Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103, 9105
www.ticmi.co.id
0
Materi Pelatihan WPPE | Edisi 1 - 2015
PERTEMUAN VII | KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
DAFTAR ISI
D. Sanksi ............................................................................................................................................. 20
D.1 Sanksi Administratif ................................................................................................................. 20
D.2 Sanksi Pidana ............................................................................................................................ 20
1
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
A. Penipuan (Fraud)
Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal yaitu penipuan. Pengertian
penipuan pasar modal adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara
cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi tersebut salah. (Bismar Nasution)
No Unsur Penjelasan
1 Setiap pihak; Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah:
1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
3 Dengan menggunakan
sarana ataupun cara
apapun;
1
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
4 Membuat pernyataan Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting
tidak benar tentang dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
fakta material atau mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
tidak pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas
mengungkapkan fakta informasi atau fakta tersebut.
material;
Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi
efek atau keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6
Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas
Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten atau Perusahaan Publik,
yaitu:
2
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah
mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar
Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.
3
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
pemeriksaan MKBD Sarijaya. Otoritas bursa belum dapat melakukan suspensi karena
dampaknya akan cukup besar.
d. 24 Desember 2008: Herman Rami diamankan Bareskrim Mabes Polri.
e. 28 Desember 2008: Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan
karena nasabah mulai menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen
mengaku memerlukan dana segar. Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia
menjamin saham-saham yang dimilikinya.
f. 5 Januari 2008: Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas
masalah Sarijaya, terutama guna mencari jalan keluar. Dalam rapat dibahas beberapa opsi
antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu kebutuhan dana Sarijaya, atau
apakah ada dana talangan. Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret
tentang sumber dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota
bursa bersiap menghadapi penarikan dana.
g. 6 Januari 2009: BEI menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan Sarijaya.
h. 9 Januari 2009: Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang
menimpa Sarijaya.
i. 13 Januari 2009: Rapat Bapepam-LK dan Self Regulatory Organizations (SRO) membahas
verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes
Polri.
j. 14 Januari 2009: Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta
arahan mengingat direksi Sarijaya sudah diamankan.
a) Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:
1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau
2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu, sedangkan pihak lain
yang merupakan sekongkolannya juga melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada
harga yang kurang lebih sama (vide Pasal 91 UUPM)
b) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga efek tetap,
naik atau turun, dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau
menahan efek tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual
atau beli yang sesungguhnya. (vide: Pasal 92 UUPM)
c) Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak benar, yang dapat
mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa suatu tindakan yang
dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang yang berupa:
a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut dicantumkan
dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar untuk rekeningnya.
1 Setiap pihak baik sendiri Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah:
maupun bersama sama 1) Orang perseorangan,
dengan pihak lain 2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
4
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
5
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Misalnya, Mr. A memiliki saham PT X dalam jumlah besar, selain itu dia juga menjadi
nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C, Mr A menginginkan harga saham
PT X dari Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 1.200. Kemudian Mr. A menghubungi broker pada
perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.100. pada saat yang
sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham
PT X pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang
mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.100. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga mencapai Rp. 1.200. setelah
mendapat harga yang dikehendaki barulah Mr. A melakukan jual beli yang sesungguhnya
(yang berakibat beralihnya kepemilikan saham).
Misalnya: Mr. T, ia dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan
concerning the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya
sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli
dipasar tunai yang sudah dikuasai oleh Mr. T tadi.
Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D membentuk suatu kelompok investor dan mengumpulkan dana
dalam jumlah besar dan menyerahkan pengelolaan dana tersebut pada broker X. kemudian
Broker X menggunakan dana tadi untuk membeli saham PT Y yang kurang aktif
diperdagangkan dan harganya rendah atau statis. Broker X kemudian menjual saham PT Y
kepada Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D (anggota kelompok). Hal ini mengakibatkan naiknya
frekuensi perdagangan saham PT Y yang mengakibatkan terbentuknya harga yang ebih
tinggi dan akan semakin tinggi. Setelah harga terbentuk barulah kelompok investor melalui
broker X menjual saham PT Y kepada pihak lain diluar kelompok tersebut.
6) Wash Sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana
tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan
dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi
penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan transaksi semu,
yakni suatu transaksi saham yang tidak mengakibatkan terjadinya peralihan saham secara
riil.
7) Matching Order
6
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling melengkapi untuk jumlah dan efek
yang sama dan pada saat yang bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan)
8) Free Riding
Pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya kembali dengan harga yang mahal dan
akan membatalkan pembelian begitu suasana menjelang alokasi saham kelihatannya kurang
menguntungkan.
9) Special Allotments
Special Allotments dilakukan oleh pihak underwriter pada saat IPO dengan sengaja
mengalokasikan suatu sekuritas kepada para partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan
efek tersebut oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal.
10) Churning
Dalam hal diberikan discretionary account dapat terjadi bahwa pihak broker melakukan
transaksi yang secara berlebih-lebihan sehingga mendapat fee yang lebih banyak.
Posisi Kasus
Kasus ini bermula karena adanya fluktuasi harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) periode September
2006 sampai dengan Agustus 2007, dimana pada periode tersebut harga saham TMPI melonjak
sebesar 981,4%. PT Bursa Efek Jakarta telah melakukan penghentian sementara perdagangan atas
saham TMPI beberapa kali karena adanya kenaikan dan penurunan harga saham TMPI. Terjadinya
fluktuasi harga saham TMPI tersebut tidak terlepas dari berbagai informasi yang berkembang di
pasar, seperti rencana akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia, serta rencana merger
dengan PT E-Solution.
PT AGIS Tbk. adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dengan nama PT Telaga Mas pada
tanggal 9 Januari 1981. Kegiatan usaha Perseroan bergerak sebagai distributor barang-barang
elektronik, komputer serta komponennya dan industri pendukung lainnya, jasa dan perdagangan
umum dan multimedia. Pada tahun 1997, Perseroan mengakuisisi 99,99% saham PT Artha Graha
Wahana dan pada tahun 1998 mengakuisisi 95% saham PT Mahameru Antarnusa Niaga. Pada tahun
2001 Perseroan melakukan merger 3 (tiga) anak perusahaan, yaitu PT Artha Graha Wahana, PT
Artha Citra Gallery dan PT Mahameru Antarnusa Niaga menjadi PT Agis Electronic. Saat ini Perseroan
dan Anak Perusahaan bergerak dalam bidang pemasaran dan penjualan barang-barang elektronik
dengan wilayah pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengembangan produk
multimedia
Pada 16 Agustus 2006, Bhakti Investama, yang sebelumnya menguasai 40,8% saham TMPI, setelah
melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya pada harga Rp 200 per saham rata-rata transaksi harian
melonjak mencapai 140 juta saham. Hanya dalam waktu rentang 5 (lima) bulan, harga TMPI
melesat dari Rp 225 pada 2 Januari 2007 menjadi Rp 2.725 per saham pada 25 Mei 2007, atau
naik 1.111%.
Lonjakan harga saham TMPI, memang tidak terlepas dari dorongan berbagai rumor positif dan
rencana aksi korporasi yang dilakukan emiten. Rumor rencana perusahaan akan melakukan akuisisi
PT TT Indonesia, PT Akira Electronic Indonesia, PT Electronic Solution. Tidak hanya itu, perusahaan
juga akan melakukan stock split dengan rasio 1:4 dan akan bersinergis dengan PT Metrodata
Electronics, dan juga mengembangkan teknologi informasi di bidang telekomunikasi.
Aksi korporasi yang dinilai sebagai pemanis pasar ini, jelas membuat para pelaku bursa kepincut dan
ikut-ikutan memborong saham PT TMPI. Akibatnya, saham berkode TMPI ini melonjak luar biasa
sebesar 1.726 persen dari Rp 215 sejak akhir 2006 menjadi Rp 3.925 pada 4 Juni 2007. Bahkan
harga saham semakin menggila ke Rp 4.650 per saham, saat investor terbius obsesi manajemen
7
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
yang akan menargetkan penjualan 2007 mencapai Rp 1 triliun dengan proyeksi laba bisa melonjak
4-5 kali lipat.
Padahal, sepanjang 2006 lalu saham emiten ini tergolong tidak likuid dan termasuk saham tidur
dengan kisaran harga Rp 80-100 per saham, sejak awal hingga Agutus 2006. Harga saham mulai
melonjak-lonjak pada awal September setelah Bhakti Investama keluar dari perusahaan tersebut.
Secara fundamental, kinerja emiten juga kurang impresif. Penjualan TMPI akhir 2006 hanya
mencapai Rp 342,73 miliar dan laba Rp 10,74 miliar. Pihak manajemen pernah menargetkan
penjualan 2006, mencapai Rp 600-700 miliar. Target penjualan emiten, tampaknya masih terganjal
produk China dengan harga lebih murah dan sudah membanjiri pasar
Pada 5 Juni 2007, harga saham TMPI tiba-tiba anjlok tajam sekitar pukul 15.00 WIB, satu jam
menjelang penutupan perdagangan. 57 Kejatuhan harga saham TMPI membuat panik pelaku pasar.
Pada penutupan perdagangan, harga saham TMPI jatuh 24,84% dari Rp 3.925 menjadi Rp 2.950 per
lembar. Setelah jatuhnya harga saham, pada 6 hingga 13 Juni 2007, BEJ menghentikan sementara
perdagangan saham TMPI di pasar reguler dan tunai
Pada 13 Juni 2007, BEJ mencabut suspensi perdagangan saham TMPI. Meski demikian, harga saham
TMPI ini langsung merosot ke Rp 2.275. Pada sesi pembukaan pertama saham TMPI berada di posisi
Rp 2.700 per lembar saham. Pada 21 Juni 2007 harga saham TMPI sempat naik kembali ke posisi Rp
3.400 yang kemudian kembali terjun ke posisi Rp 2.325 pada penutupan 27 Juni 2007.
BEJ pun sejak 11 Juni 2007 mulai memeriksa 16 broker terkait dengan anjloknya harga saham TMPI.
Berdasarkan data dari Bloomberg, tercatat 16 broker yang paling aktif dalam melakukan penjualan,
antara lain Anugerah Securindo, Ciptamahadika Mandiri, Sarijaya Permana Sekuritas, Phillip
Securities, KUO Capital Rahardja, Mahakarya Artha Securities, Trimegah Securities, ETrading
Securities, Kim Eng Securities, Mandiri Sekuritas, Repubic Securities, Henan Puthirai, Harumdana
Sekuritas, UOB Kay Hian Securities, CIMB GK Securities dan Danpac Securities.
1) TMPI terbukti telah memberikan informasi yang secara material tidak benar terkait dengan
pendapatan dari 2 (dua) perusahaan yang akan diakuisisi, yaitu PT Akira Indonesia dan PT TT
Indonesia, dimana dinyatakan bahwa pendapatan kedua perusahaan tersebut adalah sebesar
Rp 800 miliar. Namun demikian, berdasarkan Laporan Keuangan kedua perusahaan yang
akan diambil alih tersebut per 31 Maret 2007 total pendapatannya hanya sebesar kurang
lebih Rp 466,8 miliar.
2) Di samping itu, TMPI juga menyampaikan pernyataan yang berbeda-beda mengenai jadwal
realisasi pelaksanaan akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia.
3) TMPI juga melakukan pelanggaran terkait Laporan Keuangan TMPI yang merupakan
konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya adalah PT AGIS Elektronik. Dalam
Laporan Rugi Konsolidasi TMPI diungkapkan Pendapatan Lain-Lain Bersih sebesar Rp 29,4
miliar yang berasal dari Laporan keuangan PT AGIS Elektronik sebagai anak perusahaan TMPI
yang tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten dan kesalahan penerapan prinsip
akuntansi. Dengan demikian, pendapatan lain-lain dalam Laporan Keuangan AGIS Elektronik
adalah tidak wajar yang berakibat Laporan Keuangan Konsolidasi TMPI juga tidak wajar.
8
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
2. Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. (DSFI)
Kasus DSFI bermula setelah adanya pedagangan saham DSFI periode bulan Agustus 2002 yang
tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan
dana serta Efek nasabah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa Pihak yang didugatelibat dan melakukan
penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi tersebut, beberapa Pihak secara
bersama-sama terbukti melakukan perdagangan saham DSFI yang tidak menyebabkan terjadinya
perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan
manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Beberapa Perusahaan Efek juga terbukti memfasilitasi dan membantu
nasabah dalam melakukan transaksi saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi
pasar. Hal ini melanggar Pasal 91 dan 92 Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
9
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
PT BNI Securities
iii. Sebesar Rp. 125.000.000,- kepada:
PT Kuo Capital Raharja
PT Mitra Investdana
iv. Sebesar Rp. 100.000.000,- kepada:
PT Evergreen Capital
PT Megakarya Securities
PT Intra Asia Sekuritas
v. Sebesar Rp. 75.000.000,- kepada:
PT Arab Malaysian Securities
PT Samuel Sekuritas
PT Danawitta Securities
PT Global Inter Capital
PT Jalur Wahana
PT Panin Sekuritas
c. Peringatan Tertulis dan Denda kepada:
i. Sdr. Rochani Mansyur Rp. 50.000.000,-
ii. Sdr. Andwihardi Rp. 50.000.000,-
iii. Sdr. Hoksan Sinaga Rp. 50.000.000,-
iv. Sdr. Zaki Mubarak Rp. 50.000.000,-
v. Sdr. Panungkunan Manullang Rp. 25.000.000,-
d. Sanksi Peringatan Tertulis kepada Pihak-pihak sebagaimana tersebut di atas, akan
ditindaklanjuti Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek,
apabila dalam jangka waktu satu tahun pihak-pihak tersebut melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang pasar Modal.
10
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
b. Walaupun seluruh saham Bank Pikko dicatatkan di Bursa, namun sejumlah 100 juta
saham Bank Pikko tersebut yaitu dimiliki oleh pemegang saham pendiri tidak dapat
diperdagangkan dalam kurun waktu 8 bulan dari sejak tanggal 10 Desember 1996 s/d 10
Agustus 1997. Atas dasar itu, saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan di BEJ
adalah sejumlah 28 juta saham. Sejumlah 11 juta saham Bank Pikko yang dapat
diperdagangkan tersebut dimiliki oleh pemodal institusi dan sebagian karyawan. Dengan
asumsi pemodal institusi dan karyawan tidak menjual saham-saham yang dimilikinya,
maka berarti saham-saham yang di perdagangkan di BEJ adalah sekitar 17 juta saham.
c. Dalam kurun waktu Januari s.d. Pebruari 1997 volume perdagangan harian saham
tersebut rata-rata adalah 100.000 saham dan harganya bervariasi antara Rp.875,00 s.d.
Rp.1.425,00. Pada pertengahan Maret 1997 Sdr. Benny Tjokrosaputro melakukan
transaksi saham sehingga jumlah emilikan oleh yang bersangkutan mencapai 4.500.000
saham. Transaksi tersebut dilakukan melalui PT. Multi Prakarsa Investama Securities
dengan menggunakan nama 13 Pihak lain.
d. Pada tanggal 7 April 1997 perdagangan saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan
harga saham tersebut meningkat sebesar 20%. Atas dasar itu BEJ meminta konfirmasi
kepada Bank Pikko mengenai ada atau tidaknya hal material mengenai Bank Pikko yang
perlu diungkapkan kepada kepada publik. Bank Pikko memberikan informasi kepada BEJ
pada tanggal 8 April 1997 sebelum sesi pertama perdagangan bahwa tidak terdapat
adanya hal-hal material yang perlu diungkapkan kepada publik. Informasi tersebut
kemudian diumumkan di BEJ pukul 10.30 WIB pada hari yang sama.
e. Walaupun telah diinformasikan mengenai hal tersebut, namun harga saham Bank Pikko
mengalami peningkatan yang tajam pada sesi pertama dan kemudian berlangsung terus
pada sesi kedua sampai dihentikannya perdagangan saham Bank Pikko oleh BEJ pada
pukul14.24 WIB.
f. Sdr. Pendi Tjandra yang menjabat sebagai direktur PT. Multi Prakarsa Investama
Securities yang dikendalikan oleh Sdr. Benny Tjokrosaputro bersama-sama dengan
afiliasinya, melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT Putra Saridaya
Persada Securities (PSP Securities). Atas permintaan Saudara Pendi Tjandra, PT PSP
Securities memecah order beli dan jual saham bank Pikko melalui perusahaan Efek lain.
g. Pemecahan order beli dan jual tersebut dilakukan oleh Sdr.Pendi Tjandra dengan maksud
agar kegiatan perdagangan menjadi aktif. Pada tanggal 8 April 1997 jumlah keseluruhan
pembelian setelah dikurangi penjulan saham Bank Pikko yang dilakukan oleh PT PSP
Securities, PT. Multi Prakarsa Investama Securities dan PT Danasakti Securities untuk
kepentingan nasabahnya masing-masing termasuk untuk kepentingan Sdr. Benny
Tjokrosaputro dan Sdr. Pendi Tjandra mencapai jumlah perkiraan saham yang tersedia
untuk diperdagangkan, nampak bahwa terdapt masalah penyelesaian atas transaksi
Bank Pikko yang dilakukan pada tanggal 8 April 1997.
h. Karena Bank Pikko memberikan informasi bahwa tidak ada hal-hal material, spekulan
memperkirakan harga saham Bank Pikko turun. Oleh karena itu, para spekulan tersebut
melakukan transaksi jual saham Bank Pikko meskipun mereka tidak memiliki saham
tersabut (posisi short) dengan harapan harga saham tersebut akan turun. Walaupun
peraturan V.D.3 melarang perusahaan Efek menerima pesanan jual dari nasabah yang
tidak mempunyai saham,namun kenyataannya hal tersebut terjadi secara luas dipasar.
Hal ini terbukti dari terdapatnya 52 dari 127 Perusahaan Efek yang telah gagal
menyerahkan saham Bank Pikko pada tanggal penyelesaian transaksi atas saham
tersebut. Pada akhirnya tanggal 8 April 1997 BEJ memutuskan untuk menghentikan
sementara perdagangan saham Bank Pikko pada jam 14.24 WIB.
11
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
mempengaruhi Pihak lain baik langsung maupun tak langsung melakukan transaksi
secara aktif atas saham Bank Pikko.
c. Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal juncto pasal 61 dan pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 tentang Penyelenggaran Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, kepada PT PSP Securities
dan PT Multi Prakarsa Investama Securities diberikan sanksi administratif.
d. Sanksi administratif ini diberikan atas dasar bukti yang menunjukkan bahwa kedua
Perusahaan Efek tersebut telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung
maupun tidak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang
cukup besar untuk kepentingan nasabah yang dapat menciptakan gambaran semu atas
kegiatan perdagangan. Transaksi tersebut dilakukan PT PSP Securities dengan cara
memecah order beli dan jual melalui 8 (delapan) Perusahaan Efek lain atas perintah
nasabahnya, disamping itu PT PSP Securities sendiri juga melaksanakan sebagian order
jual maupun beli atas saham Bank Pikko untuk kepentingan nasabah bersangkutan.
e. Sementara itu, transaksi atas saham Bank Pikko oleh PT.Multi Prakasa Investama
Securities dilakukan dengan cara menggunakan nama sedikitnya 13 (tigabelas) Pihak
lain atas perintah nasabah yang juga merupakan pengendali PT.Multi Prakarsa
Investama Securities.
f. Kedua Perusahaan Efek dimaksud seharusnya tidak memenuhi permintaan nasabah
tersebut, mengingat hal ini dapat menciptakan gambaran seolah-olah telah terjadi
kegiatan perdagangan saham yang aktif, disamping dapat mengakibatkan terjadinya jual
beli yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atas saham.
g. Atas dasar itu, kedua perusahaan efek tersebut dikenakan sanksi berupa denda masing-
masing sebesar Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) yang harus segera
disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 14 hari. Disamping itu, kedua perusahaan
efek diperingatkan agar segera melakukan perbaikan atau sistem pengendalian intern
dan penyelenggaraan pembukuannya sesuai dengan peraturan V.D.3 dimaksud.
Perbaikan sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuan perusahaan efek
tersebut wajib diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dan hasilnya wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari.
h. Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b undang-undang nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal juncto pasal 61 Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Di bidang Pasar Modal, kepada 54 (lima puluh empat)
Perusahaan Efek (terlampir) yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Peraturan
V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan Perusahaan Efek
dan atau Peraturan V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Sebagai Perantara Pedagang Efek. Kepada Perusahaan Efek yang melakukan
pelanggaran atas ketentuan Peraturan V.D.3 diberikan peringatan dan diwajibkan untuk
memperbaiki sistem pengendalian intern dan penyelanggaraan pembukuan dan diperiksa
oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Selanjutnya hasil tersebut wajib disampaikan
kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari.
12
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
1 Adanya orang dalam atau setiap Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka dapat kita
pihak yang berusaha untuk ketahui bahwa
memperoleh informasi orang yang dimaksud dengan orang dalam adalah:
dalam dari orang dalam secara i. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau
melawan hukum; Perusahaan Publik;
ii. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan
Publik;
iii. orang perseorangan yang karena kedudukan atau
profesinya atau karena hubungan usahanya dengan
Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau
Berdasarkan kategori orang dalam ini, maka yang
dimaksud dengan:
a) Yang dimaksud dengan kedudukan dalam
penjelasan angka iii ini adalah jabatan pada
lembaga, institusi, atau badan pemerintah.
b) Yang dimaksud dengan hubungan usaha dalam
penjelasan angka iii ini adalah hubungan kerja
atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain
hubungan nasabah, pemasok, kontraktor,
pelanggan, dan kreditur.
iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam
angka i, ii, iii di atas.
Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A
berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari.
Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai
orang dalam sampai dengan tanggal 30 Juni pada
tahun yang bersangkutan.
2 Mempunyai informasi orang dalam Yang dimaksud dengan informasi orang dalam adalah
yang belum tersedia untuk umum; Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang
belum tersedia untuk umum.
14
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Posisi Kasus
Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham dibursa efek. Hal ini terjadi pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Dalam rentang waktu tersebut terdapat
indikasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Hukum Pasar modal. Dugaan tersebut
terlihat dari penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa
Efek Jakarta yaitu sebanyak 23,36%, dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11
januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers
yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari 2007).
Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas
yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan
terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan pada akhir
Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang
membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN.
Maka dilihat dari hal tersebut diatas, Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk
diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
15
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
1) Penurunan atau jatuhnya harga saham PT Perushaan Gas Negara Tbk pada saat penjualan
dibursa efek Indonesia. Pada harga Rp 9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 januari
2006) 23,36% anjlok pada harga Rp 7.400 perlembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
2) Adanya bukti-bukti yang menunjuk pada praktek transaksi saham perusahaan yang dilakukan
oleh pihak orang dalam perusahaan, yang terjadi pada periode 12 september 2006 sampai
dengan 11 januari 2007.
3) Adanya informasi yang tergolong sebagai informasi material dan dapat mempengaruhi harga
saham. Antaranya:
a. Penurunan harga saham PT Perusahaan Gas Negara sangat erat dengan siaran pers yang
dilakukan manajemn perusahaan sehari sebelumnya tertanggal 11 Januari 2007.
b. Pernyataan bahwa ditundanya proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas
Negara Tbk yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi
Maret 2007.
c. Informasi tentang penurunan volume gas telah diketahui para pihak perusahaan sejak
tertanggal 12 September 2006 dan informasi tentang tertundanya gas in sejak tanggal 18
Desember 2006, para pihak perusahaan baru menjelaskan pada tanggal 11 januari 2007
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan misleading bagi
investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek. Ketentuan ini
juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa tiap
pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material tidak benar
atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.
Dalam kasus ini PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana volume gas
yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu sudah diketahui
atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan
kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran
terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp. 15 milyar.
16
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Thohir Nur ilhami. Kesembilan orang tersebut adalah manajerial internal yang berkedudukan
sebagai pegawai kunci, direktur teknis, sekertaris yang secara langsung melakukan transaksi.
Jelas untuk transaksi (tingkat pertama) penjualan yang dilakukan orang dalam dari Emiten atau
Perusahaan Publik atas saham Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan telah dilarang
dalam Pasal 95 UUPM pada huruf a perihal kategori orang dalam yaitu komisaris, direktur, atau
pegawai Emiten yang bersangkutan dan pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
2. Informasi Material
Penggunaan informasi penting yang bersifat rahasia dan belum dipublikasikan ini jelas-jelas
menghancurkan prinsip fiduciary duty oleh setiap unsur manajerial dari level bawah sampai
atasan yang memiliki kontrak hukum untuk bekerja dan bertanggungjawab dengan
mengedepankan kepentingan pemegang saham, dibanding kepentingan pribadi, untuk segala
sesuatu yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan, minimal sampai enam bulan setelah
penghentian kontrak kerja dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. Informasi
yang direlease pada awal Januari 2007, sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT.PGN
sejak 12 September 2006 (informasi penurunan volume gas) dan 18 Desember 2006 (informasi
terundannya gas in). Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material
dan dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercemin dari penurunan
harga saham PT.PGN pada tanggal 12 Januari 2007
3. Keuntungan
Penjualan saham yang dilakukan kesembilan orang yang dikategorikan orang dalam
menyebabkan mencegah kemungkinan rugi atas penurunan harga saham setelah Press
Confrence. Sehingga kesembilan orang dalam tersebut dalam jangka waktu 35 hari melakukan
penjualan atas sahamnya
4. Menjual atau Membeli
Kesembilan orang dalam tersebut melakukan transaksi selama tenggat waktu 35 hari sebelum
konfrensi pers.
17
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
19
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
ketetapan Bapepam dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan
kegiatan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan.
4) Berkaitan dengan kasus PT. Fisakaragung Perkasa Tbk., Bapepam telah memerintahkan
kepada Performa Investment Limited, salah satu Pihak yang dikategorikan sebagai Orang
Dalam yang telah mentransaksikan saham emiten, untuk mengembalikan manfaat dan atau
hasil penjualannya senilai Rp. 396,5 juta ke Kas Negara dalam jangka waktu 30 (tigapuluh)
hari. Dalam hal Pihak bersangkutan tidak melaksanakan kewajiban tersebut dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan.
D. Sanksi
Pelanggaran terhadap UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaanya dapat bersifat pelanggaran
administratif dan atau pelanggaran pidana. Pelanggaran administratif dapat dikenakan sanksi
administratif, sedangkan pelanggaran pidana dapat diekanakan dikenai sanksi pidana berupa
pidana penjara dan atau denda.
Jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Bapepam kepada pihak-pihak tersebut di atas
adalah:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu);
c. Pembatasan Kegiatan usaha;
d. Pembekuan Kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan;
g. Pembatalan pendaftaran;
Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi administratif diatur oleh
Peraturan Pemerintah, yaitu PP No.45 Tahun 1995. Sedangkan tata cara penagihannya diatur
didalam Peraturan XIV.B.1 Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif Berupa Denda. Besarnya
jumlah sanksi denda bervariasi yaitu:
1. Denda Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp.500.000.000,00
(Lima Ratus juta rupiah).
2. Denda Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp.100.000.000,00
(Seratus juta rupiah)
3. Denda Maksimal Rp500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak yang bukan orang
perseorangan.
4. Denda Maksimal Rp100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang perseorangan.
6 Pasal 106 Ayat (1) Mengatur sanksi pidana bagi emiten a. Bagi Emiten Yang Belum
yang melakukan penawaran umum melakukan Pendaftaran
tanpa terlebih dulu menyampaikan Sanksi pidana penjara
pernyataan pendaftaran sebagai mana paling lama 10 tahun dan
diatur Pasal 70 Ayat (1) . Pelanggar denda paling banyak
ketentuan ini dapat diancam dengan Rp.15 miliar
pidana penjara paling lama 10 tahun b. Bagi Perusahaan Publik
dan denda paling banyak Rp.15 miliar. Sanksi Pidana penjara
Sementara itu, bagi perusahaan publik paling lama tiga tahun
yang tidak menyampaikan pernyataan dan
pendaftaran sebagaimana diatur Pasal Denda maksimal Rp
73, dapat diancam dengan pidana 5.000.000.000,- (lima
penjara paling lama tiga tahun dan miliar rupiah).
denda maksimal Rp 5 miliar.
7 Pasal 108 Menyatakan ancaman pidana penjara
atau pidana kurungan dan denda
sebagiamana dimaksud dalam Pasal
103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106,
dan Pasal 107 berlaku pula bagi pihak
yang baik langsung maupun tidak
21
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
E. Daftar Istilah
No Istilah Keterangan
1 Manipulasi Pasar Sebuah upaya yang disengaja untuk mengganggu kondisi pasar
yang bebas dan wajar dengan menciptakan gambaran yang
semu, palsu dan menyesatkan sehubungan kondisi pasar,
kegiatan perdagangan ataupun harga.
Dua Kategori Besar Manipulasi:
1. Manipulasi Pengungkapan (Disclosure based manipulation)
Terjadi bila seseorang menyebarkan informasi palsu atau
menyesatkan tentang nilai atau volume perdagangan dari
suatu efek.
2. Manipulasi klasik tentang perdagangan (Classic trading
manipulation)
Ini adalah pembelian atau penjualan efek yang menipu dan
dapat menyesatkan orang lain tentang nilai atau volume
perdagangan atas efek tersebut.
Modus Operandi:
Penggunaan satu atau lebih akun miliknya atau akun milik
calon nasabah
Pengendalian atas jumlah saham emiten tertentu yang dapat
diperdagangkan oleh investor publik
Penggunaan akun miliknya atau milik calon nasabah sebagai
pool
Seringnya aksi DFOP/RFOP or SECTRS*)
Penggunaan (paid) promotors
Siaran pers, pembicaraan dunia maya, rekomendasi analis
yang sering keliru
Istilah
DFOP = Delivery Free of Payment
RFOP = Receiver Free of Payment
SECTRS = Securities Transfer
Konsekuensi Negatif:
Munculnya perdagangan aktif yang palsu dan menyesatkan
Terbentuknya harga saham yang palsu dan menyesatkan
Membahayakan integritas pasar
Merusak pasar yang wajar, jujur, dan tertib
Investor yang jujur menderita kerugian
Pelaku yang keluar dari pasar dengan memperoleh keuntungan
ilegal
Investor akan enggan masuk pasar
2 Pump & Dump or Hype & Orang dalam dan promotor mempromosikan saham atau emiten
Dump melalui berbagai cara yang menipu untuk membangkitkan minat
22
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
23
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
24
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016
Modul Hukum & Etika |KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik
dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit
Emiten atau Perusahaan Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam
laporan keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan
khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang
telah dipublikasikan, secara material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya
kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten
atau Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen
usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau
Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya
25
Modul Hukum dan Etika WPPE | Edisi 2016