Anda di halaman 1dari 7

Guideline Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker di Indonesia

Penanganan kanker sampai saat ini di Indonesia bahkan seluruh dunia masih
menjadi tantangan yang besar untuk diperjuangkan. Prevalensi kanker di Indonesia
termasuk tinggi dan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Dalam mengatasi
kanker di negara ini, dibutuhkan berbagai macam strategi yang harus terus
dikembangkan. Mengatasi kanker tidaklah sederhana. Satu atau dua program
dijalankan belum tentu akan mengatasi keseluruhan kanker dengan hasil signifikan.
Untuk dapat memerangi kanker dibutuhkan penanganan yang komprehensif.
Sumber daya yang dibutuhkan pun besar, baik sumber daya manusia maupun
infrastruktur, serta pembiayaan yang dalam prosesnya memerlukan waktu yang tidak
singkat. Tidak hanya tenaga kesehatan, sektor lain pun berperan seperti pemerintah
dan berbagai organisasi atau yayasan kanker non pemerintah.
Penanganan kanker meliputi pencegahan terjadinya kanker, deteksi dini, dan
terapi yang adekuat bagi penderita kanker. Berbagai upaya di atas telah dilakukan
namun masih ditemukan banyak kendala. Pencegahan dan deteksi dini kanker
masih menjadi strategi utama yang efektif untuk mengatasi kanker sampai saat ini.
Namun, implementasi dan hasil yang dicapai masih perlu dipertanyakan apakah
telah dilakukan dengan optimal dan apakah berdasarkan data statistik dapat
menurunkan tingkat morbiditas serta mortalitas. Program deteksi dini juga masih
terbatas pada jenis kanker tertentu, terutama kanker serviks dan payudara, dan
program ini belum banyak dilaksanakan seperti di negara maju. Deteksi dini yang
sudah jalan pun juga masih belum dapat terukur apakah sudah sesuai target dan
memberikan hasil yang signifikan. Diperlukan strategi yang komprehensif untuk
mengatasi kejadian ini. Tanggung jawab tidak serta merta ditujukan pada tenaga
kesehatan saja. Peran dari berbagai stakeholder sangat penting, dan masing-
masing harus saling bekerjasama demi tujuan memerangi kanker di negara ini.
Salah satu masalah dalam pencegahan kanker adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat akan faktor risiko dari kanker yang mengakibatkan banyak
masyarakat yang tidak mengerti bahwa segala pekerjaan atau aktivitas yang
mereka kerjakan sehari-hari ternyata meningkatkan risiko terjadinya kanker. Sebagai
contoh, obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara di samping
faktor genetik dan faktor lain yang tak dapat diubah. Tanpa pemahaman ini, olahraga
dan pola makan sehat dijadikan nomor sekian dalam prioritas hidupnya. Masalah
lain adalah banyaknya penderita kanker yang sudah terdiagnosis pada stadium
lanjut akibat deteksi dini yang masih rendah. Dengan terlambatnya diagnosis akan
berpengaruh pada terapi yang tentu prognosisnya lebih buruk sehingga
mengakibatkan angka harapan hidup semakin rendah. Penyebab deteksi dini yang
rendah terdiri dari berbagai macam alasan, antara lain mahalnya deteksi dini,
pengetahuan masyarakat yang masih rendah, dan kurangnya akses untuk
melakukan deteksi dini.
Untuk melaksanakan program pencegahan kanker dibutuhkan strategi
dengan perencanaan yang matang. Bentuk konkretnya adalah membuat guideline
mengenai pencegahan kanker langkah demi langkah mulai dari perencanaan,
persiapan, hingga evaluasi. Sudah ada beberapa organisasi di dunia yang membuat
guideline mengenai pencegahan kanker, tetapi rencana pencegahan kanker tentulah
berbeda antara satu negara dan yang lain sehingga perlu dibuat prioritas
pencegahan yang spesifik. Dengan adanya guideline ini, tenaga kesehatan,
organisasi non pemerintah, rumah sakit, maupun pemerintah dapat mempersiapkan
dan mengimplementasikan apa yang harus dikerjakan dengan tepat sasaran,
terukur, dan dapat dievaluasi ke depannya apakah program sudah terlaksana
dengan baik.
Ada beberapa tahapan yang perlu direncanakan. Pertama-tama, perlu dibuat
data epidemiologi yang lengkap tiap provinsi maupun tingkat daerah di Indonesia.
Permasalahan yang cukup penting di Indonesia adalah kurangnya data mengenai
data epidemiologi penderita kanker tiap tahunnya. Program pencegahan kanker
seharusnya dibuat berdasarkan data epidemiologi ini. Pengumpulan data harus
dilakukan secara kontinyu sebab data akan terus berubah seiring berjalannya waktu.
Dengan berubahnya data akan terevaluasi apakah program telah berjalan dengan
baik dan akan muncul tujuan dan rencana baru yang akan dibuat ke depan.
Setelah mendapatkan data yang lengkap dapat dibuat skala prioritas apa
yang harus dikerjakan berdasarkan risiko dan prevalensi kanker tiap daerah dari tiap
jenis kanker. Sebagai contoh, berdasarkan data Globocan (2012), penderita kanker
paru adalah yang terbanyak bagi laki-laki. Berdasarkan data ini, pencegahan kanker
paru bagi laki-laki yaitu memerangi rokok menjadi prioritas utama untuk dikerjakan di
Indonesia. Program ini bertujuan agar prevalensi dari merokok akan dan insidensi
terjadinya kanker paru juga berkurang. Hal ini dapat diterapkan dari masing-masing
provinsi atau daerah yang lebih kecil yang tentu akan berbeda prioritasnya.
Contohnya, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, kanker payudara memiliki
prevalensi tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4.
Berdasarkan data ini, kanker payudara di DIY menjadi prioritas utama untuk
dilakukan deteksi dini dan strategi pencegahan. Contoh lain misalnya di daerah yang
banyak terekspos gas-gas pabrik yang karsinogenik perlu dilakukan penyampaian
informasi bagaimana melakukan proteksi yang tepat. Pada daerah dengan insidensi
kanker serviks yang tinggi, deteksi dini menggunakan Paps Smear menjadi prioritas
utama. Program berdasarkan risiko ini sangat penting untuk meningkatkan
efektivitas dan sangat bermanfaat dengan dana yang minim. Program seperti ini
akan berguna bagi negara berkembang seperti Indonesia dengan anggaran masih
minimal yang belum seperti negara maju.
Setelah dibuat skala prioritas mengenai jenis kanker yang perlu ditangani,
prioritas pertama adalah pencegahan kanker. Pencegahan kanker dengan
mengubah pola atau gaya hidup dapat mengurangi sepertiga dari kejadian kanker,
sehingga pencegahan memegang peran utama. Untuk itu perlu dilakukan strategi
untuk dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker. Seperti yang sudah disebutkan bahwa pemahaman masyarakat
mengenai kanker masih kurang, maka di dalam guideline yang dibuat perlu disusun
langkah pencegahan kanker secara lengkap. Guideline ini akan menjadi referensi
bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan agar mendapatkan informasi yang
tepat. Di era globalisasi ini, internet sudah berkembang sangat pesat sehingga
kemudahan untuk mengakses data sudah semakin tinggi yang membuat banyaknya
informasi simpang siur juga terakses dengan mudah. Banyak informasi yang
mengatakan terapi tertentu dapat menyembuhkan atau mencegah kanker namun
mengenai kebenarannya patut untuk dipertanyakan. Dengan adanya guideline yang
resmi akan menjadi patokan untuk referensi sehingga terhindar dari kesesatan
informasi.
Sudah cukup banyak kampanye untuk hidup sehat yang salah satunya untuk
mencegah terjadinya kanker, tetapi apakah kampanye-kampanye tersebut
bermanfaat dengan hasil yang terukur masih perlu dievaluasi. Untuk mengubah
kebiasaan tidak hanya sekedar diberi pengetahuan misalnya melalui penyuluhan
atau iklan. Mengubah kebiasaan seseorang itu tidaklah mudah sebab setiap pribadi
memiliki pemahaman masing-masing yang sudah berakar sejak waktu yang lama
dan bahkan juga berkaitan erat dengan adat istiadat. Selain itu, tingkat kognisi
antara yang satu dengan yang lain juga berbeda mengakibatkan respon yang juga
berbeda. Ketika pemahaman dan kesadaran sudah terbentuk, ketersediaan sarana-
prasarana juga akan berpengaruh. Sebagai contoh, tidak tersedianya makanan yang
sehat di sekolah akan mendorong para siswa untuk tidak hidup sehat meskipun
sudah memiliki pemahaman yang baik. Contoh lain adalah industri dan iklan-iklan
rokok yang masih marak akan mendorong masyarakat untuk terus membeli rokok.
Banyak orang memahami bahwa hidup sehat itu diperlukan oleh setiap orang.
Olahraga yang teratur itu penting, tetapi ketika mereka merasa bahwa tidak ada
waktu dan sarana prasarana unuk olahraga, maka kegiatan olahraga tersebut bisa
terhenti dan akan menjadi sia-sia. Banyak alasan yang kuat dari seseorang untuk
melakukan apa yang ingin mereka lakukan daripada untuk mengubahnya.
Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di lingkungan juga berpengaruh terhadap apa
yang dilakukan. Misalnya, orang yang sebelumnya bukan perokok berisiko tertular
menjadi perokok akibat banyaknya lingkungan teman-temannya yang merokok. Di
sisi lain, peran pemerintah juga sangat penting. Negara yang membebaskan
warganya untuk merokok akan membuat kecenderungan merokok lebih tinggi
dibandingkan negara yang memberikan hukuman bagi yang ketahuan sedang
merokok. Dari sini didapatkan bahwa banyak faktor yang berperan dalam tingkah
laku seseorang, seperti tingkat pendidikan, sosial budaya, pendapatan, dan faktor
hukum dalam suatu negara.
Perlu pendekatan secara struktural di samping pendekatan pada individu.
Dalam hal ini, yang perlu diubah adalah kondisi lingkungan seseorang yang dapat
mengubah perilaku individu. Misalnya kejadian kanker kolorektal akan berkurang
akibat banyaknya kualitas makanan yang sehat di wilayahnya, bukan karena
kesadaran individu untuk mengubah pola makan. Perubahan tingkat sosial ini sangat
bergantung pada komunitas. Pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat perlu
untuk terlibat dalam perubahan ini. Pemerintah memegang peranan penting, yaitu
penyusunan undang-undang untuk membuat perubahan kondisi sosial yang akan
memicu individu untuk melakukan pola hidup sehat. Dengan demikian, promosi
kesehatan tidak lagi sekedar hanya mengubah pola pemikiran individu melalui
pemberian pemahaman, tetapi dengan dukungan lingkungan serta juga melalui
peraturan pemerintah.
Berbagai pendekatan perlu dilakukan untuk pencegahan kanker. Sebagai
contoh, dalam memerangi rokok ada yang memegang peranan dalam memberikan
pemahaman mengenai bahaya merokok yang bisa meningkatkan risiko kanker, ada
yang berperan dalam menyusun undang-undang, dan ada yang berperan untuk
melakukan terapi untuk mengurangi ketergantungan rokok. Berbagai langkah ini
bergantung pada masing-masing kondisi suatu wilayah. Pemberian pemahaman
akan efektif pada individu yang ingin untuk berubah. Sedangkan pendekatan
lingkungan akan efektif bagi individu yang teguh pada pandangannya yang keliru.
Dengan demikian, penting untuk mengkombinasikan berbagai strategi yang berbeda
ini untuk dikerjakan secara sinergis.
Secara teknis, tenaga kesehatan, organisasi non pemerintah, dan pemerintah
perlu bekerjasama dengan baik. Tenaga kesehatan perlu diberi pelatihan khusus
mengenai pencegahan kanker dan terus memberikan pemahaman dan motivasi bagi
masyarakat untuk terus hidup sehat. Organisasi atau yayasan non pemerintah dapat
berperan membuat guideline bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat, serta
mendorong pemerintah untuk membuat peraturan atau undang-undang yang
mendukung pencegahan kanker. Kampanye membutuhkan banyak biaya sehingga
organisasi non pemerintah ini dapat melakukan pendekatan ke pemerintah untuk
mengubah regulasi hukum. Dalam hal memerangi rokok, pemerintah perlu
menekankan hukum yang tegas, yaitu peningkatan pajak dari pabrik rokok,
menghentikan segala bentuk promosi, iklan, dan sponsor berlebih dari rokok, serta
adanya hukum tentang udara bersih yang melarang masyarakat untuk merokok di
lingkungan tertentu.
Prioritas kedua setelah pencegahan adalah deteksi dini yang bertujuan untuk
mendeteksi adanya kanker bagi individu yang tidak memiliki gejala kanker. Deteksi
dini ini beraneka ragam bergantung pada jenis kanker yang ingin dideteksi dan
prioritas deteksi dini bergantung pada data prevalensi kanker yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sebelum melakukan deteksi dini yang perlu dilihat adalah
kualitas dari tes, efikasi dan efektivitas, serta cost benefit dari tes tersebut. Kejadian
kanker dari suatu daerah dan daerah lain berbeda, dan hal ini membutuhkan data
statistik dari setiap daerah.
Pembiayaan dalam deteksi dini menjadi masalah yang serius. Adanya deteksi
dini kanker yang baik di Indonesia memerlukan adanya pembiayaan yang cukup
yang meliputi biaya dari tes, pelatihan, pengumpulan data, kontrol kualitas, dan
evaluasi. Sumber dana untuk masalah kesehatan tentu terbatas. Oleh sebab itu,
pengadaan deteksi dini harus berdasarkan kondisi suatu daerah. Jumlah dari
populasi, dana yang tersedia, manfaat dan risiko yang dihasilkan perlu menjadi
pertimbangan untuk dilakukan deteksi dini. Oleh karena membutuhkan biaya yang
mahal, harus dibuat skala prioritas berdasarkan prevalensi dan risiko dari masing-
masing daerah untuk dilakukan deteksi dini.
Deteksi dini terkadang dapat menyebabkan masalah misalnya kejadian
overdiagnosis terutama di negara yang program deteksi dini sudah banyak berjalan,
yaitu jenis kanker yang tidak menimbulkan masalah serius atau tidak menimbulkan
kematian jika tidak diterapi juga terdiagnosis yang dapat menyebabkan
overtreatment. Deteksi dini yang dikerjakan berdasarkan risiko dapat mengurangi
kejadian ini. Kualitas dari alat deteksi juga perlu untuk diperhatikan. Tes dengan
spesifisitas yang rendah dapat menyebabkan tingginya hasil positif palsu. Dalam hal
ini diperlukan peningkatan kualitas dari tenaga kesehatan melalui pelatihan, serta
standarisasi alat. Dalam deteksi dini, kejadian positif palsu dapat terjadi yang akan
berlanjut pada pemeriksaan tambahan yang bisa jadi mahal dan invasif. Secara
psikis seperti kecemasan dan berkurangnya kepercayaan kepada tenaga kesehatan
juga perlu untuk diperhatikan.
Untuk itu diperlukan evaluasi yang berlanjut yaitu data penurunan tingkat
morbiditas dan mortalitas serta peningkatan kualitas hidup. Sistem monitoring ini
bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari program ini, terutama dalam melihat
kegagalan yang terjadi seperti kurangnya target populasi, spesifisitas dan
sensitivitas yang rendah, serta tidak dilakukannya tindak lanjut bagi individu yang
mendapatkan hasil positif. Pengumpulan data setelah program adalah sarana yang
sangat penting untuk mengevaluasi keberhasilan dan rencana ke depan. Kejadian
seperti hasil positif dan negatif palsu, overdiagnosis, dan dampak psikologis yang
buruk perlu untuk diperhatikan. Semua ini perlu dicatat di dalam guideline yang akan
disusun sehingga segala program dibuat secara terencana, terukur, dan terevaluasi.
Guideline yang dibuat ini sangat penting untuk merencanakan apa yang
harus dipersiapkan, bagaimana teknis pelaksanaannya, sebagai referensi,
mengevaluasi hasil yang tercapai, dan merencanakan ke depan apa yang harus
diperbaiki. Dalam memerangi kanker perlu persiapan yang matang, perhitungan
yang mendetail, dan strategi yang komprehensif dan semuanya itu tertuang di dalam
guideline yang disusun. Satu atau dua program yang sudah dijalankan di luar negeri
lalu diadaptasi begitu saja tidak akan dapat memerangi kanker secara optimal.
Kemandirian dan keseriusan banyak pihak di negara ini dalam persiapan untuk
menangani kanker sangat dipertaruhkan demi menurunnya tingkat morbiditas dan
mortalitas penderita kanker di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai