Anda di halaman 1dari 4

Sifat Material

Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya
sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat
tersebut adalah:
Sifat mekanik
Sifat fisik
Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan bahan dalam
suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap
pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya
pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya
hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik
dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik
pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data
yang mencirikan keadaan dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen pengujian dapat
mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang
tepat hanya didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut
meliputi antara lain:.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
2.2 Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Nilai kekerasan tersebut
dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi
kekerasan suatu material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah
homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk tiap-tiap titik.
2.2.1 Metoda Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu material maka (secara
umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya, seperti kekuatan. Pada pengujian kekerasan
dengan metoda penekanan, penekan kecil (identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji
dengan penekanan tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan, makin
lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut, dan makin rendah nilai
kekerasannya.
2.3 Uji Tarik
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang
bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami
benda uji dengan extensometer,
2.3.1 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai yang paling sering
dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar
dalam kaitannya dengan kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban lmaksimum, diman logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Pada
tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan
luluhnya. Tetapi karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan,
maka metode ini lebih banyak dipakai.
2.3.2 Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang dibutuhkan untuk
berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi deformasi plastis atau
batas luluh, tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan
sifat dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai
terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh
offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang
ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan tertentu.
2.3.3 Keuletan (e)
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara umum pengukurannya
dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah. Hal ini
penting untuk proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi.
Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah.Keuletan logam yang
tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa terjadi
perpatahan.
Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak ada hubungan
langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan.
2.3.4 Modulus Elastisitas ( E )
Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus Young.
Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil
regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
2.3.5 Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis
dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan
nol hingga tegangan luluh.
Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah, yang dinyatakan dalam Joule.
Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada
umumnya ketangguahan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan..Terdapat beberapa
pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah dibawah kurva tegangan-regangan.
2.3.6 Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya
Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya,
karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian
terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban
mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat,
maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Factor yang mempengaruhi sifat mekanik:
1. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan semakin tinggi namun akan menjadi rapuh. Kandungan
karbon ini juga mempengaruhi keuletan, ketangguhan, maupun sifat mampu mesin.
2. Unsur kimia
Penambahan unsur kimia pada baja dapat mempengaruhi sifat mekaniknya.Pembebanan karbon pada logam
akan membuat logam semakin keras tapi rapuh. Unsur kimia yang dapat bersenyawa antara lain:
a. Nikel untuk meningkatkan.
Meningkatkan kekuatan dan kekerasan.
Meningkatkanketahanan terhadap korosi.
Meningkatkankeuletan dan tahan gesek.
b. Chromium, untuk
Menambah kekerasan baja.
Membentuk karbida.
Menambah keuletan, sehingga baik untuk pegas.
3. Ukuran butir
Ukuran butir pada baja sangat berpengaruh. Ukuran butir yang besar dan homogen membuat baja
mempunyai sifat yang ulet. Sedangkan untuk ukuran butir yang kecil dan tidak homogen maka baja tersebut
akan bersifat kaku dan keras.
4. Fasa dan struktur
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada tiap-tiap fasa pada logam memiliki struktur
mikro sendiri dengan sifat mekanik, fisik dan kimia yang berbeda-beda, misalnya fasa martensite memiliki
sifat-sifat keras, rapuh, magnetic dengan nilai kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat dikatakan fasamartensite
memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada ferrite. Logam yang memiliki struktur yang teratur
mempunyai sifat mekanik yang lebih baikdibandingkan denganlogam yang strukturnya tidak teratur sebab
tegangan dalam yang timbul lebih besar. Tegangan didalam berbanding terbalik dengan sifat mekanik.
5. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal atau pada proses heat treatment
(perlakuan panas). Cacat ini dibedakan menajdi cacat titik, cacat garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat
yang terjadi pada logam menyebabkan kerusakan pada struktur logam misalnya terjadinya kekosongan
(vacancy), sisipan dan slip. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya sifat mekanik logam.
6. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan yang terjadi akibat proses pendinginan.
Pengendapan terjadi bila logam didinginkan sampai daerah suhu dan fasa setelah larut yang dipengaruhi laju
waktu pendinginan. Pada laju waktu pendinginan cepat terjadi endapan serta fasa dan pada laju pendinginan
lambat dapat terjadi endapan dua fasa sehingga pengendapan yang terjadi berpengaruh pada sifat mekanik
logam.
Mengenai sifat mekanik ini, dikenal 2 macam pembebanan, yaitu:
1. Pembebanan static Yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya tetap atau berubah-ubah
dengan sangat lambat.
2. Pembebanan dinamik Yaitu pembebanan yang besarnya beban berubah-ubah atau dinamis.

Open-die Forging
Open-die forging adalah jenis penempaan (forging) yang paling sederhana. Proses penempaan jenis ini
dioperasikan dengan menekan benda kerja menggunakan dua buah die (cetakan) berbentuk rata. Secara
umum, open-die forging mampu mengerjakan benda-benda mulai dari yang kecil hingga yang besar. Proses
open-die forging mirip dengan proses pengujian tekan pada uji material. Proses ini dikenal dengan sebutan
upsetting atau penempaan upset atau flat-die forging. Upsetting adalah pengurangan tinggi suatu benda kerja
yang berakibat pada meningkatnya dimensi penampang benda kerja tersebut.
Open-die Forging
Pada beberapa aplikasi, permukaan die yang digunakan memiliki kontur yang tipis. Kontur tersebut
berfungsi untuk membantu pembentukan benda kerja. Bila perlu, benda kerja dapat diputar atau diposisikan
ke berbagai macam posisi supaya perubahan bentuk yang diinginkan bisa tercapai. Proses ini diawali dari
baja ingot yang di-roll menjadi produk setengah jadi seperti bloom, billet, dan slab. Dalam pemrosesan outer
ring akan digunakan billet yang di-roll menjadi bentuk silinder. Billet berbentuk silinder tersebut diletakkan
diantara dua pelat datar, dan direduksi ketebalannya melalui proses kompresi. Terjadi deformasi dari benda
kerja dalam kondisi tanpa gesekan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Karena proses forging
merupakan mass consevating process, maka tidak akan terjadi perubahan volume. Karena volume konstan,
reduksi ketebalan akan mengakibatkan peningkatan diameter dari bagian yang ditempa, menjadi bentuk
barrel
Open-die forging menghasilkan bentuk-bentuk yang masih kasar. Oleh karena itu, open-die forging
memerlukan proses lanjutan supaya bisa mencapai bentuk dan ukuran akhir yang mendekati toleransi.
Walaupun menghasilkan bentuk yang kasar, proses open-die forging tetap dibutuhkan karena dapat
menciptakan aliran butir dan struktur metalurgi yang baik pada logam.
Ada tiga jenis pengoperasian yang diklasifikasikan sebagai open-die forging. Ketiga jenis
pengoperasian tersebut antara lain:
1. Fullering
Fullering merupakan jenis pengoperasian untuk mengurangi dimensi penampang benda kerja. Fullering
menggunakan die dengan permukaan yang cembung. Die yang cembung menyebabkan material terdistribusi
menjauh dan membentuk cekungan.
2. Edging
Edging merupakan jenis pengoperasian yang mirip dengan fullering. Hal yang membedakan edging dengan
fullering adalah bentuk permukaan die-nya. Edging memiliki permukaan die yang cekung. Die yang cekung
menyebabkan material berkumpul pada suatu area tertentu dan membentuk cembungan.
3. Cogging
Cogging merupakan jenis pengoperasian yang terdiri dari sebuah rangkaian penekanan tempa di seluruh
panjang benda kerja untuk mengurangi dimensi penampang dan meningkatkan panjang benda kerja tersebut.
Cogging terkadang disebut sebagai incremental forging. Dalam dunia industri, cogging digunakan untuk
membuat bloom dan slab.
Kelebihan Open-die Forging
Berikut beberapa kelebihan dari open-die forging:
(1) Die (cetakan) sederhana dan murah.
(2) Kisaran dimensi benda yang dapat dibuat, tergolong luas.
(3) Benda hasil tempaan memiliki tingkat kekuatan yang baik.
(4) Secara umum digunakan untuk mengerjakan benda-benda dengan jumlah sedikit.
Kelemahan Open-die Forging
Berikut beberapa kelemahan dari open-die forging:
(1) Hasil terbatas pada bentuk yang sederhana.
(2) Sulit untuk mencapai ukuran yang mendekati toleransi.
(3) Memerlukan proses permesinan supaya dapat mencapai bentuk akhir yang sesuai.
(4) Produktivitas rendah.
(5) Butuh operator yang memiliki keterampilan tinggi.
Aplikasi Open-die Forging
Open-die forging dapat digunakan untuk membuat benda yang berukuran kecil hingga besar. Benda-benda
yang dapat dibuat dengan open-die forging seperti: paku, pin, baut, poros, cakram, dan cincin.

Anda mungkin juga menyukai