Anda di halaman 1dari 3

Barkata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya :

Adapun firman Allah taala { } maka bagi manusia pada tempat i


idak mengupas semua nya, di sini hanya menempuh Madzhab Salafus Sholih yaitu ima
m Malik, dan al-Auzai, dan Al-tsuri, al-laits bin saad dan imam Syafii dan imam Ahm
ad dan Ishaq bin rahawaih dan selain mereka dari ulama-ulama islam masa lalu dan
masa sekarang, dan Madzhab Salaf adalah memperlakukan ayat tersebut sebagaimana
datang nya, dengan tanpa takyif (memerincikan kaifiyat nya) dan tanpa tasybih (
menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa tathil (meniadakan) dan makna dhohir (lug
hat) yang terbayang dalam hati seseorang, itu tidak ada pada Allah, karena sesun
gguhnya Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya, dan [tidak ada se
suatupun yang serupa dengan Allah, dan Dia maha mendengar lagi maha melihat. QS
Asy-Syura ayat 11], bahkan masalahnya adalah sebagaimana berkata para ulama dian
taranya adalah Nuaim bin Hammad al-Khuzai, guru al-Bukhari, ia berkata : Barang sia
pa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka sungguh ia telah kafir, dan
barang siapa yang mengingkari sifat yang Allah sifatkan (sebutkan) kepada diri-
Nya, maka sungguh ia telah kafir. Dan tidak ada penyerupaan (Tasybih) pada sifat
yang disifatkan/disebutkan oleh Allah dan Rasul kepada diri-Nya, maka barang sia
pa yang menetapkan bagi Allah taala akan sesuatu yang telah datang ayat yang sho
rih (ayat Muhkam) dan Hadits yang shohih, dengan cara yang layak dengan keagunga
n Allah taala, dan meniadakan segala kekurangan dari Allah taala, maka sungguh i
a telah menempuh jalan yang terpetunjuk. [Tafsir Ibnu Katsir -Surat al-Araf ayat 5
4]
Mari kita pahami uraian Ibnu Katsir tentang Istawa di atas pelan-pelan :

maka bagi manusia pada tempat ini pernyataan yang banyak sekali, di sini tidak me
ngupas semua nya, di sini hanya menempuh Madzhab Salafus Sholih yaitu imam Malik
, dan al-Auzai, dan Al-tsuri, al-laits bin saad dan imam Syafii dan imam Ahmad dan
Ishaq bin rahawaih dan selain mereka dari ulama-ulama islam masa lalu dan masa s
ekarang
Maksudnya : pada ayat-ayat Mutasyabihat seperti ayat tersebut ada banyak pendapa
t manusia, dan di sini Ibnu Katsir tidak membahas semua nya, hanya membahas baga
imana pendapat kebanyakan ulama Salaf saja seperti imam Malik, dan al-Auzai, dan
Al-tsuri, al-laits bin saad dan imam Syafii dan imam Ahmad dan Ishaq bin rahawaih
dan selain mereka dari ulama-ulama islam, dari sini nantinya kita pahami mana Ma
nhaj Salaf / Madzhab Salaf sebenarnya, agar tidak tertipu dengan tipu daya Salaf
i Wahabi yang juga mengaku bermanhaj Salaf.
.
dan Madzhab Salaf adalah memperlakukan ayat tersebut sebagaimana datang nya, deng
an tanpa takyif (memerincikan kaifiyat nya) dan tanpa tasybih (menyerupakan deng
an makhluk) dan tanpa tathil (meniadakan) dan makna dhohir (lughat) yang terbaya
ng dalam hati seseorang, itu tidak ada pada Allah
Maksudnya : Menurut Ibnu Katsir, Manhaj Salaf adalah memberlakukan ayat-ayat Mut
asyabihat sebagaimana datang nya dari Al-Quran, artinya para ulama Salaf ketika
membahas atau membicarakan atau menulis ayat tersebut, selalu menggunakan kata y
ang datang dalam Al-Quran tanpa menggunakan kata lain, baik dengan Tafsirnya ata
u Tawilnya atau bahkan terjemahannya, atau biasa disebut dengan metode Tafwidh ma
kna, dan tanpa menguraikan kaifiyatnya, artinya tanpa membicarakan apakah itu si
fat dzat atau sifat fiil, apakah itu sifat atau taalluq-nya atau lain nya, dan tan
pa Tasybih artinya menyerupakan atau memberi makna yang terdapat penyerupaan di
situ, dan tidak meniadakan nya karena keadaan nya yang tidak diketahui makna nya
, artinya bukan berarti ketika tidak diketahui makna nya, otomatis telah menging
kari sifat Allah, karena telah menetapkan sifat Allah dengan kata yang datang da
ri Al-Quran, sedangkan makna atau terjemahan yang dipahami oleh seseorang, makna
tersebut tidak ada pada Allah, artinya sebuah makna yang otomatis dipahami keti
ka disebutkan sebuah kalimat, maka makna tersebut bukan maksud dari ayat Mutasya
bihat, karena makna tersebut tidak boleh ada pada Allah, kerena dengan menyebutk
an makna tersebut kepada Allah, otomatis ia telah melakukan penyerupaan Allah de
ngan makhluk, Ibnu Katsir di atas menyebut dengan sebutan Musyabbihin kepada orang
yang memahami makna dhohirnya, ini artinya menyebutkan makna dhohir kepada Alla
h otomatis telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, inilah poin penting yang
harus diperhatikan oleh para Salafi Wahabi, bahwa para ulama Salaf dan Khalaf s
epakat bahwa makna terjemahan dhohiriyah dalam bab Mutasyabihat tidak layak deng
an keagungan Allah, dan menjadikan orang nya sebagai orang yang telah menyerupak
an Allah dengan makhluk.inilah metode kebanyakan dari ulama Salaf, dan nampak je
las perbedaan manhaj Salaf dengan manhaj Salafi Wahabi.
{ }
karena sesungguhnya Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya, dan [t
idak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah, dan Dia maha mendengar lagi maha m
elihat. QS Asy-Syura ayat 11]
Maksudnya : kenapa makna dhohirnya tidak boleh, karena Allah tidak serupa sediki
t pun dengan makhluk-Nya sebagaimana disebutkan dalam surat asy-Syura ayat 11, d
an ketika makna dhohirnya terdapat sedikit keserupaan, maka makna dhohir tersebu
t tidak boleh pada Allah.
- -: "
bahkan masalahnya adalah sebagaimana berkata para ulama diantaranya adalah Nuaim b
in Hammad al-Khuzai, guru al-Bukhari, ia berkata : Barang siapa yang menyerupakan
Allah dengan makhluk-Nya, maka sungguh ia telah kafir, dan barang siapa yang men
gingkari sifat yang Allah sifatkan (sebutkan) kepada diri-Nya, maka sungguh ia
telah kafir.
Maksudnya : Bukan saja masalah nya sebatas tidak boleh, bahkan orang tersebut da
pat menjadi kafir dengan sebab ini, sebagaimana berkata para ulama diantaranya a
dalah Nuaim bin Hammad al-Khuzai, guru al-Bukhari, ia berkata : Barang siapa yang m
enyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka sungguh ia telah kafir, dan barang si
apa yang mengingkari sifat yang Allah sifatkan (sebutkan) kepada diri-Nya, maka
sungguh ia telah kafir. artinya termasuk dalam orang dihukumi kafir adalah orang
yang beriman dengan makna dhohir, karena sudah dijelaskan di atas bahwa dalam m
akna dhohir sudah terkandung Tasybih, dan tidak termasuk dalam mengingkari sifat
Allah adalah orang yang mengingkari makna dhohir, karena alasan tersebut juga.
Maka dapat dipastikan bahwa beriman dengan makna dhohir dalam masalah ini adalah
akidah yang salah, bukan akidah Ahlus Sunnah Waljamaah, bahkan bukan Manhaj Sala
f, sekalipun tentang hukum kafir orang nya terdapat perbedaan pendapat ulama, ka
rena kemungkinan dimaafkan bagi orang awam, mengingat ini adalah masalah yang su
lit, nauzubillah.

Dan tidak ada penyerupaan (Tasybih) pada sifat yang disifatkan/disebutkan oleh Al
lah dan Rasul kepada diri-Nya
Maksudnya : Tidak ada Tasybih pada kata-kata yang datang dalam Al-Quran dan hadi
ts tentang sifat Allah, bukan pada makna nya, sementara pada makna nya tergantun
g bagaimana memaknainya, sekaligus ini alasan kenapa tidak boleh mengimani makna
dhohiriyah, karena semua sifat yang Allah sebutkan dalam Al-Quran dan Rasul seb
utkan dalam Hadits untuk sifat Allah, tidak ada satupun yang ada Tasybih (penyer
upaan), maka makna dhohir tersebut dapat dipastikan bukan sifat Allah, karena pa
da nya terdapat keserupaan.
maka barang siapa yang menetapkan bagi Allah taala akan sesuatu yang telah datang
ayat yang shorih (ayat Muhkam) dan Hadits yang shohih, dengan cara yang layak d
engan keagungan Allah taala, dan meniadakan segala kekurangan dari Allah taala,
maka sungguh ia telah menempuh jalan yang terpetunjuk.

Maksudnya : Kesimpulan dari uraian di atas, siapa yang menetapkan bagi Allah aka
n sifat-sifat yang datang dalam ayat-ayat yang shorih yakni ayat-ayat yang Muhka
m, bukan malah yakin dengan makna tasybih dalam ayat Mutasyabihat, dan yang data
ng dalam hadits-hadits yang shohih, dengan metode yang layak dengan keagungan Al
lah, bukan malah dengan metode yang identik dengan makhluk, dan meniadakan pada
Allah segala bentuk kekurangan dari pada sifat-sifat makhluk atau keserupaan den
gan makhluk, maka ia telah menempuh jalan yang terpetunjuk yaitu bertauhid denga
n tauhid yang benar.

Anda mungkin juga menyukai