Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN &

INVESTASI
MANAJEMEN INVESTASI

Didukung

Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id

www.ticmi.co.id
Modul WPPE | AEKPI

DAFTAR ISI

MANAJEMEN INVESTASI ............................................................................................................. 1


PENGANTAR .................................................................................................................................... 1
I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN) ............................................................................. 1
I.1. Pengertian ...................................................................................................................... 1
I.2. Komponen tingkat pengembalian ........................................................................... 1
I.3. Pengukuran .................................................................................................................... 2
I.4. Rate of Return dan Inflasi ......................................................................................... 4
I.5. Expected Return dan Required Return .................................................................. 5
I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham .................................................................. 6
II. RISIKO ..................................................................................................................................... 7
II.1. Pengertian ..................................................................................................................... 7
II.2. Pengukuran .................................................................................................................. 7
II.3. Risiko Keuangan ......................................................................................................... 8
II.4. Risiko Operasional ...................................................................................................... 9
II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif ...................................................................... 10
II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik ................................................... 10
II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI ............................................................................ 10
III. PORTOFOLIO ........................................................................................................................ 11
III.1. Pengertian ................................................................................................................. 11
III.2. Nilai Return Ekspektasi ......................................................................................... 11
III.3. Risiko Portofolio ....................................................................................................... 12
Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham ........................................................................ 16
Jenis-jenis Investasi .................................................................................................................. 17

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 i


Modul WPPE | AEKPI

MANAJEMEN INVESTASI

Learning Objectives:

Diharapkan peserta dapat memahami kaidah (pedoman) pengelolaan investasi berdasarkan


ekspektasi hasil yang diharapkan, beserta risikonya.

PENGANTAR
Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mempertimbangkan dua
faktor penting yaitu besarnya tingkat pengembalian (return) serta risiko (risk) pada saat
keuntungan yang diharapkan mungkin tidak terjadi.

RiskReturn Tradeoff adalah suatu prinsip pengelolaan investasi dimana kenaikan potential
return akan diikuti oleh kenaikan risk. Menunjukkan hubungan dari besarnya risiko yang
diambil terhadap kemungkinan besarnya tingkat pengembalian yang akan didapat dari
investasi tersebut. Biasa disebut juga riskreward, atau risk-return spectrum. Pilihannya
adalah; risiko yang minimal cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah,
dan risiko yang tinggi cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat pengembalian (return) dan
risiko (risk).

I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN)

I.1. Pengertian
Adalah keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang
diinvestasikan. Dapat berupa Realized Return dan Expected Return.

Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Realized Return menjadi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan
Expected Return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.

Expected Return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan untuk diperoleh di


masa depan. Berbeda dengan Realized Return yang sifatnya sudah terjadi, Expected
Return ini sifatnya belum terjadi.

I.2. Komponen tingkat pengembalian


Sumber-sumber tingkat pengembalian atas investasi terdiri dari dua komponen
utama, yaitu yield dan capital gain (loss).

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi
atau deposito didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 1


Modul WPPE | AEKPI
pada investasi saham didapat dari dividen. Biasa dinyatakan dalam bentuk
persentase atas periode tahunan.

Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga
(saham atau obligasi).

Berdasarkan komponen-komponen diatas, tingkat pengembalian suatu investasi


hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;

= + ()
= +

I.3. Pengukuran

Pengukuran Realized Return (RR) untuk Single Period


Penghitungan Realized Return (RR) untuk Single Period dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau dari sekuritas yang berbeda.
Untuk menghitung RR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut;

= +

TR adalah Total Return
adalah cash flow yang diterima selama jangka waktu tertentu
adalah harga sekuritas pada awal periode
adalah harga sekuritas di akhir periode

Pada dasarnya, total return dapat bernilai positif dan juga negatif. Ketika
mengakumulasi atau memajemukan, total return yang negatif akan menjadi
masalah. Namun, return realisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, karena nilai dari return realisasi selalu bernilai positif.

+
= = 1 +

Pengukuran Realized Return (RR) untuk multiple period


Dapat dihitung dengan 3 metode yaitu Rata-rata (mean) Arithmetic, Geometric, dan
Weighted.

a) Arithmetic Mean

Mean Populasi: =

adalah jumlah seluruh nilai observasi dari populasi


N adalah banyaknya observasi dalam populasi

Mean sampel:

adalah jumlah seluruh nilai observasi dari sampel

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 2


Modul WPPE | AEKPI
n adalah banyaknya observasi dalam sampel
Mean sampel dihitung untuk memperoleh inferensi mengenai mean dari
populasi.

Contoh:
Data return tahunan saham ABCD untuk 8 tahun adalah:
22%, 25%, 23%, 20%, 18%, 19%, 23%, 24%

Misalkan dari data di atas diambil sampel sebanyak 4 tahun pertama, maka:

Arithmetic Mean merupakan salah satu perhitungan yang mudah dan


sederhana, namun ada beberapa kekurangannya, diantaranya adalah;
Tidak mengukur tingkat pertumbuhan majemuk dari waktu ke waktu.
Tidak dapat menangkap realisasi perubahan wealth untuk beberapa
periode.
Tidak dapat menggambarkan return khusus pada single period.

b) Geometric Mean
Menggambarkan return majemuk atau return akumulasi selama lebih dari
satu periode.

Menghitung Geometric Mean dapat menggunakan formula sebagai berikut;

atau

Dimana:
- TR adalah total return
- n adalah bilangan positif

Geometric Mean selalu kurang dari atau sama dengan Arithmetic Mean, dan
nilai observasi yang digunakan dalam perhitungan Geometric Mean harus
positif.

Geometric Mean digunakan untuk perhitungan rata-rata perubahan


persentase, rasio, indeks, dan tingkat pertumbuhan dari waktu ke waktu.

Contoh: Gaji seorang karyawan tahun lalu naik sebesar 5%, dan tahun ini
naik sebesar 10%.
Perlu diperhatikan bahwa kenaikan 5% berarti nilai observasi menjadi 105%
(dapat ditulis 1,05).

Geometric Mean = = 1,074709

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 3


Modul WPPE | AEKPI

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kenaikan gaji per tahun karyawan


tersebut ialah 7,4709%.

Bila variabilitas dari return dinotasikan sebagai s, maka selisih antara nilai
Geometric dan Arithmetic Mean tergantung dari nilai s.

c) Weighted Mean
Secara umum weighted mean dari sekumpulan observasi X1, X2, , Xn
dengan weight masing-masing w1, w2, , wn dihitung sebagai berikut:

Contoh: Suatu portofolio investasi terdiri dari 20% saham A, 50% saham B
dan 30% saham C. Diketahui return saham A sebesar 15%, return saham B
13%, dan return saham C 9%.

Tingkat
Saham Bobot
Pengambalian
A 20% 15%
B 50% 13%
C 30% 9%

Maka weighted mean portofolio tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan hitungan di atas, kita bisa menyampaikan kepada klien bahwa dari 3
investasi saham di atas, return yang akan diperoleh adalah sekitar 12,2%.

I.4. Rate of Return dan Inflasi


Penghitungan return belum disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun perhitungan
tingkat return yang disesuaikan dengan inflasi adalah sebagai berikut;

adalah total return setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi.

Secara konseptual, tingkat suku bunga bebas risiko nominal merupakan tingkat suku
bunga bebas risiko riil ditambah dengan premium tingkat inflasi.

Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut;

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 4


Modul WPPE | AEKPI

I.5. Expected Return dan Required Return


Expected return adalah return yang diharapkan atas kepemilikan aset.

Required return adalah return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku
bunga tertentu.

Required return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

Risk premium adalah tambahan return yang didapat atau diekspektasikan ketika ada
tambahan risiko.

Equity risk premium adalah selisih antara return saham dan tingkat suku bunga bebas
risiko.

Bond horizon premium adalah selisih antara return dari sekuritas pemerintah jangka
panjang dengan jangka pendek.

Keputusan investasi akan terfokus pada expected return, dimana investor


memperkirakan berapa besar return yang dibutuhkan dimasa mendatang untuk
mengelola risiko yang ada. Ketika investor memiliki tujuan untuk mengurangi risiko
tanpa mempengaruhi return yang akan didapatnya, maka investor dapat melakukan
diversifikasi atas sekuritas yang dimilikinya dengan membuat suatu portfolio.
Keputusan investasi mengandung ketidakpastian. Dengan adanya ketidakpastian
tersebut, maka terdapat risiko dari expected return yang tidak disadari, sehingga
investor perlu untuk memperhatikan distribusi returnnya.

Ketika terdapat ketidakpastian akan expected return yang akan didapat, maka investor
harus berpikir mengenai distribusi return, tidak hanya single return saja. Semua hal-hal
yang mungkin terjadi dimasa mendatang harus ikut dipertimbangkan dalam bentuk
probabilitas.

Probabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kemungkinan relatif (peluang atau
kecenderungan) dari suatu kejadian. Nilai ekspektasi dari suatu variabel acak adalah
probabilitas dari seluruh outcome (hasil) dari variabel acak tersebut.

Dilambangkan dengan E(X), nilai ekspektasi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berdasarkan persamaan diatas, maka expected return dapat dihitung dengan


menggunakan formula sebagai berikut;

adalah expected return


adalah return pada saat i
adalah probabilitas pada saat i

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 5


Modul WPPE | AEKPI

Contoh:
Berikut adalah pengamatan seorang investor terhadap return saham A jika
dibandingkan dengan return pasar. Ada tiga outcome yang mungkin terjadi, yaitu lebih
besar, sama, dan lebih kecil. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data
berikut:

Outcome Frekuensi
Lebih besar 92
Sama 27
Lebih kecil 81
Total observasi 200

Probabilitas bahwa return saham A lebih kecil dari return pasar dapat diperoleh dengan
menghitung 81/200, hasilnya 0,405.

I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham


Ketika investor menghadapi pilihan antara 2 saham; A dan B, dimana saham A memiliki
expected return yang lebih kecil daripada saham B, namun memiliki tingkat risiko
(standar deviasi) lebih rendah. Maka untuk memilih saham manakah yang akan dipilih?
Keputusan ini tergantung pada seberapa besar penerimaan risiko dari seorang investor
tersebut. Perlu diingat bahwa terdapat Return
tradeoff antara risiko dan return. Ketika
return tinggi, maka risiko dari saham
tersebut tinggi, begitu pula sebaliknya.
Ketika sebuah saham memiliki risiko yang
rendah, maka return dari saham tersebut
juga rendah. Sehingga investor harus
menentukan, apakah ia termasuk investor
yang berorientasi pada return ataukah risiko.
Trade off antara return dan risiko dapat
digambarkan dengan grafik dibawah ini; Risiko

Dengan adanya trade off risiko dan return tersebut, maka dalam mengambil keputusan
dapat menggunakan perbandingan coefficient of variation untuk kedua saham tersebut.

Coefficient of variation (CV) adalah perhitungan statistik dari penyebaran data disekitar
rerata.

Coefficient of variation dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar volatilitas


risiko dibandingkan dengan besarnya return yang diekspektasikan akan didapat dari
sebuah investasi.
Semakin rendah nilai CV, maka semakin bagus risk return trade off nya.

Contoh: Terdapat dua saham A dan B. Saham A memiliki expected return 60% dan
standar deviasi 15%. Sedangkan saham B memiliki expected return 8% dan standar
deviasi 3%. Manakah yang sebaiknya dipilih?
Untuk menentukan saham manakah yang dapat kita pilih, maka dapat dilihat dari
coefficient of variation nya,

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 6


Modul WPPE | AEKPI

Saham A:
Saham B:

Berdasarkan perhitungan CV, dapat kita ketahui bahwa saham B ternyata memiliki nilai
CV yang lebih besar dibandingkan dengan saham A, sehingga dapat dikatakan bahwa
saham B lebih berisiko daripada saham A.

II. RISIKO

II.1. Pengertian
Risiko secara umum didefinisikan sebagai penyimpangan dari sesuatu yang
diharapkan. Risiko juga dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan sesuatu
kejadian di mana sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya sesuatu yang
tidak diharapkan di mana kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerugian.

II.2. Pengukuran
Dalam ilmu statistika, risiko dinyatakan dengan standar deviasi yang merupakan akar
kuadrat dari varians data. Standar deviasi menunjukan seberapa besar/jauh sebuah
kejadian menyimpang dari nilai rata-ratanya atau nilai yang diharapkan. Semakin
besar standar deviasi maka risiko yang ada semakin besar. risiko juga dapat
didefinisikan sebagai volatilitas dari hasil yang tidak diharapkan, umumnya berkaitan
dengan nilai aset atau kewajiban.

Risiko dapat dilihat dari sebaran data dalam suatu distribusi terhadap nilai rata-
ratanya, dan dapat diukur dengan cara-cara berikut:

a) Variansi sampel

b) Standar deviasi sampel

Risiko dari nilai ekspektasi untuk investasi tunggal dapat dihitung dengan rumus
berikut:

Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:

Contoh:
Diketahui data return tahunan saham A selama 5 tahun:

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 7


Modul WPPE | AEKPI
23%, 25%, 20%, 12%, 30%

Hitung variansi return dari saham A selama 5 tahun;

Variansi return di atas memiliki satuan yang sulit diinterpretasikan, karena mean
return memiliki satuan %. Masalah ini dapat diatasi dengan menghitung standar
deviasi return dengan cara berikut.

Selanjutnya diasumsikan manajer investasi A mencatat return saham A selama total


9 tahun, sehingga data di atas merupakan sampel dari 5 tahun yang dia catat. Hitung
variansi dan standar deviasi return saham A.

II..3. Risiko Keuangan


Risiko keuangan adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berdampak
langsung dari kinerja keuangan perusahaan. Terdiri dari Risiko Pasar, Risiko
Likuiditas, dan Risiko Kredit.

A. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko di mana investasi/pendapatan perusahaan memberikan
hasil yang menyimpang dari yang diharapkan karena terjadi pergerakan variabel
pasar. Hal ini bisa juga terkait dengan instrumen keuangan di mana perusahaan
berinvestasi. Misalkan perusahaan memiliki investasi pada obligasi. Karena
adanya perubahan di pasar obligasi, maka nilai obligasi yang dimiliki perusahaan
turun. Risiko pasar juga dapat dibagi lagi menjadi risiko tingkat suku bunga, risiko
nilai tukar, dan risiko komoditas.

Risiko tingkat suku bunga


Perubahan tingkat suku bunga bisa berdampak kepada pendapatan, investasi dan
beban bunga perusahaan. Misalkan perusahaan memiliki sumber pendapatan dari
meminjamkan uang (seperti bank), maka ketika tingkat suku bunga pasar naik
sedangkan pinjaman yang diberikan dalam suku bunga tetap maka perusahaan
kehilangan potensi pendapatan bunga.

Risiko nilai tukar

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 8


Modul WPPE | AEKPI
Perubahan nilai tukar dapat menyebabkan perubahan pada arus kas, laba, nilai
perusahaan atau nilai aset perusahaan. Jika perusahaan melakukan transaksi
dengan menggunakan mata uang asing, maka dengan adanya perubahan nilai
tukar akan menyebabkan perubahan pada uang keluar dari dan masuk ke
perusahaan. nilai kewajiban perusahaan juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi
kalau perusahaan memiliki pinjaman dalam mata uang asing. Jika terjadi
perubahan pada nilai tukar, maka jumlah kewajiban perusahaan akan berubah
dan tentunya juga akan berpengaruh pada laba akuntansi perusahaan.

Risiko komoditas
Transaksi perusahaan terkait dengan barang komoditas memberikan risiko
kepada perusahaan akibat adanya perubahan pada harga komoditas tersebut.
Biasanya perusahaan meminimalkan risiko dengan melakukan transaksi
komoditas dengan forward. Jika perusahaan akan membeli bahan bakar minyak
dan memperkirakan harga akan naik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan
kontrak forward untuk pembelian bahan bakar minyak dengan harga yang telah
ditetapkan saat ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan akan
menghadapi risiko akibat peningkatan harga minyak. Barang-barang yang
termasuk komoditas antara lain minyak bumi, crude palm oil (CPO), emas,
perak, batu bara, dll.

B. Risiko Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban/hutang yang jatuh tempo segera. Likuiditas juga berarti kemampuan
sebuah aset untuk segera dikonversikan menjadi kas tanpa harus kehilangan
nilainya secara signifikan.

Perusahaan menghadapi risiko tidak mampu membayar kewajiban yang jatuh


tempo karena perusahaan gagal dalam pengelolaan modal kerja terutama kas.
Untuk meminimalkan risiko likuiditas maka perusahaan sebaiknya berinvestasi
pada aset yang memang dapat segera dikonversikan ke kas tanpa mengurangi
nilai secara signifikan. Kalau perusahaan berinvestasi pada aset yang kurang
likuid seperti pada saham atau obligasi yang tidak sering diperdagangkan di
bursa, maka ketika perusahaan butuh kas akan dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk dapat menjual saham atau obligasi tersebut.

Biasanya investasi pada piutang, surat berharga pasar uang dan pasar modal
relatif likuid. Sedangkan investasi pada Aset tetap relatif lebih tidak likuid.

C. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko di mana debitur (peminjam) tidak mampu membayar
kewajiban/hutangnya baik itu berupa bunga dan atau pokok pinjamannya. Risiko
kredit ini muncul tidak hanya melalui transaksi pinjam meminjam langsung
seperti bank memberikan pinjaman ke nasabahnya atau ketika perusahaan
melakukan penjualan secara kredit ke pelanggan tetapi juga bisa berupa
kegiatan investasi pada obligasi. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan penerbit
obligasi memiliki risiko tidak mampu membayar baik bunga dan pokok pinjaman
kepada investor. Biasanya besarnya risiko kredit dari perusahaan penerbit
obligasi tercermin dari peringkat (rating) yang diterbitkan oleh lembaga
pemeringkat terhadap kualitas obligasi.

II.4. Risiko Operasional


Selain risiko keuangan, perusahaan juga menghadapi risiko terkait dengan kegiatan
operasional sehari-hari. Risiko operasional biasanya terjadi karena tidak berfungsinya

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 9


Modul WPPE | AEKPI
sistem, SDM, teknologi atau faktor lain yang ada pada perusahaan. risiko operasional
yang mungkin terjadi pada perusahaan di antaranya kerusakan sistem informasi,
kerusakan mesin, kesalahan catat dari pegawai, perampokan, kesalahan produksi, dll.

II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif


Risiko murni adalah risiko dimana dampak yang diakibatkan pasti akan merugikan
perusahaan. sedangkan jika risiko tersebut tidak terjadi maka tidak ada keuntungan
bagi perusahaan. contoh dari risiko murni adalah kebakaran, bencana alam,
kerusakan mesin,dll. Kalau risiko ini benar-benar terjadi maka akan berdampak pada
kerugian perusahaan. tetapi, jika kebakaran, bencana alam atau kerusakan mesin
tidak terjadi maka tidak ada dampak bagi perusahaan.

Sebaliknya, risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan dua kemungkinan. Jika
risiko terjadi maka akan merugikan perusahaan, tetapi jika risiko tidak terjadi akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko spekulatif adalah risiko
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau risiko penurunan harga saham. Jika
perusahaan memiliki kewajiban dalam bentuk dolar, jika rupiah melemah maka
kewajiban perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah menguat maka
perusahaan akan untuk karena kewajibannya dalam rupiah menjadi turun. Sama juga
dengan investasi perusahaan pada saham. Jika harga saham turun maka perusahaan
akan mengalami kerugian, tetapi jika harga saham tidak turun (naik) maka
perusahaan akan memperoleh keuntungan.

II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik


Risiko sistematik (risiko umum) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi
(nondiversifiable risk). Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi
yaitu proses menggabungkan beberapa kegiatan yang tidak sejenis. Risiko sistematik
sering juga disebut dengan risiko pasar karena risiko ini berdampak tidak hanya pada
satu perusahaan tetapi terhadap satu industri/pasar atau negara. Contoh dari risiko
sistematik ini adalah risiko inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, risiko politik, dll.

Risiko non sistematik (risiko khusus) adalah risiko yang dapat didiversifikasi/dikurangi
dengan cara menggabungkan kegiatan/usaha yang berbeda-beda. Risiko non
sistematik sering juga disebut dengan risiko spesifik perusahaan karena hanya
perusahaan/bidang usaha tertentu saja yang akan terkena dampak dari risiko ini.
Contoh risiko non sistematik adalah risiko bisnis, kematian orang kunci pada
perusahaan, peraturan terkait industri/bidang usaha tertentu, dll.

Pengetahuan perusahaan terhadap risiko sistematik dan risiko non sistematik akan
sangat berguna dalam upaya pengelolaan risiko yang ada. Karena ada risiko yang
bisa dikurangi melalui diversifikasi usaha/kegiatan, maka perusahaan dapat
mempersiapkan program pengelolaan untuk risiko yang non sistematik tersebut.

Berdasarkan jenis risiko tersebut, maka

II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI


Di Indonesia, baru Bank Indonesia yang secara resmi mengatur industri perbankan
dalam hal pengelolaan risiko. Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.5

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 10


Modul WPPE | AEKPI
tahun 2003 mengatur segala hal tentang manajemen risiko pada bank umum dan
membagi risiko menjadi 8 kelompok yaitu:

1. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(suku bunga, nilai tukar dan options) dari portofolio yang dimiliki, yang dapat
merugikan perusahaan (adverse movement).
2. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.
3. Risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur
(counterparty) memenuhi kewajibannya.
4. Risiko operasional, yaitu risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan.
5. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,
yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
6. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
7. Risiko reputasi, yaitu adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap perusahaan.
8. Risiko strategik, yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

III. PORTOFOLIO

III.1. Pengertian

Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset
investasi.

Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara
diversifikasi.

Dalam berinvestasi didalam portofolio, yang harus diingat adalah bahwa aset didalam
suatu portofolio lebih kecil risikonya dibanding jika aset tersebut hanya dipegang
tunggal. Dari sudut pandang investor, yang terpenting adalah return dan risiko secara
keseluruhan dari portofolio yang dimilikinya, bukan masing-masing aset didalam
portofolio tersebut. Oleh karena itu, investor menganalisa bagaimana risiko dan
return suatu aset tunggal mempengaruhi portofolio dimana aset tersebut berada.

III.2. Nilai Return Ekspektasi


Jika R1, R2, , Rn adalah variabel acak dan w1, w2, , wn adalah konstanta maka:

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 11


Modul WPPE | AEKPI
Rumus ini sering digunakan dalam analisis investasi, yaitu menghitung nilai
ekspektasi dari return portofolio, dimana R1, R2, , Rn adalah return masing-masing
aset dalam portofolio dan w1, w2, , wn adalah bobot (proporsi) dari masing-masing
aset tersebut.

Contoh:
Misalkan diketahui data mengenai saham A dan saham B sebagai berikut;

Kondisi Probabilitas Return Return


Ekonomi Saham A Saham B
Resesi 0,2 2% -4%
Normal 0,3 10% 5%
Booming 0,5 15% 20%

Ekspektasi return saham A = 0,2(2%)+0,3(10%)+0,5(15%)


= 10,9%
Ekspektasi return saham B = 0,2(-4%)+0,3(5%)+0,5(20%)
= 10,7%

Variansi return saham A = 0,2(2-10,9)2+0,3(10-10,9)2+0,5(15-10,9)2


= 24,48
Standar deviasi return A = = 4,95%
Variansi return saham B = 0,2(-4-10,7)2+0,3(5-10,7)2+0,5(20-10,7)2
= 96,19
Standar deviasi return B = = 9,81%

Jika saham A 50% dari keseluruhan portofolio maka imbal hasil yang diharapkan dari
portofolio A & B adalah: 50% (10,9%) + 50% (10,7%) = 10,8%.

III.3. Risiko Portofolio


Risiko portofolio dapat diukur sebagai standar deviasi dari portofolio, namun
perhitungan standar deviasi tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rata-rata
tertimbang standar deviasi masing-masing sekuritas didalam portofolio. Perhitungan
risiko dari sebuah portofolio harus memperhatikan hubungan atau korelasi return
antar saham-saham tersebut.

Penurunan Risiko Portofolio


Jika diasumsikan bahwa semua sumber risiko dari sebuah portofolio tidak bergantung
satu sama lain (independen), semakin banyak jumlah instrument atau asset yang
terdapat dalam sebuah portofolio, maka akan semakin rendah risikonya. Sehingga
yang perlu diperhatikan disini adalah berapa banyak instrument atau asset yang
dimasukkan kedalam portofolio?
Penurunan risiko portofolio dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi atas
saham-saham yang dimiliki dalam sebuah portofolio. Diversifikasi adalah strategi
penempatan dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda-beda. Yang dimaksud
dengan berbeda-beda di sini adalah potensi return, risiko dan likuiditasnya. Sebagai
contoh, potensi return investasi di saham tentu saja berbeda dengan obligasi.

Pada umumnya, saham memberikan return yang lebih besar daripada obligasi.
Namun tentu saja risiko berinvestasi di saham lebih besar karena fluktuasi harga
saham cenderung lebih besar daripada obligasi. Aspek ketiga adalah likuiditas.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 12


Modul WPPE | AEKPI
Likuiditas di sini artinya adalah kemudahan untuk membeli dan menjual sebuah
instrumen investasi. Contoh yang bagus untuk ini adalah properti. Kalau kita
mengiklankan rumah kita belum tentu hari itu juga bisa terjual. Bisa besok, minggu
depan atau bahkan bulan depan rumah kita baru bisa terjual. Berbeda dengan saham
yang dapat kita perdagangkan saat itu juga kalau kita inginkan.

Diversifikasi acak (random diversification) adalah mendiversifikasikan saham tanpa


melihat pada karakteristik masing-masing saham yang relevan. Penurunan dari
marjinal risiko akan semakin kecil seiring dengan penambahan sekuritas. Jumlah
sekuritas yang sangat besar tidak dibutuhkan untuk menurunkan risiko secara
signifikan.
Diversifikasi tidak hanya terbatas pada investasi di industri yang berbeda pada negara
yang sama, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan berinvestasi antar negara.
Diversifikasi internasional dapat bermanfaat bila tingkat keuntungan (return) yang
diminta oleh investor ditentukan oleh risiko sistematis pasar domestik (yang
menunjukkan bahwa pasar modal di dunia bersifat fully segmented). Hal ini
disebabkan karena sebagian risiko yang semula tidak dapat didiversifikasi, sekarang
bisa dihilangkan dengan diversifikasi internasional. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antar indeks pasar di berbagai pasar modal rendah
(Pudjiastuti, 1990). Sebaliknya bila return ditentukan oleh risiko sistematis dalam
lingkup pasar dunia (yang menunjukkan bahwa pasar modal dunia bersifat fully
integrated), maka diversifikasi internasional tidak memberikan manfaat yang berarti.
Manfaat yang diperoleh hanya berupa efek diversifikasi murni, yaitu penurunan
kontribusi risiko non-sistematis sekuritas individual terhadap risiko total suatu
portofolio.

Portfolio risk

Markowitz Diversification
Selain random diversifikasi, juga terdapat non-random diversifikasi. Berbeda dengan
random diversifikasi, non-random diversifikasi mengukur dan mengelola risiko
portofolio, memperhatikan hubungan antar sekuritas-sekuritas portofolio sebelum
membuat keputusan investasi.

Diversifikasi ini mengambil keuntungan dari expected return dan risiko dari sekuritas-
sekuritas individual dan bagaimana return dari sekuritas tersebut bergerak bersama-
sama.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 13


Modul WPPE | AEKPI
Markowitz Portfolio : Portofolio yang efisien menurut Markowitz dapat dicari melalui
pengkombinasian seluruh sekuritas yang akan memaksimumkan expected return
(tingkat pengembalian yang diharapkan) pada tingkat risiko (variance) tertentu.

Markowitz Portfolio

Perhitungan Risiko Portofolio Berdasarkan Markowitz

Dalam menghitung besarnya risiko portofolio menurut Markowitz, ada 3 faktor yang
harus diperhatikan, yaitu;

A. Bobot masing-masing sekuritas didalam portofolio.


1) Bobot risiko sekuritas individual
Dihitung dengan membobotkan varians menggunakan proporsi dari dana
sekuritas-sekuritas tersebut didalam portofolio.
Untuk sekuritas i :
2) Bobot pergerakan bersama antar return
Return kovarians dibobotkan menggunakan proporsi dari dana-dana tersebut
dalam masing-masing sekuritas.
Untuk sekuritas i, j :

B. Covariance antar 2 sekuritas.


Kovarians (covariance) adalah suatu ukuran data yang bertujuan untuk melihat
hubungan antar dimensi.1
Kovarians menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas dalam portofolio
cenderung untuk bergerak bersama-sama.

Kovarians dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

Kovarians ( ) berhubungan dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ( )


adalah suatu ukuran hubungan antara dua sekuritas (i dan j). Koefisien korelasi
memiliki nilai antara -1 dan 1 (-1< <1).
artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi positif sempurna.
Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j juga mengalami kenaikan

1
Smith, 2002

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 14


Modul WPPE | AEKPI
return dengan jumlah kenaikan yang sama besar dengan kenaikan return pada
saham j.
artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi negative sempurna.
Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j mengalami penurunan
return dengan jumlah penurunan sama besar dengan kenaikan return pada saham j.
artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi nol atau tidak memiliki
korelasi satu sama lain.

Hubungan antara kovarians dengan koefisien korelasi dapat dilihat pada formula
dibawah;

Secara umum, semakin kecil korelasi positif antar sekuritas, maka akan semakin
baik portofolio tersebut.

C. Varians atau risiko dari masing-masing sekuritas.


Berdasarkan ketiga faktor tersebutlah kemudian standar deviasi untuk portofolio
dapat dihitung dengan persamaan seperti dibawah ini;

Dimana, adalah standar deviasi portofolio


adalah bobot sekuritas i dalam portofolio
adalah bobot sekuritas j dalam portofolio
adalah standar deviasi sekuritas i
adalah standar deviasi sekuritas j
adalah koefisien korelasi sekuritas i dan j

Penyederhanaan Perhitungan Markowitz

Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang kompleks selanjutnya


dikembangkan oleh William F. Sharpe ditahun 1963 dengan menciptakan model indeks
tunggal (Single Index Model). Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset
pada return indeks pasar secara matematis, model indeks tunggal adalah sebagai
berikut;

Dimana, adalah return sekuritas i


adalah return indeks pasar
adalah bagian return sekuritas yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
adalah ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return
pasar
adalah kesalahan residual

Perhitungan kovarian dengan model Markowitz dengan model indeks tunggal


mengandung perbedaan. Model Markowitz menghitung kovarians melalui penggunaan
matriks hubungan varians-kovarians yang memerlukan perhitungan yang kompleks.
Sedangkan dalam model indeks tunggal, risiko disederhanakan ke dalam dua

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 15


Modul WPPE | AEKPI
komponen, yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan secara matematis, resiko
dalam model indeks tunggal bisa digambarkan sebagai berikut:

Persamaan perhitungan risiko sekuritas dan model indeks tunggal dalam persamaan
tersebut di atas juga bisa diterapkan untuk menghitung risiko portofolio. Persamaan
untuk menghitung risiko portofolio dengan model indeks tunggal akan menjadi:

Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham

Persepsi investor terhadap return dan risiko dari sebuah saham akan menentukan harga
pasar dari saham tersebut. Sedangkan return yang sebenarnya dapat dihasilkan oleh
saham dan risiko sebenarnya yang terkandung dalam saham tersebut akan membentuk
nilai intrinsik dari saham tersebut.

Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik
atau nilai yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar
mengenai return dan risiko dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham
menyimpang dari nilai intrinsiknya. Sebaiknya, manajer menghindari melakukan
tindakan-tindakan yang dapat menurunkan nilai intrinsik, walaupun jika keputusan
tersebut digunakan untuk meningkatkan harga saham dalam jangka pendek.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 16


Modul WPPE | AEKPI

Jenis-jenis Investasi

Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham)
dibedakan menjadi:

A. Growth Stock

Growth stock diasosiasikan pada perusahaan yang high-quality atau perusahaan


yang memiliki pertumbuhan pendapatannya diatas rata-rata relative terhadap pasar.
Umumnya memiliki Price-Earning dan Price-to-Book value rasio yang tinggi. Pasar
menempatkan growth stock pada nilai yang tinggi dan hal tersebut membuatnya
terlihat mahal dan undervalue.

B. Value Stock

Value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan
memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya).
Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena merupakan perusahaan baru,
sehingga tidak disadari oleh investor.

C. Good Stock

Good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah
diperjualbelikan. Di Indonesia sendiri, terdapat 45 saham yang sangat likuid. Namun,
saham ini merupakan saham yang sangat volatile atau berisiko. Hal ini bisa dilihat
dari standar deviasi perubahaan harganya setiap hari. Harga saham naik dan turun
secara cepat dalam periode yang singkat.

Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan
Value Stock, atau biasa juga disebut Blended Portfolio.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 17

Anda mungkin juga menyukai