Anda di halaman 1dari 4

Djoel Simata. 4 April 2017.

http://teknologikimiaindustri.blogspot.co.id/2011/02/chemical-oxygen-demand-
cod.html
2011
Chemical Oxygen Demand ( COD )

COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana
pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G.
Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic
tersebut akan dioksidasi oleh
kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai
berikut :
HaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat
organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam
suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar
dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/
(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

Analisis COD
Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat
ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai
untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan

Metode Analisa COD


Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen
Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan
penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat
sebagai katalis.
Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan
kritis metoda standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan
bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan ramah
lingkungan.
Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori. Pertama, metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi
kimia secara konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua,
metoda yang berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan
disertai pengukuran secara elektrokimia.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD)
adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan
dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan
anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam
refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan
dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri
sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm
dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai
KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada
panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi,
dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih
kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah
jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan
sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik,
terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks
tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan
dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar
tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan
Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK
100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang
gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi,
dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih
kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD


Penanggulangan kelebihan Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam
limbah. Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter
media dalam bentuk lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan
oleh mikroorganisme aerob, sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses
pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh hasil pengolahan yang optimum
maka dalam hal pendistribusian larutan air kolam retensi Tawang pada
permukaan media genting harus merata membasahi seluruh permukaan media.
Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat
pada seluruh permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
semakin lama waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase
penurunan COD semakin besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal
akan memberi banyak kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah
bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati
pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan
menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga persentase
penurunan CODnya meningkat seperti yang ada pada grafik 4.6. Karena dengan
COD awal yang kecil ini, kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit,
sehingga bila dilewatkan trickling filter akan lebih banyak yang terurai akibatnya
COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi jumlah tray (tempat filter
media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD akan
semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak
jumlah ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat.
Sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses
penurunan kadar COD semakin bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum
diperoleh pada tray ke 3.
Permukaan media bertindak sebagai pendukung mikroorganisme yang
memetabolisme bahan organik dalam limbah. Penyaring harus mempunyai
media sekecil mungkin untuk meningkatkan luas permukaan dalam penyaring
dan organisme aktif yang akan terdapat dalam volume penyaring akan tetapi
media harus cukup besar untuk memberi ruang kososng yang cukup untuk
cairan dan udara mengalir dan tetap tidak tersumbat oleh pertumbuhan
mikroba. Media berukuran besar seperti genting (tanah liat kering) berukuran 2-4
in akan berfungsi secara maksimal. Media yang digunakan berupa genting
dikarenakan lahan diatas permukaan genting cenderung berongga dibanding
media lain yang biasa mensuplai udara dan sinar matahari lebih banyak
daripada media lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba pada genting.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle
yang digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi
Tawang.
b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan
didalam ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air
limbah tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan
aliran yang terlalu deras karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk
tumbuh berkembang
Penanggulangan Kekurangan Kadar COD
Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen
aditif nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen
yang tersedia dalam limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk
mendegredasi senyawa organik akhirnya oksigen. Konsentrasi dalam air limbah
menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD, SS dan air limbah juga
menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi
secara biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan
karena peningkatan konsentrasi COD. Fenomena ini menunjukkkan bahwa EM4
tidak bisa eksis baik di kondisi ini air limbah, karena populasi yang kuat dan
jumlah rendah mikroorganisme dalam air limbah.

Anda mungkin juga menyukai