waktu yang lama, pada akhirnya dapat terjadi hipotrofi tungkai yaitu otot-
otot kaki mengecil karena jarang digunakan.

Kuratif :
Natrium diclofenac tablet 2x25mg

Vitamin B complex 3x1 tablet

Rehabilitatif :
Kontrol kembali ke puskesmas jika obat telah habis namun sakit belum berkurang
atau justru bertambah, dan merujuk ke bagian neurologi untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan yang lebih lanjut.

Segera ke puskesmas jika nyeri bertambah hebat atau terdapat keluhan BAB dan
BAK, kelemahan tungkai, atau rasa baal di tungkai dan selangkangan.
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Padang Pasir

Dokter : Canna Milia


Tanggal : 15 November 2012

R/ Natrium Diclofenac tab 25 mg No. X


S prn (max 2 dd tab 1) pc

R/ Vitamin B kompleks tab No. XV


S 3sdd tab 1

Pro : Ny F
Umur : 48 tahun
Alamat : Jl. Jeruk

Anda mungkin juga menyukai