Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

POLIP SERVIKS

oleh:
Annisa Indriani Alamsyah 1210313015
Preseptor :

dr. Suhadi, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD DR. ADNAAN WD
PAYAKUMBUH
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah, berupa

saluran yang menghubungkan uterus dengan vagina. Pada daerah ini sering

didapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal, baik jinak maupun ganas. Salah

satu kasus yang dapat ditemukan adalah bentuk polip serviks. Polip serviks

merupakan pertumbuhan massa polip atau tumor bertangkai, yang berasal dari

permukaan kanal serviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan

pertumbuhan ke arah vagina. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk

gelembung-gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polip

serviks sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan dapat

terjadi pada seseorang atau kelompok polulasi.1,2

Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dan

disebut sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita

yang telah memasuki periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita

oleh wanita usia produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga

5% wanita.2

Pada wanita premenopause dan telah memiliki setidaknya satu anak,

pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam serviks, atau disebut polip

endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip ektoserviks dan

endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun

hal itu bukan merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara
pasti. Sejumlah prosedur lain tetap harus dilakukan sebelum tindakan bedah dan

pengobatan dilakukan.1

Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm. Namun,

ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip serviks raksasa bila

melebihi diameter 4 cm. Polips serviks berukuran besar jarang ditemukan di

populasi dan gambaran mengenai penyakit ini sedikit sekali dibahas dalam

literatur-literatur ginekologi. Dalam laporan kasus international yang termuat di

medline, hanya terdapat 8 kasus yang dilaporkan sepanjang periode 1966 2002,

menggambarkan kecilnya angka kejadian tersebut di dunia.3


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Serviks

Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm

dan panjang 3-5cm. Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi ke

bawah-depan. Di bagian bawah, serviks berhubungan dengan vagina sebagai

portio vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan vagina

disebut orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks berukuran

sekitar 8 mm. Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut itsmus dan

merupakan bagian dari segmen bawah rahim.4

Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus parametrial,

obturator, iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe sekunder meliputi

nodus presakral, iliaka komunis, dan nodus para-aortika. Innervasi serviks adalah

plexus Frankenhauser, yang merupakan bagian terminal dari plexus presakral.

Serabut saraf memasuki segmen bawah rahim dan bagian atas serviks membentuk
pleksus semisirkuler. Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens

arteri uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti

pembuluh darah arteri.4

Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut

fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas skuamosa di

bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara kedua area

tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan endoserviks

yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area ini tersusun atas

epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi kronis, dan infeksi

berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas epitel serviks menjadi

bentuk neoplastik.4

2.2 Polip Serviks

Polip serviks adalah tumor jinak yang ditemukan pada permukaan saluran

lahir rahim. Polip merupakan suatu adenoma maupun adenoma fibroma yang

berasal dari selaput lendir endoserviks. Pertumbuhan polip merupakan implikasi

dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks, sebagai konsekuensi dari

proses inflamasi kronik, stimulasi hormonal abnormal, atau kongesti vaskular

lokal di area serviks. Kejadian polip sering dihubungkan dengan hiperplasia

endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor estrogen yang

berlebihan.5

Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala

api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar

3 cm dan panjang beberapa cm. Polip seringkali tumbuh di endoserviks yang


berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat

fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi

perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan leukorea.5

Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan

tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio

dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau

degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih

banyak mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks

memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian luar polip

ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa.4

Perubahan sel menjadi ganas dapa terjadi, terutama pada polip ektoserviks

yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian ujung

polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang

dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering, meskipun

adenokarsinoma juga pernah dilaporkan.1,2

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila terjadi

torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat pula

terjadi infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ sekitar.
Karena setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, maka

pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi atau diekstirpasi.5

2.3 Gambaran Klinis

Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu dipertimbangkan

bila ternyata terdapat riwayat:1,3

- Leukorea

- Perdarahan di luar siklus menstruasi

- Perdarahan setelah koitus

- Perdarahan setelah menopause

Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus merupakan gejala umum

untuk polip serviks. Gejala lain yang juga berhubungan dengan kelainan ini

adalah leukorea dan hipermenorea. Perdarahan abnormal vagina juga sering

dilaporkan. Perdarahan paska-menopause merupakan gambaran umum penyakit

pada wanita lanjut usia. Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah

terdapat adanya peradangan serviks atau polip.1,2,6

Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari

yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan

diameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan

menggunakan jari.1,5

2.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui

pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.

Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam

mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.4

b. Pemeriksaan Laboratorium

Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali

ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak

membantu menegakkan diagnosis.3,4

c. Pemeriksaan Khusus

Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui

spekulo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan

spekulum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan

secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal.

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau

polip yang tumbuh dari uterus.1,2

2.5. Diagnosis Banding

Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis

sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma endometrial

dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali kelainan ini menyebabkan

perdarahan dan leukorea lebih sering.5

Pada dasarnya, polip serviks tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan

polipoid lainnya secara inspeksi. Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik

merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kecil atau polip endometrial yang

tumbuh di bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini menyebabkan dilatasi


serviks, dan keluar melalui OUE menyerupai polip. Hasil konsepsi, misalnya

desidua, dapat mendorong keluar serviks sehingga menyerupai jaringan polipoid.

Kondilomata, mioma submukosa, dan karsinoma polipoid didiagnosis dengan

pemeriksaan mikroskopis.1,5

2.6. Komplikasi

Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,

Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah

dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah

membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi

telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai

konsekuensi polipektomi.5

2.7 Penatalaksanaan

- Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya

- Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan

- Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau tempat

praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil. Teknik

pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit. Biasanya

dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau instrument

pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan yang terjadi

biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya dilakukan eksisi di

ruang operasi. Pada tindakan ini, psien perlu dianestesi dan selama eksisi

dilakukan, perdarahan harus dikontrol.1,5


Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka

histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi

serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan untuk

mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang diambil

perlu diperiksa secara histopatologi anatomi untuk menilai secara spesifik apakah

massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi.1,5,6

Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif,

atau secara klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian

antibiotik dianjurkan untuk kasus ini.5

2.8. Prognosis

Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara

menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan

jarang sekali untuk berulang.5

BAB 3

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny MT
Umur : 37 th
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Padang Panjang
MR : 964247

II. ANAMNESIS PASIEN

Seorang pasien berumur 37 tahun masuk ke poli kebidanan RSUD Padang

Panjang pada tanggal 16 Februari 2017.

Keluhan Utama : keluar darah pada kemaluan sejak 3 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Pasien datang dengan keluhan keluar darah pada kemaluan sejak 3 hari

yang lalu
- Keluar darah dari kemaluan setelah berhubungan (+)
- Nyeri saat berhubungan (+)
- Siklus menstruasi tidak teratur, berlangsung lama, ganti duk 5-7 x/ hari
- Keluar flek bewarna kecoklatan dari kemaluan diluar menstruasi
- Mengeluhkan keputihan sejak 2 bulan yang lalu berbau amis
- Nyeri perut (-)
- Riwayat demam (+)
- Perut tidak membesar
- Penurunan berat badan (-)
- BAK dan BAB tidak ada keluhan
- Riwayat haid : menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur, 1x 28 hari,

ganti duk sebanyak 2-3 kali/hari selama 7 hari nyeri haid (+)

Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 3/ 0 / 3

1. 2004/lk/ 3300 gr/ cukup bulan/ bidan / hidup


2. 2007/lk/ 3000 gr/ cukup bulan/ bidan / hidup

3. 2011/Pr/2700 gr/ cukup bulan/ bidan/ hidup

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan

kejiwaan.

Riwayat Sosial Ekonomi dan lain lain:

- Pasien seorang ibu rumah tangga

- Tidak ada riwayat merokok, minum alhohol dan konsumsi

NAPZA

- Riwayat imunisasi TT: 4 kali

- Riwayat perkahwinan: 2x,tahun 2001 (bercerai) dan tahun 2003

- Pendidikan terakhir: SMA

- Riwayat pemakaian KB: KB suntik

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : sedang Keadaan gizi : baik

Kesadaran : komposmentis Sianosis :-

Tek.darah : 120 / 80 mmHg Anemis :-


Nadi : 88 x/menit Edema :-

Frek. Nafas : 20 x/menit TB :155cm

Suhu : 38,2 C BB : 68 Kg

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar

THT : tidak ada kelainan

Thoraks :

Paru : Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus normal, kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesicular normal, wheezing (-), ronkhi (-).

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari LMCS RIC V

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, murni , bising (-).

Abdomen : status obstetric

Genitalia : status obstetric


Ekstremitas : edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Status Obstetrikus:

Abdomen

Inspeksi : perut tampak datar, sikatrik tidak ada

Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defens muskular (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) N

Genitalia :

Inspeksi V/U : tenang, PPV (-), Leukorea (+) berbau amis

Inspekulo

Vagina : tumor (-), Laserasi (-), fluksus (+),

tampak darah merah kehitaman

menumpuk pada forniks posterior

Portio : MP, ukuran portio sebesar jempol kaki

dewasa , tumor (+) berwarna merah yang

keluar dari cervix, bertangkai, panjang 2

cm, laserasi (+), fluksus (+), tampak darah

merah kehitaman menumpuk pada forniks

posterior, OUE tertutup

VT Bimanual
- Vagina : tumor (-)
- Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, teraba

benjolan dari OUE panjang 2 cm dasar tangkai melekat

pada portio, konsistesi kenyal dan mudah berdarah.


- CUT : AF, ukuran sebesar telur bebek
- AP : lemas kiri = kanan
- CD : tidak menonjol

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah :

Hb : 12 g%

Ht : 39 %

Leukosit : 16.730/mm3

Trombosit : 312.000/mm3

V. DIAGNOSIS

Polip endoservix

VI. DIAGNOSIS BANDING

Ca serviks

VII. PERENCANAAN

Kuretase

Ekstirpasi polip

PA

Cefadroksil 2x1

Metronidazol 3x1
Paracetamol 3x1

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungtionam : dubia ad bonam

Ad santionam : dubia ad bonam

BAB 4

PEMBAHASAN

Polip ektoserviks diderita oleh wanita yang telah memasuki periode paska-

mennopause, meskipun dapat diderita oleh wanita reproduktif. Pada pasien

premenopause di atas usia 20 tahun dan telah memiliki setidaknya satu anak. 1

Pasien ini termasuk dalam kategori ini dimana usia pasien berumur 37 tahun dan

telah mempunyai 3 orang anak.


Polip seringkali tidak bergejala namun perlu dipertimbangkan bila ternyata

terdapat riwayat leukorea, perdarahan diluar siklus, perdarahan postkoitus,

perdarahan setelah menopause, perdarahan intermenstrual merupakan gejala

umum untuk polip serviks.2 Pasien juga mempunyai keluhan keluar darah dari

kemaluan setelah berhubungan, siklus menstruasi tidak teratur, berlangsung lama

dan banyak, gantik duk 5-7 x/ hari, keluar flek bewarna kecoklatan dari kemaluan

diluar menstruasi, mengeluhkan keputihan sejak 3 bulan yang lalu berbau amis

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat sehingga terjadi trauma

saat koitus dan menyebabkan nyeri.3 Dimana pasien juga mengeluhkan perdarahan

setelah berhubungan dan perdarahan yang banyak saat menstruasi. Pada pasien

dilakukan pemeriksaan labor dan hasil labor dalam batas normal dimana Hb 7 g

%,hematokrit 39%, leukosit16.730/mm3 trombosit 312.000/mm3.

Pasien didiagnosis dengan polip endoserviks karena polip endoserviks

biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala api, fragil, dan bervariasi

dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar 3 cm dan panjang

beberapa cm. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering

terjadi perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan

leukorea.5 Hasil dari inspekulo dan VT bimanual juga didapatkan hasil yang sama

pada pasien ini dimana terdapat benjolan berwarna merah yang keluar dari cervix,

bertangkai, konsistesi kenyal dan mudah berdarah, panjang 2 cm serta tampak

darah kehitaman menumpuk di forniks posterior.

Untuk tatalaksana biasanya dilakukan ekstirpasi pada tangkainya, kuratase

sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan. Hasil pemeriksaan menentukan terapi


lanjut.3 Pada pasien setelah diekstirpasi dilakukan pemeriksaa sitologi kerana

setiap polip memiliki kemungkinan untuk maligna.

Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi terutama pada polip serviks yang

disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di ujung polip. 5

Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara

menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan

jarang sekali berulang.3

DAFTAR PUSTAKA

1. NHS Foundation Trust. Cervical Polvd. Doncaster and Bassetlaw

Hospital, Gynecology 2002.

2. Dirk C. yves Guido V.Xavier dM. Rudi C Hysteroscopic finding in

patients with a cervical polyp 1993:169(6):1563-5


3. Bucella D. Frederic B Noel JC Giant cervical polyp case report,

2008:278(3):295-8

4. Kaminski, Nguven K Cervical Lession, Emergency Medicine Textbook

Editor, 2007.

5. Merk Manual Professional, Benign Gynecologic Lession, Cervical Polvd,

Gynecology and Obstercis, 2008.

Anda mungkin juga menyukai