Telah diteliti efek diuretik ekstrak air kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada tikus jantan
Wistar menggunakan metode Lipschitz dengan modifikasi. Dosis yang digunakan untuk ekstrak air kelopak
bunga rosela 25, 50, dan 100 mg/kgBB yang diberikan secara oral. Sebagai pembanding adalah furosemid
dosis 3,6 mg/kgBB. Parameter yang diamati adalah volume urin kumulatif selama 6 jam dan 24 jam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua dosis ekstrak air kelopak bunga rosela mempunyai efek diuretik
dibandingkan dengan kontrol berbeda bermakna (P0,05). Ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/
kgBB juga memiliki sifat saluretik dengan volume urin kumulatif selama 24 jam sebesar 271,406%,
sedangkan furosemid dosis 3,6 mg/kgBB sebesar 263,018%; ekskresi ion natrium dan kalium lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol maupun pembanding. Ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/
kgBBmenunjukkan efek diuretik yang bersifat saluretik berbeda bermakna terhadap kontrol dan setara
dengan pembanding furosemid.
Kata kunci: diuretik, ekstrak air, kelopak bunga rosela, Hibiscus sabdariffa Linn.
*Corresponding author: Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung, e-mail: elin @fa.itb.ac.id
JOURNAL
Efek Diuretik Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Tikus Wistar Jantan
TABEL 1. Persentase Volume Urin Kumulatif (%) Setelah tikus. Parameter yang digunakan untuk melihat
Pemberian Sediaan Uji Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela efek diuretik adalah persentase volume urin
% Volume Urin Kumulatif kumulatif yang diperoleh dari perhitungan volume
Waktu Pembanding Kelopak Bunga Rosela
Perlakuan
Kontrol
Furosemid urin total yang diekskresikan dibandingkan dengan
CMC Na 0,5% Dosis25 Dosis50 Dosis 100
(menit)
10 mL/kgBB
Dosis 3,6 volume pemberian loading dose (NaCl fisiologis
mg/kgBB mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
0,9%), dinyatakan memiliki efek diuretik apabila
12,230 37,586 21,699 13,687 39,271
30
13,917 24,998 9,886 3,272 18,813*
persentase volume urin kumulatif lebih besar
20,456 60,148 32,626 24,937 53,586 dari 80%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
60
17,552 34,522* 15,705 8,748 21,389* bahwa data hasil perhitungan persentase volume
90
28,824 73,428 39,805 33,869 58,089 urin kumulatif pada kelompok kontrol menunjukkan
20,432 30,845* 18,860 16,734 22,165*
onset dimulainya efek diuretik pada menit ke-
32,573 92,968 42,655 43,875 61,423
120
19,645 43,021* 18,863 23,315 18,336*
1440 dengan persentase volume urin kumulatif
35,500 101,592 46,550 61,234 66,309
selama 24 jam sebesar 132,919. Hasil penelitian
150
23,011 48,515* 16,776 26,210 19,962* menunjukkan bahwa ekstrak air kelopak bunga
180
39,223 104,092 48,899 68,832 72,131 rosela dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100
19,911 45,272* 14,938 26,273 22,961* mg/kgBB menunjukkan onset dimulainya efek
210
47,349 110,660 63,889 81,836 90,344 diuretik berturut-turut pada menit ke-330, 210,
15,160 45,681* 27,340 23,266* 21,992*
dan 210 dengan persentase urin kumulatif selama
49,256 117,061 71,401 92,772 91,594
240
14,306 50,079* 20,743* 24,060* 20,905* 24 jam yang diperoleh berturut-turut sebesar sebesar
54,819 126,248 74,262 96,933 95,441
167,470%, 271,406%, dan 198,998%. Dari data
270
9,857 45,019* 18,865* 23,903* 16,932* tersebut, hanya kelompok ekstrak air kelopak bunga
300
56,282 132,948 77,940 100,489 97,713 rosela dosis 50 mg/kgBB mempunyai efek diuretik
11,419 51,577* 17,986* 28,655* 20,394* sebesar 271,406% yang setara dengan kelompok
330
58,143 139,096 81,731 124,451 103,963 pembanding furosemid sebesar 263,018% pada
10,254 57,378* 17,601* 19,084* 19,661*
menit ke-1440 (Tabel 1).
68,241 146,514 84,231 128,996 108,530
360
13,438 61,705* 16,883* 21,765* 25,111* Hasil analisis statistik student-t menunjukkan
132,919 263,018 167,470 271,406 198,998 volume urin kumulatif (mL) pada ekstrak air kelopak
1440
18,016 42,567* 29,512* 57,233* 17,278* bunga rosela dosis 25 mg/kgBB memberikan efek
Keterangan : angka yang tercantum adalah rata-rata hasil diuretik berbeda bermakna terhadap kontrol dimulai
pengukuran 5 ekor tikus beserta simpangan bakunya (XS); dari menit 240 sampai menit 1440, sedangkan
* menunjukkan perbedaan berbeda bermakna terhadap kontrol; ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/
...* menunjukkan onset dimulainya efek diuretik.
kgBB dimulai dari menit 210 sampai menit 1440
dan dosis 100 mg/kgBB memberikan efek diuretik
TABEL 2. Hasil Penentuan Jumlah Ion Natrium dalam Urin berbeda bermakna terhadap kontrol dimulai dari
24 Jam Setelah Pemberian Sediaan Uji Ekstrak Air Kelopak menit 30 sampai menit 1440 (P0,05). Hal ini
Bunga Rosela menunjukkan sediaan uji ekstrak air kelopak bunga
Volume Urin
Konsentrasi Jumlah Jumlah rosela mempunyai efek diuretik dibandingkan
Kelompok Natrium Natrium Natrium dengan kontrol.
24 jam (mL)
(g/mL) (g) (mg)
Hasil analisis statistik student-t sediaan uji
Kontrol 4,97 974,018 4842,798 4,843 bila dibandingkan dengan kelompok pembanding,
(CMC 0,5%) 0,503 17,214 567,259 0,567*
ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 25 mg/kgBB
Furosemid 14,27 1115,607 15912,723 15,913 memberikan efek diuretik tidak berbeda bermakna
Dosis 3,6 mg/kgBB 0,473 19,564 441,678 0,442
dibandingkan dengan kelompok pembanding dimulai
Ekstrak Air Kelopak
Bunga Rosela
7,27 1173,994 8527,775 8,528 pada menit 30 sampai 90 dan pada menit 210 sampai
0,416 13,857 410,440 0,410* menit 240 (P0,05), namun pada menit 120 sampai
Dosis 25mg/kgBB
Ekstrak Air Kelopak menit 180 dan pada menit 270 sampai menit 1440
13,50 1127,284 15201,757 15,202 memberikan efek diuretik berbeda bermakna
Bunga Rosela
1,744 14,453 1760,343 1,760*
Dosis 50 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok pembanding. Hal ini
Ekstrak Air Kelopak
8,80 1077,071 9478,724 9,479 berarti sediaan uji mempunyai efek diuretik lebih
Bunga Rosela rendah dibandingkan dengan pembanding. Ekstrak
0,100 11,182 188,747 0,189*
Dosis 100mg/kgBB
air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/kgBB
Keterangan : * menunjukkan efek berbeda bermakna terhadap memberikan efek diuretik yang tidak berbeda
kelompok kontrol, jumlah natrium (g) = konsentrasi natrium
(g/mL) x volume urin 24 jam (mL).
bermakna terhadap kelompok pembanding dimulai
pada menit 30 sampai 60 dan pada menit 120 sampai
menit 1440 (P0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
rosela mengandung favonoid, polifenol, quinon, sediaan uji mempunyai efek diuretik setara dengan
saponin (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pembanding dan ekstrak air kelopak bunga rosela
1995). dosis 100 mg/kgBB memberikan efek diuretik tidak
Metode uji diuretik yang digunakan adalah berbeda bermakna terhadap kelompok pembanding
metode Lipschitz dengan modifikasi. Sebelum diberi dimulai pada menit 30 sampai menit 360 (P0,05).
larutan uji, tikus diberikan NaCl fisiologis 0,9% Hal ini berarti sediaan uji mempunyai efek diuretik
dengan volume pemberian 20 mL/kgBB sebagai lebih rendah dibandingkan dengan pembanding.
loading dose untuk menghindari terjadinya dehidrasi Dari hasil tersebut hanya ekstrak air kelopak
dan juga meningkatkan kecepatan urinasi pada rosela rosela dosis 50 mg/kgBB yang mempunyai
JOURNAL
Efek Diuretik Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) pada Tikus Wistar Jantan
TABEL 3. Hasil Penentuan Jumlah Ion Kalium dalam rosela dosis 50 dan 100 mg/kgBB menunjukkan
Urin 24 Jam Setelah Pemberian Sediaan Uji Ekstrak Air ekskresi ion kalium lebih besar dibandingkan dengan
Kelopak Bunga Rosela
kelompok pembanding, sedangkan pada dosis yang
Konsentrasi Jumlah Jumlah
Kelompok
Volume Urin
Kalium Kalium Kalium lain memiliki kandungan kalium yang lebih rendah
24 jam (mL) dibandingkan dengan kelompok pembanding.
(g/mL) (g) (mg)
Kontrol 4,97 5368,116 26992,464 26,992 Hasil analisis statistik student-t menunjukkan
(CMC 0,5%) 0,503 1034,466 7985,340 7,985 kadar ion natrium kelompok pembanding memberikan
Furosemid 14,27 2907,246 41704,927 41,705 hasil yang berbeda bermakna terhadap kelompok
Dosis 3,6 mg/kgBB 0,473 951,661 14546,110 14,546 kontrol (P0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Ekstrak Air Kelopak ekstrak air kelopak bunga rosela bersifat saluretik
7,27 4791,304 34713,043 34,713
Bunga Rosela
0,416 596,080 3446,439 3,446
karena dilihat dari pengeluaran ion natrium dan
Dosis 25mg/kgBB kalium tinggi. Ekstrak air kelopak bunga rosela
Ekstrak Air Kelopak
13,50 4475,362 59595,358 59,595
dosis 25, 50, dan 100 mg/kg BB memberikan hasil
Bunga Rosela yang berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol
1,744 1028,601 9979,833 9,979*
Dosis 50 mg/kgBB
(P0,05), menunjukkan bahwa sediaan uji bersifat
Ekstrak Air Kelopak
Bunga Rosela
8,80 6257,971 55091,014 55,091 saluretik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
0,100 616,407 5808,417 5,808* kontrol. Namun ekstrak air kelopak bunga rosela
Dosis 100mg/kgBB
Keterangan : * menunjukkan efek berbeda bermakna terhadap dosis 25 dan 100 mg/kgBB memberikan hasil yang
kelompok kontrol, jumlah kalium (g) = konsentrasi natrium berbeda bermakna dengan pembanding yang bersifat
(g/mL) x volume urin 24 jam (mL). saluretik, yaitu lebih rendah dibandingkan dengan
pembanding. Hanya pada kelompok dosis 50 mg/
kgBB yang memberikan hasil yang tidak berbeda
efek setara dengan pembanding.
bermakna (P0,05) terhadap kelompok pembanding.
Pengukuran elektrolit ion natrium dan ion
Hal ini menunjukkan bahwa pada ekstrak air kelopak
kalium dalam urin tikus bertujuan untuk mengetahui
bunga rosela dosis 50 mg/kgBB mempunyai efek
apakah sediaan uji bersifat saluretik. Hasil
diuretik yang bersifat saluretik yang setara dengan
menunjukkan kandungan rata-rata ion natrium
pembanding. Pada ekstrak air kelopak bunga rosela
pada kelompok kontrol sebesar 4,843 mg, pada
dosis 50 dan dosis 100 mg/kgBB memberikan hasil
ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 25 mg/
yang berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol
kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB secara berturut-
(P0,05) dan tidak berbeda bermakna terhadap
turut sebesar 8,528 mg, 15,202 mg dan 9,479 mg
kelom po k p em band ing (P0, 05) . Hal ini
(Tabel 2). Hasil pengukuran kandungan ion kalium
menunjukkan bahwa sediaan uji bersifat saluretik
terhadap kelompok kontrol diperoleh hasil sebesar
yang lebih tinggi terhadap kontrol dan pembanding.
26,992 mg. Kandungan ion kalium pada ekstrak
air kelopak bunga rosela dosis 25, 50, dan 100 mg/ KESIMPULAN
kgBB secara berturut-turut sebesar 34,713 mg, 59,595
mg, dan 55,091 mg (Tabel 3). Hasil tersebut Hasil penelitian uji efek diuretik menunjukkan
menunjukkan bahwa semua dosis pada sediaan bahwa semua dosis ekstrak air kelopak bunga rosela
uji bersifat saluretik dibandingkan kelompok kontrol mempunyai efek diuretik dibandingkan dengan
dengan ditunjukkan hasil ekskresi ion natrium dan kontrol berbeda bermakna (P0,05). Untuk melihat
kalium yang tinggi berarti sediaan uji tersebut kesetaraan dengan pembanding, hanya ekstrak air
tidak menahan pengeluaran ion lewat urin baik kelopak bunga rosela dosis 50 mg/kgBB secara
ion natrium maupun kalium. Hasil pengukuran statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda
kadar ion natrium kelompok pembanding sebesar bermakna terhadap pembanding (P0,05). Ekstrak
15,913 mg, menunjukan bahwa ekstrak air kelopak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/kgBB juga
bunga rosela pada semua dosis uji bersifat saluretik memiliki sifat saluretik dengan volume urin kumulatif
yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok selama 24 jam sebesar 271,406% dan furosemid
pembanding. Hasil pengukuran ion kalium pada dosis 3,6 mg/kgBB sebesar 263,018% serta ekskresi
kelompok pembanding sebesar 41,705 mg. Dari ion natrium dan kalium lebih tinggi dibandingkan
hasil tersebut terlihat pada ekstrak air kelopak bunga dengan kontrol dan pembanding furosemid.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Materia Mutschler E, 1999, Dinamika Obat, Edisi V, ITB, Bandung,
Medika Indonesia, Jilid VI, Jakarta, 322-327. 551-552, 567-575.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Parameter Mardiah S, Ashadi RW, dan Rahayu A, 2009, Budidaya
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan dan Pengolahan Rosela, Agromedia Pustaka, Jakarta, 1-
Pertama, Jakarta, 17,31. 2,13-14,23.
Effti S, 2013, Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Mahkota Maryani H dan Kristiana L, 2008, Khasiat dan Manfaat
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)dan Kelopak Rosela, ed. revisi, Agromedia Pustaka, Jakarta, 1-12.
Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Tikus Jantan
Wistar, Skripsi, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Vogel H.G., 2008, Drug Discovery and Evaluation
Bandung, Bandung. Pharmacological Assays, 3rd ed., Springer-Verlag Berlin
Heideberg, 323-324.
Katzung BG, 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Jilid
1, Salemba Medika , Jakarta, 273, 429-461.