Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KALIBARU KULON
Jl. Jember No.39 KALIBARU, Kode Pos 68467
Telp (0333) 897118/898413 . E-mail:pkmkalibaru@ymail.com
BANYUWANGI

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMICUAN STBM

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi sanitasi yang buruk dan ketersedian air minum yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan berkontribusi terhadap berbagai kasus
penyakit berbasis lingkungan,seperi diare,kecacingan.hal ini terlihat dari
angka kejadian penyakit diare pada tahun 2006 sebesar 423 per 1.000
penduduk pada semua umur,pada tahun yang sama terjadi wabah /KLB
diare di 16 provensi dengan case fatality rate sebesar 2,52.

Salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarat terhadap layanan


sanitasi serta upaya mengendalikan penyakit diare, penyakit kecacingan
dan penyakit berbasis lingkungan lainya adalah kegiatan terpadu melalui
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat,dan hal perlu dilakukan
meningkatkan berbagai upaya peningkatan cakupan jamban melalui
berbagai proyek dan pendekatan top-down yang selama ini dilakukan tidak
memberikan hasil yang memuaskan.

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan


yang dianut dalam program Pamsimas, dalam rangka meningkatkan PHBS,
khususnya untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga, sehingga
terwujud target yang ingin dicapai dalam Pamsimas, yaitu persentase
penduduk yang akses terhadap jamban keluarga, serta kondisi cuci tangan
pakai sabun (CTPS) dimasyarakat secara keseluruhan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merupakan suatu hal yang sangat
penting dan menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat , khususnya masyarakat di pedesan. Hal tersebut disebabkan
karena sarana untuk PHBS dimasyarakat masih sangat terbatas, disamping
kesadaran mereka akan hidup sehat yang masih kurang dan perlu
ditingkatkan.untuk mencapai sasaran tersebut perlu dirumuskan STATEGY
yang tepat,yang dapat merupakan ujung tombak terdepan dalam
pelaksanaan STBM.
1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
Tidak berperilaku membuang air besar sembarang ,serta perilaku
lain sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan.
1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat
2. Untuk mengetahui jumlah KK yang memiliki jamban
3. Untuk mengetahu jumlah rumah yang memiliki SPAL sesuai
standar kesehatan.
4. Untuk mengetahui jumlah rumah yang memiliki jamban dan tidak
memiliki jamban.
2. KEGIATAN POKOK
1. Bina suasana
Perkenalkan diri dari seorang fasilitator adalah merupakan upaya
pembukan pintu masuk untuk berkomunikasi dengan masyarakat . fase
perkenalan merupakan fase sensitif ,karena pada fase ini masyarakat
sudah tertarik, sudah percaya akan kedatangan seorang fasilitator,
maka mereka akan terhipnotis untuk selalu berperan aktif dalam setiap
tahap proses pemicuan .untuk menghidupkan suasana awal,maaka perlu
dikembangkan adanya proses ice breaking lebih dalam,yaitu melalui
permainan (geme) atau bentuk bentuk roll playing lainya.
2. Pemetaan perilaku PHBS
Pemicuan melaui analisis partisipasi dimulai dengan
menggambarkan peta wilayah RT/RW didukung masyarakat
sendiri.kemudian peserta di minta menggambar sungai,mesjid,
sekolah,dll yang merupakan sarana umum tersebut.
Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah
masing-masing, sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat
ini mereka buang air besar.beri kode simbol atau gambar rumah
dengan warna kuning yang BAB sembarang ,dan warna hijau
untuuk rumah yang BAB di jamban.
3. Transek walk
Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah
dalam suatu RT/RW untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga
setempat buang air besar sembarang. semua peserta yang hadir dalam
proses pemicuan diajak untuk jalan bersama melihat kondisi
tersebut.bila peserta transek melewati suatu lokasi BABS kepada mereka
dilarang untuk menutup hidung,sehingga peserta merasakan betapa bau
yang timbul akibat tinja berada diruangan terbuka sembarangan.
ingat,dilarang menutup hidung saat transek walk dan tetap
berhenti ditempat sekejap untuk diskusi. ajak peserta
mendiskusikan keadan tersebut, baik dari aspek keindahan dan
kebersihan liingkungan,dari aspek penyebaran penyakit, dari aspek
keselamatan,dll.tanyakan pada warga yang BABS, bagaimana perasaan
sekarang setelah orang lain menderita akibat bau menyengat. Pemicuan
dengan melalui transect walk ini menyentuh ego seseorang, dengan
timbulnya rasa jijik seseorang apalagi melihat tinja yang berserakan
ditanah terbuka.
4. Pemicuan melalui analisa kuantitatif tinja
Untuk lebih memberi gambaran tentang tingkat besaran tinja
yang tersebar luas secara sembarang ,masyarakat diminta untuk
menghitung sendiri berapa kg/kwt/ton jumlah tinja yang
berhamburan. Tanyakan kepada mereka berapa jumlah anggota
keluarga ,kemudian kalikan dengan jumlah tinja yang dibuang
manuasia per orang per hari (yaitu sekitar 400/gram/orang/hari)
maka dapat dihitung berapa besar tinja yang bertaburan suatu
wilayah, dalam kurun waktu sehari, seminggu, sebulan, setahun
dan seterusnya.
Teruskan pertanyaan, kemana selama ini tinja tersebut
pergi???
Tinja dikebun dimakan ayam, dan dimakan ayam.
Tinja dilahan kosong, mengering, menjadi debu, dihirup manuasia.
Tinja diselokan/empang, dimakan ikan dan akhirnya dimakan
masuk ke manusia.
Tinja masuk ke sungai mencemari air dan akhirnya masuk ke
manuasia juga.
5. Pemicuan melalui sentuhan aspek
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitanya
dengan air dan sanitasi.untuk itu masyarakat diajak melihat bagai mana
tinja kotoran manusia dapat dimakan masuk ke mulut manusia itu
sendiri dan bahkan masyarakat untuk membuat alur kontaminasi ORAL
FECAL ,kemudian kembangkan pertanyaan yang bersifat memicu
perasaan takut atau rasa lainnya,seperti;
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah sakit diare atau sakit
lainya yang berkaitan kesehatan lingkungan.
b. Apakah yang sakit punya jamban atau tidak.
c. Penderita dari warga miskin atau kaya
d. Bagai mana perasaan ibu/bapak ketika melihat anaknya sakit di RS.
e. Adakah anak atau anggota keluarga yang mati akibat penyakit.
f. Bagaimana perasaan mereka saat tahu anak atau anggota keluarga
mati.
g. Bagamana kondisi keuagan saat itu?
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif dimaksudkan agar setiap stake
holder atau pemangku kepentingan yang terkait,baik ditingkat
kabupaten,kecamatan dan khususnya ditingkat desa memberi support
yang optimal dalam kegiatan STBM di level masyarakat , sehingga
terwujud lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk itu
seorang fasilitator harus secara proaktif melalukan koordinasi, advokasi,
sosialisasi baik pada instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat dan swasta yang ada diwilayah kerjanya.
2. Gerakan masyarakat, kapanpun dan dimanapun, akan meninbulkan atau
menciptakan suatu timbulan energy yang besaranya tak terhingga.
Untuk itu dalam program pamsimas, khusus pemberdayaan untuk
perubahan perilaku dan peningkatan layanan akses sarana sanitasi
/jamban gerakan masyarakat perlu diungkit dan dirangsang untuk
timbul. Kegiatan seperti kerja bakti ,gotong royong dan saling membantu
dalam pembuatan jamban keluarga misalnya akan lebih efektif demi
tercapainya ODF pada suatu komunitas . gerakan masyarakat pada
hakekatnya adalah gerakan untuk mau saling memberidari setiap
individu dalam masyarakat entah itu dalam bentuk materi atu tenanga.
3. Pemicuan terfokus adalah kegiatan sifatnya diharapkan akan
menimbulkan effek yang besar dan berakumulatif. untuk itu pemicuan
harus terfokus dan didasari oleh sesuatu yang memang akan mampu
untuk menjadi besar dan meluas,dengan demikian diutamakan bahwa
dalam pemicuan dipilih daerah yang ada potensinya untuk berkembang.
Karena akhirnya daerah tersebut akan dijadikan acuanbagai daerah
lain untuk mengaplikasi.pada suatu wilayah yang besarannya tidak
terlalu luas (misalnya suatu wilayah dusun atau RW)sehingga relative
mudah discover dan dimonitor.daerah tersebut jelas masalahnya dan
dianalisis kemungkinan dan sumber dayanya. pemicuan tidak harus
dilakukan pada seluruh dusun atau rw dalam suatu wilayah desa.
pemicuan yang difokuskan dalam satu atau dua dusun/RW ,dan
berhasil,kelak akan menjadi bahan replikasi dan dijadikan acuan, contoh
bagi dusun/RW dalam desa yang bersangkutan ,dan bahkan desa
lainnya.
4. Fasilitator merupakan ujung tombak dilapangan, yang berhadapan
langsung dengan masyarakat yang sangat variatif tingkat sosialnya,dari
yang tinggi sampai yang rendah sekalipun. disini seorang fasilitator
diharapkan sebagai change agent dari yang tadinya hal-hal yang tidak
mungkin menjadi segalanya bisa mungkin. Disamping itu fasilitator juga
kadang-kadang power full dan auntouchable agar mampu
berkoordinasi dan berkomunikasi tersebut dengan kepercayaan diri
yang optimal,maka kepada fasilitator perlu dibekali berbagai ilmu dan
keterampilan baik yang bersifat materi subtansi teknis,maupun yang
bersifat non-teknis,seperti pengembangan diri.
5. Reward system adalah suatu bentuk penghargaan kepada pihak lainya,
baik itu dalam bentuk materi maupun non-materi,dan hal ini sangat
perlu diterapkan dalam proses pemicuan STBM.memberi applaus tepuk
tangan kepada orang yang baru selesai memberikan pendapat adalah
suatu bentuk reward. Memberi tepuk tangan kepada orang yang
menyatakan sikap telah siap akan bentuk membagun jamban dalam
suatu kurun waktu tertentu adalah suatu bentuk reward. Kehadiran
seorang dokter puskesmas, seorang camat atau ibu camat ,apa bila
seorang kepala puskesmas atau bahkan bupati ke suatu desa adalah
sebentuk reward bagi desa tersebut yang tinggi nilainya.
6. Pemicuan merupakan suatu upaya untuk menimbulkan suatu energi
lebih dalam diri sesorang atau kelompok ,sehingga terjadi suatu mata
rantai gerakan yang exponensial (menggelora, menggelegar bagai
ombak samudra). Pemicuan kepada masyarakat untuk stop buang air
besar sembarangan (STOP BABS) pada prinsipnya dapat dikelompokkan
dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan pemicuan
dan tahap pasca pemicuan. Pentahapan tersebut tidak berarti ada
pembagian atau pembatasan waktu yang rigid, tetap merupakan suatu
proses yang mengalir dengan teratur dan berkesinambungan,sebagai
suatu kesatuan proses yang mengalir dengan teratur dan
berkesinambungan, sebagai kesatuan proses yang utuh dan dinamis.
7. Sebelum melaksanakan pemicuan, fasilitator harus sudah melakukan
kontak dengan lain yang terkait, terutama puskesmas setempat, agar
unik tersebut dapat berdampingan dengan fasilitator dalam pelaksanaan
pemicuan. Untuk itu seorang fasilitator harus sudah memberi informasi
kepada puskesmas kapan dan dimana proses pemicuan akan dilakukan.
Selain unsur dari puskesmas unit lain yang seyogyanya ikut bergabung
dalam masyarakat setempat (missal took agama,pemuda,dll). Dengan
bergabungnya petugas puskesmas diharapkan proses pemicuan akan
lebih terarah dan tepat sasaran, karena petugas puskesmas akan
mampuh memberikan bantuan informasi/penyuluhan tentang maslah-
maslah kesehatan yang dihadapi masyarkat khususnya terkait penyakit
berbasis air dan sanitasi.adanya petugas puskesmas juga diharapkan
untuk pendampingan saat pasca pemicuan dapat berjalan dengan lebih
baik. Dengan diajaknya petugas puskesmas dari awal, maka mereka
akan lebih mempunyai rasa untuk mensuskseskan pemicuan STOP BABS
dalam mewujudkan lingkungan yang sehat tersebut lebih komit.
8. Peran masyarakat sekolah dapat jadikan objek vital sekaligus subjek
dalam penerapan STBM dalam lingkup sekolah, rantai pemicuan akan
berlangsung secara berjenjang dan berkesinambungan, yaitu dari guru
ke murid dan kemudian murid dapat berperan ganda dalam proses
pemicuan lanjutan, sebagai suatu group pressure.effek pemicuan dapat
diharapkan lebih dahsyat, meningat anak anak usia sekolah pada
umumnya lebih antusias dalam mengadopsi ide-ide baru.guru dapat
melakukan absensi jamban dan CTPS setiap minggu atau setiap bulan,
dengan cara menanyakan kemana pagi ini BAB. Tanyakan secara terus
menerus terkait kebiasan PHBS, sehingga hal itu akan memicu murid
untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan kaidah kesehatan.
4. SASARAN
1. Masyarakat
2. Anak sekolah
5. TEMPAT PELAKSAAN KEGIATAN
1. Pemicuan dilakukan dimasyarakat
2. CTPS di lakukan di sekolah

Anda mungkin juga menyukai