INVESTASI
MANAJEMEN INVESTASI
Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id
www.ticmi.co.id
Modul WPPE | AEKPI
DAFTAR ISI
MANAJEMEN INVESTASI
Learning Objectives:
PENGANTAR
Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mempertimbangkan dua
faktor penting yaitu besarnya tingkat pengembalian (return) serta risiko (risk) pada saat
keuntungan yang diharapkan mungkin tidak terjadi.
RiskReturn Tradeoff adalah suatu prinsip pengelolaan investasi dimana kenaikan potential
return akan diikuti oleh kenaikan risk. Menunjukkan hubungan dari besarnya risiko yang
diambil terhadap kemungkinan besarnya tingkat pengembalian yang akan didapat dari
investasi tersebut. Biasa disebut juga riskreward, atau risk-return spectrum. Pilihannya
adalah; risiko yang minimal cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah,
dan risiko yang tinggi cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat pengembalian (return) dan
risiko (risk).
I.1. Pengertian
Adalah keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang
diinvestasikan. Dapat berupa Realized Return dan Expected Return.
Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Realized Return menjadi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan
Expected Return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi
atau deposito didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield
Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga
(saham atau obligasi).
= + ()
= +
I.3. Pengukuran
Pada dasarnya, total return dapat bernilai positif dan juga negatif. Ketika
mengakumulasi atau memajemukan, total return yang negatif akan menjadi
masalah. Namun, return realisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, karena nilai dari return realisasi selalu bernilai positif.
+
= = 1 +
a) Arithmetic Mean
Mean Populasi: =
Mean sampel:
Contoh:
Data return tahunan saham ABCD untuk 8 tahun adalah:
22%, 25%, 23%, 20%, 18%, 19%, 23%, 24%
Misalkan dari data di atas diambil sampel sebanyak 4 tahun pertama, maka:
b) Geometric Mean
Menggambarkan return majemuk atau return akumulasi selama lebih dari
satu periode.
atau
Dimana:
- TR adalah total return
- n adalah bilangan positif
Geometric Mean selalu kurang dari atau sama dengan Arithmetic Mean, dan
nilai observasi yang digunakan dalam perhitungan Geometric Mean harus
positif.
Contoh: Gaji seorang karyawan tahun lalu naik sebesar 5%, dan tahun ini
naik sebesar 10%.
Perlu diperhatikan bahwa kenaikan 5% berarti nilai observasi menjadi 105%
(dapat ditulis 1,05).
Bila variabilitas dari return dinotasikan sebagai s, maka selisih antara nilai
Geometric dan Arithmetic Mean tergantung dari nilai s.
c) Weighted Mean
Secara umum weighted mean dari sekumpulan observasi X1, X2, , Xn
dengan weight masing-masing w1, w2, , wn dihitung sebagai berikut:
Contoh: Suatu portofolio investasi terdiri dari 20% saham A, 50% saham B
dan 30% saham C. Diketahui return saham A sebesar 15%, return saham B
13%, dan return saham C 9%.
Tingkat
Saham Bobot
Pengambalian
A 20% 15%
B 50% 13%
C 30% 9%
Dengan hitungan di atas, kita bisa menyampaikan kepada klien bahwa dari 3
investasi saham di atas, return yang akan diperoleh adalah sekitar 12,2%.
Secara konseptual, tingkat suku bunga bebas risiko nominal merupakan tingkat suku
bunga bebas risiko riil ditambah dengan premium tingkat inflasi.
Required return adalah return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku
bunga tertentu.
Risk premium adalah tambahan return yang didapat atau diekspektasikan ketika ada
tambahan risiko.
Equity risk premium adalah selisih antara return saham dan tingkat suku bunga bebas
risiko.
Bond horizon premium adalah selisih antara return dari sekuritas pemerintah jangka
panjang dengan jangka pendek.
Ketika terdapat ketidakpastian akan expected return yang akan didapat, maka investor
harus berpikir mengenai distribusi return, tidak hanya single return saja. Semua hal-hal
yang mungkin terjadi dimasa mendatang harus ikut dipertimbangkan dalam bentuk
probabilitas.
Probabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kemungkinan relatif (peluang atau
kecenderungan) dari suatu kejadian. Nilai ekspektasi dari suatu variabel acak adalah
probabilitas dari seluruh outcome (hasil) dari variabel acak tersebut.
Dilambangkan dengan E(X), nilai ekspektasi dapat dihitung dengan rumus berikut:
Contoh:
Berikut adalah pengamatan seorang investor terhadap return saham A jika
dibandingkan dengan return pasar. Ada tiga outcome yang mungkin terjadi, yaitu lebih
besar, sama, dan lebih kecil. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data
berikut:
Outcome Frekuensi
Lebih besar 92
Sama 27
Lebih kecil 81
Total observasi 200
Probabilitas bahwa return saham A lebih kecil dari return pasar dapat diperoleh dengan
menghitung 81/200, hasilnya 0,405.
Dengan adanya trade off risiko dan return tersebut, maka dalam mengambil keputusan
dapat menggunakan perbandingan coefficient of variation untuk kedua saham tersebut.
Coefficient of variation (CV) adalah perhitungan statistik dari penyebaran data disekitar
rerata.
Contoh: Terdapat dua saham A dan B. Saham A memiliki expected return 60% dan
standar deviasi 15%. Sedangkan saham B memiliki expected return 8% dan standar
deviasi 3%. Manakah yang sebaiknya dipilih?
Untuk menentukan saham manakah yang dapat kita pilih, maka dapat dilihat dari
coefficient of variation nya,
Saham A:
Saham B:
Berdasarkan perhitungan CV, dapat kita ketahui bahwa saham B ternyata memiliki nilai
CV yang lebih besar dibandingkan dengan saham A, sehingga dapat dikatakan bahwa
saham B lebih berisiko daripada saham A.
II. RISIKO
II.1. Pengertian
Risiko secara umum didefinisikan sebagai penyimpangan dari sesuatu yang
diharapkan. Risiko juga dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan sesuatu
kejadian di mana sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya sesuatu yang
tidak diharapkan di mana kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerugian.
II.2. Pengukuran
Dalam ilmu statistika, risiko dinyatakan dengan standar deviasi yang merupakan akar
kuadrat dari varians data. Standar deviasi menunjukan seberapa besar/jauh sebuah
kejadian menyimpang dari nilai rata-ratanya atau nilai yang diharapkan. Semakin
besar standar deviasi maka risiko yang ada semakin besar. risiko juga dapat
didefinisikan sebagai volatilitas dari hasil yang tidak diharapkan, umumnya berkaitan
dengan nilai aset atau kewajiban.
Risiko dapat dilihat dari sebaran data dalam suatu distribusi terhadap nilai rata-
ratanya, dan dapat diukur dengan cara-cara berikut:
a) Variansi sampel
Risiko dari nilai ekspektasi untuk investasi tunggal dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Contoh:
Diketahui data return tahunan saham A selama 5 tahun:
Variansi return di atas memiliki satuan yang sulit diinterpretasikan, karena mean
return memiliki satuan %. Masalah ini dapat diatasi dengan menghitung standar
deviasi return dengan cara berikut.
A. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko di mana investasi/pendapatan perusahaan memberikan
hasil yang menyimpang dari yang diharapkan karena terjadi pergerakan variabel
pasar. Hal ini bisa juga terkait dengan instrumen keuangan di mana perusahaan
berinvestasi. Misalkan perusahaan memiliki investasi pada obligasi. Karena
adanya perubahan di pasar obligasi, maka nilai obligasi yang dimiliki perusahaan
turun. Risiko pasar juga dapat dibagi lagi menjadi risiko tingkat suku bunga, risiko
nilai tukar, dan risiko komoditas.
Risiko komoditas
Transaksi perusahaan terkait dengan barang komoditas memberikan risiko
kepada perusahaan akibat adanya perubahan pada harga komoditas tersebut.
Biasanya perusahaan meminimalkan risiko dengan melakukan transaksi
komoditas dengan forward. Jika perusahaan akan membeli bahan bakar minyak
dan memperkirakan harga akan naik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan
kontrak forward untuk pembelian bahan bakar minyak dengan harga yang telah
ditetapkan saat ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan akan
menghadapi risiko akibat peningkatan harga minyak. Barang-barang yang
termasuk komoditas antara lain minyak bumi, crude palm oil (CPO), emas,
perak, batu bara, dll.
B. Risiko Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban/hutang yang jatuh tempo segera. Likuiditas juga berarti kemampuan
sebuah aset untuk segera dikonversikan menjadi kas tanpa harus kehilangan
nilainya secara signifikan.
Biasanya investasi pada piutang, surat berharga pasar uang dan pasar modal
relatif likuid. Sedangkan investasi pada Aset tetap relatif lebih tidak likuid.
C. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko di mana debitur (peminjam) tidak mampu membayar
kewajiban/hutangnya baik itu berupa bunga dan atau pokok pinjamannya. Risiko
kredit ini muncul tidak hanya melalui transaksi pinjam meminjam langsung
seperti bank memberikan pinjaman ke nasabahnya atau ketika perusahaan
melakukan penjualan secara kredit ke pelanggan tetapi juga bisa berupa
kegiatan investasi pada obligasi. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan penerbit
obligasi memiliki risiko tidak mampu membayar baik bunga dan pokok pinjaman
kepada investor. Biasanya besarnya risiko kredit dari perusahaan penerbit
obligasi tercermin dari peringkat (rating) yang diterbitkan oleh lembaga
pemeringkat terhadap kualitas obligasi.
Sebaliknya, risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan dua kemungkinan. Jika
risiko terjadi maka akan merugikan perusahaan, tetapi jika risiko tidak terjadi akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko spekulatif adalah risiko
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau risiko penurunan harga saham. Jika
perusahaan memiliki kewajiban dalam bentuk dolar, jika rupiah melemah maka
kewajiban perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah menguat maka
perusahaan akan untuk karena kewajibannya dalam rupiah menjadi turun. Sama juga
dengan investasi perusahaan pada saham. Jika harga saham turun maka perusahaan
akan mengalami kerugian, tetapi jika harga saham tidak turun (naik) maka
perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Risiko non sistematik (risiko khusus) adalah risiko yang dapat didiversifikasi/dikurangi
dengan cara menggabungkan kegiatan/usaha yang berbeda-beda. Risiko non
sistematik sering juga disebut dengan risiko spesifik perusahaan karena hanya
perusahaan/bidang usaha tertentu saja yang akan terkena dampak dari risiko ini.
Contoh risiko non sistematik adalah risiko bisnis, kematian orang kunci pada
perusahaan, peraturan terkait industri/bidang usaha tertentu, dll.
Pengetahuan perusahaan terhadap risiko sistematik dan risiko non sistematik akan
sangat berguna dalam upaya pengelolaan risiko yang ada. Karena ada risiko yang
bisa dikurangi melalui diversifikasi usaha/kegiatan, maka perusahaan dapat
mempersiapkan program pengelolaan untuk risiko yang non sistematik tersebut.
1. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(suku bunga, nilai tukar dan options) dari portofolio yang dimiliki, yang dapat
merugikan perusahaan (adverse movement).
2. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.
3. Risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur
(counterparty) memenuhi kewajibannya.
4. Risiko operasional, yaitu risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan.
5. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,
yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
6. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
7. Risiko reputasi, yaitu adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap perusahaan.
8. Risiko strategik, yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
III. PORTOFOLIO
III.1. Pengertian
Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset
investasi.
Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara
diversifikasi.
Dalam berinvestasi didalam portofolio, yang harus diingat adalah bahwa aset didalam
suatu portofolio lebih kecil risikonya dibanding jika aset tersebut hanya dipegang
tunggal. Dari sudut pandang investor, yang terpenting adalah return dan risiko secara
keseluruhan dari portofolio yang dimilikinya, bukan masing-masing aset didalam
portofolio tersebut. Oleh karena itu, investor menganalisa bagaimana risiko dan
return suatu aset tunggal mempengaruhi portofolio dimana aset tersebut berada.
Contoh:
Misalkan diketahui data mengenai saham A dan saham B sebagai berikut;
Jika saham A 50% dari keseluruhan portofolio maka imbal hasil yang diharapkan dari
portofolio A & B adalah: 50% (10,9%) + 50% (10,7%) = 10,8%.
Pada umumnya, saham memberikan return yang lebih besar daripada obligasi.
Namun tentu saja risiko berinvestasi di saham lebih besar karena fluktuasi harga
saham cenderung lebih besar daripada obligasi. Aspek ketiga adalah likuiditas.
Portfolio risk
Markowitz Diversification
Selain random diversifikasi, juga terdapat non-random diversifikasi. Berbeda dengan
random diversifikasi, non-random diversifikasi mengukur dan mengelola risiko
portofolio, memperhatikan hubungan antar sekuritas-sekuritas portofolio sebelum
membuat keputusan investasi.
Diversifikasi ini mengambil keuntungan dari expected return dan risiko dari sekuritas-
sekuritas individual dan bagaimana return dari sekuritas tersebut bergerak bersama-
sama.
Markowitz Portfolio
Dalam menghitung besarnya risiko portofolio menurut Markowitz, ada 3 faktor yang
harus diperhatikan, yaitu;
1
Smith, 2002
Hubungan antara kovarians dengan koefisien korelasi dapat dilihat pada formula
dibawah;
Secara umum, semakin kecil korelasi positif antar sekuritas, maka akan semakin
baik portofolio tersebut.
Persamaan perhitungan risiko sekuritas dan model indeks tunggal dalam persamaan
tersebut di atas juga bisa diterapkan untuk menghitung risiko portofolio. Persamaan
untuk menghitung risiko portofolio dengan model indeks tunggal akan menjadi:
Persepsi investor terhadap return dan risiko dari sebuah saham akan menentukan harga
pasar dari saham tersebut. Sedangkan return yang sebenarnya dapat dihasilkan oleh
saham dan risiko sebenarnya yang terkandung dalam saham tersebut akan membentuk
nilai intrinsik dari saham tersebut.
Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik
atau nilai yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar
mengenai return dan risiko dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham
menyimpang dari nilai intrinsiknya. Sebaiknya, manajer menghindari melakukan
tindakan-tindakan yang dapat menurunkan nilai intrinsik, walaupun jika keputusan
tersebut digunakan untuk meningkatkan harga saham dalam jangka pendek.
Jenis-jenis Investasi
Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham)
dibedakan menjadi:
A. Growth Stock
B. Value Stock
Value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan
memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya).
Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena merupakan perusahaan baru,
sehingga tidak disadari oleh investor.
C. Good Stock
Good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah
diperjualbelikan. Di Indonesia sendiri, terdapat 45 saham yang sangat likuid. Namun,
saham ini merupakan saham yang sangat volatile atau berisiko. Hal ini bisa dilihat
dari standar deviasi perubahaan harganya setiap hari. Harga saham naik dan turun
secara cepat dalam periode yang singkat.
Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan
Value Stock, atau biasa juga disebut Blended Portfolio.