Anda di halaman 1dari 7

PPK HERNIA INGUNAL LATERALIS

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.


Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat
karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja
akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di
Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. 1 Hernia
inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan
mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi
pada regio inguinal.1 Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain
adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan
kongenital meskipun ada yang didapat. 3
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan hernia
ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi
hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7
: 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur. 1 Hernia merupakan
keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan umum tentang
manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.
Berdasarkan sistem Ponka, hernia terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Hernia Indirek: Hernia inguinalis indirek tidak terkomplikasi dan sliding
b. Hernia Direk: Suatu defek kecil di sebelah media segitiga Hesselbach, dekat
tuberkulum pubikum
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih belum diketahui secara pasti, namun terdapat
tiga penyebab tersering, yaitu:
a. Peningkatan tekanan intra abdominal yang berulang oleh karena (1) Overweight, (2)
mengangkat barang yang berat; (3) sering mengedan akibat konstipasi atau gangguan
saluran kencing; (4) adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus; (5) batuk
kronis akibat infeksi, bronkitis, asma, emfisema, dan alergi; (6) kehamilan; dan (7)
asites
b. Kelemahan jaringan atau otot
c. Tersedianya kantong
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus
vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati
cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan
tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus
vaginalisnya menutup.

Manifestasi Klinis
Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien
mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis lateralis,
perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka
diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk
menguranginya.11 Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk
menjadi inkarserasi atau strangulasi.

Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring
dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat
mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya
kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan
pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia
dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis
ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.9 Perbedaan hil dan him pada
pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia
harus dioperasi tanpa melihat jenisnya.
Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran
yang sama . hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis
lateralis.9 Pada inspeksi Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan
terlihat simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang
pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9 Pada palpasi Dinding
posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia inguanalis lateralis.
Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding
posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan
ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari
maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan
juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya
pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan hubungan secara
anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis
hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9

Komplikasi
a. Hernia inkarserata: Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang, tidak
dapat direposisi. Adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus
b. Hernia strangulasi: Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik dan adanya
gangguan sistemik pada usus

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut: Leukocytosis dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi
akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya
masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

Radiologi
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan
radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa.
Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse, yaitu suatu
keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga
extraperitoneal. Terdapat empat tipe pembagian reduction of hernia en masse (1) retropubis;
(2) intra abdominal; (3) pre peritoneal; dan (4) pre peritoneal lokus.

Penatalaksanaan Hernia
Penanganan di UGD
Adapun penatalaksanaan hernia di UGD, yaitu:
a. Reposisi hernia
b. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat
c. Menurunkan tegangan otot abdomen
d. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut
e. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia
inguinalis
f. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
g. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti
kaki kodok)
h. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
i. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan
isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis
hernia keluar dari pintu hernia.
j. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
k. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selam 20-30 menit
Konsul bedah jika:
a. Reduksi hernia yang tidak berhasil
b. Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
c. Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi
hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya
d. Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang
cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatric
e. Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia
f. Kemungkinan terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi
yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di
beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot
g. Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi
h. Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis
i. Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap

Konservatif
a. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
b. Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
c. Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
Indikasi Operasi:
a. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
b. Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

Daftar Pustaka
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
5. Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.
6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801
7. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland.
WHO. 151-156.
8. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Anda mungkin juga menyukai